Prixa Expands Digital Health Service, Targeting B2B and B2G

A startup that provides technology for health industry, Prixa, is targeting more B2B and B2G collaborations in order to achieve its vision to democratize technology in this sector. Currently, the company has partnered up with other industries, such as Alfa Group, DAV, We+, and the latest one os Generali Insurance.

Prixa’s Co-founder & CEO, James Roring revealed, the service was build to humanize the digital health service through data and technology. Therefore, the B2B service will continue to be accessible for more people can use kinds of services on Prixa.

It is said in the insurance sector, Prixa has served more than two million policyholders through cooperation with a number of insurance companies. Furthermore, Prixa is claimed to have contributed to increasing partner efficiency by maximizing the integration of the use of the Prixa symptom check system and telecommunications features that can reduce spending by 30% -40% for outpatient claims only.

“To further improve efficiency, meet the needs of partners and users, Prixa is developing additional features for our platform to be able to serve comprehensive health services,” he told DailySocial.

Together with Generali Insurance, Prixa is the AI ​​technology partner for Doctor Leo’s features in the iClick Gen application. This technology is used by Generali who wants to run the tele-consulting and other tele-health services more efficiently. For example, checking for symptoms and detecting more than 600 types of diseases.

Generali Insurance customers can consult with live chat, voice calls, and video calls for free via smartphone devices. It is hoped that Doctor Leo can reduce the burden of medical staff in detecting early symptoms of a disease, especially related to Covid-19.

“We comply with all government regulations regarding data privacy and the use of personal information. In addition, we regularly undergo penetration testing to identify vulnerabilities that can be exploited in a cyber-attack scenario.”

Partnership with the government

Aside from B2B partners, Prixa also has a B2G partnership with the Government of West Java Province. The company is an asset and one of the early filters for the detection and countermeasures for the Covid-19 pandemic for 50 million local residents.

Further explained, the Prixa system analyzes the answers given by users based on complaints and related questions, as will be asked by doctors. Then, the Prixa system processes these answers and provides the results of possible conditions based on the information submitted.

“Ours is an evidence-based analysis system, where our team of doctors studies the results of research and research publications, utilizes the results, and combines them with guidelines set by WHO and the Ministry of Health to build a comprehensive tool for assessing symptoms and risks.”

In order to fasten the expansion plan, James revealed that his team is considering raising new funding at the end of this year. Without further details, Prixa has been supported by strategic partners in the Health and technology sector as its investors.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Perluas Akses Layanan Kesehatan Digital, Prixa Incar Kemitraan B2B dan B2G

Startup penyedia teknologi untuk industri kesehatan Prixa mengincar lebih banyak kerja sama B2B dan B2G agar visinya dalam mendemokratisasi teknologi di sektor ini dapat dirasakan luas. Saat ini perusahaan telah memiliki kemitraan dari lintas industri seperti Alfa Group, DAV, We+, dan yang terbaru Asuransi Generali.

Co-Founder & CEO Prixa James Roring menjelaskan, layanannya dibangun untuk memanusiakan layanan kesehatan melalui data dan teknologi. Oleh karenanya, kerja sama B2B seperti ini akan terus dilanjutkan agar akses tersebut bisa dirasakan lebih banyak semua orang dan memanfaatkan layanan yang tersedia di Prixa.

Menurutnya, di sektor asuransi saja, Prixa telah melayani lebih dari dua juta pemegang polis berkat kerja sama dengan sejumlah perusahaan asuransi. Dari situ Prixa diklaim ikut andil meningkatkan efisiensi mitra dengan memaksimalkan integrasi penggunaan sistem periksa gejala Prixa dan fitur telekomunikasi yang dapat mengurangi pengeluaran 30%-40% untuk klaim rawat jalan saja.

“Untuk lebih meningkatkan efisiensi, memenuhi kebutuhan mitra dan pengguna, Prixa sedang mengembangkan fitur tambahan untuk platform kami agar dapat melayani layanan kesehatan yang menyeluruh,” tuturnya kepada DailySocial.

Bersama Asuransi Generali, Prixa menjadi mitra teknologi AI untuk fitur Dokter Leo di dalam aplikasi Gen iClick. Teknologi ini dimanfaatkan Generali yang ingin menjalankan layanan tele-konsultasi dan tele-kesehatan lain agar lebih efisien. Misalnya, melakukan pengecekan gejala dan mendeteksi lebih dari 600 jenis penyakit.

Nasabah Asuransi Generali dapat berkonsultasi dengan cara live chat, voice call, maupun video call secara gratis lewat perangkat smartphone. Harapannya Dokter Leo dapat mengurangi beban petugas medis dalam mendeteksi gejala awal dari suatu penyakit, apalagi terkait Covid-19.

“Kami mematuhi semua peraturan pemerintah tentang privasi data dan pemanfaatan informasi pribadi. Selain itu, kami secara teratur menjalani pengujian penetrasi untuk mengidentifikasi kerentanan yang dapat dieksploitasi dalam skenario serangan siber.”

Bermitra dengan pemerintah daerah

Selain mitra B2B, Prixa juga menjalin kemitraan B2G dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Perusahaan menjadi aset dan salah satu filter awal untuk deteksi dan langkah penanggulangan pandemi Covid-19 buat 50 juta warga setempat.

Dijelaskan lebih jauh, sistem Prixa menganalisis jawaban yang diberikan pengguna berdasarkan keluhan dan pertanyaan terkait keluhan, seperti yang akan ditanyakan dokter. Kemudian, sistem Prixa memroses jawaban-jawaban tersebut dan memberikan hasil kemungkinan kondisi berdasarkan informasi yang disampaikan.

“Sistem kami didasarkan pada analisis berbasis bukti, di mana tim dokter kami mempelajari hasil riset dan publikasi penelitian, memanfaatkan hasilnya, dan menggabungkannya dengan pedoman yang ditetapkan WHO dan Kementerian Kesehatan untuk membangun sarana yang komprehensif dalam menilai gejala dan risiko.”

Agar ekspansi Prixa lebih kencang, James mengungkapkan pihaknya sedang mempertimbangkan untuk menggalang pendanaan baru pada akhir tahun ini. Tanpa mendetailkan, Prixa telah didukung oleh mitra strategis di sektor Kesehatan dan teknologi sebagai investornya.

Perkuat Bisnis Servis, Layanan E-commerce B2B Mbiz Bidik Pasar UKM di Tahun 2019

Untuk melanjutkan tren raihan laba bersihnya, startup B2B e-commerce milik Lippo Group, Mbiz, akan memperkuat bisnis pengadaaan jasa (service) pada tahun depan yang menjadi lini bisnis utama Mbiz sebagai marketplace e-procurement untuk business-to-business (B2B) dan business-to-goverment (B2G).

Co-Founder dan COO Mbiz Ryn Hermawan mengungkapkan, pihaknya akan menambah sejumlah layanan baru pengadaan jasa yang saat ini sudah memiliki 11 kategori. Penambahan ini dilakukan karena pasar pengadaan jasa sangat besar, di mana sebanyak 80 persen belanja perusahaan di Indonesia berasal dari pengadaan jasa.

“Kami akan enhancing solusi-solusi kami di kategori service. Kemudian dari segi kontrak, kami akan tingkatkan karena kami lihat, pengadaan klien kami besar, tapi mereka membeli dalam kontrak terbatas atau jangka pendek dua tahun ke depan,” ungkap Ryn ditemui DailySocial beberapa waktu lalu.

Menurut Ryn, bisnis pengadaan jasa berpeluang besar di Indonesia karena selama ini belum pernah ada pengadaan yang dilakukan melalui jalur online. Dengan masuk ke bisnis ini, ekosistem akan lebih tercipta dan membuat keterikatan bisnis antara perusahaan dengan pelanggan dan vendor.

“Secara ekosistem jadi bagus, (pengadaan jasa melalui online) akan membuat keterikatan, terhadap vendor dan customer. Demikian juga keterikatan terhadap kualitas dan harga yang diberikan,” tambah Ryn.

Mbiz dapat dikatakan sebagai layanan e-commerce yang masuk ke pasar niche, karena layanan jasa yang disediakan antara lain customize items, media outdoor placement, event organizer, civil mechanical engineering, gimmick marketing, hingga leasing.

Adapun, pelanggan yang menggunakan jasa Mbiz berasal dari segmen large enterprise dan blue chip company. Ke depan, perusahaan akan menyasar ke segmen small medium enterprise (SME) yang mana kebutuhannya semakin kompleks karena bisnisnya semakin berkembang. Ada lebih dari 500 klien Mbiz, dengan 200 perusahaan dan 300 vendor.

“Pasar bisnis pengadaan untuk B2B sangat menjanjikan di Indonesia, tetapi kami belum rencana masuk ke segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) karena kebutuhan bisnis mereka jauh berbeda dengan SME dan large enterprise.”

Cari pendanaan baru tahun depan

Diakui Ryn, saat ini dana untuk mendukung pengembangan bisnisnya masih cukup. Ia belum melihat kebutuhan mendesak untuk mencari pendanaan baru dalam waktu dekat. Namun, ia menyebutkan pihaknya akan kembali mencari pendanaan baru untuk seri B di tahun depan.

Adapun, sebagian besar pendanaan perusahaan dialokasikan untuk working capital. “Secara kebutuhan dana, kami belum urgent saat ini. Tapi kami ada rencana ke sana mungkin di akhir tahun ini atau di awal 2019,“ ujar Ryn.

Mbiz menerima pendanaan seri A dari Tokyo Century Corporation (TCC) dengan nilai yang tidak bisa disebutkan pada 2017. Suntikan dana mengangkat valuasi perusahaan menjadi Rp1,3 triliun. Saat ini, Lippo Group masih menguasai mayoritas saham di Mbiz.

Mematahkan Mitos Keengganan Startup Bermain di Segmen B2G

Segmen B2G (Business-to-Government) banyak dikatakan kurang diminati oleh para pengusaha startup. Banyak mitos yang menyebut segmen ini kurang scalable, sustainable, tidak bisa diprediksi, hingga kurang menarik bagi investor dalam hal mencari pendanaan.

Namun mitos ini coba dijawab oleh CEO Qlue Rama Raditya yang hadir dalam #SelasaStartup pekan lalu (16/1). Sebagai startup yang cukup lama berkecimpung di segmen B2G dan cukup proven, Rama banyak memberi tips seputar B2G. Mulai dari strategi bertahan Qlue meski hanya fokus dengan bisnis B2G, juga mematahkan mitos-mitos yang sering beredar di segmen B2G.

“Tidak menjamin keberlangsungan bisnis dan skalabilitas”

Mitos ini, menurut Rama, bisa dipatahkan karena ketidakberlangsungannya bisnis dan skalabilitas sangat bergantung pada tipe klien yang Anda hadapi. Untuk itu, sama seperti tipe klien lainnya, Anda memerlukan model bisnis dengan penetapan harga yang tepat. Ini tujuannya untuk memastikan skalabilitas bisnis Anda sampai ke depannya.

Bentuk penetapan harga ini bisa dibuat per fase dan bisa dikomunikasikan sejak awal dengan klien. Maksudnya untuk menciptakan kerja sama yang berkesinambungan selama bertahun-tahun.

“Untuk kerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, kami pakai rencana per fase. Jadi pada 2014, kita ketemu dengan Pak Ahok (panggilan Basuki Tjahaja Purnama) rencana sampai 2020 mau implementasi apa saja. Ada fase-nya per tahun. Kita juga bisa tahu sampai 2020 nanti dapat uangnya berapa dari kerja sama ini,” terang Rama.

“Proses pembayaran sering menunggak”

Menurut Rama, justru mitos ini sudah tidak terjadi karena saat ini banyak pemerintah kota/provinsi yang menggunakan proses tender secara online. Untuk proses pembayarannya pun kepada setiap pemenang tender, sudah memiliki tanggal tertentu yang harus ditaati para petinggi daerah.

Pemerintah umumnya memiliki dua jenis kesepakatan pengadaan, buka tender atau lewat e-katalog. Rencana tersebut harus sudah disiapkan selama 6-9 bulan sebelum masa tender dimulai.

Kemudian setelah tender selesai dilaksanakan, pemerintah harus menyerahkan faktur bukti pembayaran pada tanggal 15 Desember setiap tahunnya. Proyek harus diserahkan sebelum jatuh tempo pada tanggal tersebut.

“Malah kalau memiliki klien dari pemerintah, potensi dibayarnya lebih jelas daripada dengan enterprise karena di setiap tanggal tertentu harus sudah dibayar.”

“Penuh dengan unsur korupsi”

Untuk mengatasi mitos ini, menurut Rama, sebaiknya pada langkah awal founder harus memastikan kepada diri sendiri agar tetap bersih dalam menjalani bisnis. Solusi yang bisa digunakan untuk mengurangi potensi terjadinya korupsi adalah memanfaatkan mitra enterprise yang berpengalaman dan dapat membantu menjual produk Anda.

Biarkan mereka yang menavigasi masuk ke ranah pemerintah dan tugas Anda adalah mendukung mereka dalam hal teknis dan administratif. Kemudian berikan diskon yang besar kepada mitra Anda, namun jangan pernah membiarkan mereka mematuk harga produk Anda.

Anda harus selalu siapkan risiko terburuk, kalau-kalau Anda didatangi pihak berwajib. Selama Anda bersih, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

“Investor tidak tertarik ke segmen B2G”

Khusus mitos ini, hanya akan terjadi bila Anda tidak berhasil meyakinkan mereka bahwa setiap tahunnya anggaran nasional pemerintah Indonesia mencapai US$165 miliar. Dari total tersebut, anggaran untuk TI mencapai US$4,5 miliar dan terus naik sekitar 10% tiap tahunnya.

Ketika Anda telah memastikan rencana bisnis berkelanjutan, terukur dan aman, investor tidak hanya tertarik dengan perusahaan Anda. Justru jalan menuju profitabilitas jauh lebih cepat.

“Ketika kami dapat investor, kami lebih menggunakan dananya untuk perluas akses ke pemerintah. Malah karena tahap awal kami banyak dipromosi secara gratis oleh gubernur, kami tidak mengeluarkan dana marketing. Sehingga dalam setahun sudah profit.”

Sejauh ini Qlue sudah bermitra dengan delapan pemerintah kota/provinsi, tujuh kementerian dan institusi, dan delapan perusahaan properti dan satu perusahaan infrastruktur utilitas.

Application Information Will Show Up Here

Strategi dan Rencana aCommerce Pasca Pendanaan Seri B

Dalam kesempatan temu media hari ini, Co-Founder & Group CEO aCommerce Paul Srivorakul mengungkapkan beberapa tren yang bakal terjadi dalam dunia e-commerce tahun 2018 mendatang. Sebagai e-commerce enabler yang secara agresif hadir di Asia Tenggara, aCommerce mengklaim Indonesia merupakan negara dengan potensi terbesar, setelah Filipina, Thailand, Singapura.

“Kami dari aCommerce ingin menunjukkan fokus kami di Indonesia dengan mendirikan dua kantor, empat gudang, dan 20 hub. Kami percaya tahun 2018 mendatang akan lebih besar lagi potensi yang bisa digali di Indonesia.”

Setelah mendapatkan pendanaan Seri B beberapa waktu lalu, fokus dari aCommerce selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke Vietnam dan Malaysia. Sementara untuk teknologi, aCommerce akan terus menambah kemitraan serta membuka API kepada partner terkait, untuk memperluas channel aCommerce secara global.

“Dengan menerapkan cara tersebut merupakan pilihan terbaik bagi aCommerce, yaitu menambah kemitraan dengan partner lokal hingga global,” kata Paul.

Ditambahkan oleh Paul, platform teknologi yang tersentralisasi untuk brand memungkinkan klien terhubung dan mendistribusikan produk mereka melalui jaringan terintegrasi Business-to-Consumer (B2C) dan kanal Business-to-Business (B2B) dengan analisis data yang real time.

Strategi ritel multi-channel, distribusi dan marketing

Makin cepatnya pertumbuhan layanan e-commerce saat ini diprediksi pada tahun 2018 mendatang akan bertambah hingga 20%. Melihat besarnya peluang tersebut, Paul menegaskan layanan e-commerce pada umumnya dan aCommerce pada khususnya, harus sudah bisa mencermati tiga poin penting, yaitu omni-channel, retail direct to consumer, hingga merubah distributor dan wholeseller.

“Tiga hal tersebut yang saya prediksi akan memainkan peranan penting dalam layanan e-commerce di Indonesia dan secara global ke depannya. Platform aCommerce pun mencakup keseluruhan perjalanan online pelanggan, dari distribusi produk, pengumpulan data pelanggan hingga pembelian di semua kanal,” kata Paul.

Bukan hanya fokus kepada proses penjualan, namun aCommerce dengan platformnya bisa mendampingi klien untuk mendapatkan secara langsung consumer-behaviour melalui pengolahan big data. Sejak satu tahun terakhir aCommerce mengalami pertumbuhan klien sebesar 62%, membuktikan bahwa layanan menyeluruh yang dimiliki oleh aCommerce digemari oleh kalangan bisnis.

“Ke depannya kami juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada semua klien aCommerce di berbagai negara, bisa menjual produk mereka secara global di negara aCommerce beroperasi,” kata Paul.

Disinggung tentang berapa profit dari aCommerce saat ini, Paul menegaskan ditargetkan pada kuartal pertama tahun 2019 mendatang, aCommerce akan mendapatkan profit secara global.

Pemanfaatan jalur offline bisnis

Dalam kesempatan tersebut turut hadir salah satu klien aCommerce dari Eiger Indonesia yang mengungkapkan kepuasannya selama menjadi klien dari aCommerce. Hal menarik yang disampaikan oleh Head of Ecommerce Eiger Andreant Tendo adalah perubahan mindset yang sudah harus dimiliki oleh kalangan bisnis, tidak lagi hanya mengandalkan jalur offline namun sepenuhnya kepada online. Namun demikian ketika jalur online sudah disempurnakan, harus senantiasa memperhatikan kebutuhan dari pelanggan.

“Orang Indonesia itu masih butuh kejelasan dan percakapan langsung terkait dengan rekam jejak produk yang mereka beli secara online. Jika bisnis bisa menerapkan cara yang benar dalam hal layanan pelanggan, pasti bisa berjalan dengan baik,” kata Andreant.

Dilanjutkan oleh Andreant, meskipun saat ini sebagian besar penjualan produknya dilakukan secara online, namun jalur offline masih memiliki peranan penting untuk membina komunitas, menerima feedback dan insight sekaligus sebagai customer experience saat belanja secara offline.

“Saya juga mengharapkan aCommerce bisa memperluas wilayah layanan hingga ke pelosok daerah di Indonesia. Sehingga bisa memecahkan permasalahan logistik yang masih menjadi kendala utama di Indonesia,’ kata Andreant.

Raih Laba, Mbiz Pasang Target Ambisius dan Mulai Wacanakan IPO

Mbiz, marketplace e-procurement untuk B2B dan B2G dari Group Lippo, memasang target yang sangat ambisius untuk menjadi pemain e-commerce niche terdepan di Indonesia. Target ini dibuat berdasarkan hasil kinerja perusahaan yang diklaim sudah mencetak laba, meski Mbiz belum genap dua tahun berdiri. Ditambah pemain yang bergerak di sektor tersebut masih dapat dihitung jari.

Kendati tidak disebutkan jumlah perolehan labanya, Mbiz menargetkan pada tahun ini penjualan bersih (Net Merchandise Value) dapat tumbuh hampir 2x lipat menjadi Rp3,5 triliun dari perolehan di tahun lalu sebesar Rp1,3 triliun. Untuk 2018, penjualan bersih ditargetkan dapat naik hingga 4x lipat menjadi Rp20 triliun.

Untuk merealisasikan target tersebut, ada sejumlah strategi yang bakal dilakukan perusahaan. Kepada DailySocial, Co-Founder dan COO Mbiz Ryn Hermawan menjelaskan pada tahun ini perusahaan akan fokus mengembangkan kategori layanan yang bergerak di bidang jasa.

Layanan ini diklaim sebagai ladang subur bagi perusahaan karena dapat mencetak keuntungan hingga double digit, dibandingkan dengan layanan pengadaan barang. Pasalnya berdasarkan temuan perusahaan, dari total belanja perusahaan sekitar 90%-95% lari ke arah pengadaan jasa. Besarnya alokasi, membuat perusahaan jadi tergiur untuk menggarap sektor tersebut.

“Tahun lalu kami banyak belajar dari pelanggan yang kebanyakan dari level blue chip company. Dari situ, kami mendapat masukan bahwa ada opportunity lain di luar layanan pengadaan barang, yakni bidang jasa. Makanya sekarang kami siapkan ekosistem, agar tahun depan bisnis mulai fokus ke skalabilitas,” terang Ryn.

Adapun layanan jasa yang akan disediakan Mbiz di antaranya customize items, media outdoor placement, event organizer, civil mechanical engineering, gimmick marketing, leasing, dan lainnya.

Strategi ini dinilai Ryn lebih efektif ketimbang mengembangkan jumlah Stock Keeping Unit (SKU), lantaran SKU lebih identik dengan unsur transaksional. Sementara, Mbiz ingin mendorong ke arah procurement solution yang dinilai dapat mendorong terhadap bisnis sebenarnya.

“Sebab penawaran solusi ini lebih mengarah ke arah pemecahan masalah yang dihadapi klien, ada banyak sekali solusi yang bisa kami sasar.”

Siap cari dana segar tambahan

Untuk mendukung seluruh rencana di atas, Ryn mengungkapkan pihaknya berencana untuk kembali menggalang putaran dana seri B pada tahun ini. Kendati, dia bilang perusahaan tidak begitu terburu-buru untuk melaksanakan rencana tersebut, mengingat ada sejumlah kerja sama strategis yang dapat dikembangkan bersama investor Mbiz.

“Mbiz tidak mau terlalu buru-buru cari funding, memang ada rencana raise funding ke seri B, tapi belum diputuskan apakah tahun ini atau tidak. Meski secara angka kami pasang target yang ambisius di 2018, dengan kata lain itu surely need new funding.”

Sebagai informasi, Mbiz pada awal tahun ini baru menerima pendanaan seri A dari Tokyo Century Corporation (TCC) dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan tersebut membuat nilai valuasi perusahaan mencapai Rp1,3 triliun.

Masuknya TCC menjadi partner strategis Mbiz karena perusahaan tersebut adalah perusahaan pembiayaan untuk berbagai solusi. Saat ini kepemilikan saham perusahaan tetap mayoritas dikuasai oleh Group Lippo.

Sejauh ini, Mbiz mengklaim bisnisnya tidak mengandalkan captive dari Group Lippo. Malah hampir 99% pemesanan berasal dari luar grup. Mbiz berencana untuk ekspansi ke kota tier 1 seperti Surabaya, Makassar, Medan, Yogyakarta, Palembang, Manado, dan lainnya. Tak hanya itu, perusahaan juga berencana untuk menambah jumlah talenta menjadi sekitar 450 orang dari posisi saat ini 240 orang.

Dari segi pencapaian bisnis, Mbiz telah mencetak nilai rata-rata kontrak transaksi sebesar Rp312 juta dengan lebih dari 100 ribu SKU yang terdiri dari 11 kategori barang dan jasa dengan lebih dari 4 ribu sub kategori.

Total mitra Mbiz diklaim lebih dari 600 perusahaan di seluruh Indonesia. Beberapa mitra diantaranya HM Sampoerna, Toyota Astra Motor, AirAsia, Bank Danamon, Combiphar, BRI, dan lainnya.

Mulai wacanakan IPO

Pencapaian Mbiz yang diklaim berhasil mencetak laba di tahun kedua sejak didirikan, membuktikan perusahaan mampu tumbuh positif tanpa harus melakukan subsidi dalam penjualan produk. Ryn meyakini pencapaian ini dapat kembali dilakukan, bila strategi dan eksekusi dilakukan dengan benar dan tepat.

Dia pun kembali berharap agar tahun ini perusahaan akan kembali melaba, meski dia tidak menyebutkan persentase pertumbuhan laba yang ditargetkan.

“Kami berharap pertumbuhan laba akan sejalan dengan pertumbuhan bisnis, meski kami melihat ke depannya untuk membangun ekosistem butuh sejumlah alokasi investasi yang harus dikucurkan dari perolehan laba.”

Ryn mengungkapkan sejumlah resep yang dilakukan perusahaan agar dapat melaba, diantaranya tidak melakukan subsidi dengan menurunkan harga di luar batas kewajaran, selektif dalam akusisi, pembukuan yang tepat, menekankan produktivitas dengan memperhatikan ongkos operasional, dan lainnya.

“Konsep kami adalah tidak melakukan strategi yang tidak profitable bagi Mbiz. Sebab dari awal kami ingin ciptakan ekosistem bisnis yang positif dan ingin bersaing secara sehat.”

Melaba adalah salah satu unsur yang harus dicapai oleh suatu perusahaan sebelum melantai di bursa. Ketika ditanya mengenai hal tersebut, Ryn menjelaskan Mbiz memiliki kemungkinan yang terbuka untuk melaksanakan exit strategy tersebut. Hanya saja, tidak dilakukan dalam waktu dekat.

“Mbiz memiliki forecast positif di 2017, the road [untuk IPO] will be obviously terbuka. Namun tahun pelaksanaannya belum tahu, mungkin 3-4 tahun mendatang, that will be another story. Kami memang ada arah ke sana,” pungkas Ryn.

Grup Lippo Luncurkan Platform E-Commerce Korporasi Mbiz

Grup Lippo kembali memperluas segmen bisnis digitalnya secara agresif. Hari ini (22/3) Grup Lippo mengumumkan kehadiran layanan e-commerce Business to Business (B2B) dan Business to Government (B2G) bernama Mbiz di Jakarta. Mbiz sendiri saat ini masih dalam tahap beta meski sudah bisa diakses oleh publik.

Mbiz didirikan Grup Lippo sebagai solusi proses pengadaan barang secara online bagi perusahaan dan instansi pemerintah dengan layanan yang dapat disesuaikan menurut kebutuhan masing-masing.

Mbiz adalah layanan berbasis e-commerce kedua dari Grup Lippo yang sebelumnya telah meluncurkan layanan e-commerce B2C MatahariMall pada September 2015 silam. Pun begitu, jumlah investasi yang dikeluarkan Grup Lippo untuk Mbiz tidak diungkapkan.

CEO Lippo Digital Group Adrian Suherman mengatakan, “Sejak kuartal tiga 2015, Mbiz telah mulai memberikan layanan untuk unit bisnis Lippo. Dengan inisiatif ini, Lippo turut membangun ekosistem digital di mana para mitra tidak hanya menjual ke konsumen ritel tetapi juga perusahaan dan instansi pemerintah.”

Operasional Mbiz sendiri saat ini dipimpin oleh dua orang co-founder, yakni Ryn Hermawan dan Andrew Mawikere. Sementara itu Adrian Suherman dan Arnold Sebastian Egg berperan sebagai Supervisory Board Mbiz.

Sebelum bergabung dengan Mbiz, Ryn sendiri telah mengecap pengalaman berkecimpung di industri digital bersama DHL Express Indonesia dan FedEx. Sedangkan Andrew memiliki latar belakang karier di finansial bersama J.P Morgan.

Andrew menyebutkan bahwa saat ini dalam platform Mbiz sudah tersedia sepuluh kategori, di antaranya adalah IT, peralatan tulis, peralatan industri, hingga groceries.

Sehubungan dengan kondisi Mbiz yang masih berada dalam tahap beta, untuk tahun 2016 ini fokus Mbiz adalah pengembangan sistem dan juga menambah jumlah produk dan kategori yang disediakan. Selain itu, Mbiz juga dalam proses penjajakan sebagai vendor untuk proyek e-katalog pemerintah Indonesia untuk institusi pemerintah.

“Kami memberikan kemudahan [untuk perusahaan dan pemerintah] di antaranya, transaksi dapat dilakukan kapan dan di mana saja, digital approval melalu email [untuk supervisor], e-invoice dan faktur pajak elektronik yang keseluruhan transaksinya tersimpan di web untuk audit dan keperluan lainnya. Kami berharap […] dapat membangun proses procurement yang transparan, nyaman, serta bisnis yang berkelaanjutan dengan berbagai pihak,” tutup Ryn.

[Video] MozKopdar Event in Bandung Introduces Boot to Gecko

Last weekend, id-Mozilla held a meet up event of MozKopdar Bandung, which is the first MozKopdar event held in Bandung. In addition to Bandung, this event was also held in other cities such as Jakarta and Bekasi.

MozKopdar Bandung took venue at Potluck Kitchen starting at 11 AM. This meet up event, as described by Fauzan Alfi – MozReps, was filled by introduction of Mozilla Student Reps as well as other various events such L10n Sprint or translating Firefox browser into local languages namely Bahasa Indonesia and Sundanese. The event was also filled by the announcement of the latest information on various Mozilla projects.

MozKopdar Bandung was also attended by Arky, Community Manager for Localization (L10n) Asia, who was present to help the translation process from the technical side as well as introducing Boot to Gecko (B2G), which is an open source operating system for mobile devices from Mozilla. Other information about B2G can be seen here and here. Moreover, Arky also explained the various processes and essential stages that can be done by those who are interested to help in the Firefox browser translation project.

Continue reading [Video] MozKopdar Event in Bandung Introduces Boot to Gecko

Boot to Gecko Diperkenalkan Pada Acara MozKopdar di Bandung [Video]

Hari minggu kemarin, id-Mozilla mengadakan acara meetup berupa MozKopdar Bandung, yang merupakan acara MozKopdar pertama yang diadakan di Bandung. Selain kota Bandung acara ini juga diadakan di kota lain seperti Jakarta dan Bekasi.

MozKopdar Bandung diadakan di Potluck Kitchen, mulai pukul 11 siang. Dalam acara meetup kali ini, seperti yang dijelaskan oleh Fauzan Alfi – MozReps – diisi oleh perkenalan Mozilla Student Reps serta berbagai acara lain seperti L10n Sprint atau penerjemahan peramban Firefox ke bahasa lokal yaitu ke Indonesia dan bahasa Sunda. Acara juga diisi oleh pengumuman informasi terbaru tentang berbagai proyek Mozilla.

MozKopdar Bandung ini juga dihadiri oleh Arky, Community Manager for Localization (L10n) Asia, yang hadir membantu proses penerjemahan dari sisi teknis serta memperkenalkan Boot to Gecko (B2G), yang merupakan sistem operasi open source untuk perangkat mobile dari Mozilla. Informasi lain tentang B2G bisa dilihat di sini dan ini. Selain itu Arky juga menjelaskan berbagai proses dan tahap penting yang bisa dilakukan oleh mereka yang tertarik untuk membantu proyek translasi peramban Firefox.

Continue reading Boot to Gecko Diperkenalkan Pada Acara MozKopdar di Bandung [Video]