Flip Dapat Pendanaan Seri B+ Senilai 811 Miliar Rupiah

Flip mengumumkan perolehan pendanaan tambahan untuk putaran seri B senilai $55 juta atau setara 811 miliar Rupiah. Kali ini Tencent berperan memimpin pendanaan, diikuti Block (sebelumnya Square) dan Insight Partners. Sejumlah angel investor turut terlibat, di antaranya Guillaume Pousaz (CEO Checkout.com); Gokul Rajaram (eksekutif Doordash sekaligus komisioner Coinbase, Pinterest), dan Michael Vaughan (ex-COO Venmo).

Investasi baru ini melanjutkan perolehan seri B yang diumumkan Flip akhir tahun 2021 lalu, senilai $48 juta dipimpin Sequoia Capital India, Insight Partners, dan Insignia Venture Partners. Menurut sumber kami, Jika ditotal dana ekuitas yang berhasil didapat startup ini telah mencapai $120 juta atau setara 1,7 triliun Rupiah.

Modal tambahan ini akan difokuskan untuk memperkuat tim, khususnya di divisi teknis dan produk. Saat ini Flip telah memperkerjakan lebih dari 400 karyawan. Ini dilakukan untuk mengakselerasi pengembangan produk dan teknologi baru.

COO Flip Gita Prihanto mengatakan bahwa per Mei 2022 mereka telah melayani lebih dari 10 juta pengguna — meningkat dari sebelumnya di Desember 2021 baru 7 jutaan. Layanan utama mereka membantu pengguna melakukan transfer antarbank, top-up, dan remitansi.

Di sisi lain, layanan B2B mereka juga berkembang pesat. Flip B2B telah digunakan ratusan perusahaan untuk membantu proses penggajian karyawan, pengembalian uang pelanggan, pembayaran faktur, dan remitansi. Total setiap tahun mereka membukukan transaksi sampai $12 miliar.

Layanan transfer antarbank

Flip hadir untuk mengatasi isu terkait biaya transfer antarbank yang cukup mahal — terutama dirasakan kalangan menengah ke bawah dan pelaku UMKM. Teknologi Flip mampu menjadi “forwarder”. Misalnya pengguna dari bank A ingin mentransfer ke bank B, maka ia dapat mentransfer terlebih dulu ke rekening bank A milik Flip untuk kemudian diteruskan ke rekening tujuan bank B calon penerima oleh rekening bank B milik Flip secara otomatis.

Konsep tersebut diterima baik oleh masyarakat Indonesia. Apalagi model bisnis Flip adalah freemium, hingga batas tertentu pengguna dapat menggunakan layanan tersebut secara gratis.

Pemain lain juga mulai menghadirkan layanan ini sebagai salah satu fitur unggulan. Misalnya dilakukan oleh platform e-money DANA, layanan tersebut sempat mengokohkan mereka di peringkat tertinggi untuk platform sejenis. Per Desember 2021, tercatat lebih dari 350 juta transaksi dengan menggunakan fitur “Kirim Uang” di DANA, rata-rata 30 juta transaksi per bulan.

Strategi serupa kini diterapkan banyak fintech, termasuk platform bank digital yang baru-baru ini bermunculan.

Di sisi lain, Bank Indonesia juga telah merilis BI Fast Payment (BI-FAST), mereduksi biaya transfer antarbank menjadi Rp2.500. Menanggapi ini, dalam sebuah wawancara dengan DailySocial.id, Co-founder dan CEO Flip Rafi Putra Arriyan menuturkan pihaknya senantiasa menyambut baik kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia karena selaras dengan visi Flip dalam menghadirkan solusi teknologi keuangan yang adil bagi seluruh masyarakat di Indonesia.

“Untuk mendukung inisiatif tersebut, kami berkomitmen untuk melanjutkan upaya dan inovasi kami dengan memanfaatkan teknologi guna memberikan kualitas terbaik, baik untuk kepraktisan, kemudahan, maupun kecepatan dalam bertransaksi bagi para pelanggan di seluruh Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Fitur Kirim Uang Jadi Favorit Pengguna Platform E-Money DANA

Sebagai platform e-money digital, DANA mengklaim fitur kirim uang menjadi favorit penggunanya. Tercatat ada lebih dari 350 juta total transaksi dengan menggunakan fitur Kirim Uang dengan rata-rata 30 juta transaksi per bulan.

Kepada DailySocial.id, Chief of Product DANA Rangga Wiseno mengungkapkan, berdasarkan jumlah transaksi year-on-year per category, fitur transfer (Kirim Uang) memiliki tingkat pertumbuhan transaksi paling tinggi. Fitur populer lainnya adalah Offline Payment (QR) dan Bill Payment atau pembayaran tagihan.

“Berdasarkan catatan kami, makin banyak pengguna yang merasa nyaman untuk menggunakan fitur transfer lebih dari 10x per bulannya. Tren ini juga diimbangi dengan bertumbuhnya transfer antar pengguna DANA. Banyak pengguna yang memilih untuk menerima uang di akun DANA karena fleksibilitas untuk memindahkan uang ke destinasi apa pun (bank, tunai, ataupun dompet digital lain).”

Untuk mengakselerasi tren dan mendukung inklusi keuangan digital, DANA  mendukung pemberlakuan BI-Fast dengan mengimplementasikan penurunan biaya transfer ke bank (di luar 10 kali transfer gratis) dari Rp4.500 ke Rp2.500. Destinasi favorit adalah dilakukan antar pengguna (peer-to-peer), baik melalui nomor ponsel, link, ataupun DANA Kaget. Sementara destinasi favorit berikutnya ditempati transfer ke akun Bank.

“Kami juga memiliki beberapa rencana untuk menambah pilihan destinasi baru di 2022. Saat ini, rencana tersebut sedang dalam tahap pengembangan dan pengintegrasian,” kata Rangga.

Tentang strategi monetisasi perusahaan untuk fitur unggulan ini, Rangga enggan menjabarkan lebih lanjut.

Tahun ini mereka berencana menjadikan fitur transfer ini dapat dinikmati secara lebih inklusif dan mempermudah frequent user melakukan transfer secara berkala dan menyediakan pengalaman yang lebih dipersonalisasi.

Lakukan pembaruan fitur

Untuk memberikan layanan lebih baik saat melakukan transfer uang, perusahaan melakukan pembaruan untuk fitur kirim uang. DANA melakukan beberapa pembaruan, baik dalam sistem internal maupun integrasi dengan pihak eksternal (bank ataupun perusahan switching). Hasilnya 99,95% transaksi transfer terkirim secara real time.

“Untuk pengalaman bertransaksi digital yang lebih optimal, untuk 0,05% transfer yang tertunda kami juga menambahkan fitur untuk memantau status layanan dan menyediakan Resolution Center di aplikasi DANA. Keluhan akan langsung dilayani dengan cepat oleh Customer Service kami,” kata Rangga.

DANA juga menambah cakupan transfer ke luar ekosistem, seperti Tarik Tunai tanpa kartu di seluruh ATM BCA ataupun transfer ke penyedia jasa pembayaran lain yang tergabung dalam QRIS TTS (Tarik, Transfer, dan Setor).

“Berangkat dari permasalahan tersebut, kami mendesain ulang fitur Kirim Uang dengan menyederhanakan 40% langkah yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi dan menambah beberapa detail seperti Add to Favorite dan juga single interface untuk pencarian destinasi transfer. Hasilnya, conversion rate dari jumlah klik ke transaksi selesai naik hingga 28% untuk versi terbaru dari fitur transfer,” tutup Rangga.

Application Information Will Show Up Here

BI-FAST Diresmikan, Biaya Transfer Antarbank Turun Jadi Rp2.500

Satu per satu implementasi dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 mulai terealisasi. Bank Indonesia akhirnya meresmikan BI Fast Payment (BI-FAST) yang memungkinkan transfer antarbank hanya Rp2.500.

BI-FAST adalah infrastruktur sistem pembayaran yang disediakan Bank Indonesia yang dapat diakses melalui aplikasi yang disediakan industri sistem pembayaran dalam memfasilitasi transaksi pembayaran ritel bagi masyarakat. Implementasi BI-FAST oleh bank kepada nasabahnya akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan rencana bank dalam mempersiapkan kanal pembayaran bagi nasabahnya masing-masing.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, BI-FAST merupakan tongak penting reformasi digitalisasi sistem pembayaran nasional sebagai implementasi BSPI 2025 bersama, QRIS, SNAP, dan reformasi regulasi sistem pembayaran. Ini merupakan inisiatif nasional untuk menciptakan infrastruktur SP ritel yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bertransaksi ekonomi dan keuangan yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal.

“Saya berharap peluncuran BI-FAST akan mempercepat digitalisasi ekonomi keuangan nasional, mengintegrasikan ekosistem industri sistem pembayaran secara end-to-end dari perbankan digital, fintech, e-commerce, dan konsumen, mendorong inklusi ekonomi keuangan, serta mendorong pemulihan ekonomi nasional“ ungkap Perry dalam peluncuran BI FAST, Selasa (21/12).

Pada tahap awal di Desember 2021, implementasi BI-FAST fokus pada layanan transfer kredit individual dengan 21 peserta batch 1 yang telah go live. Bagi calon peserta lainnya yang belum masuk sebagai peserta batch 1, Bank Indonesia tetap membuka gelombang-gelombang berikutnya untuk menjadi peserta BI-FAST. Selanjutnya, layanan akan diperluas secara bertahap mencakup layanan bulk credit, direct debit, dan request for payment.

Nasabah bisa bertransaksi menggunakan BI-FAST di berbagai instrumen pembayaran, seperti nota debit atau kredit, uang elektronik, dan alat pembayaran menggunakan kartu. Lalu bisa menggunakan kanal dari teller, mobile banking, internet banking, ATM atau EDC, dan agen.

“Selanjutnya calon peserta lainnya akan terus kami dorong untuk bergabung pada tahapan-tahapan berikutnya. Pada pekan ke-4 Januari akan ada peluncuran kembali, dengan harapan pada 2022 seluruh industri bisa memanfaatkan BI-FAST untuk kepentingan rakyat.”

Teknologi dan kepesertaan BI-FAST

Sebagai catatan, sistem baru ini akan melengkapi layanan pembayaran ritel yang sudah ada saat ini, yakni Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Tetapi layanan BI-FAST diklaim lebih unggul dari sisi efisiensi waktu hingga tarif yang lebih murah.

BI menetapkan tarif yang harus dibayarkan oleh peserta, dalam hal ini perbankan, kepada BI selaku penyelenggara, sebesar Rp19 per transaksi. Sedangkan tarif yang dikenakan oleh perbankan kepada nasabah maksimal Rp2.500 per transaksi. Biaya ini lebih murah dibandingkan tarif SKNBI sebesar Rp2.900. Bank sentral juga menetapkan batas maksimal nominal transaksi BI-FAST secara bertahap, di mulai dari Rp250 juta pada tahap awalnya.

BI mengklaim kecepatan penyelesaian pembayaran hanya butuh waktu 25 detik, beroperasi 24 jam dan seminggu penuh. Kecepatan tersebut bukan hanya di level nasabah, juga setelmen di perbankannya itu sendiri. “Kalau sekarang beberapa transfer online di nasabahnya memang real-time, tapi di banknya H+1,” ujar Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendrata mengutip dari Katadata.

Keunggulan BI-FAST lainnya adalah memiliki fitur proxy address, yang memungkinkan transfer tidak hanya bisa dilakukan dengan nomor rekening melainkan proxy address yang didaftarkan, berupa nomor HP atau alamat email.

Dalam penyelenggaraan BI-FAST, bank sentral menerbitkan beleid yang tertuang dalam PADG No. 23/25/PADG/2021 sebagai pedoman bagi para calon peserta maupun peserta BI-FAST. Peserta BI-FAST adalah bank maupun lembaga selain bank (LSB) dan pihak lainnya, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Disebutkan, bank yang bisa menjadi peserta langsung harus memiliki modal inti minimum Rp6 triliun dan modal disetor minimal Rp100 miliar untuk lembaga non bank. Dengan kata lain, bank-bank yang modal intinya masih di bawah angka tersebut, hanya bisa menjadi peserta tidak langsung dengan bekerja sama dengan peserta langsung untuk setelmen transaksi pembayarannya.

Dari sisi nasabah, biaya transfer BI-FAST yang berlaku pada peserta tidak langsung akan lebih mahal dibandingkan peserta langsung karena ada biaya tambahan yang dibebankan.

Tanggapan Flip

Kehadiran BI-FAST bisa dikatakan menjadi ancaman tersendiri bagi startup seperti Flip dan Oy! yang menyediakan bebas biaya transfer antarbank. Kepada DailySocial.id, Co-founder dan CEO Flip Rafi Putra Arriyan menuturkan pihaknya senantiasa menyambut baik kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia karena selaras dengan visi Flip dalam menghadirkan solusi teknologi keuangan yang adil bagi seluruh masyarakat di Indonesia.

“Untuk mendukung inisiatif tersebut, kami berkomitmen untuk melanjutkan upaya dan inovasi kami dengan memanfaatkan teknologi guna memberikan kualitas terbaik, baik untuk kepraktisan, kemudahan, maupun kecepatan dalam bertransaksi bagi para pelanggan di seluruh Indonesia.”

Produk Flip sebenarnya tidak hanya transfer antarbank tanpa biaya saja, ada juga remitansi, pembelian produk digital, top up e-wallet, dan solusi manajemen transfer untuk B2B. Meski produk Flip head-to-head secara langsung dengan BI-FAST, sebenarnya Flip membebankan biaya sebesar Rp2.500 per transaksi apabila pengguna mengirim dana lebih dari batas maksimal Rp5 juta dalam sehari. Biaya ini sama persis dengan yang dibebankan BI-FAST.

Baru-baru ini perusahaan menyediakan jam operasional 24 jam untuk memberikan akses transfer dana yang lebih leluasa kepada penggunanya di sejumlah bank, untuk saat ini. Sebelumnya, Flip membatasi jam operasionalnya dari jam 7 pagi sampai jam 8 malam.

Flip Secures 688 Billion Rupiah Series B Funding, Entering the Centaur List

A payment platform and cross-bank transfer startup, Flip, closed a $48 million (688 Billion Rupiah) Series B funding led by Sequoia Capital India, Insight Partners and Insignia Venture Partners. The investment marks Insight Partners’  debut in Indonesia for the New York-based global private equity and venture capital firm.

There is no further information on Flip’s latest valuation, yet the total $65 million since its seed has taken the company into the centaur list valued at over $100 million, following OY!, the closest competitor.

Previously, Flip’s series A in 2020 was led by Sequoia Capital India and the seed funding round in 2019 was co-chaired by Sequoia Capital India and Insignia Ventures Partners.

Flip is to use the fresh money to accelerate business expansion, strengthen operations in Indonesia, invest in technology to deliver better quality, and develop talent focusing on engineering and product teams.

“We are honored to receive the trust and continuous support of our partners. We are also pleased to welcome a leading global private equity and venture capital firm, Insight Partners, which has proven successful in the global financial technology industry landscape. We believe that this partnership will help us in pursuing growth and realizing our vision to present the fairest financial product in Indonesia,” Flip’s Founder and President Director, Rafi Putra Arriyan in an official statement, Wednesday (8/12).

Sequoia India’s VP, Aakash Kapoor said bank transfers are the most dominant payment method in Indonesia’s rapidly growing digital economy. Flip has a large and fast-growing user base with remarkably good retention metrics.

“Partnering with more than 50 fintech companies and some of the distribution-first payment unicorns, Sequoia Capital India believes that Flip is the most attractive consumer fintech company in Indonesia. We are very pleased to co-lead the third consecutive round as a testimony to our high confidence in Flip,” Kapoor said.

Flip has grown significantly amidst the increasing adoption of the technology. The company has served more than seven million users to process various types of financial transactions from various regions in Indonesia as well as abroad remittances.

In addition, Flip provides business solutions for hundreds of companies with various industry scales, including MSMEs (Small and Medium Enterprises), through cash disbursement and remittance services such as employee payroll, customer refunds, invoice/supplier payments, and international transfers.

This solution was created due to several obstacles faced by bank account owners in Indonesia when transferring money. Starting from the convenience of using the product, admin fees for different bank transfers, seamless transaction and faster process.

Rafi also mentioned, there is still room to renew and simplify various financial transactions. “Flip seeks to help individuals and businesses minimize the complexity of these transactions and reduce money transfer cost.”

Flip’s ambition is to become the world’s most customer-centric financial technology company and enable users to make fair financial transactions from anywhere to anyone.

Some of Flip’s main products include online P2P payments with bank transfers to more than 100 domestic banks, international remittances, top-up e wallet and other business solutions. It is claimed that Flip’s  transaction value has reached more than IDR 2 trillion per month.

BI Fast

The central bank is aware of the high transfer fees that consumers often complain as they make digital transaction. In response to this, Bank Indonesia recently launched a new system called BI Fast to reduce interbank transfer fees.

Through BI Fast, registered cross-bank transfer fees have been reduced from IDR 6,500 to IDR 2,500 per transaction. This system will be valid on December 2021 in 22 banks at an early stage. BI Fast is a real-time retail payment system that operates 24/7 replacing the Bank Indonesia’s National Clearing System (SKNBI).

Next, there will be more banks register as participants. Also, it is stated in the regulation that banks that can become BI Fast participants are conventional commercial banks, Islamic commercial banks, sharia business units, and branch offices of foreign banks in Indonesia.

BI Fast will certainly become a threat to both Flip and OY!. Flip alone does not charge an administration fee for individual customers with a nominal transfer of under IDR 5 million a day. If the transaction is at the maximum threshold, the user will be charged at IDR 2,500 per transaction. It is the exact nominal charged by BI Fast.

Recently, the company has provided 24-hour operational hours to provide users with more flexible access to transfer funds at several banks. Previously, Flip has limited its operating hours from 7am to 8pm.

Application Information Will Show Up Here

Flip Kantongi Dana Segar Seri B 688 Miliar Rupiah, Masuk ke Jajaran Centaur

Flip, startup penyedia platform pembayaran dan transfer dana antarbank, mengumumkan penutupan pendanaan Seri B senilai $48 juta (688 Miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Sequoia Capital India, Insight Partners, dan Insignia Venture Partners. Investasi di Flip menandakan debut Insight Partners di Indonesia bagi perusahaan ekuitas swasta dan modal ventura global yang berbasi di New York ini.

Meskipun belum ada informasi soal valuasi terbaru Flip, total dana $65 juta yang telah diperoleh Flip sejak pendanaan awal membawa Flip masuk ke jajaran centaur bervaluasi lebih dari $100 juta, menyusul OY!, kompetitor terdekatnya.

Sebelumnya, putaran Seri A Flip pada 2020 dipimpin Sequoia Capital India dan putaran pendanaan awal pada 2019 dipimpin bersama oleh Sequoia Capital India dan Insignia Ventures Partners.

Flip akan menggunakan dana segar tersebut untuk mempercepat ekspansi bisnis, memperkuat operasional di Indonesia, berinvestasi pada teknologi untuk memberikan kualitas yang lebih baik, serta mengembangkan talenta dengan fokus pada tim teknik dan produk.

“Kami merasa terhormat untuk tetap menerima kepercayaan dan dukungan terus menerus dari mitra kami. Kami juga senang menyambut perusahaan modal ventura dan ekuitas swasta global terkemuka, Insight Partners, yang telah terbukti sukses dalam lanskap industri teknologi keuangan global. Kami percaya bahwa kemitraan ini akan membantu kami dalam mengejar pertumbuhan dan mewujudkan visi kami untuk menghadirkan produk keuangan yang paling adil di Indonesia,” ucap Founder dan Direktur Utama Flip Rafi Putra Arriyan dalam keterangan resmi, Rabu (8/12).

VP Sequoia India Aakash Kapoor mengatakan, transfer beda bank merupakan metode pembayaran paling dominan dalam ekonomi digital Indonesia yang berkembang pesat. Flip memiliki basis pengguna yang besar dan tumbuh cepat dengan metrik retensi yang luar biasa baik.

“Bermitra dengan lebih dari 50 perusahaan fintech dan beberapa unicorn pembayaran pertama distribusi, Sequoia Capital India percaya bahwa Flip adalah perusahaan fintech konsumen paling menarik di Indonesia. Kami sangat senang untuk memimpin bersama putaran ketiga berturut-turut sebagai bukti keyakinan yang tinggi terhadap Flip,” kata Kapoor.

Flip telah tumbuh secara signifikan di tengah meningkatnya adopsi teknologi. Perusahaan telah melayani lebih dari tujuh juta pengguna untuk memroses berbagai jenis transaksi keuangan dari dan ke berbagai daerah di Indonesia serta untuk pengiriman uang ke luar negeri.

Selain itu, Flip menghadirkan solusi bisnis bagi ratusan perusahaan dengan berbagai skala industri, termasuk UKM (Usaha Kecil Menengah), melalui layanan pencairan uang dan pengiriman uang seperti penggajian karyawan, pengembalian uang pelanggan, pembayaran faktur/pemasok, dan transfer internasional.

Solusi ini hadir karena di Indonesia terjadi beberapa kendala yang dihadapi pemilik rekening bank saat melakukan transfer uang. Mulai dari, kenyamanan penggunaan produk, biaya admin transfer beda bank, alur transaksi hingga kelancaran dan kecepatan proses transaksi.

Menurut Rafi, masih terdapat ruang untuk memperbaharui dan mempermudah berbagai transaksi keuangan. “Flip berupaya membantu para individu dan bisnis untuk meminimalkan kerumitan transaksi tersebut dan melakukan transfer uang dengan biaya rendah.”

Flip berambisi menjadi perusahaan teknologi keuangan yang paling mengutamakan pelanggan (customer-centric) di dunia dan memungkinkan para pengguna untuk melakukan transaksi keuangan yang adil dari mana saja kepada siapa saja.

Beberapa produk Flip yang paling dominan di antaranya, pembayaran P2P online dengan transfer beda bank ke lebih dari 100 bank domestik, pengiriman uang ke luar negeri (international remittance), isi ulang dompet digital (top-up e-wallet), dan produk-produk solusi bisnis. Tercatat, nilai transaksi yang diproses Flip telah tembus lebih dari Rp2 triliun per bulannya.

BI Fast

Bank sentral menyadari biaya transfer yang tinggi sering dikeluhkan konsumen saat betransaksi digital. Menjawab hal tersebut, Bank Indonesia baru-baru ini meluncurkan sistem baru bernama BI Fast untuk meringankan biaya transfer antarbank sebagai salah satu tujuannya.

Lewat BI Fast, biaya transfer antarbank yang sudah terdaftar diturunkan dari Rp6.500 menjadi Rp2.500 per transaksi. Sistem ini awalnya direncanakan mulai berlaku per Desember 2021 di 22 bank pada tahap awal. BI Fast merupakan sistem pembayaran retail secara real-time yang beroperasi 24/7 menggantikan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).

Berikutnya, akan semakin bertambah bank yang mendaftar diri sebagai peserta. Pasalya, dalam beleid disebutkan, bank yang dapat menjadi peserta BI Fast adalah bank umum konvensional, bank umum syariah, unit usaha syariah, dan kantor cabang bank asing di Indonesia.

Kehadiran BI Fast tentunya menjadi ancaman tersendiri baik bagi Flip maupun OY!. Flip sendiri tidak membebankan biaya administrasi untuk nasabah individu dengan nominal transfer di bawah Rp5 juta dalam sehari. Apabila transaksi di ambang batas maksimal, maka pengguna dibebankan biaya Rp2.500 per transaksi. Nominal tersebut persis sama dengan yang dibebankan oleh BI Fast.

Baru-baru ini perusahaan telah menyediakan jam operasional 24 jam untuk memberikan akses transfer dana yang lebih leluasa kepada penggunanya di sejumlah bank. Sebelumnya, Flip membatasi jam operasionalnya dari jam 7 pagi sampai jam 8 malam.

Application Information Will Show Up Here

Oy! Raises 653 Billion Rupiah Funding, Soon to be Centaur

Afintech platform providing transfer service, Oy! reportedly raises series A funding worth of $45 million or equivalent to 653.4 billion Rupiah. Softbank Ventures Asia and MDI Ventures led the round with some investors including Pavilion Capital, AC Ventures, Alfamart, Central Capital Ventura, Wavemaker Partners.

Apart from already registered with the regulator, parties that involves in this agreement confirmed the new round. The total funding is said to take the company’s valuation to $108 million. AC Ventures entrance also brought one of its founding partners, Pandu Sjahrir, to the ranks of Oy!’s board members.

Oy!’s seed round has been raised from 2017 to 2020, several investors involved including MDI Ventures, Wavemaker Partners, Pavilion Capital, and Central Capital Ventures.

Oy! Indonesia offers several services, both for consumers and business. On the B2C sector, they have the Oy! Indonesia app to accommodate fund transfer between banks. Its capabilities also include remittances, enabling transfers between countries.

In terms of business, they provide API services to facilitate transactions, both for sending and receiving funds. Based on our observation, with the development of existing features, Oy! Indonesia seems more serious in working on the B2B segment. The open finance service potential is really impressive as business are transforming and trying to provide efficiency in the financial transaction process on its platform.

In the interbank transfer feature for consumers, Oy! is in close competition with the Flip app. We have specifically conducted an analysis of the two platforms. The market share is quite large for this service, based on BI data throughout 2019, the volume of domestic transactions was recorded at more than 218.89 million with a nominal value of Rp84.47 trillion. The remittance business alone recorded 37.7 million transactions with a value of Rp90.67 trillion.

This service is also available to resolve the interbank transfer fees issue.  Alfamart entrance as a strategic partner shows interesting indication, regarding the potential of Oy! to enter the online-to-offline (O2O) model in selling its services. This is in line with one of fintech’s visions to serve the underbanked, which still a big number in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Oy! Kumpulkan Pendanaan 653 Miliar Rupiah, Jadi Centaur Selanjutnya

Platform fintech penyedia layanan transfer dana Oy! dikabarkan berhasil mengumpulkan pendanaan seri A dengan total hingga $45 juta atau setara 653,4 miliar Rupiah. Softbank Ventures Asia dan MDI Ventures memimpin putaran ini didukung sejumlah investor termasuk Pavilion Capital, AC Ventures, Alfamart, Central Capital Ventura, Wavemaker Partners.

Selain sudah tercatat di regulator, beberapa pihak yang dekat dengan kesepakatan ini mengonfirmasi adanya putaran baru tersebut. Akumulasi dari total pendanaan ditaksirkan membawa valuasi perusahaan di angka $108 juta. Masuknya AC Ventures juga membawa salah satu founding partner mereka Pandu Sjahrir di jajaran board member Oy!.

Sebelumnya putaran seed Oy! digalang sejak taun 2017 s/d 2020, beberapa investor yang terlibat termasuk MDI Ventures, Wavemaker Partners, Pavilion Capital, dan Central Capital Ventura.

Oy! Indonesia memiliki beberapa layanan, baik untuk konsumer maupun pebisnis. Di kancah B2C, mereka memiliki aplikasi Oy! Indonesia untuk membantu pengguna melakukan transfer dana antarbank. Kapabilitas mereka juga sudah mencakup remitansi, memungkinkan dilakukannya transfer antarnegara.

Kemudian untuk bisnis, mereka menyediakan layanan API untuk memudahkan transaksi, baik untuk pengiriman maupun penerimaan dana. Dari pengamatan kami, dengan melihat laju pengembangan fitur yang ada, Oy! Indonesia tampak lebih serius untuk menggarap segmen B2B ini. Potensinya layanan open finance memang begitu mengesankan di saat para pebisnis melakukan transformasi dan berusaha memberikan efisiensi proses transaksi finansial di platformnya.

Di fitur transfer antarbank untuk konsumen, Oy! berhadapan langsung dengan aplikasi Flip. Secara spesifik kami pernah melakukan analisis terkait kedua platform tersebut. Pangsa pasarnya cukup besar untuk layanan tersebut, menurut data BI sepanjang tahun 2019 volume transaksi domestik tercatat ada lebih dari 218,89 juta dengan nominal Rp84,47 triliun. Bisnis remitansi sendiri mencatat 37,7 juta transaksi dengan nilai Rp90,67 triliun.

Layanan tersebut juga hadir untuk menyelesaikan isu biaya transfer antarbank. Masuknya Alfamart sebagai mitra strategis juga menjadi indikasi menarik, khususnya terkait potensi Oy! masuk ke model online-to-offline (O2O) dalam menjajakan layanannya. Hal ini sejalan dengan salah satu visi fintech untuk melayani kalangan underbanked yang jumlahnya masih banyak di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Jumlah Pengguna Naik, Flip Fokus Perbanyak Mitra Perbankan

Flip mengumumkan Bank DBS sebagai mitra transfer bank terbaru untuk mengakomodasi lebih banyak penggunanya yang ingin transfer gratis antar bank. Selain DBS, sejauh ada 15 bank lainnya yang telah lebih dahulu bekerja sama dengan Flip.

Dalam keterangan resmi, Co-Founder & CEO Flip Rafi Putra Arriyan menuturkan terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan teknologi untuk memfasilitas mereka dalam melakukan transaksi keuangan secara online. Di Flip, layanan transfer gratis antar banknya mengalami kenaikan pengguna hampir 100% atau dua kali lipat selama pandemi, dibandingkan sebelum terjadi pandemi.

“Sebelumnya lebih banyak didominasi penggunaan ATM. Selain itu, pandemi juga membuat banyak orang memperketat pengeluaran mereka, sehingga layanan transfer antar bank gratis yang ditawarkan Flip bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi pengeluaran,” tuturnya, pekan lalu (5/11).

Dalam menjawab peningkatan permintaan ini, Flip menggaet Bank DBS sebagai mitra bank yang terbaru buat melayani nasabah individu dan bisnis di Flip. Dengan memanfaatkan API bernama DBS RAPID, memungkinkan Flip dapat menjalankan proses transfer antar bank dengan lancar dan tanpa hambatan.

DBS RAPID mengintegrasikan pemrosesan secara real time terkait pembayaran, dan mempermudah transaksi bisnis di ekosistem DBS. Pemenuhan transaksi real time tidak hanya meningkatkan efisiensi untuk nasabah korporasi Bank DBS dan penghematan biaya, tapi juga memberikan pengalaman dan menempatkan nasabah korporasinya sebagai pemimpin pasar di industrinya.

“Kami selalu berupaya untuk membantu nasabah korporasi kami dalam melakukan bisnisnya, salah satunya Flip. DBS RAPID memungkinkan koneksi langsung antara sistem Flip dengan DBS, sehingga Flip dapat memberikan instruksi untuk transaksi langsung dari sistem tanpa harus login ke portal internet banking,” tambah Head of Sales Global Transaction Services Bank DBS Indonesia Husin Hartono.

Secara global, rekam jejak DBS RAPID sudah digunakan untuk lebih dari 200 contoh kasus. Transfer dana lebih lancar dan cepat adalah salah satunya, lebih dari 6 ribu integrasi dengan berbagai mitra untuk pengumpulan pembayaran instan.

Secara terpisah, kepada DailySocial, Marketing & Communication Manager Flip Asriana Septari tidak merinci bagaimana bentuk kerja sama antara kedua perusahaan, termasuk dengan mitra bank lainnya yang sudah terkoneksi, mengingat Flip tidak membebankan biaya administrasi untuk nasabah individu dengan nominal transfer di bawah Rp5 juta dalam sehari.

Ia hanya menyebutkan, perusahaan senantiasa memprioritaskan kenyamanan pengguna dan menjalin kerja sama strategis dengan berbagai pihak yang dapat membantu proses transaksi di Flip menjadi lebih baik. “Flip merupakan salah satu perusahaan yang mengkoneksikan sistemnya dengan sistem API Bank DBS Indonesia.”

Setelah Bank DBS, penambahan mitra bank yang lain akan terus dilakukan melihat kebutuhan para pengguna Flip. Untuk rencana lainnya seperti pertimbangan mengajukan lisensi uang elektronik juga DailySocial tanyakan.

Astari hanya menerangkan perusahaan senantiasa berusaha mengembangkan layanan dan proses transaksi yang seamless karena itu menjadi prioritasnya. “Saat ini kami selalu menjajaki berbagai kemungkinan yang ada untuk dapat mencapai hal tersebut,” pungkasnya.

Flip menggunakan kode unik yang harus dimasukkan pengguna saat transfer ke rekening tujuan. Setelah transfer berhasil, kode tersebut masuk ke saldo e-wallet Flip pengguna yang dapat digunakan untuk berbelanja produk digital, seperti isi paket data, beli pulsa, token listrik, atau ditarik lagi ke rekening.

Sejauh ini, saldo e-wallet dapat diisi ulang tapi penggunaannya terbatas untuk kegiatan di atas saja.

Application Information Will Show Up Here

Perlombaan Layanan Transfer Antar Bank: Flip vs OY!

Rivalitas Flip dan OY!, seperti memosisikan Grab vs Gojek, Traveloka vs Tiket, Gopay vs OVO, atau Tokopedia vs Shopee. Mereka berdua piawai di segmen layanan transfer dana antar bank (interbank) tanpa biaya. Flip sudah beroperasi sejak akhir 2015, sementara OY! melakukan pivot, bisnis awalnya sebagai pesan instan, di 2017.

Keduanya sama-sama sudah berizin dari Bank Indonesia sebagai layanan transfer dana. Menariknya, dalam daftar ini, menurut pantauan DailySocial, hanya Flip dan OY! yang bermain di layanan transfer dana antar bank domestik. Selebihnya dikuasai perusahaan yang bermain di bisnis remitansi.

Menurut data Bank Indonesia, sepanjang tahun lalu volume transaksi domestik tercatat ada lebih dari 218,89 juta dengan nominal Rp84,47 triliun. Bisnis remitansi sendiri mencatat 37,7 juta transaksi dengan nilai Rp90,67 triliun. Angka yang hampir seimbang ini mengejutkan mengingat pada 2018 bisnis remitansi jauh mendominasi dengan nominal Rp177,1 triliun dibandingkan domestik Rp32,71 triliun.

Mulai terpacunya bisnis transfer domestik membuka ruang bisnis untuk digarap Flip dan OY!. Pengamat INDEF Nailul Huda menerangkan, biaya administrasi perbankan di Indonesia masih cenderung mahal. Hal ini mencakup biaya transfer antar bank dengan kisaran Rp6.500-Rp7.500, bahkan biaya transfer antar bank Himbara saja relatif masih tinggi, sebesar Rp4.000.

“Sedangkan teknologi semakin pesat dengan menghadirkan proses yang lebih efisien. Peluang tersebut ternyata diambil oleh Flip dan beberapa bisnis penyedia jasa transfer keuangan lainnya,” terangnya kepada DailySocial.

Kebiasaan konsumen pun ikut berubah karena pesatnya perkembangan digital. Mereka lebih rasional terhadap harga. Mencari layanan yang memberikan harga yang murah, proses mudah, termasuk layanan transfer uang antar rekening. Alhasil, layanan seperti Flip dan OY! berhasil menarik pengguna.

Kondisi ini juga diterjemahkan sebagai gimmick perusahaan finansial untuk menarik pengguna. Bila familiar dengan playbook pemain e-money tersohor pada awal mereka berdiri, umumnya menawarkan layanan transfer gratis ke antar bank dari saldo e-money pengguna tanpa batas.

Karena basis bisnisnya berbeda dengan Flip dan OY!, secara perlahan porsi gimmick tersebut semakin berkurang. GoPay dan OVO adalah contohnya. Keduanya berhenti mensubsidi biaya transfer kepada pengguna, malah memberikan tambahan biaya untuk setiap transfer ke saldo e-money alih-alih sebagai biaya pemeliharaan sistem. Pun demikian, biaya yang mereka kenakan masih di bawah biaya yang dikenakan layanan perbankan.

Ada juga BTPN Jenius dan DANA yang menetapkan limitasi tertentu untuk menikmati fasilitas tersebut. Misalnya, DANA hanya menyediakan 10 kali bebas transfer dalam satu bulan. Sementara Jenius menetapkan kuota yang didapat nasabah disesuaikan berdasarkan saldo rata-rata pada bulan sebelumnya.

Sumber: Flip
Sumber: Flip

Flip vs OY!

Dalam perkembangannya, bisnis kedua perusahaan ini head-to-head dan saling beririsan seperti terliha di bagan berikut:

Flip OY!
Legalitas Izin BI Izin BI
Gratis transfer Maks Rp5 juta per hari, biaya Rp2.500 per transaksi. Tergantung metode pembayaran. Bank transfer dan virtual account maks Rp5 juta, biaya Rp2 ribu per transaksi.

Kalau dengan kartu debit, biaya Rp2.500 per transaksi.

Jumlah bank 14 bank Lebih dari 100 bank
Verifikasi akun Transfer di bawah Rp500 ribu tidak wajib Wajib
Cara transfer Aplikasi & Web Aplikasi
Nominal transfer Rp10 ribu-Rp5 juta (individu) Rp10 ribu-Rp100 juta per hari (akumulasi per hari), dengan metode manual transfer dan VA dibatasi hanya 25 kali setiap hari
Jam operasional Ada, dari jam 07.00-20.00 Tidak ada

Sumber: Flip dan OY!, diolah kembali

Flip hadir pada saat ekosistem keuangan belum terdigitalisasi sepenuhnya. Dalam wawancara bersama investor Flip, Managing Partner Insignia Ventures Yinglan Tan, Co-Founder dan CEO Flip Rafi Putra Arriyan menerangkan di tahun 2015 perusahaan besar seperti GoPay, OVO, DANA belum ada di pasar. Banyak bank yang belum memiliki API.

Solusi yang ditawarkan Flip pada saat itu sangat sederhana, menggunakan Google Form untuk mengakomodasi permintaan dari konsumen. Lima tahun berjalan, ekosistem tumbuh sangat pesat. Flip memang tidak sebesar ketiga pemain e-money di atas, namun kondisi yang tetap sama adalah biaya admin yang tetap ada.

“Kita sudah ada di pasar sejak lama dan kami mengerti bagaimana produk [kita] bisa berjalan, bagaimana sistem yang tepat. Kita juga sudah paham kemauan konsumen, terlebih itu, dari industri perbankan ada kesempatan yang bisa kita ambil. Hal ini memungkinkan kita untuk membuat dampak yang lebih besar buat Indonesia ke depannya.” terang Ari, sapaan Rafi Putra, dalam podcast yang diunggah pada akhir Juni 2020.

(kiri ke kanan) Co-Founder Flip: Ginanjar Ibnu Solikhin, Luqman Sungkar, dan Rafi Putra Arriyan / Flip
(kiri ke kanan) Co-Founder Flip: Ginanjar Ibnu Solikhin, Luqman Sungkar, dan Rafi Putra Arriyan / Flip

Ari memperkuat pernyataannya saat dihubungi terpisah oleh DailySocial. Dia melihat bahwa transfer bank gratis menjadi salah satu hal yang dicari oleh masyarakat. Terlebih, dengan adanya pandemi, semakin banyak masyarakat yang menjadi lebih selektif terhadap pengeluaran.

“Dari sisi tren, tentu kami melihat kebutuhan ini semakin meningkat, terbukti dengan peningkatan jumlah pengguna Flip dari bulan ke bulan.”

Flip menyediakan produk dasar transfer gratis ke 14 bank. Mereka membuat akun di bank tersebut dan menghubungkan dengan sistem API untuk memfasilitasi interbank transfer secara gratis. Ada kode unik yang harus dimasukkan pengguna saat transfer, agar dapat diproses secara otomatis oleh sistem.

Kode unik ini dikumpulkan dalam satu dompet di dalam aplikasi Flip yang dapat digunakan untuk bertransaksi pulsa, paket data, beli token listrik, atau ditarik kembali ke rekening.

Dalam pengembangannya, Flip memiliki tiga jenis layanan transfer, untuk nasabah individu, bisnis, dan remitansi. Ari menjelaskan ketiganya sudah melingkupi cara perusahaan monetisasi. Untuk individu, monetisasi berlaku apabila pengguna melakukan transfer dengan nominal lebih dari Rp5 juta per hari. Biaya yang dikenakan sebesar Rp2.500 per transaksi.

“Namun, biaya ini tetap jauh lebih murah dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan tanpa menggunakan aplikasi Flip.”

Solusi Flip untuk nasabah bisnis, Big Flip, jauh lebih komprehensif karena mampu melakukan transfer secara real time ke 104 bank di Indonesia. Big Flip mengakomodasi upload batch via CSV hingga 20.000 tujuan dalam satu waktu untuk kebutuhan transfer ke banyak rekening sekaligus secara otomatis melalui integrasi API Host-to-Host.

Big Flip lebih fokus membantu operasional keuangan di perusahaan seperti penggajian, pembayaran ke partner bisnis, maupun ke refund ke konsumen. Biaya per transaksi sebesar Rp4 ribu, lebih murah Rp1.500 dari menggunakan cara manual, seperti internet banking. Layanannya telah digunakan lebih dari 320 perusahaan di Indonesia.

Terakhir adalah layanan remitansi. Flip Globe memberikan keleluasaan pengguna untuk mengirim uang ke 10 negara dengan biaya mulai dari Rp80 ribu. Lebih murah dibandingkan layanan serupa. Penjualan produk digital juga dijadikan sebagai channel perusahaan monetisasi.

Ari mengklaim saat ini pengguna Flip ada lebih dari 2 juta orang, namun ia enggan menyebutkan jumlah transaksi yang berhasil mereka proses. “Selama pandemi, kami melihat transaksi online transfer meningkat lebih banyak selama pandemi di platform kami, dibandingkan pada saat normal [kondisi sebelum pandemi].”

Sementara itu, hingga artikel ini dinaikkan OY! tidak merespons seluruh pertanyaan yang dikirimkan DailySocial. OY! memosisikan dirinya sebagai aplikasi solusi finansial. Tidak hanya transfer gratis, mereka juga melengkapi layanan dengan fitur-fitur pembayaran yang telah terhubung dengan kartu debit.

Produk OY! beririsan langsung dengan Flip. Mereka juga menyediakan tiga jenis layanan transfer dan produk digital untuk pembayaran tagihan. OY! sudah mengakomodasi top up saldo e-money dari berbagai pemain hingga yang berbasis kartu.

Mereka juga sedang menguji coba fitur tarik tunai tanpa ATM di kasir gerai ritel. Tidak dijelaskan siapa mitra yang digaet dan di mana saja inovasi ini sudah bisa dimanfaatkan pengguna.

Cara monetisasinya juga tidak jauh berbeda. Selain transfer antar akun bank, juga ada virtual account dan kartu debit yang masing-masing dikenakan biaya. Kalau kartu debit, pengguna dikenakan biaya Rp2.500 per transaksi.

Biaya untuk metode bank transfer dan virtual account akan dibebaskan asal tidak lebih dari Rp5 juta. Lebih dari itu dikenakan biaya Rp2 ribu per transaksi.

Dalam pemberitaan sebelumnya, pihak OY! mengklaim per awal tahun ini mereka mengklaim sudah memiliki 500 ribu basis pengguna.

Jika dicermati cara kedua perusahaan ini monetisasi, lagi-lagi kata kuncinya adalah lebih murah daripada pemain sejenis. Keduanya sudah punya jalur menuju profitabilitas karena sudah memiliki cara monetisasi yang jelas.

Sumber: OY! Indonesia
Sumber: OY! Indonesia

Berkompetisi dengan petahana

Perlu diketahui, biaya admin yang dibebankan bank setiap transfer merupakan salah satu cara bank memperoleh laba, yang masuk melalui pendapatan non bunga (fee based income). Selain transfer, sumber penghasil fee based adalah inkaso, safe deposit box, letter or credit, dan kartu kredit.

Fee based cukup vital kontribusinya buat bank, terutama di era digital karena mampu mengatasi tekanan perbankan terhadap kemampuannya dalam mencetak laba, tekanan pada rasio kredit macet, dan penurunan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM).

Kehadiran Flip dan OY!, lanjut Huda, sebenarnya melengkapi fasilitas keuangan di perbankan yang sudah ada sebelumnya, namun dengan cara yang lebih efisien dan murah. Harapannya bank dapat meresponsnya dengan meningkatkan teknologi yang mampu membuat layanannya lebih efisien dan murah dari saat ini.

“Kehadiran [layanan] fintech ke dalam aspek layanan keuangan menghadirkan disrupsi bagi penyedia layanan yang masih mengandalkan fitur tradisional.”

CEO Artajasa Bayu Hanantasena menambahkan, pasar interbank transfer masih cukup besar dan masih terus besar. Buat perusahaan switching seperti Artajasa, kehadiran kedua perusahaan ini belum berdampak adanya penurunan dari aspek bisnisnya.

Meskipun demikian, ia tetap memperhatikan apakah model bisnis seperti mereka apakah sustainable dan cukup menarik bagi pelanggan. “Model bisnis mereka baru ya dan flow prosesnya beda. Terkait model bisnis dan value proposition berbeda dengan switching,” katanya saat dihubungi DailySocial.

Dalam praktiknya, pemain seperti Flip tetap membutuhkan perusahaan switching dalam menjalankan bisnisnya. Ari menjelaskan, perusahaan switching adalah rekan yang saling melengkapi karena dapat membantu perusahaan memberikan layanan yang lebih baik bagi pengguna dengan membuka jaringan ke lebih banyak bank.

“Kami selalu terbuka untuk adanya kolaborasi dengan institusi yang kami yakni dapat selalu berkontribusi untuk masyarakat Indonesia,” kata Ari.

Survey: In 2015, Bank Transfer Is Still Online Shoppers’ Favorite

In 2013, Vela Asia (now Paraplou) published Indonesians’ preferred payment method. Back then, bank transfer was ranked first, followed by Cash On Delivery (COD) and credit card. DailySocial partners with JakPat did a survey on the same topic to find out whether two years have changed the people’s preference or not. Continue reading Survey: In 2015, Bank Transfer Is Still Online Shoppers’ Favorite