Beam Segera Luncurkan Layanan Sewa Sepeda dan Skuter Listrik di Indonesia

Startup pengembang layanan mobilitas mikro “Beam” mengumumkan rencananya untuk masuk ke pasar Indonesia. Langkah ini diambil setelah perusahaan memperoleh pendanaan seri B senilai $93 juta yang dipimpin Affirma Capital. Sejumlah pemodal ventura lainnya turut andil di pendanaan ini, termasuk Sequoia Capital India dan AC Ventures.

Selain Indonesia, ekspansi juga akan mencakup beberapa negara lain yakni Filipina, Vietnam, Jepang, dan Turki. Diketahui saat ini Beam sudah tersedia di Australia, Malaysia, Selandia Baru, Korea Selatan, Thailand, dan Taiwan.

Layanan Beam sendiri memungkinkan pengguna untuk menyewa layanan mobilitas urban, terdiri dari dua opsi. Pertama ada Beam Saturn, yakni skuter listrik yang didesain untuk mudah dan aman dikendarai. Kemudian yang kedua Beam Apollo, yakni berbentuk sepeda elektrik modern. Dan akan segera hadir Beam Jupiter untuk perangkat e-moped.

Startup ini didirikan oleh Alan Jiang (CEO) dan Deb Gangopadhyay (CTO). Alan sebelumnya sempat menjabat sebagai Country Manager Uber Indonesia, kemudian menjadi Head of SEA untuk layanan serupa Beam asal Beijing, yakni Ofo.

Layanan mobilitas mikro di Indonesia

Sebelumnya, GrabWheels sempat mengaspal di Indonesia menyajikan layanan skuter listrik di beberapa titik. Dalam kehadiran awalnya, Grab menggandeng mitra pengembang properti seperti Sinar Mas Land untuk uji coba di BSD City, juga universitas di Jakarta. Namun demikian, tak berselang lama layanan tersebut dihentikan seiring adanya beberapa kasus, termasuk kecelakaan.

Menurut seorang pengamat tata kota yang enggan disebutkan identitasnya, untuk menghadirkan layanan mobilitas mikro di Indonesia banyak tantangannya, terlebih jika targetnya di area-area publik terbuka. Menurutnya, konsep bisnis seperti itu lebih cocok untuk ditempatkan di lokasi khusus, seperti kompleks perumahan atau tempat wisata — biasanya mengharuskan bekerja sama dengan mitra lokal seperti pengembang properti atau pemerintah.

Grab pun sebenarnya sudah melakukan strategi tersebut, namun mendapatkan penerimaan yang baik dari pasar.

Secara regulasi, di Indonesia sudah ada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2020 tentang Kendaraan Tertentu Dengan Menggunakan Penggerak Motor Listrik. Regulasi itu terbit pada pertengahan Juni 2020, berselang tidak lama setelah skuter listrik Grab dikenalkan.

Di negara dengan tata kota yang baik seperti di Amerika Serikat, model layanan mobilitas mikro ini mendapatkan penerimaan cukup baik dari masyarakat. Menurut riset McKinsey tahun 2019, diperkirakan industri mobilitas mikro bisa bernilai sekitar $300-500 miliar hingga tahun 2030. Namun sejak pandemi menyerang, penggunaan mobilitas mikro termasuk skuter listrik ini anjlok 50%-60%.

Di Singapura, layanan on-demand skuter dan sepeda listrik juga sempat populer, hingga akhirnya sejumlah kasus terjadi dan mendorong regulator setempat untuk memberikan batasan-batasan. Misalnya adanya hukuman untuk pengguna yang memarkir skuter atau sepeda di tempat umum secara tidak teratur atau tidak pada tempatnya; hingga sejumlah aturan diperketat terkait dengan perangkat mobilitas untuk menekan terjadinya potensi kecelakaan.

Optimisme Beam

Beam mengaku terus berinovasi pada teknologi keselamatan pengguna. Salah satunya dengan menerapkan MARS (Micromobility Augmented Riding Safety) yang terdiri dari inovasi keselamatan untuk melindungi pejalan kaki, mengatur ruang zonasi dan parkir, hingga mendorong penggunaan kendaraan yang lebih aman oleh pengguna. Inovasi di sisi perangkat mobilitas juga terus dikencangkan.

Inovasi keamanan MARS yang dihadirkan Beam / Beam

Co-Founder & CEO Beam Alan Jiang mengatakan, “Micromobility telah mengambil sistem keamanan mutakhir seperti teknologi MARS Beam dan menerapkannya ke kendaraan listrik kecil seperti e-skuter, e-bikes, dan e-moped untuk membantu arus kota lebih baik untuk semua orang. Kami sangat senang dapat bermitra dengan dana visioner seperti Affirma untuk menghadirkan mobilitas yang berbiaya lebih rendah, lebih hijau, dan lebih aman bagi kota-kota di seluruh APAC.”

Terkait pandemi, Beam meyakini permintaan untuk layanan mobilitas mikro terus tumbuh di Asia Pasifik. Hal dini dicerminkan dari pendapatan Beam yang tumbuh 15x lipat sejak dimulainya pandemi. Beam bekerja sama dengan pemerintah daerah di kota-kota di Asia Pasifik untuk menyediakan layanan mobilitas mikro bersama yang aman dan berkelanjutan saat masyarakat mereka tertarik pada cara bepergian yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Mengukur Prospek Sesungguhnya Bisnis Skuter Listrik di Indonesia

Bisnis penyewaan skuter listrik atau e-scooter kembali menemukan momentum setelah regulasi yang mengaturnya terbit. Satu hal yang paling penting dari penerbitan regulasi tersebut adalah pemerintah menjamin keberadaan skuter listrik dan penggunaannya.

Regulasi mengenai skuter listrik termaktub dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2020 tentang Kendaraan Tertentu Dengan Menggunakan Penggerak Motor Listrik. Regulasi itu terbit pada pertengahan Juni lalu. Grab mungkin satu dari sekian pihak yang paling menyambut satu regulasi ini.

Grab merambah bisnis penyewaan skuter listrik sejak Mei 2019 dengan nama GrabWheels. Sejak diluncurkan di area Jabodetabek, GrabWheels berhasil mencuri perhatian banyak orang. Skuter listrik mereka kerap terlihat di mana saja. Namun sebuah kecelakaan yang menewaskan dua pengguna GrabWheels di akhir tahun lalu memaksa Grab menghentikan layanan skuter listriknya untuk sementara.

Lahir kembali

Berbulan-bulan setelah kejadian nahas tersebut, Grab kini meluncurkan ulang GrabWheels. Mereka menggelar peluncuran kembali itu bersama dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menjelaskan sejumlah penyesuaian dilakukan guna memenuhi tuntutan standar regulasi.

Ridzki menjelaskan sekarang mereka menyiapkan station manager dan satgas khusus yang bertugas mengecek dan mengelola GrabWheels. Station manager bertugas mengelola unit GrabWheels termasuk melakukan disinfeksi, sementara satgas bertugas memastikan pengguna mematuhi protokol keamanan, keselamatan, dan kebersihan.

“Kami juga mendorong pengguna membawa helm serta menyediakannya di setiap titik akhir GrabWheels,” jelas Ridzki.

Ridzki memastikan saat ini pengoperasian kembali GrabWheels masih terbatas di tujuh lokasi di Jakarta dengan sekitar 200 unit skuter listrik. Lokasi itu di antaranya adalah kawasan Kuningan City, Lotte Shopping Avenue, Gedung BRI 2, Thamrin 10, Intiland Tower, Blok M Square, dan Blok M Mall. Sedangkan dari aspek tarif diganjar Rp10.000 per 30 menit.

Mencari potensi terbaik

Ridzki menegaskan bahwa sebagai alternatif transportasi, skuter listrik akan maksimal digunakan sebagai moda first mile dan last mile yang dapat berintegrasi dengan sistem transportasi yang sudah ada. Namun saat GrabWheels sedang ramai digunakan pada akhir tahun lalu sebagian pengguna memaanfaatkan skuter listrik itu untuk sarana rekreasi semata.

Grab tidak mengungkap secara detail rencana mereka dengan skuter listrik. Kembalinya mereka setelah berhenti beroperasi tentu ada alasannya. Melihat gigihnya mereka mempertahankan GrabWheels, bukan tak mungkin ada potensi yang cukup besar menanti di bisnis skuter listrik ini.

 

Di rumusan McKinsey, skuter listrik merupakan salah satu kendaraan kategori mikromobilitas. Mereka menangkap tren skuter listrik menciptakan potensi ekonomi yang tidak kecil. Pada 2019, McKinsey memperkirakan industri mikromobilitas bisa bernilai sekitar 300-500 miliar dolar AS hingga tahun 2030. Namun sejak pandemi menyerang, penggunaan mikromobilitas termasuk skuter listrik ini anjlok 50%-60%.

Head of Strategic MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto mengamini bahwa regulasi menjamin penggunaan skuter listrik. Namun secara bisnis, sukses atau tidaknya skuter listrik menurutnya tak akan bisa dilihat dalam waktu yang singkat.

MDI Ventures adalah salah satu investor di startup yang khusus menyediakan jasa penyewaan e-scooter bernama Beam. Skuter listrik Beam sudah bisa ditemui di Malaysia, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Taiwan. Sejumlah lokasi di Jakarta sebenarnya sudah dapat ditemui e-scooter dari Beam. Namun khusus di sini, keberadaannya masih sebatas testing the water.

Aldi menyebut hal itu terjadi karena penggunaan e-scooter membutuhkan sejumlah kondisi. Infrastruktur jalan dan transportasi yang terintegrasi merupakan dua hal penting yang dapat mendukung penggunaan skuter listrik. Itu sebabnya Beam mengutamakan kota-kota padat penduduk di negara maju yang umumnya sudah memenuhi kedua kondisi tersebut.

“Kita melihat e-scooter potensinya itu untuk short distance mobility untuk jarak sekitar 3-5 kilometer yang punya infrastruktur bagus atau di bawah 3 kilometer yang enggak begitu bagus. Kita percaya ini jadi solusi kalau jalan kaki itu kejauhan tapi kalau naik ride hailing kemahalan,” imbuh Aldi.

Jakarta sebagai kota yang memiliki kriteria paling ideal bagi skuter listrik memang kian ramah bagi pengguna kendaraan non-bermotor. Dengan diperbolehkannya skuter listrik melintas di jalur sepeda, skuter dapat melintas di trek sepanjang 63 kilometer. Beberapa titik transportasi yang terintegrasi juga sudah muncul.

Mencari alternatif

Terlepas dari faktor pandemi, bisnis skuter listrik ini memang masih cukup berliku. Regulasi menyangkut keselamatan masih jadi isu utama. Namun di ujung lain, keberlanjutan bisnis penyewaan ini merupakan tantangan lain yang harus dilampaui para pemainnya.

Namun, menurut Aldi, masih ada use case alternatif yang bisa dijajal yakni menjadikan skuter listrik sebagai kendaraan rekreasi. Hal ini sudah terjadi pada GrabWheels saat mengalami puncak kepopulerannya tahun lalu.

Ia mencontohkan skuter listrik dapat diarahkan sebagai pilihan bagi para pelancong di area rekreasi seperti Monas. Aldi juga mengatakan pihak Beam masih mengkaji kemungkinan lain dengan menggandeng perkantoran yang memiliki area yang cukup luas. Maka dari itu ia yakin penggunaan skuter listrik akan membutuhkan waktu tidak sedikit di Indonesia.

“Kita sejauh ini melihatnya [butuh] long term di negara berkembang,” pungkasnya.

Aplikasi Streaming Interaktif, Mixer Mentas dari Fase Beta

Kesempurnaan membutuhkan waktu, itu sebabnya mengapa sebagian besar perusahaan teknologi termasuk yang sekaliber Microsoft masih melalui fase beta untuk aplikasi-aplikasi yang mereka luncurkan. Di bulan Oktober lalu misalnya, mereka merilis fase beta untuk Mixer, layanan live streaming interaktif yang diakuisisinya, yang resmi berganti nama menjadi Mixer pada bulan Mei lalu.

Fase beta dilalui dengan harapan tim pengembang dapat terbantu dengan berbagai masukan dari para beta tester, kemudian melakukan penyempurnaan dari segi teknis dan sebagainya. Tak jarang pengembang juga melakukan perubahan dari sisi tatap muka. Seperti di kasus Mixer, selain melakukan penyempurnaan teknis, mereka juga memoles tatap muka aplikasi dengan sederet fitur yang memudahkan.

Feature_Highlight_Callout_crop

Setelah melalui berbagai fase perbaikan, Mixer akhirnya dipastikan mentas dari fase beta sebagaimana diumumkan oleh layanan. Disebutkan lebih jauh, bahwa Mixer telah digodok dari awal, dirancang sedemikian rupa dengan tatap muka yang lebih konsisten ketika diakses dari berbagai tipe perangkat.

Di samping itu, Mixer menyajikan sejumlah pembaruan antara lain perubahan yang makin memudahkan pengguna untuk memilih kualitas video, tombol perpindahan antara chat dan audio, fitur berbagi stream di luar aplikasi dan juga dukungan push notification untuk mendapatkan pemberitahuan ketika kanal favorit pengguna sedang siaran.

Kilas balik singkat perjalanan Mixer sehingga bisa berada di bawah bendera perusahaan ternama Microsoft. Bahwa dulunya, Mixer mempunyai nama yang berbeda. Awal kiprahnya, Mixer bernama asli Beam. Beam adalah sebuah layanan live streaming interaktif, dimana interaksi broadcaster dan penonton lebih dari sekadar chatting tapi juga bisa memberikan tantangan-tantangan unik secara real-time bahkan membatasi jenis tool yang bisa dipakai oleh gamer. Beam kemudian diakuisisi oleh Microsoft dan namanya diubah menjadi Mixer, tapi tetap dengan layanan yang sama.

Sumber gambar header Streamersquare.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Live Streaming Interaktif Mixer Luncurkan Aplikasi Android dan iOS Baru

Microsoft terus menyempurnakan layanan live streaming interaktif yang diakuisisinya, yang resmi berganti nama menjadi Mixer pada bulan Mei lalu. Microsoft juga paham betul bahwa komunitas live streaming tidak hanya terbatas pada kalangan pengguna PC saja, tapi juga pengguna perangkat mobile.

Untuk itu, mereka telah menyiapkan aplikasi Mixer yang benar-benar baru untuk Android dan iOS. Meski masih berstatus beta, ada banyak pembaruan yang diusungnya. Yang paling kelihatan tentu saja adalah tampilan baru yang lebih segar, sekaligus lebih memudahkan pencarian konten.

Bagian teratasnya kini dihuni oleh tampilan carousel yang mengemas sejumlah featured live stream, kemudian diikuti oleh deretan game terpopuler di bawahnya. Tap salah satu game, maka pengguna akan dibawa ke tampilan hub baru yang berisikan semua live stream untuk game tersebut.

Mixer versi beta tidak lupa menambahkan fungsi filtering yang lebih efektif, yang memungkinkan pengguna untuk menyortir live stream berdasarkan jenisnya (Interactive, Co-Streams, atau yang memanfaatkan teknologi Faster Than Light (FTL) andalan Mixer. Aspek personalisasi diwakili oleh seksi khusus berlabel “Following”.

Selain perombakan tampilan, Mixer versi beta diklaim juga menawarkan performa yang lebih baik. Navigasi secara keseluruhan diyakini akan terus berlangsung mulus, dan perubahan besar pada kode-kode mendasar aplikasi dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitasnya.

Versi beta ini sekarang sudah bisa diuji oleh pengguna Android, sedangkan pengguna iOS diharuskan mendaftar dulu karena slot yang tersedia cukup terbatas.

Sumber: Mixer.

Layanan Live Streaming Interaktif Beam Ganti Nama Menjadi Mixer

Dalam waktu kurang dari dua tahun, Beam berhasil membangun reputasi di kancah live streaming dengan menawarkan platform yang interaktif, hingga akhirnya mereka pun terpantau oleh radar Microsoft dan resmi diakuisisi per bulan Agustus 2016. Bersama Microsoft, perkembangannya justru semakin pesat, dan baru-baru ini mereka mengungkap evolusi terbesarnya.

Namanya kini berganti menjadi Mixer, yang mewakili misi utama layanan dalam membaurkan sesama gamer, tidak peduli Anda seorang streamer yang produktif atau sekadar penonton yang pasif. Dari masih bernama Beam, interaksi yang unik antara streamer dan penonton ini memang merupakan senjata andalan mereka sebagai platform baru di tengah-tengah raksasa macam Twitch dan YouTube Gaming.

Namun apalah arti sebuah nama tanpa ada fitur baru yang bisa mencuri perhatian? Well, salah satu fitur terbaru Mixer yang sangat menarik adalah Co-Streaming, yang memungkinkan hingga empat orang sekaligus untuk menyiarkan sesi bermainnya dalam satu tampilan split-screen.

Istimewanya, Co-Streaming tidak mengharuskan streamer untuk memainkan game yang sama, bahkan berbeda platform (Xbox dan PC) pun juga bisa live streaming bersama-sama. Jadi, dalam satu halaman penonton bisa menyaksikan empat game dari empat streamer yang berbeda, akan tetapi jendela chat-nya tetap disatukan.

Saat ini masih beta, Mixer Create nantinya memungkinkan pengguna untuk menyiarkan sesi mobile gaming-nya secara langsung / Mixer
Saat ini masih beta, Mixer Create nantinya memungkinkan pengguna untuk menyiarkan sesi mobile gaming-nya secara langsung / Mixer

Yang kedua, Mixer juga akan meluncurkan aplikasi baru untuk perangkat Android dan iOS bernama Mixer Create – saat ini masih beta – untuk menemani aplikasi standarnya. Yup, ke depannya pengguna juga bisa menyiarkan sesi mobile gaming-nya secara langsung, entah itu untuk game Pokemon Go atau yang bernuansa kompetitif macam Mobile Legends.

Terakhir, Mixer juga sudah menyiapkan channel khusus bernama Channel One yang berisikan konten terkurasi dan bervariasi, mulai dari siaran langsung suatu event, tips dan trik, update turnamen esport dan masih banyak lagi.

Sumber: Microsoft dan Mixer.

Kedepankan Aspek Interaktif, Layanan Live Streaming Beam Hadirkan Sejumlah Fitur Baru

Beam, layanan live streaming interaktif yang diakuisisi Microsoft pada bulan Agustus tahun lalu, baru-baru ini mengumumkan sederet fitur baru yang semakin mengedepankan aspek interaktif dan membuatnya terkesan unik jika dibandingkan platform serupa, sebut saja Twitch.

Fitur-fitur baru tersebut dikemas dalam platform anyar bernama Interactive 2.0, yang diklaim telah dirancang dari nol guna membuatnya semakin interaktif, baik untuk para streamer maupun penonton, menjadikan hubungan mereka lebih akrab sekaligus memberikan kesempatan untuk berpartisipasi lebih lagi kepada para penonton.

Berkat Interactive 2.0, para streamer dapat menambahkan tombol maupun elemen-elemen interaktif lain di atas video yang mereka siarkan. Hal ini tentu saja akan semakin menambah partisipasi dari penonton, dan sekarang para streamer juga bisa memantau siapa saja yang mengklik tombol-tombol tersebut.

Tampilan Beam Interactive Studio yang bisa dimanfaatkan untuk menambahkan elemen-elemen interaktif di atas video yang disiarkan / Microsoft
Tampilan Beam Interactive Studio yang bisa dimanfaatkan untuk menambahkan elemen-elemen interaktif di atas video yang disiarkan / Microsoft

Tidak kalah menarik adalah kemampuan untuk mengelompokkan para penonton sehingga masing-masing kelompok bisa memiliki kontrol yang berbeda, dan pada akhirnya mempunyai peran yang berbeda pula dalam sebuah sesi live streaming.

Tentu saja fitur-fitur ini nantinya juga bisa dinikmati di Xbox maupun Windows, mengingat Microsoft memang sudah punya rencana untuk mengintegrasikan Beam lewat Windows 10 Creators Update. Interactive 2.0 sendiri rencananya akan dirilis mulai bulan Maret ini dan akan terus disempurnakan secara berkala di sepanjang tahun 2017.

Sumber: Beam.

Microsoft Janjikan Performa Gaming yang Lebih Baik Lewat Windows 10 Creators Update

Tidak lama lagi, Microsoft akan merilis Windows 10 Creators Update kepada seluruh pengguna tanpa terkecuali. Secara garis besar update ini dirancang untuk mendukung aktivitas pengguna dalam bekerja dan berkreasi, namun di saat yang sama Microsoft juga tidak lupa menunjukkan kecintaannya terhadap para gamer.

Yang pertama, seperti yang sudah dijanjikan, adalah integrasi layanan live streaming interaktif Beam. Microsoft sejatinya ingin menjadikan Beam sebagai fitur standar pada Windows 10 maupun Xbox One, dimana live streaming dapat dilakukan hanya dengan bermodalkan sebuah akun Xbox Live, tanpa melibatkan software tambahan apapun.

Akan tetapi yang Microsoft belum sempat ceritakan sebelumnya adalah bagaimana Windows 10 Creators Update ini nanti akan menyuguhkan performa gaming yang lebih baik. Misi ini akan Microsoft penuhi melalui fitur bernama Game Mode, yang bekerja mengoptimalkan PC supaya gaming bisa berjalan lebih mulus.

Penjelasan teknis mengenai Game Mode sejauh ini masih samar-samar, akan tetapi Microsoft sudah bersiap untuk mengirimkannya kepada mereka yang tergabung dalam program Windows Insider minggu ini juga, dimana mereka akan menguji fitur tersebut dan terus mematangkannya supaya siap dirilis ke publik secara luas.

Seandainya peningkatan performa yang bisa diberikan Game Mode berkisar antara 5 – 10 fps, dampaknya jelas akan sangat signifikan di kalangan gamer. Namun sepertinya kita masih harus menunggu penjelasan lebih detail dari Microsoft.

Pembaruan lain seputar gaming yang dibawa Windows 10 Creators Update meliputi update pada fitur Activity Feed di Xbox Live sehingga pemain dapat lebih mudah bergabung dengan komunitas gamer lainnya, plus fitur Arena dimana pemain dapat menciptakan turnamennya sendiri untuk dimainkan bersama teman-temannya.

Sumber: Xbox Wire. Sumber gambar: Forza Motorsport.

Microsoft Akuisisi Layanan Live Streaming Interaktif Beam

Kehadiran YouTube Gaming yang dipicu oleh popularitas Twitch membuktikan bahwa live streaming berperan besar dalam industri gaming. Dari situ akan terbentuk komunitas yang loyal, dan hal ini sepertinya terdengar menggiurkan bagi Microsoft.

Pada tanggal 11 Agustus kemarin, raksasa teknologi asal kota Redmond tersebut secara resmi mengakuisisi sebuah layanan live streaming bernama Beam. Beam mungkin terdengar asing di telinga Anda mengingat ia baru diluncurkan pada bulan Januari lalu, tapi dalam kurun waktu beberapa bulan saja, komunitasnya sudah bertumbuh pesat menjadi 100 ribu pengguna.

Apa yang membuat Beam begitu berkarisma hingga akhirnya Microsoft pun tertarik untuk membelinya? Well, Beam merupakan sebuah layanan live streaming interaktif, dimana interaksi broadcaster dan penonton lebih dari sekadar chatting secara real-time.

Dalam Beam, penonton bisa aktif mempengaruhi sesi gaming sang broadcaster dengan memberikan tantangan-tantangan unik secara real-time. Di Minecraft misalnya, penonton bisa membatasi jenis tool yang bisa dipakai oleh broadcaster melalui sebuah panel kontrol visual.

Sederhananya, penonton akan diajak ikut ‘bermain’ bersama broadcaster dalam Beam. Hal inilah yang membuat Beam terkesan unik di tengah-tengah sederet layanan live streaming lainnya, dimana umumnya interaksi antara penonton dan broadcaster hanya berlangsung pasif.

Akuisisi ini akan menempatkan Beam menjadi bagian dari Team Xbox. Ke depannya, Beam menjanjikan deretan fitur baru beserta integrasi game yang tentu saja telah diberi bumbu interaktif.

Sumber: Microsoft dan Beam.

Beam Adalah Gabungan Proyektor dan Lampu dengan Fitur Otomatisasi

Ada banyak sekali wujud proyektor mini di pasaran, dan spesifikasi serta fitur yang ditawarkan pun jelas berbeda-beda. Namun saya kira belum ada yang pernah menggabungkan sebuah proyektor dengan lampu bohlam, hingga akhirnya perangkat tersebut hanya perlu dipasangkan ke socket bohlam standar untuk bisa berfungsi. Continue reading Beam Adalah Gabungan Proyektor dan Lampu dengan Fitur Otomatisasi