Treasury Gold Investment Platform Provides Crypto Asset Trading Service

Treasury digital gold investment platform officially provides crypto asset trading services. Treasury collaborates with Tokocrypto to offer crypto assets as an alternative investment besides gold.

In a virtual press conference today (03/6), Treasury’s CEO, Dian Supolo said that Indonesian people’s interest in digital assets has experienced significant growth in recent years. The Commodity Futures Trading Regulatory Agency (BAPPEBTI) noted that the Indonesian crypto asset investors has reached 4.45 million as of March 2021.

In addition, through this new service, his team wants to drive financial balance in digital asset transactions. He said, the concept of financial balance in asset diversification is the basic principle of financial management.

“We don’t just make crypto [investment] services because we don’t want users to only think about money. We also want to educate the public through our products,” Dian said.

Treasury partners with Tokocrypto because it is considered to have the same frequency, not only investing for the sake of profits, but also being responsible for creating a balanced investment culture.

On the same occasion, Tokocrypto’s Co-founder & CEO, Pang Xue Kai also said that this collaboration is expected to improve the crypto asset ecosystem as a better and safer alternative asset class in Indonesia.

“Many still assume that crypto trading is illegal in Indonesia, even though the government has unlocked the access. We encourage a safe crypto trading ecosystem here as we are trying to avoid potential money laundering,” Kai said.

In a general note, Tokocrypto is the first crypto platform in Indonesia to have a license from BAPPEBTI. In April 2021, Tokocrypto officially introduces Toko Token (TKO) which is the first local crypto project with a hybrid model (CeFi and DeFi) in Indonesia.

Previously, Pluang, which started as a gold investment application which later also diversified into crypto instruments. Pluang partners with Zipmex for strategic collaboration.

Crypto investment starts from Rp5,000

Treasury users can now buy and sell crypto assets starting at IDR 5,000. Currently, there are five options, including Bitcoin (BTS), Ethereum (ETH), Binance Coin (BNB), and Tether (USDT), while Toko Token (TKO) can be purchased in multiples of one token.

Dian said that Rp5,000 to start crypto investments are the ideal price for the Indonesian people. He said, this price should not interfere with the user’s money management for other needs, especially emergency funds.

Furthermore, his team currently offers five options as the Indonesian market enthusiasm for crypto is quite large. However, Dian added that there will be more options in the future. “We don’t want instant and rush to analyze data [on the market], everything has a process,” he said.

Just like other investments, users can buy and sell crypto assets through a piggy bank balance that can be top up via various available payment methods. Treasury also provides some features where users can check the total asset value or the details of each asset to an easy-to-understand profit/loss estimation.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform Investasi Emas Treasury Hadirkan Layanan Jual-Beli Aset Kripto

Platform investasi emas digital Treasury resmi menghadirkan layanan jual-beli aset kripto. Treasury turut menggandeng Tokocrypto untuk menawarkan aset kripto sebagai alternatif investasi selain emas.

Dalam konferensi pers yang digelar virtual hari ini (03/6), CEO Treasury Dian Supolo mengatakan bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap aset digital mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) mencatat terdapat 4,45 juta investor aset kripto di Indonesia per Maret 2021.

Di samping itu, lewat layanan baru ini, pihaknya ingin mendorong penerapan konsep keseimbangan keuangan dalam bertransaksi aset digital. Menurutnya, konsep keseimbangan keuangan pada diversifikasi aset menjadi prinsip dasar pengelolaan keuangan.

“Kami tidak sekadar buat layanan [investasi] kripto karena kami tidak ingin pengguna hanya berpikir soal cuan. Kami juga ingin edukasi masyarakat lewat produk kami,” ungkap Dian.

Treasury menggandeng Tokocrypto karena dinilai memiliki frekuensi yang sama, yakni tak hanya sekadar berinvestasi untuk menikmati keuntungan, tetapi bertanggung jawab dalam menciptakan kultur investasi yang seimbang.

Pada kesempatan sama, Co-founder & CEO Tokocrypto Pang Xue Kai juga mengatakan, kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan ekosistem aset kripto sebagai alternatif asset class yang lebih baik dan aman di Indonesia.

“Masih banyak yang berasumsi kalau crypto trading itu ilegal di Indonesia, padahal pemerintah sudah membuka akses. We encourage safe crypto trading ecosystem di sini karena kami berupaya menghindari potensi money laundring,” kata Kai.

Sekadar informasi, Tokocrypto merupakan platform kripto pertama di Indonesia yang mengantongi izin dari BAPPEBTI. Pada April 2021, Tokocrypto resmi memperdagangkan Toko Token (TKO) yang merupakan proyek kripto lokal pertama dengan model hybrid (CeFi dan DeFi) di Indonesia.

Sebelumnya ada Pluang, yang berawal dari aplikasi investasi emas yang kemudian juga melakukan diversifikasi ke instrumen kripto. Pluang menggandeng Zipmex sebagai mitra stratgis.

Investasi kripto mulai dari Rp5.000

Pengguna Treasury kini dapat melakukan jual-beli aset kripto mulai dari harga Rp5.000. Saat ini, baru terdapat lima pilihan koin, antara lain Bitcoin (BTS), Ethereum (ETH), Binance Coin (BNB), dan Tether (USDT), sedangkan Toko Token (TKO) dapat dibeli dengan kelipatan satu token.

Dian menilai, investasi kripto mulai dari Rp5.000 menjadi harga ideal yang dapat dijangkau oleh masyarakat Indonesia. Menurutnya, investasi di harga tersebut juga diharapkan tidak sampai mengganggu pengelolaan uang pengguna untuk kebutuhan lain, terutama dana darurat.

Lebih lanjut, saat ini pihaknya baru menghadirkan lima koin karena antusiasme pasar Indonesia terhadap kripto tersebut terbilang besar. Namun, Dian menambahkan akan ada lebih banyak pilihan koin ke depannya. “Kami tidak mau instan dan tidak mau terburu-buru menganalisis data [di pasar], semua ada prosesnya,” tuturnya.

Sama seperti investasi lainnya, pengguna dapat melakukan jual-beli aset kripto melalui saldo Celengan yang dapat di-top up lewat berbagai metode pembayaran yang tersedia. Treasury juga menghadirkan sejumlah fitur di mana pengguna dapat mengecek nilai aset total atau rincian dari setiap aset hingga estimasi profit/loss dengan persentase yang mudah dipahami.

Application Information Will Show Up Here

Setahun Beroperasi, Marketplace Aset Kripto Pintu Fokus Jangkau Investor Pemula

Popularitas aset kripto yang kian meroket telah menjala banyak investor pemula untuk ikut menyelami instrumen investasi ini. Namun, meningkatnya “hype” aset kripto tentu mengandung risiko. Menyandang konsep yang tidak sederhana dan memiliki tingkat volatilitas yang tinggi, banyak hal yang perlu dipahami sebelum memutuskan untuk masuk ke dunia cryptocurrency ini.

Aset Kripto sendiri merupakan mata uang digital yang dipakai untuk bertransaksi virtual di jaringan internet. Terdapat sandi-sandi rahasia yang cukup rumit untuk melindungi dan menjaga keamanan mata uang digital ini.

Founder Pintu Jeth Soetoyo mengatakan, “Kripto kini merupakan aset digital yang dilirik oleh para investor karena memiliki return yang paling tinggi dan juga kripto seperti Bitcoin dianggap sebagai store of value paling handal melawan resesi global yang akan datang. Performanya selama ini menjadikan Bitcoin sebagai pilihan aset yang lebih menarik bagi para investor yang ingin mendiversifikasi kepemilikan aset mereka.”

Meskipun begitu, aset kripto hadir sebagai alternatif mata uang dengan konsep desentralisasi. Dalam konsep ini, tidak ada kepemilikan tunggal. Tanpa wujud dan nilai pasti, regulasi diharapkan bisa menjadi solusi.

Perkembangan aset kripto di Indonesia

Cryptocurrency dinyatakan legal sebagai komoditas di Indonesia pada Februari 2019, berdasarkan peraturan yang dikeluarkan Badan Pengawas Bursa (Bappebti) melalui Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa Berjangka.

Di dalam aturan tersebut, terdapat mekanisme perizinan untuk para exchanger yang memperjualbelikan aset kripto seperti Bitcoin, Binance, Ethereum, Dogecoin dan token lainnya. Setidaknya 13 perusahaan atau entitas telah mendapatkan tanda daftar dari Bappebti sebagai calon pedagang aset kripto. Termasuk di dalamnya TokoCrypto, Indodax, serta yang bulan Maret lalu genap setahun beroperasi di Indonesia, Pintu.

Meskipun diklaim dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi virtual, aset kripto masih belum bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. Menurut UU No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, alat pembayaran yang sah adalah rupiah. Namun, aset kripto tetap bisa memenuhi fungsinya yang lain sebagai instrumen investasi dan penambangan.

Terdapat lebih dari 3,000 jenis aset kripto yang beredar di seluruh dunia, dan akan semakin banyak ke depannya. Beberapa jenis yang sering digunakan antara lain Ethereum, Dogecoin, Ripple, Stellar dan yang paling popular Bitcoin. Bappebti sendiri sudah menerbitkan daftar 229 aset kripto yang dapat diperdagangkan di Indonesia.

Selain itu, produk derivatif berbasis aset kripto juga telah banyak beredar di masyarakat, termasuk DeFi, staking, dan lain sebagainya. Terkait hal ini, Jeth mengungkapkan, Pintu telah mengakomodir koin-koin DeFi. Setiap minggunya timnya selalu berusaha menghadirkan koin-koin DeFi yang diminati pengguna, namun tidak menutup kemungkinan apabila ke depan platform juga akan mengakomodir fitur-fitur seperti staking.

Ketidakpastian akan akhir pandemi disebut meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya investasi ke aset yang memiliki keunggulan di sisi lindung nilai. Hal tersebut juga meningkatkan adopsi dan pemahaman investor milenial pada aset kripto. Aksi investor institusi baru-baru ini yang marak melakukan pembelian Bitcoin dalam jumlah besar juga mengubah stigma positif terrhadap kripto. Bitcoin kini dianggap sebagai salah satu komoditas utama dunia dengan kapitalisasi pasar pernah melewati $1 triliun.

Volatilitas tinggi dan investor pemula

Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas yang beresiko tinggi karena volatilitas harga yang tinggi sehingga profil investor kripto biasanya merupakan orang yang berani mengambil risiko. Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa aset kripto satu dengan yang lainnya tidak sama. Investor harus memastikan bahwa aset kripto yang dimiliki memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

Berkaca pada situasi 2017-2018 yang sempat membuat publik cukup “trauma” dengan volatilitas ekstrim dan nilai intrinsik yang tidak pasti, tidak sedikit investor yang enggan terjun ke dalam kolam cryptocurrency. Pada akhir tahun 2017, harga Bitcoin hampir menyentuh angka US$20,000, sebelum akhirnya kembali anjlok di bawah US$10,000 di pertengahan Januari 2018.

Gelembung Bitcoin di tahun 2017. Sumber: Project Syndicate

Ketika Tesla mengumumkan pembelian $1,5 milliar bitcoin pada 8 Februari lalu, dunia cryptocurrency kembali hangat dibicarakan dan nilainya pun ikut menanjak. Para penggiat investasi hingga masyarakat awam berbondong-bondong untuk ikut menjajal instrumen ini.

Namun, melihat harga Bitcoin yang berangsur-angsur turun dalam sebulan terakhir, pertanyaan kembali timbul. Apakah sejarah akan terulang?

Sumber: data Coindex yang diolah Vox

Terkait volatilitas harga dan investor pemula, Jeth mengungkapkan, “Para investor harus memastikan fundamental (seperti latar belakang, teknologi, kapitalisasi pasar dan lain-lain) dan apa karakteristik kripto dibandingkan hanya karena FOMO. Investor juga harus pilih yang sesuai dengan profil pemula dan jangan pernah percaya janji keuntungan pasti.”

Faktanya, di antara sekian banyak aset kripto dengan volatilitas tinggi yang beredar, ada yang berkategori stablecoin, karena nilainya mengacu pada aset lain yang harganya stabil, misalnya emas ataupun dolar AS. Disebut stablecoin, karena harganya tidak naik dan turun secara cepat dalam kurun waktu tertentu.

Sejak awal peluncurannya, Pintu berfokus pada aplikasi mobile yang mudah dan ramah pengguna guna mendorong semakin banyak investor pemula yang ingin trading, mengirim dan menyimpan aset kripto. Selaku bursa yang berfokus kepada investor pemula, Pintu menawarkan edukasi ketika semua orang dapat belajar mengenai kripto.

“Kami juga sering melakukan webinar untuk memberikan edukasi secara langsung kepada audiens. Kami rasa penting untuk terus menerus melakukan edukasi mengenai kripto dan volatilitas harganya,” tambah Jeth.

Perihal Regulasi

Dilansir dari Detik Finance, transaksi Bitcoin dan komoditas aset kripto lainnya di Indonesia sudah menyentuh angka Rp1,7 Triliun per hari. Tingginya minat transaksi di sektor ini, menyebabkan regulator mempersiapkan bursa sebagai langkah perlindungan. Bursa ini memiliki fokus pada perlindungan pelaku usaha agar hubungan antar semua pihak bisa berjalan dengan baik. Antar pedagang, investor maupun lembaga lain bisa jelas dan aman.

Melihat kasus di Turki dan di negara lain yang memungkinkan pemilik platform “kabur” dengan dana publik, Jeth turut berkomentar, “Masalah yang terjadi di Turki pasalnya pasar uang kripto Turki tidak diatur sedangkan di Indonesia kripto merupakan komoditas yang perdagangannya diatur oleh Bappebti selaku pengawas.”

Bappebti saat ini juga disebut tengah menggodok mekanisme pengguna kustodian pada pedagang aset kripto untuk keamanan aset penggunanya yang lebih baik.

“Guna memitigasi masalah yang akan datang di masa mendatang, keamanan merupakan prioritas kami selaku bursa perdagangan kripto. Dengan mengedepankan teknologi canggih dan pengembang yang berpengalaman, Pintu ingin memberikan rasa aman bagi para penggunanya,” tambah Jeth.

Application Information Will Show Up Here

Zipmex Umumkan Pendanaan 84,4 Miliar Rupiah, Menanti Gairah Investasi Aset Kripto

Pengembang platform jual-beli aset kripto Zipmex mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $6 juta atau setara 84,4 miliar Rupiah. Putaran pendanaan dipimpin Jump Capital, sebuah pemodal ventura asal Amerika Serikat yang mengkhususkan diri pada pengembang aplikasi investasi digital. Pendanaan baru akan digunakan untuk mendiversifikasi penawaran produk Zipmex, termasuk perluasan produk berbunga ZipUp dan token digital ZMT.

Zipmex sendiri memiliki markas pusat di Singapura dan layanannya sudah berekspansi di beberapa negara, termasuk Indonesia, Australia, dan Thailand. Di Indonesia, mereka bernaung pada PT Zipmex Exchange Indonesia, dan saat ini sudah memperoleh tanda terdaftar dari Bappebti bersama 13 pemain lainnya.

Bulan Juni 2020 lalu, Bappebti mengedarkan surat pengumuman No.477.1/BAPPEBTI.4/PENG/06/2020 merilis daftar perusahaan sebagai calon pedagang fisik aset kripto. Berikut daftarnya:

Perusahaan Merek Asal Platform
PT Crypto Indonesia Berkat Tokocrypto Indonesia Web, Mobile
PT Upbit Exchange Indonesia Upbit Korea Selatan Web, Mobile
PT Tiga Inti Utama Triv Indonesia Web, Mobile
PT Indodax Nasional Indonesia Indodax Indonesia Web, Mobile
PT Pintu Kemana Saja Pintu Indonesia Web, Mobile
PT Zipmex Exchange Indonesia Zipmex Singapura Web, Mobile
PT Bursa Kripto Prima Bicipin
PT Luna Indonesia Ltd Luno Inggris Web, Mobile
PT Rekeningku Dotcom Indonesia Rekeningku Indonesia Web, Mobile
PT Indonesia Digital Exchange Digital Exchange ID Indonesia Web, Mobile
PT Cipta Koin Digital Koinku Indonesia
PT Triniti Investama Berkat Bitocto Indonesia Web, Mobile
PT Plutonext Digital Aset

Dari penelusuran yang dilakukan melalui mesin pencari, situs direktori, dan app marketplace, kami tidak menemukan informasi lengkap terkait platform Bicipin, Plutonext; sementara Koinku situsnya juga baru sebatas landing page belum bisa untuk transaksi.

Zipmex di Indonesia

Kepada DailySocial, perwakilan Zipmex mengatakan, sejak Q4 2020 sampai awal tahun ini, volume transaksi perdagangan di Indonesia mencapai pertumbuhan hingga 100% — kendati tidak disebutkan statistik pengguna secara rinci. Untuk mengakselerasi bisnis, tim lokal juga tengah menyiapkan produk spesifik yang disesuaikan dengan karakteristik pengguna di sini.

Audience pada umumnya lebih menyukai investasi aset digital dengan prospek jangka panjang. Market exchange lainnya mungkin fokus pada kebutuhan traders, sementara kami fokus untuk memberikan fasilitas trading terbaik. Kami juga menawarkan ZipUp di mana para users dapat meraih bunga hingga 14% per tahun dengan akun tabungan yang fleksibel. Sehingga, mereka akan memperoleh tambahan uang dari capital gain dan bunga,” ujar perwakilan Zipmex.

Dijelaskan lebih lanjut, melalui layanan ZipUp para investor dapat memilih berbagai macam aset, termasuk Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), xBullion (GOLD), USD Circle (USDC), dan USD Tether (USDT), dan tidak akan dikenakan biaya selain biaya penarikan normal. Bunga dibayarkan setiap hari, tanpa adanya jangka waktu tetap serta tidak ada jumlah minimum setoran.  Sejak diluncurkan tiga bulan lalu, ZipUp telah mengumpulkan lebih dari US$ 40 juta dana simpanan.

Menanggapi soal ketertarikan masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di aset kripto, “Aset kripto dapat menjadi instrumen yang layak selain saham, reksa dana, p2p loan, atau investasi digital lainnya. Dengan meningkatkan awareness pasar terhadap cryptocurrency dan institutional investors mulai mengalokasikan portofolio di investasi aset kripto, kami berharap semakin banyak yang tertarik mencoba investasi aset kripto.”

Zipmex sendiri saat ini juga bekerja sama dengan Pluang, memungkinkan para investor di aplikasi tersebut untuk bertransaksi aset kripto. Sebelumnya Pluang dikenal sebagai platform investasi dengan instrumen emas dan S&P 500.

Gairah investasi di Indonesia

Pertengahan 2020, DailySocial bersama Populix mengadakan survei pengguna aplikasi investasi di Indonesia. Dari 209 responden yang mengikuti survei, persentase tertinggi untuk jenis investasi yang mereka pilih adalah reksa dana (67%) dan emas (62,7%). Jenis investasi lainnya yang dipilih responden secara berurutan adalah saham (44,5%), P2P lending (16,3%), dan obligasi (11,5%).

Mengenai pertimbangan memilih jenis investasi tersebut, responden kompak menjawab bahwa ini sudah sesuai dengan profil risiko (48,8%), baru belajar (24,4%), rekomendasi teman (10,4%), dan paling familiar (8,1%).

Jika ditinjau lebih lanjut, instrumen seperti reksa dana, emas, atau saham sebenarnya juga sudah cukup akrab dengan pengguna sebelum era investasi lewat aplikasi. Jadi kemungkinan edukasinya lebih mudah dibanding aset kripto yang benar-benar baru bagi banyak orang.

Application Information Will Show Up Here

Pluang Adds Crypto Asset Instruments for Investment Portfolio Diversification

Entering the end of the year, Pluang released another new investment product on its platform. This time with crypto assets trading, starting with Bitcoin and Ethereum as digital currencies with the largest capitalization value today. The company cooperates with Zipmex as a partner in the transaction.

There are two reasons why Pluang chose Zipmex to integrate into its platform. First, because it has been registered with BAPPEBTI as a crypto exchanger. Second, Zipmex uses BitGo as custodian, with protection (insurance) issued by Lloyd.

Pluang’s Co-Founder, Claudia Kolonas said, “The objective for Pluang to launch this product is to open wider access for Indonesian people into the financial products worldwide.” She also said that one of the priority is to make the transaction/investment process more practical.

“Crypto sales on the Pluang application can be done in real-time. Pluang users can buy, sell, and store crypto tokens in the application comfortably because they are protected by insurance. Currently, deposits and withdrawals can only be made in Rupiah, but we will consider crypto withdrawal features at a later date,” Claudia explained.

Previously, Pluang was known as a gold investment platform. In September 2020, they released the S&P 500 futures investment instrument, allowing Indonesians to invest through a public company in the United States.

Crypto asset is not a popular investment instrument

The decision to add crypto assets into its investment product line tends to be “brave” amid the so-so public interest to invest in digital currencies. It was validated by research we conducted with Populix last July 2020. From a survey of 209 respondents who used digital investment services, mutual funds (67%), gold (62.7%), and stocks (44.5%) were the most chosen instruments.

Research by Pluang involves a larger number of respondents, around 5500 people, has discovered almost the same results. Gold (32%), stocks (15%), and mutual funds (16%) were the most popular. Meanwhile, very few respondents choose crypto assets for their investment.

Regarding this matter, Claudia said that her main objective was asset diversification. “Having an investment allocation in Bitcoin or other cryptocurrencies can provide broad diversification against traditional portfolios, which are usually stocks or bonds,” she said.

Research by Pluang suggests that Bitcoin is the asset with the highest yield in the past year – compared to gold, the S&P 500, and the US dollar. The data obtained is from the beginning of the year to October 2020. The yield is calculated in the conversion of rupiah currency.

Perbandingan imbal balik produk investasi dalam rentang satu tahun terakhir / Pluang
Comparison of the investment products in the past year / Pluang

Crypto assets such as Bitcoin have fairly high market volatility, the up and down is based on public confidence in the digital currency. If you look at the trend in recent times, the price even dropped to $3000.

On that basis, Claudia also suggested that crypto asset products are suitable for long-term investment. “We do not recommend buying Pluang cryptocurrency if there is an urgent need for funds in the short term. So apart from having a moderate to high-risk profile, this product is also recommended for investors who already have investment experience,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Pluang Tambah Instrumen Aset Kripto untuk Diversifikasi Portofolio Investasi

Menginjak akhir tahun, Pluang kembali merilis produk investasi baru di platformnya. Kali ini giliran aset kripto yang diperdagangkan, dimulai dari Bitcoin dan Ethereum selaku mata uang digital dengan nilai kapitalisasi terbesar saat ini. Perusahaan menggandeng Zipmex sebagai mitra dalam pemrosesan transaksi.

Ada dua alasan mengapa Pluang memilih Zipmex untuk diintegrasikan ke platformnya. Pertama, karena sudah terdaftar di BAPPEBTI sebagai crypto exchanger. Kedua, Zipmex menggunakan BitGo sebagai kustodian, dilengkapi perlindungan (asuransi) yang diterbitkan Lloyd.

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas menyampaikan, “Bagi Pluang, tujuan meluncurkan produk ini adalah untuk membuka akses lebih luas kepada masyarakat Indonesia terhadap produk keuangan dunia.” Ia turut menyampaikan, salah satu hal yang diprioritaskan oleh Pluang adalah membuat proses transaksi/investasi menjadi lebih praktis.

“Penjualan crypto di aplikasi Pluang juga dapat dilakukan secara real time. Pengguna Pluang dapat membeli, menjual, dan menyimpan token crypto di dalam aplikasi dengan nyaman, karena sudah dilindungi asuransi. Saat ini, penyetoran dan penarikan hanya dapat dilakukan dalam Rupiah, namun kami akan mempertimbangkan fitur withdrawal crypto di kemudian hari,” jelas Claudia

Sebelumnya Pluang dikenal sebagai platform investasi emas. Lalu bulan September 2020 lalu, mereka merilis instrumen investasi berjangka S&P 500, memungkinkan masyarakat Indonesia berinvestasi melalui perusahaan terbuka di Amerika Serikat.

Aset kripto bukan instrumen investasi populer

Keputusan memasukkan aset kripto ke lini produk investasinya memang cenderung “berani” di tengah minat masyarakat yang tidak terlalu besar untuk berinvestasi ke mata uang digital. Salah satunya divalidasi oleh riset yang kami lakukan bersama Populix Juli 2020 lalu. Dari survei ke 209 responden pengguna layanan investasi digital, reksa dana (67%), emas (62,7%), dan saham (44,5%) jadi instrumen yang banyak dipilih.

Riset yang dilakukan Pluang sendiri melibatkan jumlah responden yang lebih banyak, yakni 5500 orang, mendapati hasil yang hampir serupa. Emas (32%), saham (15%), dan reksa dana (16%) jadi yang paling populer. Sementara sangat minim responden yang memilih aset kripto untuk investasinya.

Terkait hal ini, Claudia mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah diversifikasi aset. “Memiliki alokasi investasi pada Bitcoin ataupun mata uang kripto lainnya dapat memberikan diversifikasi yang luas terhadap portofolio tradisional, yang biasanya adalah saham atau obligasi,” ujarnya.

Dari riset yang dilakukan Pluang, mengemukakan bahwa Bitcoin menjadi aset yang memiliki imbal hasil paling tinggi dalam satu tahun terakhir — dibandingkan dengan emas, S&P 500, dan dolar AS. Data yang diperoleh adalah kinerja sejak awal tahun hingga Oktober 2020. Kalkulasi imbal hasil dihitung dalam konversi mata uang rupiah.

Perbandingan imbal balik produk investasi dalam rentang satu tahun terakhir / Pluang
Perbandingan imbal balik produk investasi dalam rentang satu tahun terakhir / Pluang

Aset kripto seperti Bitcoin memiliki volatilitas pasar yang cukup tinggi, baik-turunnya berdasarkan kepercayaan masyarakat pada mata uang digital tersebut. Jika melihat tren beberapa waktu terakhir, bahkan harganya sempat anjlok hingga $3000.

Atas dasar itu, Claudia juga menyarankan bahwa produk aset kripto cocoknya untuk investasi jangka panjang. “Kami tidak menyarankan pembelian Pluang cryptocurrency jika ada kebutuhan dana yang mendesak dalam jangka waktu pendek. Jadi selain memiliki profil risiko sedang hingga tinggi, produk ini juga direkomendasikan untuk investor yang telah memiliki pengalaman investasi,” jelasnya.

Application Information Will Show Up Here

Gambar header: Depositphotos.com

Pintu is Confident to Encourage User Interest into Crypto Assets

The lack of Indonesian public knowledge on blockchain and cryptocurrency concept becomes the main reason for PT Pintu Kemana Saja to launch Pintu. It’s a platform designed specifically for crypto assets transactions through the smartphone in a practical and efficient way, expected to acquire more users.

Pintu’s Marketing Manager, Kyrie Canille told DailySocial that the current platforms are using a complicated user interface and many technical terms not available for daily use. As the challenge arose, Pintu intends to solve the problem.

“Pintu intends to solve this problem by providing the easiest way (such as a portal) to access crypto and blockchain technology with UI / UX that is easy to make the experience seamless and supported with a high level of security.”

One thing that distinguishes Pintu from its competitors is a feature that focuses on mobile applications. Pintu provides an infrastructure that allows users to trade, send and store crypto assets via smartphones.

The simple and practical user interface allows users to purchase and sell their crypto assets instantly, easily and without obstacles. For the user convenience, transactions of sending crypto assets between fellow Pintu users will not be charged.

In addition, Pintu also supports unlimited conversion between rupiah and stablecoin which is called Rupiah Token (IDRT). By using IDRT, it is easy for users to send rupiah on blockchain forms such as Ethereum and Binance Chain. Users can also use IDRT to trade on global crypto exchanges such as Liquid.com, Binance, Uniswap, and others.

“Pintu is basically a crypto wallet and crypto exchange that allows users to safely store and carry out transactions. Pintu also supports BTC, ETH, USDT, BNB, and IDRT. All crypto prices displayed on Pintu are final prices, there are no additional costs associated with buying or selling crypto in the Doors application,” Kyrie said.

In Indonesia, there are several well-known platforms for buying and selling crypto assets. Two of them are Indodax and Tokocrypto. Indodax as one of the pioneers of related platforms has acquired around 1.8 million users with dozens of types of traded crypto assets.

Pintu launches amid the fading trend of the crypto market. According to the presentation of Indodax’s CEO Oscar Darmawan, there was a significant decline throughout 2019, especially compared to the peak popularity in 2017. Nevertheless, the valuation is still considered to have the highest performance compared to other investment assets.

Officially registered in BAPPEBTI

PINTU

Pintu has been officially registered and supervised by the Commodity Futures Trading Regulatory Agency (BAPPEBTI). Officially launched late last March 2020, the company claims to have 100 active users. Pintu has also established partnerships with communities and media partners to the blockchain ecosystem in Indonesia.

Furthermore, the company expects to expand partnerships, starting with payment gateway providers and remittances that make it possible to add payment options on the platform.

“Our main goal is to provide everyone with reliable and easy access to an open financial system. For monetization strategies, Pintu collects small fees from rupiah and crypto withdrawals. We also focus on providing safe and easy ways for users to buy, sell, and save their crypto assets,” Kyrie added.

In 2020 the company has achieved several targets, including developing the Pintu application as a platform to introduce more massive blockchain technology to the public by offering an educational interface, so users can become more familiar with the technology.

Pintu also wants to overcome obstacles related to remittances for Indonesian workers abroad. Through the platform, the user can later buy BTC, IDRT, USDT, BNB, or ETH through crypto ATMs, Point-of-Sales (POS), or OTC crypto abroad and then can exchange it for rupiah before sending their money to families in Indonesia.

“Our target in 2020 is to become the best crypto application in Indonesia. We have secured the seed funding stages whose details we cannot disclose. We are still opening opportunities for investors who are interested in investing in our platform,” Kyrie said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Pintu” Optimis Dongkrak Minat Masyarakat pada Aset Kripto

Masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat Indonesia dengan konsep blockchain dan cryptocurrency menjadi alasan utama bagi PT Pintu Kemana Saja meluncurkan aplikasi Pintu. Yakni platform yang didesain untuk transaksi jual-beli aset kripto melalui smartphone secara praktis dan efisien, diharapkan diminati banyak pengguna.

Kepada DailySocial Marketing Manager Pintu Kyrie Canille mengungkapkan, saat ini masih banyak platform serupa yang menawarkan user interface yang rumit dan menggunakan banyak istilah teknis yang sulit dipahami orang awam. Melihat tantangan tersebut, aplikasi Pintu mencoba menyiasatinya.

“Pintu mencoba menyelesaikan masalah ini dengan memberikan cara termudah (seperti portal) untuk mengakses kripto dan teknologi blockchain dengan UI/UX yang mudah untuk membuat pengalaman yang seamless dan didukung dengan tingkat keamanan yang tinggi.”

Satu hal yang membedakan dari kompetitornya adalah fitur yang berfokus kepada aplikasi mobile. Pintu menyediakan infrastruktur yang memungkinkan pengguna untuk melakukan trading, mengirim, dan menyimpan aset kripto melalui smartphone.

Tampilan user interface yang simpel dan praktis membuat pengguna dapat melakukan transaksi jual beli aset kripto dengan instan, mudah dan dan tanpa kendala. Untuk kenyamanan pengguna, transaksi pengiriman aset kripto antara sesama pengguna Pintu tidak akan dikenakan biaya.

Selain itu, Pintu juga mendukung konversi tanpa batas antara rupiah dan stablecoin yang disebut Rupiah Token (IDRT). Dengan menggunakan IDRT, memudahkan pengguna untuk mengirim rupiah di atas blockchain seperti Ethereum dan Binance Chain. Pengguna juga dapat menggunakan IDRT untuk berdagang di crypto exchange global seperti Liquid.com, Binance, Uniswap dan lainnya.

“Pintu pada dasarnya adalah dompet kripto dan pertukaran kripto yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan dan melakukan transkasi jual-beli dengan aman. Pintu saat ini mendukung BTC, ETH, USDT, BNB, dan IDRT. Semua harga kripto ditampilkan di Pintu adalah harga akhir, tidak ada biaya tambahan yang dikenakan terkait dengan pembelian atau penjualan kripto di aplikasi Pintu,” kata Kyrie.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa platform jual-beli aset kripto yang sudah dikenal masyarakat. Dua di antaranya Indodax dan Tokocrypto. Indodax sendiri sebagai salah satu pionir platform terkait, kini telah memiliki sekitar 1,8 juta pengguna dengan puluhan jenis aset kripto yang diperjualbelikan.

Pintu hadir di tengah pasar kripto yang mulai lesu. Menurut pemaparan CEO Indodax Oscar Darmawan, ada penurunan signifikan sepanjang tahun 2019, terlebih jika dibandingkan dengan puncak popularitas di tahun 2017. Kendati demikian, nilai kapitalisasinya dinilai masih memiliki performa yang tertinggi dibanding dengan aset investasi lainnya.

Resmi terdaftar di BAPPEBTI

Saat ini Pintu telah resmi terdaftar dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Resmi meluncur akhir bulan Maret 2020 lalu, perusahaan mengklaim telah memiliki 100 pengguna aktif. Pintu juga telah menjalin kemitraan dengan komunitas dan mitra media hingga ekosistem blockchain di Indonesia.

Ke depannya perusahaan berharap untuk memperluas kemitraan lebih banyak, mulai dari dengan penyedia payment gateway dan remitansi yang memungkinkan untuk menambah pilihan pembayaran di platform.

“Tujuan utama kami adalah untuk memberikan akses yang bisa diandalkan dan mudah bagi semua orang ke sistem keuangan terbuka. Untuk strategi monetisasi, Pintu mengumpulkan biaya kecil dari rupiah dan penarikan kripto. Kami juga fokus untuk memberikan cara aman dan kemudahan bagi pengguna untuk membeli, menjual, dan menyimpan aset kripto mereka,” kata Kyrie.

Tahun 2020 ada beberapa target yang dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah mengembangkan aplikasi Pintu sebagai sebagai platform untuk mengenalkan teknologi blockchain lebih masif lagi kepada publik dengan menawarkan antarmuka pendidikan, sehingga pengguna dapat lebih terbiasa dengan teknologi tersebut.

Pintu juga ingin mengatasi kendala terkait dengan remitansi untuk para tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Melalui platform pengguna nantinya bisa membeli BTC, IDRT, USDT, BNB, atau ETH melalui ATM crypto, Point-of-Sales (POS), atau crypto OTC di luar negeri dan kemudian bisa menukarnya dengan rupiah sebelum mengirimkan uang mereka ke keluarga di Indonesia.

“Target 2020 kami adalah menjadi aplikasi kripto terbaik di Indonesia. Kami sudah mengantongi pendanaan tahap awal yang detailnya tidak bisa kami ungkapkan. Kami masih membuka kesempatan kepada investor yang tertarik untuk berinvestasi di platform kami,” kata Kyrie.

Application Information Will Show Up Here

Indodax: IPO Plan and Crypto Asset Dynamics Amidst the COVID-19 Outbreak

After acquiring a license from Bappebti, there are certain aims for Indodax as a crypto asset platform. One is to make an IPO. Based on the previous interview, the company has a plan for it.

Regarding the exact timeline of IPO, Indodax’s CEO, Oscar Darmawan avoids revealing further to DailySocial on this matter. To date, Cashlez becomes a single startup to realize the IPO plan this year.

“We are yet to comment on that issue. Only wish everything to run smoothly and according to plan,” Oscar said.

In the journey throughout this year, Indodax has appointed Yos Ginting as the new Commissioner to help the company handle good governance. Yos has experienced a long journey in this industry, especially with Sampoerna.

This year, Indodax targets to reach more than 2 million members and make the registered ones more active in transactions, therefore, Indonesia can be one of the strategic countries in the field of blockchain and crypto assets in the world. The company also wants to introduce the Indodax platform as a digital investment platform for the people of Indonesia. These objectives are in line with the government’s mission to improve digital financial literacy.

The dynamics of crypto asset

Today's marketplace (3/19) / Indodax
Today’s marketplace (3/19) / Indodax

The more massive outbreak of COVID-19 has a global impact on crypto-asset prices declining. It was due to a trend of some crypto traders who tend to sell their assets into cash for some basic needs in time of quarantine days, includes business. The available supply on the market increasingly on-demand that press the price down.

However, in the last few days, the crypto market has re-emerged quickly enough. For example the price of a bitcoin that returns above $5000 per 1 BTC.

Oscar claims crypto assets are still an attractive asset to be traded at the time of the spread of COVID-19.

“Therefore, government policy regarding corona does not have a direct impact on bitcoin and other crypto-assets. The thing that affects the declining price is some group of crypto-asset traders selling bitcoin into cash, but the rising demand because of people’s concern about corona also creates new demands that make crypto prices quite strong again.”

The bitcoin price is said to be relatively stronger than other investment products, such as stocks that have been falling over the past month,

“The price of bitcoin and other crypto-assets is down because there is a sell-off from a group of people who need cash because of the worsening global economic conditions. But the last two days we see crypto prices began to experience price spikes. This is an interesting moment to see how the performance of crypto assets in the midst of global economic pressures, will the crypto assets be able to prove itself as an anti-recession asset?” Oscar said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Indodax: Rencana IPO dan Dinamika Aset Kripto di Masa Penyebaran COVID-19

Setelah mengantongi izin pendaftaran dari Bappebti, ada beberapa target yang ingin dicapai Indodax sebagai platform aset kripto. Salah satunya adalah melakukan IPO. Dalam wawancara terdahulu awal tahun, perusahaan berencana IPO.

Disinggung kapan timeline yang pasti proses IPO dilancarkan, kepada DailySocial CEO Indodax Oscar Darmawan enggan menyebutkan lebih lanjut. Sejauh ini baru Cashlez sebagai startup yang segera merealisasikan rencana IPO-nya tahun ini.

“Kita belum bisa memberikan komentar masalah itu. Didoakan saja semoga semuanya lancar dan sesuai rencana,” kata Oscar.

Dalam perjalanannya sepanjang tahun ini, Indodax telah menunjuk Yos Ginting sebagai Komisaris baru perusahaan untuk membantu menjalankan good governance. Yos sebelumnya lama berkiprah di dunia industri, khususnya bersama Sampoerna.

Tahun ini, Indodax menargetkan bisa merangkul lebih dari 2 juta anggota dan membuat anggota yang sudah terdaftar juga lebih aktif bertransaksi, agar Indonesia menjadi salah satu negara strategis di bidang blockchain dan kripto aset di dunia. Perusahaan juga ingin memperkenalkan platform Indodax sebagai platform investasi digital bagi masyarakat Indonesia. Tujuan tersebut sejalan dengan misi pemerintah yang ingin meningkatkan literasi keuangan digital.

Turun naik harga aset kripto

Kondisi marketplace hari ini (19/03)
Kondisi marketplace hari ini (19/03) / Indodax

Makin masifnya penyebaran virus COVID-19 secara global memberikan pengaruh kepada penurunan harga aset kripto. Hal ini terjadi karena tren beberapa kripto trader menjual kripto asetnya menjadi tunai, karena beberapa kebutuhan selama karantina ini, termasuk untuk keperluan usaha. Supply yang beredar di pasar naik secara tiba-tiba yang menekan harga menjadi menurun.

Meskipun demikian, dalam beberapa hari terakhir terlihat pasar kripto kembali bangkit cukup cepat. Misalnya harga bitcoin yang kembali di atas $5000 per 1 BTC.

Oscar mengklaim aset kripto masih menjadi aset yang menarik diperdagangkan pada saat penyebaran COVID-19.

“Jadi, kebijakan pemerintah sehubungan corona tidak berdampak langsung dengan bitcoin dan aset kripto lain. Yang membuat harga turun hanya aksi jual sekelompok trader aset kripto menjual bitcoin menjadi tunai tetapi demand yang muncul karena kekhawatiran masyarakat akan corona ini juga menciptakan demand baru yang membuat harga kripto cukup menguat kembali.”

Harga bitcoin disebut relatif lebih kuat bertahan dibandingkan produk investasi lainnya, seperti saham yang terus berguguran selama sebulan terakhir,

“Harga bitcoin dan aset kripto lain turun karena ada aksi jual dari sekelompok orang yang membutuhkan uang tunai karena kondisi ekonomi global yang terus memburuk. Tetapi dua hari terakhir kita melihat harga kripto mulai mengalami lonjakan harga. Ini jadi momen menarik untuk melihat bagaimana performa aset kripto di tengah tekanan ekonomi global, apakah mampu aset kripto membuktikan dirinya sebagai aset yang anti resesi,” klaim Oscar.

Application Information Will Show Up Here