Blibli.com Luncurkan Aplikasi “Video On-Demand” BlibliPlay

Aplikasi live streaming milik Blibli.com bernama “BlibliPlay” resmi diperkenalkan ke publik. Dalam debutnya, platform video on-demand tersebut akan menyajikan siaran langsung kompetisi bulu tangkis Blibli Indonesia Open 2019.

“Konsumsi video melalui ponsel yang tinggi di Indonesia membuat kami semakin optimis untuk menghadirkan solusi live streaming BlibliPlay. Aplikasi ini telah tersedia secara gratis di Google Playstore untuk para pengguna Android dan App Store bagi pengguna iOS,” ujar SVP Trade Partnership Blibli.com Lay Ridwan Gautama.

Disebutkan juga kehadiran BlibliPlay merupakan bentuk keseriusan perusahaan untuk memperkuat platform digitalnya, serta selaras dengan komitmennya menjadikan masyarakat di era digital tetap produktif dan makin efisien. Pelanggan Blibli.com pun bisa langsung masuk dengan akun yang biasa mereka gunakan untuk berbelanja.

Ke depannya, BlibliPlay akan dikembangkan dengan menghadirkan berbagai tayangan olahraga, film, musik dan hiburan, serta konten edukatif lainnya.

Ramai-ramai menghadirkan layanan live streaming

Selain Blibli.com, sebelumnya Gojek juga telah luncurkan aplikasi Go-Play untuk sajikan beragam konten film dan video. Meluncur dalam aplikasi terpisah (layaknya Go-Life), saat ini akses ke layanan tersebut masih terbatas. Sementara itu rivalnya, Grab, memilih untuk menjalin kerja sama dengan Hooq demi memanjakan pengguna mengakses ragam konten hiburan.

Tak berhenti di situ, ketertarikan perusahaan lokal menggarap bisnis video on-demand juga ditunjukkan korporasi MNC Group. Mei 2019 lalu mereka mengumumkan terlibat dalam pendanaan lanjutan iflix. MNC akan menaruh beberapa konten pascatayang di saluran televisi agar bisa dinikmati pengguna di iflix.

Pangsa pasar untuk layanan video on-demand memang terpantau terus meningkat. Salah satunya dikemukakan oleh riset Brightcove bertajuk “The 2019 Asia OTT Research Report”. Indonesia menjadi satu dari 9 negara yang menjadi objek penelitian – karena dianggap cukup merepresentasikan karakteristik pangsa pasar di Asia.

Dalam hasil survei dikemukakan, terdapat ketertarikan masyarakat Indonesia untuk berlangganan ke banyak layanan video. Sebagian besar beralasan menginginkan konten yang lebih banyak dan konten yang lebih spesifik –biasanya layanan VOD punya konten khusus yang hanya tayang di platformnya. Beberapa lainnya menilai lebih hemat ketimbang opsi lainnya, misalnya televisi berbayar.

Application Information Will Show Up Here

Blibli Perkuat Konsep O2O Melalui Fitur Click&Collect

Blibli meresmikan fitur Click&Collect, memungkinkan konsumen untuk berbelanja online di Blibli tanpa harus menunggu kurir mengantarkan pesanan ke alamat tujuan. Ini adalah fitur kedua dengan konsep O2O yang diperkenalkan setelah Blibli Instore sejak 2,5 tahun lalu.

SVP Trade Partnership Consumer Electronic Group Blibli Wisnu Iskandar menjelaskan, fitur teranyar ini hadir karena didasari berbedanya cara konsumen saat belanja. Konsumen online menggunakan platform karena untuk membandingkan harga, cari promosi, dan fitur. Di sisi lain, konsumen offline berbelanja karena ingin lihat barang, trial, dan memegang barang yang akan dibeli.

Tren e-commerce saat ini disebut sudah masuk ke titik 4.0. Di era ini, terjadi kolaborasi antara peritel online dan offline untuk mengembangkan strategi omnichannel, di dalamnya mencakup cara penjualan O2O. Alhasil, para konsumen yang menggunakan platform online karena ingin juga merasakan pengalaman saat berbelanja offline.

“Blibli menjawab kebutuhan tersebut melalui fitur Click&Collect. Konsumen bisa belanja di situs Blibli, memanfaatkan sistem pembayaran yang kami sediakan beserta ragam penawaran khusus. Kemudian, mereka mengambil belanjaan di toko offline untuk memastikan kecocokan produk,” terangnya, Rabu (26/6).

Secara konsep, Click&Collect ini diharapkan dapat menguntungkan konsumen dan merchant partner. Konsumen dapat memegang langsung barang yang mereka beli, bertanya langsung untuk solusi lainnya. Di satu sisi, peritel punya kesempatan untuk cross dan upselling, yang pada akhirnya meningkatkan omzet bisnis dan memberikan diferensiasi.

Setelah konsumen berbelanja melalui Click&Collect, merchant akan mempersiapkan pesanan dalam kurun waktu dua jam. Maksimal dalam tujuh hari barang harus diambil konsumen. Kkhusus Click&Collect tidak disediakan layanan retur.

“Di dalam email, konsumen akan terima notifikasi status pesanan. Apabila barang sudah siap diambil, konsumen bisa langsung datang. Dua jam itu adalah waktu normal untuk merchant dalam memproses suatu pesanan.”

Dua merchant yang sudah kerja sama strategis untuk fitur ini adalah Alfamart dan Fujishopid. Sistem backend antara kedua perusahaan ini sudah terintegrasi penuh dengan Blibli, sehingga seluruh stok secara real time bisa dilihat lewat aplikasi.

Pada tahap awal, 2.900 gerai Alfamart di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Bali terhubung dari total 14 ribu gerai di seluruh Indonesia.

“Kehadiran offline kami cukup kuat di Indonesia, begitupun Blibli di e-commerce. Artinya, dengan fitur ini kami mendapat pasar baru dari online yang bisa digarap secara offline,” tambah Head of Digital Business Alfamart Viendra Primadia.

Bakal tutup Blibli Instore

Pengalaman yang ditawarkan oleh Click&Collect ini sebenarnya mirip dengan Blibli Instore. Konsumen bisa belanja online dari perangkat yang disediakan Blibli di toko offline dan telah menjadi merchant resmi.

Keuntungan yang konsumen terima dari fitur ini adalah fasilitas dari Blibli, seperti cicilan 0%, metode pembayaran yang fleksibel, program loyalitas, dan customer care 24/7.

Long term [Blibli Instore] akan akan dihilangkan saat Click&Collect sudah meluas jangkauannya. Sebab journey-nya itu hampir mirip. Tapi konsumen punya fleksibilitas lebih tinggi [di Click&Collect], tantangannya bagaimana sistem kami bisa terintegrasi dengan partner,” kata Wisnu.

Dia menerangkan fitur ini sudah diperkenalkan sejak 2,5 tahun lalu dan telah ada lima ribu gerai yang memanfaatkannya. Bila digabungkan dengan Click&Connect, transaksi O2O di Blibli diklaim sudah menyumbang 15% secara keseluruhan.

Untuk Click&Collect saja, sejak Januari hingga Juni 2019 disebutkan telah memproses 250 ribu transaksi. Total merchant ada 31 peritel, dengan total lebih dari tiga ribu gerai. Kategori yang diakomodasi masih terbatas, seperti grocery, elektronik, dan gadget.

Tahun ini perusahaan akan memperluas jangkauan Click&Connect ke seluruh Jawa dan Bali. Ditargetkan pihaknya bisa merangkul 12 ribu gerai dan menghasilkan 1,5 juta transaksi.

“Blibli punya 15 kategori, namun ada kategori yang tidak bisa masuk ke Click&Collect seperti travel. Secara konsep semua barang yang punya bentuk fisik akan kami tambahkan ke fitur ini,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Blibli Segera Tambah 18 Gudang Baru Tahun Ini

Blibli mengungkapkan akan menambah 18 gudang baru berlokasi di sekitar Jawa dan Sumatera pada tahun ini sebagai upaya mempercepat durasi pengiriman untuk konsumen. Tidak disebutkan nilai investasi yang disiapkan, namun diungkapkan Blibli akan menyewa mayoritas gudang tersebut.

“Tahun ini kita berencana untuk memiliki 32 gudang di akhir tahun ini, kenaikan yang signifikan dari 14 gudang per akhir tahun lalu,” terang CEO Blibli Kusumo Martanto, Kamis (2/5).

SVP Operations and SVP Product Management Blibli Lisa Widodo mengatakan, penambahan gudang ini mayoritas akan dilakukan dengan menyewa yang sudah ada. Ia enggan menyebut anggaran yang disiapkan perusahaan untuk merealisasikan rencana tersebut.

Fokus penambahan gudang baru masih ditempatkan di sekitar Jawa dan Sumatera. Lokasinya akan melihat dari permintaan konsumen. Stok produk di masing-masing gudang akan berbeda satu sama lainnya, tergantung kategori yang paling banyak diminta. Hanya saja, bisa dipastikan produk kategori FMCG pasti tersedia di semua gudang.

“Di tiap gudang juga sudah kami lengkapi dengan teknologi dan sistemnya sudah paperless. Jadi ketika ada order masuk, durasinya harus di bawah tiga jam sudah keluar dari gudang untuk dikirim ke konsumen,” kata Lisa.

Saat ini perusahaan memiliki 14 gudang yang tersebar di Jadetabek, Medan, Bandung, Surabaya dan Sidoarjo, Denpasar, Semarang, Makassar, dan lainnya. Juga, terdapat 19 hub yang tersebar di kota-kota besar untuk bantu penyimpanan stok.

Sistem logistik internal Blibli, Blibli Express Service (BES), kini telah memiliki lebih dari 550 armada kurir. Perusahaan juga bekerja sama dengan 15 mitra logistik untuk bantu pengiriman ke konsumen.

Inovasi layanan

Selaras dengan rencana ini, Kusumo mengungkapkan perusahaan akan memperluas kehadiran O2O melalui program Blibli InStore dan Click&Collect. Ditargetkan sampai akhir tahun ini, kedua program ini bisa hadir di lebih dari 20 ribu gerai ritel, dari posisi sekarang 3 ribu gerai.

BliBli InStore adalah program POS milik Blibli yang tersedia di gerai ritel offline dapat digunakan untuk konsumen berbelanja. Sementara Click&Collect, konsumen dapat membayar transaksi melalui situs Blibli dan mengambil barang langsung dari toko merchant yang terdaftar.

“Kami sudah tanda tangan dengan para mitra strategis untuk perluas kerja sama gerai offline, tinggal eksekusi saja di tahun ini menunggu momen yang tepat.”

Tampilan Bli-Box / DailySocial
Tampilan Bli-Box / DailySocial

Pembaruan fitur yang baru dirilis Blibli adalah Bli-Box, sebuah toko virtual yang memungkinkan konsumen untuk berbelanja kebutuhan harian dari Blibli Mart dengan scan kode QR. Konsep ini mirip dengan yang di bawa oleh JD.id lewat JDVirtual.

Blibli sudah menyebar papan Bli-Box di tempat umum seperti stasiun KRL dan akan diperluas ke daerah perkantoran untuk menarik lebih banyak pembeli.

“Ini sudah softlaunch sejak bulan lalu, ada 20 Bli-Box yang sudah kita sebar. Kami akan coba bawa Bli-Box ke bandara. Tiap display Bli-Box akan kita kostumisasi sesuai permintaan terbanyak di titik tersebut,” kata SVP of Trade Partnership Blibli Fransisca K. Nugraha.

Dari sisi teknologi, perusahaan terus berupaya memperbarui sistem back end dan keamanan demi meningkatkan kenyamanan konsumen. VP Infrastructure Blibli Ongkowijoyo menjelaskan perusahaan memiliki empat kerangka untuk melindungi sistem e-commerce, mulai dari security operation center, 100% HTTPS, secure software development cycle, hingga bot detection system.

Bot detection system ini berfungsi untuk deteksi kecurangan ketika ada flash sale produk, sehingga semua konsumen punya kesempatan yang setara dengan yang lainnya saat ingin beli barang.

“Kami juga melakukan berbagai perlindungan dari sisi konsumen, ada verifikasi nomor handphone, 3D secure payment, OTP, hingga phising site detection. Blibli bekerja sama dengan 21 bank, gerai ritel, Gopay, Blipay, dan BCA OneKlik, itu semua proteksinya sama,” kata Ongkowijoyo.

Blibli baru merilis teknologi AR untuk bantu konsumen mencocokkan barang, semisal furnitur yang akan dibeli cocok atau tidak untuk di rumah sebelum membelinya. Fitur ini baru tersedia untuk versi iOS. Berikutnya ada chatbot Clara (Chat Live and Recommended Assistant) untuk konsultasi konsumen. Clara dapat diakses melalui situs dan aplikasi Blibli.

Kinerja Blibli

Di saat yang sama, Kusumo juga mengungkapkan pencapaian Blibli sepanjang kuartal pertama 2019, meski tidak spesifik memaparkan angkanya. Pertumbuhan transaksi mencapai 2,5 kali secara year-on-year (yoy) dengan lebih dari dua juta volume pengiriman.

Bila dilihat berdasarkan total volume transaksi, Blibli Mart menguasai hingga 41%, ponsel dan tablet 15%, dan utilities 12%. Ada 54 brand resmi dan lebih dari 100 ribu merchant yang bekerja sama dengan perusahaan. Kenaikan jumlah mitra, turut mempengaruhi jumlah produk yang tumbuh 3 kali.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Go-News, Gojek Kenalkan Go-Mall dan Go-Komik

Awal tahun 2019 Gojek meluncurkan fitur-fitur hasil kolaborasi dengan pihak ketiga. Mereka adalah Go-News, Go-Mall, dan Go-Komik. Ketiganya akan melengkapi fitur yang sudah ada di dalam aplikasi Gojek dalam usahanya menjadi super app dengan time spent konsumen yang semakin lama.

Sejauh ini secara keseluruhan Gojek sudah memiliki 21 layanan dan 6 fitur dalam satu aplikasi yang menhubungkan 2 juta mitra dengan puluhan juta pelanggan di seluruh kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan data App Annie, Gojek disebut menjadi aplikasi on-demand dengan jumlah pengguna aktif bulanan terbanyak sepanjang tahun 2018.

Head of Third-Party Platform Gojek Sony Radhityo menyatakan, sebagai super app pertama di Indonesia, berbagai inovasi yang berhasil menjawab kebutuhan pengguna merupakan kunci dari pertumbuhan sejauh ini.

“Berbagai data internal dan eksternal kami menyatakan bahwa kebutuhan belanja dan mengakses info terkini menjadi perhatian penting bagi pelanggan Gojek dan lingkungannya. Kedua fitur ini [Go-Mall dan Go-News] menjawab kebutuhan tersebut, sesuai dengan tujuan kami untuk membantu pelanggan menemukan layanan yang mereka cari dalam satu aplikasi,” imbuh Sony.

Go-News merupakan fitur news aggregator yang dikembangkan dengan tujuan menambah alasan pengguna terhubung dengan aplikasi Gojek. Kumparan adalah portal berita pertama yang menjadi mitra.

JD.id dan Blibli menjadi platform e-commerce yang menjadi mitra Go-Mall. Dua platform belanja online ini dipilih karena dianggap bisa membantu visi Gojek membantu pengguna berbelanja berbagai macam kebutuhan.

Kolaborasi dengan JD.id dan Blibli untuk Go-Mall juga diikuti integrasi sistem pembayaran Go-Pay untuk kedua platform tersebut.

“Akan selalu ada tantangan baru. Seperti yang sudah kami buktikan selama ini, misi utama Gojek adalah terus menggunakan teknologi untuk menjadi solusi bagi tantangan-tantangan tersebut. Hal ini kami capai tentunya dengan mengutamakan kerja sama dengan para mitra dan partner bisnis kami untuk terus memberikan dampak sosial positif bagi masyarakat melalui keberadaan Gojek,” terang Sony.

Startup unicorn asal Indonesia ini juga mengembangkan Go-Komik, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna membaca komik dari para komikus lokal. Menurut pantauan DailySocial, mereka yang sudah berpartisipasi adalah Tahilalats, Sebut Saja Oloy, dan Maghfirare.

Application Information Will Show Up Here

Blibli Buka Suara atas Dukungannya ke Esports dan Piala Presiden 2019

Hari Jumat 26 Januari 2019 kemarin, Hybrid diundang untuk berbincang-bincang dengan Blibli mengenai keterlibatan mereka mendukung ekosistem esports Indonesia, khususnya untuk Piala Presiden Esports 2019.

Andy Adrian, Deputy Chief Marketing Officer untuk Blibli, menjelaskan bahwa target pasar esports merupakan salah satu target pasar yang dituju oleh ecommerce. Pasar ecommerce itu memang relevan dengan target pasar milenial yang juga jadi target pasar esports. Ditambah lagi, menurut pengakuan Andy, Blibli selalu menjadi benchmark untuk pasar milenial dan potensi pasar ini akan semakin besar ke depannya.

Target pasar gaming sendiri juga sebenarnya terkait dengan berbagai produk yang tersedia di Blibli. Menurut cerita dari Lay Ridwan Gautama, SVP – Trade Partnership untuk Blibli, mereka mengawali menjual produk digital dari 2 tahun yang lalu dengan pulsa dan sekarang Blibli sudah punya segmen sendiri untuk produk gaming mulai dari gaming peripheraldevices (laptop), sampai voucher game.

Meski demikian, Lay sendiri mengatakan bahwa revenue dari penjualan voucher di 2017 untuk Blibli memang masih di bawah 10% dari total keseluruhan pendapatan – meski mendapatkan jutaan transaksi dalam satu tahun.

Dokumentasi: Hybrid
Andy Adrian (Kiri) dan Lay Ridwan Gautama (Kanan). Dokumentasi: Hybrid

Hal itu jugalah yang menjadi salah satu alasan mereka mendukung esports. Mereka ingin memperbesar revenue dari pasar gaming. Namun demikian, bukan itu saja tujuannya menurut Andy. Ia menambahkan bahwa ada engagement dari komunitas gamer yang juga ingin dituju. Akuisisi user baru juga tidak boleh dilupakan. Rencananya, mereka juga akan mengadakan campaign yang tujuannya adalah conversion atau call-to-action. Terakhir, terkait erat dengan kebutuhan mereka untuk branding, Blibli juga ingin selalu up-to-date sebagai pionir ecommerce.

Mungkin memang, dengan kata lain, mereka tak ingin ketinggalan dengan pemain ecommerce lainnya yang sudah lebih dulu menjejakkan kakinya di esports seperti JD dengan High School League mereka, Shopee yang jadi sponsor tim Louvre, Lazada dengan Aerowolf, dan Tokopedia yang bahkan sudah beberapa kali menjadi sponsor event kompetitif (Garuda Cup dan IESPL Battle of Friday) ataupun menjadi sponsor tim esports (EVOS Esports dan RRQ).

Berbicara mengenai sponsor tim esports, saya juga menanyakan soal hal ini ke Blibli serta rencana mereka setelah Piala Presiden 2019. Untuk event esports selanjutnya, Blibli mengaku sudah ada beberapa proposal yang masuk ke mereka namun mereka ingin melihat dan menimbang terlebih dahulu sebelum lebih lanjut menggarap esports. Hal yang sama mereka utarakan tentang kemungkinan menjadi salah satu sponsor tim esports.

Lalu bagaimana kah kelanjutan Blibli di esports? Apakah mereka juga nantinya akan lebih intens seperti dukungan mereka ke bulu tangkis?

Sumber: Instagram @pialapresidenesports
Sumber: Instagram @pialapresidenesports

Untuk Piala Presiden 2019 sendiri, turnamen yang mempertandingkan Mobile Legends tersebut akan menggelar kualifikasi di 8 kota (Bali, Palembang, Surabaya, Makassar, Manado, Solo, Pontianak, dan Bekasi) dari tanggal 9 Februari – 3 Maret 2019 sebelum menggelar babak Grand Finalnya di Jakarta tanggal 30-31 Maret 2019.

 

Pasca Perolehan Pendanaan, Dekoruma Berambisi Jadi Platform Menyeluruh untuk Kebutuhan Desain Interior

Platform e-commerce khusus home and living (interior) Dekoruma kemarin (11/10) mengumumkan perolehan pendanaan Seri B yang dipimpin oleh Global Digital Niaga (perusahaan di balik Blibli) dan corporate venture asal Thailand AddVentures. Nominal pendanaan tidak disebutkan detail, namun Dekoruma mengatakan nilainya mencapai jutaan dolar.

Sebelumnya Dekoruma telah mendapatkan pendanaan Seri A dengan nilai yang tidak disebutkan. Investor di tahap tersebut termasuk Skystar Capital, Beenext, dan Convergence Ventures. Ketiga investor lamanya tersebut juga turut terlibat dalam pendanaan Seri B kali ini.

Perolehan pendanaan ini membuat startup yang didirikan tahun 2016 tersebut percaya diri menghadapi persaingan industri, baik dengan pesaing langsung seperti Fabelio atau Livaza, dan pesaing di ritel tradisional seperti Informa.

Menjadi platform end-to-end

Sejak awal berdiri, Dekoruma dikenal sebagai layanan e-commerce yang menjual berbagai kebutuhan interior rumah. Visi mereka dengan layanan e-commerce menyajikan produk interior dengan harga terjangkau, menyasar kalangan menengah ke atas. Startup ini didirikan oleh dua orang co-founder, yakni Dimas Harry Priawan dan Aruna Harsa.

Pasca pendanaan ini Dimas menceritakan visi produknya ke depan. Tidak hanya ingin menjual produk interior, Dekoruma juga ingin mengakomodasi proses bisnis para desainer interior. Sebelumnya sebagian besar desainer interior harus mengerjakan pekerjaan dari ujung ke ujung, mulai dari pemasaran, desain pengadaan, manajemen proyek, hingga pembayaran. Kadang kesibukan operasional membuat para desainer menjadi kurang fokus dan maksimal dalam mengerjakan desain-desainnya.

“Melihat hal itu, kami berniat membangun platform desain, memungkinkan para desainer untuk mengurangi proses manual. Pada akhirnya akan membuat mereka fokus memberikan desain pelanggan secara lebih baik dan lebih cepat,” ujar Dimas.

Dekoruma juga sudah menyajikan vertikal layanan baru, yakni pemesanan jasa desain interior dan layanan renovasi rumah. Selain itu perusahaan juga menjalankan model bisnis B2B, bekerja sama dengan toko pemasok material/mekanik dan menghubungkan mereka dengan pelanggan atau desainer untuk menyuplai kebutuhan renovasi rumah.

Pertumbuhan bisnis positif

Dekoruma
Anggota tim Dekoruma / Dekoruma

Dalam 18 bulan terakhir, Dimas mengatakan bahwa pertumbuhan bisnis Dekoruma telah bertumbuh lima kali lipat. Ada lebih dari 500 proyek desain dan pembangunan telah dikerjakan, dengan rata-rata pembiayaan antara 70-100 juta. Pekerjaan tersebut dikerjakan bersama 100 mitra desainer interior yang berbasis di Jakarta, terhubung secara online melalui platformnya.

Dimas menceritakan, dari pengalaman yang sudah ada, rata-rata desainer interior yang tergabung ke platformnya dapat meningkatkan pendapatan hingga 300%. Hal tersebut karena kompensasi yang diberikan cukup bersaing. Jika biasanya sebuah proyek memakan waktu 20 minggu, di Dekoruma rata-rata bisa selesai antara 8-12 minggu.

Bersama dengan perolehan pendanaan ini, tim Dekoruma akan melakukan penyempurnaan platform sehingga proses bisnis dapat terakomodasi secara end-to-end dengan baik. Selain itu mereka juga akan memperluas kemitraan B2B dengan rekanan untuk rantai pasokan, serta melakukan ekspansi layanan ke kota-kota lain di luar Jakarta.

“Dekoruma memastikan semua pesanan dan transaksi online bisa berjalan mulus melalui layanan yang terotomasi. Itu berlaku bagi pelanggan akhir maupun penyedia layanan, termasuk untuk transparansi harga dan proses yang lebih akurat,” terang Dimas.

Application Information Will Show Up Here

Mengungkap Layanan E-Commerce Terpopuler di Indonesia

Melati sering berbelanja secara online. Untuk keperluan pribadi, terutama membeli aksesoris smartphone, grocery, dan lainnya ia mempercayai layanan asal Tiongkok, JD.id. Alasannya cukup sederhana, ia percaya dengan tagline #Dijaminori, yaitu hanya menjual produk original. Soal harga atau cepatnya pengiriman ternyata bukan menjadi pilihan pertama.

Di sisi lain, bagi Adel, bebas ongkos kirim justru menjadi pemicu utama. Tak heran jika ia memilih Shopee Indonesia sebagai layanan e-commerce favorit.

Semua alasan tersebut mengerucut pada bagaimana layanan e-commerce menangkap kebutuhan dan keinginan konsumen. Tidak lagi tergoda dengan diskon atau promo, konsumen lebih mencari kepuasan personal, karena dimudahkan untuk membeli produk yang diinginkan.

Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee melesat

iPrice Group, pengusung layanan metasearch engine yang beroperasi di Asia Tenggara, baru-baru ini menghadirkan The Map of E-commerce Indonesia yang mengupas peta layanan e-commerce berdasarkan average quarterly traffic, mobile application ranking, social media followers dan jumlah pegawai. Hasil data terkini berdasarkan data Q2 2018.

Hal menarik yang menjadi highlight adalah melajunya Tokopedia dan Bukalapak sebagai layanan e-commerce dengan traffic tertinggi, di atas Lazada yang selama ini merajai pasar Asia Tenggara. Memang metrik yang digunakan hanya menghitung traffic di browser (desktop dan mobile) dan tidak menghitung penggunaan aplikasi, tetapi data ini menunjukkan pergeseran tentang bagaimana konsumen Indonesia memilih layanan e-commerce favoritnya.

Statistik kunjungan dan ranking aplikasi mobile untuk e-commerce Indonesia
Statistik kunjungan dan ranking aplikasi mobile untuk e-commerce Indonesia

Kepada DailySocial, Head of Corporate Communications Tokopedia Priscilla Anais mengungkapkan, Tokopedia dikunjungi lebih dari 73 juta masyarakat (unique visit) Indonesia per bulannya (situs dan aplikasi), dengan total kunjungan dalam sebulan mencapai 332 juta (total visit), pada bulan Mei 2018.

Hal menarik yang menjadikan Tokopedia mengalami lonjakan pengunjung di kuartal kedua 2018 adalah festival belanja online Ramadhan Ekstra. Program ini menghadirkan ratusan produk eksklusif, flash sale, dan potongan harga yang sangat menarik untuk berbagai kebutuhan Ramadhan.

Disebutkan penggunaan layanan Tokopedia 80% berbasiskan mobile, sejalan dengan perilaku konsumen Indonesia yang mobile first dan harga smartphone yang semakin terjangkau.

Sementara Chief Strategy Officer Bukalapak Teddy Oetomo, kepada DailySocial, mengungkapkan, pihak Bukalapak tidak dapat membenarkan atau menyalahkan hasil perhitungan iPrice tersebut.

Teddy merinci, berdasarkan data yang dimiliki Bukalapak, traffic di Q2 2018 naik hampir 3 kali lipat dibandingkan Q2 2017, sementara jumlah active user meningkat hingga 2 kali lipat. Sepanjang Q2 2018, Bukalapak mencatat jumlah pengguna terbanyak menggunakan platform Android, disusul mobile web dan desktop.

Informasi enam layanan e-commerce terbesar di Indonesia
Informasi enam layanan e-commerce terbesar di Indonesia

Hal yang tak kalah menarik adalah berjayanya Shopee sebagai layanan yang menduduki posisi pertama di ranah aplikasi mobile, baik untuk Android maupun iOS. Angka ini cukup mengejutkan, mengingat Shopee baru tiga tahun hadir bersaing di Indonesia.

Country Brand Manager Shopee Indonesia Rezki Yanuar kepada DailySocial mengatakan, sesuai data yang dikumpulkan iPrice, Shopee selama ini fokus kepada inovasi aplikasi mobile. Menurut data yang dikumpulkan Shopee, saat ini Shopee telah diunduh lebih dari 61 juta kali dengan rata-rata tiap bulannya mencapai 110 juta kunjungan. Lebih dari 95% pengguna Shopee melakukan transaksi melalui smartphone.

Survei ke masyarakat

Untuk mendukung data ini, DailySocial melakukan survei, bekerja sama dengan JakPat, untuk mengetahui layanan e-commerce favorit versi responden. Survei dilakukan terhadap 2026 responden di seluruh Indonesia.

Berdasarkan survei ini, Shopee ternyata menjadi layanan e-commerce yang paling sering digunakan oleh responden (34%). Posisi berikutnya berturut-turut diikuti Tokopedia (28%), Bukalapak (17,5%) dan Lazada (14%). Blibli menduduki posisi juru kunci dalam hal popularitas di masyarakat.

Berdasarkan survei DailySocial dan JakPat, Shopee kini jadi layanan e-commerce terpopuler
Berdasarkan survei DailySocial dan JakPat, Shopee kini jadi layanan e-commerce terpopuler

 

Lebih lanjut, hasil survei ini mengungkapkan bahwa sebuah layanan e-commerce dianggap favorit dengan alasan harga yang lebih terjangkau (31%), promo diskon (26%), variasi pilihan produk (19%), dan pengiriman gratis (15%).

Urusan harga masih jadi faktor penting yang mendorong preferensi layanan e-commerce
Urusan harga masih jadi faktor penting yang mendorong preferensi layanan e-commerce

Potensi masa depan

Studi McKinsey pada tahun 2016 memprediksi bahwa di tahun 2025 dampak ekonomi digital bagi Indonesia bisa meningkatkan GDP hingga $35 miliar dan menambah 3,7 juta lapangan pekerjaan baru.

Menurut Ketua Umum idEA Ignatius Untung, ke depannya persaingan antara layanan e-commerce akan semakin sengit. Dibutuhkan dana yang besar agar bisnis bisa berjalan. Mereka yang tidak memiliki strategi akan terancam merger, diakuisisi atau terpaksa gulung tikar. E-commerce yang masih berusaha mencari dan membangun pembeli yang loyal dengan memberikan harga murah, akan mengalami kesulitan.

Dari enam besar pemain industri ini, tiga layanan e-commerce di Indonesia memiliki investor yang terafiliasi dengan Alibaba, yaitu Lazada (akuisisi penuh), Tokopedia, dan Bukalapak (melalui Ant Financial). Sementara dua layanan lainnya terafiliasi dengan Tencent, yaitu Shopee dan JD.id. Hanya Blibli yang murni dimiliki konglomerasi lokal melalui GDP Venture.

“Karena pada akhirnya produk yang dijual sama, hari ini brand A bisa lebih murah, tapi hari lain bisa gantian. Untuk itu kemungkinan pemain akan mulai fokus ke area yg lebih unik. Tidak cuma sekedar asal lebih murah, karena semua juga bisa murah dengan promo,” kata Untung.

Kementerian Perdagangan Gaet Blibli dan Ralali untuk Dorong Ekspor Nonmigas

Kementerian Perdagangan menggaet dua pemain e-commerce, Blibli dan Ralali, sebagai upaya meningkatkan ekspor nonmigas melalui layanan e-commerce. Pemerintah memandang platform e-commerce dinilai memiliki lebih cepat, mudah, dan efisien untuk kegiatan ekspor.

“Selain itu, pemanfaatan e-commerce juga memberikan dampak positif bagi berbagai lini terkait jasa logistik, pembiayaan, dan komunikasi; meminimalisasi biaya; serta memperluas wilayah pemasaran,” ujar Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan dalam keterangan resmi.

Kemitraan tersebut ditandai lewat seminar yang mengusung tema “Pemanfaatan E-Commerce dalam Meningkatkan Ekspor Nasional” pada 5 September 2018 di Bandung yang turut dihadiri oleh 50 pelaku usaha ekspor Indonesia.

Selama seminar, Blibli menyampaikan beragam kemudahan dan keuntungan bertransaksi dengan menggunakan laman pemasaran. Sedangkan Ralali memberikan paparan mengenai cara berjualan melalui e-commerce dan pelatihan singkat pengambilan foto. Kualitas foto produk sangat penting untuk menarik pembeli saat berbelanja online.

Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia, nilai transaksi melalui pemanfaatan pemasaran digital juga meningkat. Menurut survei APJII, pengguna internet di Indonesia pada tahun lalu mencapai 143,26 juta atau naik 7,95% dari tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk transaksi e-commerce pada 2014 mencapai Rp34 triliun, diprediksi pada 2016 menjadi Rp260 triliun. Pada 2020 mendatang, transaksi e-commerce dipredikasi mencapai Rp1.690 triliun.

Pada saat yang sama, Kemendag turut mengundang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk memberikan paparan mengenai Digital Handholding Program (DHP). DHP adalah salah satu program jasa konsultasi LPEI-Indonesia Eximbank di bidang TI untuk memfasilitasi eksportir usaha kecil menengah berorientasi ekspor (UKME).

Tujuan dari program tersebut adalah para UKME dapat mampu memasarkan, memperluas akses pasar, mempromosikan, serta meningkatkan daya saing produk unggulan di laman pemasaran global.

Kemendag juga mengundang Indonesia-Iran Business Council sebagai narasumber. Marolop menerangkan sejak diberlakukannya sanksi ekonomi terhadap Iran, nilai ekspor Indonesia ke Iran terus menurun.

“Mekanisme niaga-el (e-commerce), seperti penggunaan Paypal sebagai sistem pembayaran internasional, diyakini bisa mendorong peningkatan ekspor Indonesia ke Iran,” pungkasnya.

Lanskap E-commerce di Indonesia dari Perspektif Konsumen

Laporan terbaru eIQ bertajuk “Uncovering the Value of Indonesia’s Top Online Platforms” mencoba menggambarkan kondisi terkini dari lanskap e-commerce dan online marketplace di Indonesia. Mengawali laporannya, ecommerceIQ mendaftar 6 platform teratas, didasarkan pada tingkat frekuensi kunjungan dan peringkat aplikasi di Play Store.

Gambar 1

Memvalidasi popularitas keenam pemain di atas, survei menanyakan kepada 1240 responden penikmat online shopping seputar beberapa faktor penilaian terhadap platform belanja online, mulai dari reputasi, perbandingan harga, hingga layanan logistik.

Gambar 2

Dari temuan tersebut maka dapat dipetakan pola-pola yang menjadi karakteristik masing-masing penyedia layanan.

(1) Kategori C2C dan B2C semakin melebur

Daftar 6 pemain teratas kebetulan memiliki porsi yang imbang antara kategori C2C (Consumer-to-Consumer): Bukalapak, Shopee, Tokopedia; dan B2C (Business-to-Consumer): Blibli, Jd.id, Lazada. Dari penilaian reputasi, masing-masing memiliki angka yang cukup berimbang, Blibli dan Tokopedia mendapati angka tertinggi. Penilaian terhadap reputasi umumnya didasarkan pada kepercayaan konsumen yang terbentuk dari beberapa faktor, di antaranya jaminan produk, kualitas layanan, hingga efektivitas sistem yang disajikan.

JD.id dan Shopee adalah pemain yang paling baru, keduanya memiliki cara berbeda untuk berbaur dalam persaingan dengan top-players yang ada. Shopee misalnya, dengan nilai investasi besar yang didapat dari perusahaan induk –Sea (dulunya Garena)—mereka memanjakan konsumen dengan beragam diskon produk. Dari tabel penilaian di atas, Shopee memiliki peringkat teratas dalam urusan produk murah dan biaya pengiriman gratis. Sedangkan JD.id menguatkan brand dengan jaminan produk jualannya asli.

Meleburnya kategori C2B dan B2C juga ditengarai hadirnya “Official Store” di online marketplace –sebagai contoh brand tertentu memiliki tempat khusus di Bukalapak untuk menjual produk dari distributor resminya. Implikasinya justru menguatkan SKU produk yang dimiliki C2C, hal tersebut sekaligus tervalidasi dalam penilaian kelengkapan produk dengan persentase tertinggi didapat oleh Tokopedia.

Namun demikian salah satu keuntungan yang dapat dioptimalkan oleh para pemain B2C ialah seputar pengalaman pelanggan. Beberapa aspek yang mulai dieksplorasi misalnya menekankan pada kualitas produk, peningkatan layanan logistik –misalnya Lazada mengakomodasi layanan eLogistics secara mandiri atau bekerja sama dengan layanan on-demand untuk one-day-delivery, opsi pembayaran yang lebih beragam –memungkinkan adanya mekanisme seperti cash-on-delivery.

Gambar 3

(2) Produk elektronik dan fesyen menjadi komoditas utama

Persentase tertinggi yang dihimpun dari responden survei menyatakan produk elektronik dan fesyen menjadi komoditas yang paling banyak. Dua kategori produk tersebut hampir merata kuat di platform e-commerce yang ada di Indonesia. Menyusul namun belum begitu signifikan ialah bahan kebutuhan sehari-hari.

Gambar 4

Untuk kategori fesyen, Shopee menjadi pemimpin. Yang menarik justru di kategori elektronik, layanan B2C lebih tinggi persentasenya –dalam hal ini Bukalapak dan Tokopedia. Sebelumnya banyak yang mengasumsikan secara kasat mata bahwa untuk pembelian barang-barang elektronik tendensi orang akan memilih produk B2C untuk jaminan kualitas. Blibli dan JD.id idealnya dapat mengeksplorasi lebih mendalam untuk kategori kebutuhan sehari-hari. Tren pembelian produk tersebut meningkat melalui e-commerce lantaran dukungan berbagai faktor, termasuk yang paling signifikan ialah logistik.

Tak kalah penting soal rata-rata pengeluaran untuk berbelanja secara online. Sebagian besar responden menjawab di angka Rp100.000 hingga Rp500.000. Mengindikasikan persentase terbesar komoditas produk yang paling sering dibeli dengan rentang harga tersebut –sehingga jika dihubungkan dengan data sebelumnya kategori fesyen paling masuk akal menjadi komoditas terbesar e-commerce di Indonesia saat ini.

Gambar 5

(3) Logistik masih menjadi isu utama efektivitas e-commerce

Terdapat beberapa hal yang dikeluhkan oleh responden saat menggunakan platform e-commerce. Pertama soal waktu pengiriman yang sering kali lama. Sebenarnya untuk proses pengiriman tidak sepenuhnya dikontrol oleh penyedia platform e-commerce, melainkan pihak ketiga yang dipilih konsumen. Hanya saja mau tidak mau logistik memang menjadi salah satu dari bagian sistem terpenting dari jual beli online. Isu lain cukup merata, hanya saja ada permasalahan tentang pengalaman pengguna untuk platform Bukalapak dan permasalahan harga barang yang terlampau mahal di Blibli –dengan persentase tertinggi.

Gambar 6

Kematangan dalam menggunakan layanan belanja online justru terlihat pada data di atas. Proses pembayaran tidak lagi menjadi isu yang signifikan di setiap platform yang ada. Persentase terbesar masih berada pada opsi transfer bank. Namun yang menarik opsi COD cukup mencolok untuk JD.id dan Lazada, lantaran keduanya memang memberikan opsi tersebut.

Gambar 7

(4) Tren penggunaan e-commerce berdasarkan gender

Beda jenis kelamin umumnya akan memiliki kecenderungan yang berbeda. Hal tersebut turut ditunjukkan pada opsi yang diberikan responden dalam pemilihan layanan e-commerce. Grafik di bawah ini menggambarkan perbandingan untuk peminat di masing-masing platform berdasarkan gender.

Gambar 8

Data di atas tentu didukung dengan ulasan selanjutnya, yakni soal kebutuhan yang banyak dicari. Shopee lebih banyak digunakan oleh pengguna perempuan, hal tersebut berkorelasi dengan kategori produk yang banyak dicari perempuan ialah seputar kecantikan. Sementara untuk produk kebutuhan sehari-hari pengguna laki-laki yang lebih banyak memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian secara online.

Grafik kategori di atas cukup relevan dengan pengalaman belanja yang diharapkan. Contohnya otomotif, didominasi oleh konsumen perempuan, pasalnya konsumen laki-laki memiliki kecenderungan lebih suka memanjakan diri  dengan produk otomotif secara langsung di bengkel, dan sebagainya.

Informasi lebih lanjut tentang cara mendapat laporan lengkapnya bisa diperoleh di sini:



Disclosure: artikel ini adalah hasil kemitraan DailySocial dan eIQ

Bridestory dan Blibli Luncurkan Bridestory Pay

Bridstory, startup marketplace untuk vendor pernikahan, berinovasi dengan meluncurkan Bridestory Pay sebagai hasil kerja sama dengan Blibli. Hal yang diharapkan adalah memberikan opsi pembayaran yang lebih beragam bagi calon pengantin yang sedang merencanakan pesta pernikahannya.

Untuk menarik pengguna, Bridestory menyiapkan beberapa keuntungan jika melakukan pembayaran menggunakan metode ini. Yang pertama adalah asuransi pembatalan pernikahan dari Bridestory apabila ada hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti bencana alam atau kecelekaan. Tersedia pula skema cicilan bunga 0% hingga 24 bulan dari lebih dari 15 bank di Indonesia dan penawaran menarik lainnya seperti cashback.

Menurut pihak Bridestory, Bridestory Pay dihadirkan menjawab tantangan kemandirian pembayaran pernikahan oleh calon pengantin. Dari laporan Industri Pernikahan 2017 yang mereka terbitkan, 56,6% responden mengaku biaya pernikahan saat ini lebih banyak ditanggung oleh kedua calon pengantin, dengan kisaran biaya mulai dari Rp20 juta hingga Rp2 Miliar. Bridestory Pay hadir sebagai metode pembayaran baru yang bisa dimanfaatkan calon pengantin.

“Bridestory Pay merupakan sebuah inovasi yang baru di industri pernikahan. Kita akan melihat animonya, baik respon dari vendor maupun konsumen. Target kami di tahun pertama yaitu menyediakan semakin banyak vendor dengan service yg beragam dan calon pengantin menggunakan Bridestory Pay untuk bertransaksi dengan vendor-vendor tersebut,” terang Senior Marketing Executive Bridestory Natashia Virginia.

Melalui Bridestory Pay ini Blibli akan menggandeng Bridestory sebagai merchant partner untuk memberikan solusi smart wedding planning bagi calon pengantin.

“Peluncuran Bridestory Pay merupakan salah satu wujud komitmen Bridestory dalam mendukung pelaku industri pernikahan dan calon pengantin dari segi teknologi. Untuk menggunakan Bridestory Pay, calon pengantin cukup masuk ke situs maupun aplikasi Bridestory, chat dan mendapatkan penawaran dari ventor, membayar dengan mudah, lalu menikmati seluruh keuntungan yang ada,” imbuh CTO Bridestory Doni Hanafi.

Application Information Will Show Up Here