Belajar Bagaimana Alibaba Mendorong Penetrasi E-Commerce ke Pelosok

Kondisi bisnis e-commerce di Indonesia sering disamakan dengan Tiongkok. Banyak yang bilang, Indonesia saat ini adalah kondisi Tiongkok pada 10 tahun lalu. Indonesia diprediksi bisa memangkas ketimpangan waktu tersebut dalam waktu singkat.

Pernyataan tersebut didukung fakta masih berlangsungnya berbagai upaya dari pemerintah untuk membangun infrastruktur pendukung. Pekerjaan rumah terbesar pemerintah Indonesia adalah menghubungkan seluruh wilayah dengan koneksi internet dan mengintegrasikan sistem logistik untuk menekan biaya pengiriman.

Sesungguhnya urusan ketimpangan berlaku juga untuk Tiongkok. Dilihat dari segi ekonomi makro, negara Tirai Bambu ini masih mengalami disparitas, pusat perekonomian negara didorong kawasan timur ketimbang barat.

Persoalannya bagaimana mengurangi tingkat urbanisasi tak hanya menjadi PR untuk pemerintah setempat, tapi perlu bantuan dari pihak swasta. Alibaba punya jawaban tersendiri untuk mengatasinya dengan menggelar proyek Rural Taobao.

Rural Taobao pertama kali meluncur di akhir 2014. Sebenarnya proyek ini berawal dari ide yang berbau CSR, namun sudah dimasukkan ke dalam unit bisnis Taobao. Kendati demikian, belum menjadi unit bisnis yang bisa dimonetisasi karena sifatnya jangka panjang dan belum sampai ke tahap tersebut.

Kantor pusat Alibaba, dinamai Alibaba Campus di Hangzhou, Tiongkok / DailySocial
Kantor pusat Alibaba, dinamai Alibaba Campus di Hangzhou, Tiongkok / DailySocial

Kepada sejumlah media asal Indonesia, termasuk DailySocial, yang diundang Alibaba ke markasnya, perwakilan perusahaan menyebut proyek ini adalah ajang mempromosikan transaksi dua arah antara Tiongkok kawasan pedesaan dan perkotaan.

Warga desa menjadi sasaran empuk Alibaba, lantaran sekitar 600 juta dari 1,4 miliar penduduk Tiongkok tinggal di desa. Mereka bukan hanya menjadi sumber produk dan sumber daya yang dibutuhkan negara, namun juga memiliki daya beli yang besar.

Dikutip dari CNNIC (China Internet Network Information Center), tingkat penetrasi di kawasan pedesaan hanya 35,4% sedangkan kawasan urban mencapai 71% per Desember 2017. Kendati masih rendah, proporsi pengguna internet di desa terus meningkat.

Masih dikutip dari sumber yang sama, jumlah pengguna internet di area pedesaan meningkat 4% menjadi 209 juta sejak Desember 2016, mewakili 27% dari total pengguna internet di Tiongkok.

Secara kualitas jaringan, meski sangat terbatas namun sudah 4G. Ini masih menjadi PR karena rintangan geografis dan infrastruktur harga pendistribusian internet ke wilayah terpencil sangat mahal.

“Proyek ini sudah masuk ke versi 4.0 jadi kami lewati fase penetrasi internet lewat PC, melainkan langsung ke tahap smartphone. Jadi kami dorong warga desa untuk mengakses internet di smartphone dan berbelanja di sana dengan sinyal yang sudah 4G,” ucap pihak Alibaba.

Untuk melancarkan proyek ini, Alibaba bangun jaringan pusat pelayanan e-commerce di level kabupaten untuk menghilangkan keterbatasan logistik dan jalur masuknya informasi, serta kekurangan tenaga kerja dan pengetahuan seputar e-commerce.

Tempat tersebut dioperasikan oleh seorang agen yang direkrut dari komunitas lokal bernama “Perwakilan Rural Taobao”. Agen tersebut bertanggung jawab terhadap kabupaten masing-masing. Menerima upah melalui biaya pelatihan untuk memfasilitasi pesanan e-commerce dan menyediakan pelayanan lokal.

Di sana, pusat pelayanan sekaligus menjadi fasilitas penyortiran untuk paket yang masuk dari pesanan warga desa. Warga bisa langsung mengambil pesanan mereka atau dibantu pengirimannya oleh manager dengan radius maksimal pengiriman 3 km.

Lama pengiriman sejak order dikirim pun bervariasi tergantung provinsi. Bila masih dalam provinsi yang sama, barang akan sampai ke pusat pelayanan antara 1-3 hari, jika di luar provinsi bisa memakan waktu antara 4-5 hari. Rata-rata durasi pengiriman ini mirip dengan kondisi di Indonesia.

Hingga November 2017, Rural Taobao telah berdiri di lebih dari 30 ribu pusat pelayanan desa di 29 provinsi di Tiongkok. Diklaim lebih dari 10% dari populasi desa menjual produk online di Alibaba dengan pendapatan tahunan setidaknya RMB 10 juta (sekitar USD 1,6 juta).

Sejak pertama kali diluncurkan, Alibaba Group berkomitmen untuk berinvestasi sebanyak RMB 10 miliar (sekitar US$1,6 miliar) selama tiga sampai lima tahun untuk membangun 1.000 pusat operasi tingkat kabupaten dan 100 ribu pusat pelayanan desa di seluruh Tiongkok.

Selektif memilih agen

Dalam merekrut agennya, Alibaba menetapkan mereka harus bekerja penuh waktu, umumnya menargetkan penduduk muda yang paham akan internet dan pernah tinggal di perkotaan. Mereka juga harus bersedia kembali ke desanya masing-masing untuk mengembangkan pusat pelayanan Rural Taobao.

Tak sembarang Alibaba merekrut seorang agen. Para kandidat diharuskan mengikuti ujian untuk memastikan mereka memiliki kemampuan dan komitmen dalam melayani komunitas mereka. Selain menjadi agen berbelanja, mereka diharapkan dapat menawarkan sejumlah pelayanan yang bersangkutan dengan mata pencaharian penduduk desa dengan memanfaatkan ekosistem dari Alibaba Group.

Termasuk di dalam pelayanan ini adalah pelayanan berbelanja online, pengadaan pembelian kebutuhan bertani, pembayaran tagihan pemesanan tiket dan penginapan, membuat janji kunjungan medis, aplikasi simpanan bank, pelatihan pengusaha, dan berbagai tawaran budaya dan hiburan.

Berkunjung langsung ke lapangan

Tak hanya menjelaskan latar belakang dan informasi terbaru Rural Taobao, kami juga diajak menemui langsung dua pusat layanan di desa Leping dan Bainiu. Keduanya berlokasi di Kabupaten Qianchuan, Provinsi Zhejiang, Tiongkok.

Bainiu terkenal dengan produk kacang kenari. Warga desa memanfaatkan Taobao untuk memasarkan produk olahannya tersebut. Kami menemui Xu Bing Bing, pemasok kacang kenari. Kesehariannya, Xu membeli kacang dari para petani di desa sekitar, lalu memasoknya ke para pengolah, diberi rasa, dan dipasarkan melalui Taobao.

Xu mengenal Taobao sejak 2007, hasil ajakan teman-temannya yang sudah lebih dulu menggunakan. Dia menjadi salah satu dari 400 lebih warga yang telah merasakan dampak dari kehadiran layanan e-commerce terhadap lapangan pekerjaan, tanpa harus meninggalkan keluarga untuk bekerja di kota.

Desa ini hanya memiliki 500 keluarga dan memiliki 68 toko online di Taobao dan Tmall. Total penghasilannya mencapai RMB 350 juta (sekitar USD 55,7 juta) tahun lalu.

Selain Bainiu, kami juga mengunjungi desa Leping. Masih satu provinsi dengan Bainiu, namun jaraknya cukup jauh, sekitar 50 km. Di sana, kami menemui Zheng Weiling yang memilih kembali ke desa suaminya dan membuka pusat layanan di 2015. Sebelumnya ia bekerja di Shenzhen, namun memilih kembali ke desa demi menikmati lebih banyak waktu bersama keluarga.

Sebelum pusat layanan ini berdiri, warga desa Leping perlu menempuh jarak 20 km untuk mengambil barang yang mereka beli secara online. Kini 3 km saja. Zheng menceritakan ia banyak menghabiskan waktu untuk mengajarkan warga setempat tentang cara mengoperasikan komputer atau smartphone untuk membeli produk secara online.

Tempatnya tak hanya menjadi tempat parkir paket warga, namun juga menjual produk-produk populer bagi masyarakat setempat, seperti produk peralatan rumah tangga, material dekorasi, produk keperluan sehari-hari, serta bahan-bahan pertanian.

Zheng mengaku kini pendapatan bulanannya stabil di kisaran RMB 6 ribu (sekitar USD 955). “Sekitar 80-90 paket berdatangan setiap harinya, lalu kami pilah pilih kembali mana paket yang akan diantar, mana yang akan diambil langsung warga,” tutur Zheng.

Alibaba mengaku masih memiliki PR bagaimana bisa mengirim barang ke seluruh Tiongkok dalam waktu satu hari saja. Perusahaan mengerahkan berbagai inovasi dari lini unit usahanya untuk membantu mewujudkannya. Lewat Cainiao Network, contohnya. Sebagai perusahaan logistik, Cainiao kini memiliki 200 robot AGV (automated guided vehicles) yang ditempatkan dalam dalam salah satu gudang Alibaba di Huizhou.

Robot tersebut mampu memproses satu juta pengiriman dalam sehari atau tiga kali lebih efisien dari operasi manual. Robot bisa dipakai selama enam jam dan durasi charge hanya satu jam.

Indonesia bisa belajar

Indonesia memiliki banyak potensi produksi lokal yang layak dipasarkan. Upaya yang dilakukan Alibaba juga dilakukan perusahaan e-commerce di Indonesia dengan berbagai pendekatan.

Blanja menyediakan platform khusus UMKM, sementara Lazada secara bertahap mengedukasi mitra UMKM untuk go online dan berencana untuk mengajak mereka berdagang di platform global milik Lazada.

Ada juga Blibli yang memilih menggandeng Pos Indonesia dan memanfaatkan jaringan kantor dengan menempatkan kiosk Blibli InStore di Kantor Pos. Blibli ingin menyasar konsumen ke area rural tier dua dan tiga, yang terdiri dari pelanggan setia Kantor Pos, karyawan Pos Indonesia, sekaligus penduduk sekitarnya.

CEO Blibli Kusumo Martanto dan Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsi W Setijono di depan kiosk Blibli InStore / DailySocial
CEO Blibli Kusumo Martanto dan Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsi W Setijono di depan kiosk Blibli InStore / DailySocial

Mereka didorong bertransaksi lewat perangkat yang disediakan Blibli dan membayarnya secara tunai lewat Pospay. Setiap pesanan akan dikirim menggunakan Pos Kilat Khusus hingga retur barang secara gratis.

Ada banyak lagi inisiasi yang dilakukan perusahaan e-commerce untuk meningkatkan derajat UMKM lokal. Salah satu dampak yang diharapkan adalah berkurangnya tingkat urbanisasi dan naiknya ekonomi daerah.

 

Apakah Alibaba cocok untuk menjadi role model yang tepat? Meski tidak semuanya bisa diterapkan saat ini, kita bisa mencontoh bagaimana mengintegrasikan sistem terpadu yang dimiliki berbagai perusahaan logistik dan layanan e-commerce.

Yang Indonesia butuhkan adalah menekan ongkos logistik yang mahal dan memiliki jaringan internet yang stabil agar semakin banyak orang mau memanfaatkan platform online untuk berjualan ataupun membeli barang.

Inisiasi yang dilakukan antar perusahaan swasta dan BUMN sebenarnya sudah cukup nyata. Hanya saja butuh andil dari pemerintah di tengah-tengah untuk mengawal seluruh prosesnya.

Lalu hal-hal apa saja yang memerlukan kehadiran pemerintah? Jawabannya ada di peta jalan e-commerce. Semua sudah tertera jelas di sana, apa saja PR-nya, kapan tenggat waktunya selesai, dan sebagainya. Sejak diresmikan di tahun lalu, hingga sekarang belum ada langkah nyata implementasinya padahal peta jalan tersebut memiliki tenggat waktu sampai 2019. Itulah mengapa, baik Indonesia maupun Tiongkok, pada akhirnya memiliki PR masing-masing yang harus diselesaikan.

Blibli and Belimob to Launch Car Trade-In

Aims to facilitate customers in trading their used car into a new one, Blibli launches Tukar Tambah Mobil (trade-in). Partners with Belimob, a business unit of Mobill88 [Astra’s subsidiary in used car dealer], this feature is to be one-stop shopping experience for Blibli customers.

“Trade-in service is our effort to introduce one-stop shopping experience for customers looking for a car in Blibli. As a first step, we partnered with Mobil88, a leading and reliable company engaged in the used car dealer,” Lay Ridwan Gautama, Blibli’s Senior Vice President of Trade Partnership, said.

The rise of online platforms for automotive sales is a reason why Belimob wants to partner with Blibli. Previously, Belimob is a supplier for used cars in mobil88. It is now available as the used car dealer for personal, on condition of all brands and types must be purchased.

“We’ve been targeting e-commerce market and through this partnership, we’re ready to give the best service includes easy purchase for customers of Blibli.com,” Halomoan Fischer Lumbantoruan, President Director of Mobil88, said.

Regarding transparent transactions

This service is an expansion of the existing car dealer facility in Blibli since 2016. It will facilitate customers in selling used car for a new car in Blibli. The used cars will later be bought by Belimob.

“Blibli’s automotive sales, cars in particular, has currently partnered with more than 15 flagship cars and it [cars in various brands and types] will soon to be available for trade-in,” he said.

Customers who want to sell used cars and buy a new one through Blibli can visit a certain site. After all the requirements fulfilled, customers will be offered the best price. Once verified, the e-voucher will be sent within 4 days. Customers can use it [cost reduction] to buy the new car.

Some startups have targeted the same market. They are BeliMobilGue and Carsome. The difference is Belimob specified its fund for a new car purchase, while the other two are offering cash.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gandeng Belimob, Blibli Luncurkan Fitur Tukar Tambah Mobil

Bertujuan memudahkan pelanggan menjual mobil lama mereka dengan mobil keluaran baru, layanan e-commerce Blibli meluncurkan fitur Tukar Tambah mobil. Menggandeng Belimob yang merupakan unit bisnis Mobil88, anak perusahaan Astra yang bergerak dalam dalam bidang pembelian kendaraan mobil bekas, diharapkan fitur ini bisa menjadi one-stop shopping experience bagi pelanggan Blibli.

“Layanan tukar tambah (trade-in) merupakan upaya kami menghadirkan one-stop shopping experience bagi pelanggan saat membeli mobil di Blibli. Dan sebagai langkah awal kami berpartner dengan Mobil88 yang terpercaya sekaligus terdepan dalam bidang jual beli mobil bekas,” kata Senior Vice President of Trade Partnership Blibli Lay Ridwan Gautama.

Makin maraknya platform online jual beli otomotif merupakan salah satu alasan mengapa Belimob tertarik menjalin kemitraan dengan Blibli. Sebelumnya, Belimob memasok kebutuhan mobil seken untuk penjualan di mobil88. Belimob kini membuka layanan pembelian mobil seken untuk perorangan dengan jaminan semua merek dan jenis mobil pasti dibeli.

“Sudah lama kami memang menyasar pasar e-commerce dan melalui kerja sama ini kami siap memberikan yang terbaik termasuk kemudahan dalam pelayanan jual beli bagi Pelanggan Blibli.com,” kata Presiden Direktur Mobil88 Halomoan Fischer Lumbantoruan.

Proses transaksi diklaim transparan

Layanan ini merupakan pengembangan fasilitas layanan penjualan mobil yang sudah ada di Blibli sejak tahun 2016. Fitur ini memudahkan pelanggan Blibli dalam proses menjual mobil lama ketika ingin membeli mobil baru di Blibli. Nantinya mobil lama tersebut akan dibeli Belimob.

“Blibli untuk penjualan produk otomotif khususnya mobil saat ini sudah bekerjasama dengan lebih dari 15 merek mobil flagship dan dalam waktu dekat secara bertahap merek-merek dan tipe mobil lain yang kami jual sudah bisa dibeli dengan cara Tukar Tambah,” kata Lay.

Pelanggan yang ingin menjual mobil lama dan membeli mobil baru melalui Blibli, bisa mengunjungi situs khusus. Setelah semua persyaratan dilengkapi, pelanggan akan mendapatkan informasi harga terbaik yang bakal diberikan Blibli dan Belimob.

Setelah diverifikasi, pelanggan akan mendapatkan e-voucher dalam waktu 4 hari senilai harga jual mobil yang telah disepakati. Nantinya, pelanggan bisa langsung membeli mobil baru menggunakan e-voucher dengan potongan langsung.

Selain Belimob, beberapa startup telah menyasar pasar yang sama. Sebut saja BeliMobilGue dan Carsome. Bedanya di Belimob dananya dikhususkan untuk membeli mobil baru, sementara dua platform lain menawarkan dana cair secara tunai.

Application Information Will Show Up Here

Blibli Tambah Katalog Khusus Produk Harian “BlibliMart”

Situs e-commerce Blibli memanfaatkan momentum bulan Ramadan dan libur Lebaran dengan merilis katalog produk khusus kebutuhan sehari-hari “BlibliMart”. Katalog ini diklaim lebih lengkap karena sudah dikurasi dan memiliki SKU mulai dari kebutuhan anak, makanan dan minuman, produk grosir, perawatan tubuh hingga kuliner.

Tak hanya itu, Blibli juga melengkapi produk Blibli Travel dengan merilis rute penerbangan internasional sebagai hasil integrasi antara perusahaan dengan anak usahanya Tiket.com. Blibli kini memiliki total rute sebanyak 18 ribu, dengan 3.500 rute di antaranya adalah perjalanan domestik.

“Mudah-mudahan transaksi penjualan pada bulan Ramadan kali ini bisa meningkat hingga 4x lipat dari tahun sebelumnya naik 2x lipat saja,” terang SVP of Marketing Blibli I Gusti Ayu Fadjar tanpa menyebutkan detil jumlah transaksinya, Senin (9/4).

Dia menuturkan, BlibliMart diluncurkan sebagai produk permanen karena berdasarkan hasil riset yang dilakukan perusahaan saat ini terjadi perubahan gaya hidup. Online shopping sudah menjadi salah satu alternatif pilihan belanja. Sementara mayoritas shopper online adalah perempuan dengan groceries sebagai salah satu produk yang paling dicari.

“Hal ini menginspirasi kami untuk menjawab kebutuhan mereka melalui kehadiran BlibliMart. Selain itu, secara psikologis BlibliMart menawarkan solusi sekaligus kenyamanan pelanggan dalam berbelanja, mereka tidak perlu bermacet di jalan, susah cari parkir, dan antre panjang.”

Untuk dorong transaksi, selain mengandalkan promosi bebas ongkos kirim dan pengiriman dalam hari yang sama, Blibli memanfaatkan konten video hasil kerja sama dengan Endeus TV, konten kreator khusus resep masakan. Dari video tersebut, pengguna akan mendapat referensi resep makanan, bahan-bahan yang diperlukan, dan bisa langsung memasukkannya ke keranjang belanja.

“Video bisa dilihat dari BlibliMart dan bahan-bahan makannya sudah tersedia tinggal di masukkan ke keranjang. Setiap produk yang kami hadirkan juga bekerja sama dengan UKM.”

Integrasi inventory dengan Tiket

Ayu melanjutkan sejak Blibli meluncurkan fitur tiket pesawat domestik tahun lalu, diklaim penjualan tiket pesawat terus merangkak naik. Pada kuartal pertama tahun ini, lonjakan permintaan produk Travel naik sebesar 3x lipat dibandingkan kuartal sebelumnya.

“Kehadiran fitur ini sekaligus melengkapi layanan Travel di Blibli setelah sebelumnya ada fitur layanan pembelian tiket kereta api, tiket wahana kreasi, hotel, dan tiket pesawat domestik.”

Menurut Ayu, pengalaman membeli tiket, baik di Blibli maupun Tiket tidak jauh berbeda. Yang membedakan adalah segmentasi Blibli yang kini ingin menyasar konsumen dari berbagai kelas ekonomi. Sebelumnya Blibli memiliki profil konsumen yang berasal dari kalangan menengah hingga ke atas, sementara Tiket lebih ke arah menengah hingga ke bawah.

“Kami ingin menyasar semua kelas ekonomi masyarakat dengan menjadi one stop experience untuk para pelanggan saat mencari produk yang dibutuhkan.”

Application Information Will Show Up Here

Tempati Kantor Baru, Tiket.com Klaim Pertumbuhan Pesat Pasca Akuisisi

Setelah mengumumkan rebranding aplikasi dengan mengubah tampilan dan logo pada akhir tahun 2017 lalu, perusahaan online travel agent (OTA) Tiket.com menempati kantor baru di kawasan Jakarta Pusat. Kantor baru yang mampu menampung sekitar 400 orang tersebut sengaja dipilih Tiket.com untuk mempermudah komunikasi antara divisi, termasuk dengan Blibli sebagai induk perusahaannya.

Kepada media, Chief Communication Officer Tiket.com Gaery Undarsa mengungkapkan, proses renovasi gedung kantor baru Tiket.com selesai hanya dalam tiga bulan usai akuisisi.

“Saya mendapat ultimatum dari manajemen untuk bisa menyelesaikan kantor baru ini hanya dalam waktu tiga bulan. Meskipun belum semua karyawan yang pindah ke kantor baru, namun hampir semua sudah mulai bekerja di kantor baru Tiket.com.”

Gedung yang sarat dengan nuansa warna biru, kuning dan putih tersebut, memiliki desain modern dengan berbagai ruangan yang berfungsi untuk lounge, kantin hingga ruang pertemuan. Meskipun belum dilengkapi dengan play room, Gaery menyebutkan untuk menarik perhatian talenta, terutama kalangan millennial, nantinya akan ditambah fasilitas permainan lainnya.

“Kami dari Tiket.com melihat talenta adalah aset. Untuk itu kami mencoba menghadirkan kantor dengan suasana yang nyaman untuk bekerja, sekaligus menarik perhatian calon pegawai bekerja di Tiket.com,” kata Gaery.

Pertumbuhan pasca akuisisi

CEO Tiket Geroge Hendrata dan CMO Tiket Gaery Undarsa / DailySocial
CEO Tiket.com Geroge Hendrata dan CMO Tiket.com Gaery Undarsa / DailySocial

Dalam kesempatan tersebut, Gaery juga menyampaikan beberapa informasi seputar pertumbuhan Tiket.com usai diakuisisi. Pihaknya mengklaim transaksi per hari untuk semua layanan mencapai sekitar 20 ribu transaksi, naik dibanding tahun sebelumnya yang membukukan sekitar 10-15 ribu transaksi per hari.

“Kita juga mulai melihat ternyata pemesanan hotel semakin banyak jumlahnya, salah satu alasan karena adanya perjanjian eksklusif kami dengan hotel-hotel domestik,” kata Gaery.

Hal lain yang disampaikan Gaery adalah jumlah unduhan aplikasi yang saat ini mencapai sekitar 6 juta. Transaksi paling banyak diklaim Tiket.com berasal dari aplikasi mobile yang mencapai hingga 70%.

Berencana meluncurkan fitur baru

Sejak diluncurkannya fitur Smart Refund beberapa waktu lalu yang hanya bisa digunakan di aplikasi, Tiket.com akan merilis fitur tersebut di semua platform dalam waktu dekat. Fitur lain yang segera diluncurkan Tiket.com adalah,fitur Smart Reschedule untuk semua penerbangan dan hotel secara real time dan fitur aktivitas berupa paket wisata.

“Sebelumnya kami sudah memiliki paket wisata yang termasuk dalam layanan di Tiket.com. Nantinya fitur tersebut akan kami pisahkan dan akan kami perbanyak jumlahnya,” kata Gaery.

Untuk bisa bersaing dengan kompetitor, Gaery menegaskan akan menambah kemitraan dengan partner dalam hal pembayaran. Jika sebelumnya Tiket.com telah memiliki jenis pembayaran cicilan tanpa kartu kredit dengan mitra Akulaku, ke depannya Tiket juga akan menambah kemitraan dengan layanan lain yang serupa.

“Hal tersebut kami lakukan karena ternyata banyak sekali transaksi yang masuk saat promosi dengan mitra terkait. Untuk itu kami akan memperluas kemitraan ini selanjutnya,” kata Gaery.

Disinggung apakah nantinya ada konsolidasi dengan Go-Jek, usai investasi strategis Blibli ke Go-Jek, Gaery menyebutkan belum ada rencana yang pasti hingga saat ini, namun menyambut baik jika ada peluang untuk konsolidasi.

“Saat ini Go-Jek sudah menjadi perusahaan yang sangat menonjol di Indonesia dengan berbagai layanannya. Dalam hal ini saya melihat jika ada kesempatan melakukan integrasi dengan Go-Pay akan menjadi hal yang menarik bagi kami di Tiket.com,” tutup Gaery.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Confirms Investment and Collaboration with Global Digital Niaga

Go-Jek declares partnership and undisclosed investment from Global Digital
Nusantara (GDN), a part of GDP Ventures. It is expected to spread the use of Go-Pay, Go-Send, and others, as well as helping SMEs partners.

There will be collaboration and partnership through Blibli in developing ideal formulas and ideas. Go-Jek previously announced  $150 million investment from Astra.

Blibli and Go-Jek’s extensive collaboration

Nadiem Makarim, Go-Jek’s CEO, said to the media, the collaboration and fundraising process with GDN has been running for 1.5 years. The long discussion ended with a collaboration and some fresh fund to be integrated gradually, following Go-Jek and Blibli partnership’s needs and development.

“I see that GDN has created many job opportunities and empowered Indonesia’s
SMEs. It matches Go-Jek’s vision and mission.”

In this occasion, Tiket.com’s CEO George Hendrata and Blibli’s CEO Kusumo Martanto, avoid mentioning the investment value.

“It’s not only about [cash] money, we will collaborate with Go-Jek to support Indonesia’s SMEs. On the other hand, we also want to use Go-Jek’s current technology,” Martanto said.

Hendrata added that there will be a continuous synergy between all Blibli’s
services and features with Go-Jek.

“This investment is not only given once, there are others in need along with the access and so on. This is only the first step.”

Go-Jek’s plan for Go-Pay in 2018

Makarim reiterates on this occasion regarding Go-Pay’s position that remains a part of Go-Jek. It is Go-Jek’s long-term plan to complete the payment platform and make it accessible to the public.

“I just want to straighten out media perception that said Go-Pay will be going independent, [going] out of Go-Jek’s ecosystem. It’s not true. Go-Pay will always be a part of Go-Jek,” he said clearly.

He also added that Go-Pay has helped many people getting access to cashless
transaction along with Go-Jek’s mission is to build cashless society in
Indonesia.

“Since the very beginning, we introduce Go-Pay to help people on doing cashless transaction. Furthermore, we’ll always help our partners getting more benefits from Go-Pay,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Konfirmasi Perolehan Investasi dan Kolaborasi dengan Global Digital Niaga (GDN)

Hari ini Go-Jek meresmikan kemitraan serta investasi yang tidak disebutkan jumlahnya dari Global Digital Nusantara (GDN) yang merupakan bagian dari GDP Ventures. Bentuk kerja sama ini nantinya diharapkan bisa memperluas penggunaan Go-Pay, Go-Send dan lainnya, sekaligus menyejahterakan mitra UKM.

Melalui Blibli nantinya akan dihadirkan kolaborasi hingga kerja sama yang saat ini masih dalam pengembangan baik ide dan formula yang ideal. Turut hadir dalam acara peresmian tersebut, Menkominfo Rudiantara. Sebelumnya Go-Jek juga telah mengumumkan investasi sebesar US$150 juta (2 triliun Rupiah) dari Grup Astra.

Kolaborasi menyeluruh antara Go-Jek dan Blibli

Kepada media, CEO Go-Jek Nadiem Makarim menyebutkan, proses kerja sama dan fundraising dengan GDN telah berjalan selama 1,5 tahun. Diskusi panjang yang berakhir dengan bentuk kolaborasi dan sejumlah dana segar nantinya akan terintegrasi secara bertahap, melihat perkembangan dan kebutuhan mitra Go-Jek dan Blibli.

“Saya melihat selama ini GDN sudah menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak serta melakukan pemberdayaan kepada UKM di Indonesia. Visi dan misi tersebut, sejalan dengan kami dari Go-Jek.”

Dalam kesempatan tersebut turut hadir perwakilan dari GDN, CEO Tiket.com George Hendrata dan CEO Blibli Kusumo Martanto. Disinggung berapa jumlah investasi yang digelontorkan kepada Go-Jek, baik George dan Kusumo enggan mengungkapkannya.

“Bukan hanya investasi dalam bentuk uang saja, bersama dengan Go-Jek nantinya juga akan kami lakukan kolaborasi, untuk mendukung UKM di Indonesia. Di sisi lain kami juga ingin memanfaatkan teknologi yang saat ini dimiliki oleh tim dari Go-Jek,” kata Kusumo.

George menambahkan, nantinya akan ada sinergi yang berkesinambungan, antara semua layanan dan fitur di Blibli dengan Go-Jek.

“Investasi ini tidak hanya kami berikan satu kali, dalam beberapa kesempatan jika dibutuhkan akan kami berikan juga berupa akses dan lainnya. Investasi kali ini merupakan tahap yang pertama.”

Rencana Go-Jek terhadap Go-Pay di tahun 2018

Dalam kesempatan tersebut, Nadiem kembali menegaskan posisi Go-Pay yang tetap menjadi bagian dari Go-Jek. Hal tersebut merupakan rencana jangka panjang Go-Jek, untuk menjadikan platform pembayaran tersebut semakin lengkap dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

“Saya hanya ingin meluruskan adanya persepsi dari media selama ini yang menyebutkan bahwa Go-Pay akan berdiri sendiri dan keluar dari ekosistem Go-Jek. Hal tersebut saya tegaskan tidak benar. Go-Pay akan terus menjadi bagian dari Go-Jek,” kata Nadiem.

Nadiem menambahkan, selama ini Go-Pay sudah membantu banyak orang mendapatkan akses transaksi tanpa uang tunai yang sejalan dengan misi awal Go-Jek, yaitu membangun cashless society di Indonesia.

“Sejak awal Go-Pay kami hadirkan ingin membantu orang yang tidak memiliki uang tunai untuk melakukan transaksi dengan mudah melalui Go-Pay. Selanjutnya kami akan terus membantu mitra kami untuk mendapatkan manfaat lebih dari Go-Pay,” kata Nadiem.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Blibli and Astra International Reportedly Involved in Go-Jek’s Latest Funding Round

Not only Google and several Chinese investors that took part in Go-Jek’s current funding round, expected to raise around $1.5 billion (around 20 trillion Rupiah). Two local companies, e-commerce player Blibli and automotive giant PT Astra International are reportedly also participating by investing Rp3-3.5 trillion (around $250-290 million) in total for this leading on-demand startup. Blibli, backed by GDP Venture, last year had already acquired two OTA startups, Tiket.com and Indonesia Flight. Go-Jek is currently valuated at around $4 billion (Rp54 trillion).

According to Katadata, Astra International is reportedly investing $150-170 million, while Blibli is participating with $100-120 million. The agreement is said to be signed recently. None of Astra International, Blibli, or Go-Jek is giving its comment for this matter.

Previously Google has confirmed its participation in Go-Jek’s funding round. Google stated that it’s investing in Go-Jek because of strong management and leadership. It’s part of first step on winning internet economy that’s significantly rolling in Indonesia and Southeast Asia.

Beside Go-Jek, also involved in this funding round are several other prominent investors, including Tencent, JD.com, Temasek, and Meituan-Dianping. In 2017, Go-Jek had acquired three fintech startups and one event management startup to strengthen its position in industry, including to support Go-Pay payment service.

Go-Jek is tightly competing with Grab and Uber in Indonesia and planning to expand to other country in the region by this year.


Disclosure: DailySocial, Blibli, and GDP Venture are under the same parent company

Blibli dan Astra International Disebut Turut Berpartisipasi di Putaran Pendanaan Go-Jek

Tak hanya Google dan sejumlah investor Tiongkok yang ikut berpartisipasi dalam putaran pendanaan Go-Jek yang diharapkan memperoleh dana sekitar $1,5 miliar (sekitar 20 triliun Rupiah). Dua perusahaan lokal, layanan e-commerce Blibli dan perusahaan raksasa otomotif PT Astra International, disebut turut ambil bagian mengucurkan dana secara total sekitar 3-3,5 triliun Rupiah untuk layanan on-demand yang berstatus unicorn ini. Blibli, yang didukung GDP Venture, tahun lalu telah mengakuisisi dua layanan OTA, Tiket.com dan Indonesia Flight. Berdasarkan informasi terakhir, valuasi Go-Jek berada di kisaran $4 miliar (atau sekitar 54 triliun Rupiah).

Seperti dikutip dari Katadata, Astra International disebut menyetorkan dana $150-170 juta, sementara Blibli mengucurkan $100-120 juta. Kesepakatan ini diteken baru-baru ini. Baik pihak Astra International, Blibli, maupun Go-Jek tidak mau berkomentar untuk informasi ini.

Sebelumnya Google telah mengonfirmasi keterlibatannya dalam putaran pendanaan Go-Jek. Google mengatakan pihaknya berinvestasi di Go-Jek karena kepemimpinan dan manajemen tim yang kuat. Dinilai hal tersebut menjadi langkah awal untuk memenangkan ekonomi internet yang saat ini bergulir signifikan di Indonesia dan Asia Tenggara.

Selain Google, juga turut berpartisipasi sejumlah investor internasional baru seperti Tencent, JD.com, Temasek, dan Meituan-Dianping. Tahun 2017 lalu Go-Jek telah mengakuisisi 3 layanan fintech dan 1 layanan event management untuk memperkuat posisinya di industri, termasuk mendukung layanan pembayaran Go-Pay.

Go-Jek bersaing ketat dengan Grab dan Uber di Indonesia dan pihaknya berencana untuk berekspansi ke negara-negara lain di Asia Tenggara mulai tahun ini.


Disclosure: DailySocial, Blibli, dan GDP Venture berada di bawah naungan induk perusahaan yang sama

BCA Introduces “OneKlik”, New Payment Solution for E-Commerce

BCA introduces OneKlik, an online payment solution for e-comerce using BCA debit account as deposit source in a single click. It allows customer to use digital payment without manual transfer or confirmation. Payment status will be updated automatically. BCA invited Bibli as its launching partner.

“We want to make it easy [for customer], but safe. Blibli is for now [as partner], later there will be others,” BCA’s Director Santoso Liem said to DailySocial, Mon, (2/5).

Furthermore, Liem explained, to use OneKlik, customer is required to register their e-banking phone number in ATM and verify in e-commerce app. OneKlik is ready to be uses after registration is successful.

Unlike Klikpay that requires OTP verification, OneKlik has no other layer for payment confirmation. Transaction is one click away. Customers can choose daily transaction limit to avoid any missuse.

E-commerce service that implementing OneKlik will not be keeping information about debit card to ensure data safety. The encrypted token can only be converted by BCA.

Liem claims, this service is not meant to replace BCA’s existing oayment variants, such as KlikPay, KlikBCA, or Sakuku.

“We have no plans to ditch the others. Let [give] customers [option to] decide.”

Digital payment solutions has increasingly becoming popular among banking. Previously, BNI has launched Yap mobile app for shopping payment with three source options, credit card, debit card, or UniKQu e-money. The payment will be using QR code.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian