Activision dan Blizzard Bagi-Bagi Destiny 2 Versi PC Gratis

PC merupakan tempat paling ideal untuk menemukan game-game berkualitas tanpa perlu membayar. Mereka biasanya disuguhkan via platform distribusi digital seperti GOG, Steam atau Humble Bundle sebagai bagian dari program promosi atau perayaan event. Mayoritas dari permainan itu umumnya bukanlah judul baru, tapi ada hal istimewa diumumkan bertepatan dengan ajang Blizzcon 2018.

Dalam memperingati ulang tahun pertama kehadiran Destiny 2 di layanan Battle.net punya Blizzard Entertainment, publisher Activision dan developer Bungie memutuskan untuk menyodorkan permainan shooter online itu buat seluruh pengguna secara gratis. Program bagi-bagi Destiny 2 ini dijalankan mulai tanggal 2 November kemarin dan berlangsung sampai 18 November nanti. Saran saya: amankan dulu game-nya meskipun Anda belum bisa atau sempat memainkannya.

Blizzard dan Activision juga telah menyiapkan apresiasi khusus bagi gamer yang sudah mengeluarkan uang demi membeli permainan ini dalam bentuk emblem eksklusif. Selain itu, developer mempersilakan para pemain buat menjajal mode Gambit di Destiny 2: Forsaken, dapat diakses dari mulai tanggal 9 sampai 11 November. Gambit adalah aktivitas ‘hybrid‘ PvE dan PvP yang mengadu dua tim berisi empat Guardian.

“Kami tahu gamer yang ingin menikmati Destiny 2 di PC mengarapkan pengalaman bermain istimewa, baik ketika bertualang sendiri ataupun bersama kawan. Karena alasan itu, kami betul-betul memerhatikan tuntutan komunitas pemain di PC,” tutur game director Destiny 2: Forsaken Steve Cotton. “Melalui pemberian ini, kami sangat menanti bergabungnya para Guardian baru di jagat Destiny.”

Destiny memulai kiprahnya empat tahun silam, namun baru di 2017 franchise ini tersedia di Windows. Peluncurannya di platform itu ternyata menjadi salah satu momen pelepasan game Activision tersukses. Salah satu faktor yang berjasa: Bungie dan Activision sudah menggodok fitur-fitur visual khusus PC, misalnya resolusi 4K native, frame rate tanpa batasan, dukungan penuh mouse dan keyboard, opsi rasio layar 21:9 serta setup tiga monitor, hingga HDR.

Untuk menjalankan Destiny 2 versi Windows, pastikan sistem Anda setidaknya telah diotaki prosesor Intel Core i3-3250, Pentium G4560 atau AMD FX 4350; kartu grafis Nvidia GeForce GTX 660, GTX 1050 2GB atau AMD Radeon HD 7850; serta dibekali RAM paling kecil 6GB, punya ruang kosong sebesar 104GB dan ditunjang sambungan internet konstan.

Cara mendapatkan Destiny 2 versi Windows ini sangat mudah. Anda hanya perlu membuka software Battle.net, kemudian lihat icon notifikasi di bagian kanan atas. Di sana Anda dapat menemukan gift berupa Destiny 2 dari Blizzard dan Activision. Silakan diterima dan game akan jadi milik Anda selamanya.

Sumber: Business Wire.

Blizzard Akan Luncurkan Diablo III untuk Nintendo Switch Tahun Ini

Nintendo Switch adalah sebuah fenomena di industri gaming. Satu per satu developer besar berhasil dibujuk untuk merilis game-nya di Switch, tidak terkecuali Blizzard. Ya, Blizzard sedang menyiapkan salah satu game-nya untuk dinikmati para pemilik Switch.

Game tersebut adalah Diablo III, action RPG yang dirilis pertama kali enam tahun silam. Versi Switch-nya yang berjudul “Diablo III Eternal Collection” ini nanti bakal mencakup game aslinya, expansion “Reaper of Souls”, Rise of the Necromancer Pack, dan seluruh update yang sudah Blizzard rilis sejauh ini.

Diablo III versi Switch ini bukan sebatas porting biasa. Blizzard juga paham bahwa multiplayer merupakan komponen penting pada Switch. Untuk itu, selain mode online co-op seperti biasanya, pemain juga bisa menikmati mode local co-op di satu Switch, atau di beberapa Switch sekaligus, tanpa memerlukan koneksi internet. Kombinasi online dan local sekaligus pun juga bisa.

Diablo III Rise of the Necromancer Pack

Diablo III versi Nintendo Switch kabarnya bisa dibeli seharga $60 tahun ini juga, tapi kapan pastinya masih belum diketahui. Anda mungkin penasaran, apakah ini game Nintendo pertama Blizzard? Tentu saja tidak, sebab salah satu game pertamanya yang populer, The Lost Vikings, juga tersedia di platform Super Nintendo.

Pun demikian, terakhir Blizzard merilis game di platform Nintendo adalah ketika StarCraft orisinil diluncurkan di Nintendo 64 pada tahun 2000. Pertanyaan selanjutnya, apakah Blizzard juga berniat membawa game lain mereka ke Switch? Kalau iya, apa itu? Semoga saja Overwatch.

Sumber: Kotaku.

Dua Fitur Sosial di Overwatch Sukses Mengurangi Perilaku Negatif Gamer

Selain konsisten dalam menyajikan update, mengimplementasikan perbaikan, serta menghalangi para cheater melakukan aksinya, aspek penting lain yang harus diperhatikan developer demi memastikan pemain tetap betah menikmati game mereka dalam waktu lama adalah menjaga komunitasnya tetap sehat. Dan Blizzard cukup andal dalam melakukannya.

Blizzard Entertainmen telah menerapkan banyak cara untuk mempromosikan sportivitas di Overwatch. Developer mengerti, gamer punya kecenderungan menyombongkan kemampuannya saat mereka menang. Cara paling sederhananya ialah dengan menuliskan ‘gg ez‘ (good game, easy) untuk menunjukkan bagaimana pertandingan itu dapat diselesaikan secara mudah. Namun saat Anda menuliskannya di chat box, sistem akan segera mengubahnya jadi kalimat “Well played. I salute you all.” hingga “It’s past my bedtime. Please don’t tell my mommy.

Selain itu, developer juga telah mengimplementasikan dua fitur ‘proaktif’. Pertama adalah mempersilakan pemain menentukan kriteria rekan-rekannya saat mereka mencari grup (Looking For Group); lalu yang kedua ialah memberikan kita kemampuan mempromosikan gamer berkelakuan baik via Endorsements. Dan dengan gembira, game director Jeff Kaplan mengabarkan bahwa cara-cara ini sangat efektif memperbaiki perilaku pemain Overwatch.

Berkat Looking For Group dan Endorsements, Blizzard berhasil menekan obrolan kasar baik di jenis pertandingan kompetitf maupun match casual, khususnya di kawasan Amerika dan Korea. Kedua fitur ini ampuh mengurangi chat ofensif hingga 26,4 (Amerika) dan 16,4 persen (Korea) di Competitive Play; serta 28,8 (Amerika) dan 21,6 persen (Korea) dalam Quick Play.

“Kami sangat gembira melihat upaya komunitas dalam membuat Overwatch jadi tempat yang lebih baik. Terima kasih semuanya!” tutur Kaplan di forum Blizzard. “Dan kami akan terus mengembangkan fitur-fitur ini agar lebih efektif sembari mengeksplorasi cara-cara lain demi meningkatkan kualitas lingkungan bermain.”

Mungkin Anda sudah bisa membayangkan (atau telah menggunakan) Looking For Group, tapi buat saya, Endorsements ialah fitur yang paling menarik di antara keduanya. Jika pemain mendapatkan apresiasi dari kawan-kawannya – bisa jadi karena perilakunya sangat membantu ataupun kelakuan positif selama bermain – mereka akan mendapatkan penghargaan. Blizzard belum menyampaikan detailnya, namun salah satu hadiahnya ialah lebih cepat menemukan match.

Ada satu komentar di forum Blizzard yang membuat saya tertawa geli. Beberapa gamer penasaran mengapa Blizzard baru menunjukkan dampak positif LFG dan Endorsements di kawasan Amerika serta Korea saja. Seorang pemain berkata santai, “Wilayah Eropa sudah terlalu toxic sehingga developer tidak menunjukkan hasilnya…”

Via HeroesNeverDie.com.

Liga Overwatch Akan Ditayangkan di Jaringan Disney, ESPN dan ABC

Pengenalan mode kompetitif di Overwatch menunjukkan pada khalayak arah pengembangan pasca-rilis dari permainan shooter multiplayer populer ini, namun baru lewat pengumuman Overwatch League ia resmi jadi game eSport. Penyajian OWL cukup berbeda dari kejuaraan eSport lain karena dilakukan per musim, dan tiap tim ialah perwakilan dari kota asalnya.

Di musim pertama, pertandingan-pertandingan Overwatch League hanya disiarkan lewat website Blizzard dan Major League Gaming. Seiring dilangsungkannya OWL, sang publisher turut menggandeng Twitch untuk menjadi broadcaster pihak ketiga eksklusif selama dua tahun. Dan kali ini, Activision Blizzard bermitra dengan Walt Disney buat menayangkan turnamen di jaringan televisi miliknya.

Melalui kesepakatan tersebut, pertandingan-pertandingan Overwatch bisa ditonton di jaringan ESPN, Disney dan American Broadcasting Company. Kerja sama ini akan dijalankan selama dua tahun, dimulai dari momen grand final Season 1 yang dilangsungkan di Barclays Center,New York, hingga Overwatch League Season 2. Pemirsa dapat menikmati tiap-tiap match di channel ESPN2, Disney XD, serta ABC.

Kolaborasi antara Blizzard dan Disney tidak membatalkan perjanjian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh publisher bersama Twitch. Dengan penyajian secara tradisional serta digital, penyelenggara bermaksud agar liga Overwatch dapat dinikmati oleh lebih banyak orang. Dua metode distribusi ini memang sengaja digunakan untuk menjangkau pemirsa dari segmen demografi berbeda.

“Kami baru melewati titik penting dalam menyajikan konten kategori eSport,” kata John Lasker selaku vice president ESPN di website-nya. “Kami memang sangat tertarik pada ranah ini serta terus memerhatikan perjalanan Overwatch League di tahun pertamanya dilangsungkan, dan kami sangat gembira akhirnya bisa menjadi bagian darinya. Melalui cara ESPN meliputi segala bagian OWL – dari mulai playoff hingga final tahun ini – Anda dapat melihat sendiri betapa tingginya antusiasme kami.”

Activision Blizzard tentu saja melihat peluang emas menanti mereka dalam kerja sama tersebut. Pemirsa ESPN mayoritas adalah penggemar olahraga yang menyukai kompetisi di cabang berbeda. Tentu saja, ada kemungkinan mereka juga merupakan penikmat game, atau bahkan familier dengan Overwatch. Jika iya, maka penonton akan lebih banyak menghabiskan waktu mengakses ESPN; namun seandainya tidak, OWL bisa jadi medium memperkenalkan Overwatch.

Tentu saja eSport bukanlah hal yang asing bagi ESPN dan Disney. ESPN punya portal eSport-nya sendiri dan telah menyiarkan berbagai turnamen semisal Heroes of the Dorm, Capcom Cup Street Fighter V, dan Evolution Fighting Game Championships; lalu Overwatch League Contenders Series juga sempat tayang di Disney XD.

Sumber: ESPN.

Hero Baru Overwatch Ialah Hamster yang Mempunyai Kemiripan Dengan Miley Cyrus

Selain konten yang terus ditambah dan komitmen Blizzard buat memuaskan fans lewat film sampai komik, keberagaman pilihan hero juga menjadi daya tarik utama Overwatch. Karakter-karakter tersebut non-stereotype, datang dari berbagai negara, punya latar belakang – bahkan mewakili spesies – berbeda. Dan lewat pengenalan tokoh baru kemarin, Winston tak lagi jadi satu-satunya ‘hewan pintar’.

Melalui publikasi video origin story di YouTube, Blizzard Entertainment menyingkap hero Overwatch ke-28. Dan Anda mungkin penasaran mengapa judul artikel ini aneh. Karakter baru tersebut adalah seekor hamster atau marmot mutan bernama Hammond yang mampu mengendalikan mecha. Bersama robot tersebut, terciptalah persona Wrecking Ball – seperti judul lagu Miley Cyrus. Wrecking Ball sudah bisa Anda jajal dengan bergabung dalam Public Test Region.

Desain karakter Wrecking Ball segera mengingatkan saya pada kombinasi antara D.Va dan Winston. Berdasarkan cerita permainan, Hammond tinggal di fasilitas riset Horizon Lunar Colony di bulan, lokasi yang juga ditinggali oleh Winston sebelum para gorila memberontak dan menyerang ilmuwan di sana. Dalam pelarian diri mereka, Winston dan Hammond terpisah, dan sang marmot mendarat di daerah pedalaman Australia.

Wrecking Ball, Overwatch 1

Seperti Winston dan D.Va, Wrecking Ball merupakan karakter yang dispesialisasikan sebagai tank. Itu berarti ia dirancang buat menerima serangan lawan. Mecha milik Hammond dibekali senjata otomatsi Quad Cannon, mampu mengubah wujudnya menjadi bola untuk bergerak lebih cepat, lalu bisa meluncurkan Grapling Claw buat mengubah posisinya sembari menjatuhkan lawan yang berada di lintasan Anda.

Wrecking Ball, Overwatch 2

Melihat kemampuannya itu, Wrecking Ball merupakan hero tank dengan tingkat mobilitas cukup tinggi. Ia dilengkapi satu skill crowd control bertajuk Piledriver. Dengan mengaktifkannya, Hammond akan lompat ke udara dan menghantam tanah, memberikan kerusakan bagi lawan di area benturan tersebut. Untuk bertahan, sang marmot bisa menyalakan Adaptive Shield. Kemudian sebagai skill ultimate-nya, Wrecking Ball akan menyebar ranjau di area yang Anda pilih.

Wrecking Ball, Overwatch 3

Belum diketahui kapan Wrecking Ball dapat dimainkan oleh pemain di console serta mereka yang tidak perpartisipasi dalam PTR. Namun dengan kemunculannya di server tes, kita boleh berasumsi sang hamster akan hadir tak lama lagi.

Sedikit trivia menarik: nama Hammond dan hamster/marmot sebagai spesiesnya boleh jadi terinspirasi dari serial otomotif Top Gear dan The Grand Tour. Di sana, presenter Jeremy Clarkson sering mengejek rekan sejawatnya, Richard Hammond, dengan panggilan ‘Hamster’.

Sumber: PlayOverwatch.com.

Game Director Jeff Kaplan Tertarik Untuk Menghadirkan Fitur Cross-Platform di Overwatch

Cross-platform play ialah istilah yang mendeskripsikan kemampuan game merangkul pemain dari platform berbeda buat bermain bersama. Premisnya terdengar menyenangkan, tapi implementasinya tidak mudah. Sony menolak ajakan Microsoft untuk mengusung cross-platform karena alasan bisnis. Lalu ada kendala pada perbedaan sistem kendali: di sejumlah permainan, keyboard dan mouse masih lebih superior dibanding gamepad.

Meski begitu, mulai ada banyak game di era console generasi kedelapan ini yang mengadopsi kemampuan cross-platform play. Beberapa judul yang populer di antaranya adalah Rocket League, Street Figther V hingga Fortnite. Beberapa developer juga melangkah lebih jauh sehingga permainan dapat dinikati bersama oleh pemilik console dan perangkat bergerak. Dan ternyata, game director Overwatch Jeff Kaplan juga sangat tertarik pada kapabiltas ini.

Dalam majalah Games™ edisi ke-200, Kaplan mengomentari bagaimana fitur cross-platform di Fortnite dan PlayerUnknown’s Battlegrounds memberikan dampak besar bagi para pemain di PC, console dan mobile. Kemampuan tersebut dapat membuat pengalaman bermain jadi lebih seru, terutama pada game-game yang dibekali elemen sosial atau permainan dengan sistem progresi ‘persistent‘.

Sang game director Overwatch bilang, “Saya berharap akan ada lebih banyak penyedia platform membuka diri dan memahami bahwa konsumen menginginkan pengalaman gaming yang lebih luas. Saat ini, permintaannya ada dan teknologinya sudah memadai. Saya percaya membiarkan para gamer bermain bersama akan memberikan keuntungan buat semua orang. Tentu saja saya sangat mengharapkan terbukanya kesempatan untuk menerapkan fitur cross-platform di Overwatch.”

Penjelasan Jeff Kaplan ini sangat menarik karena kira-kira tak lama setelah Overwatch meluncur, Blizzard Entertainment pernah bilang mereka tidak punya rencana untuk membubuhkan cross-platform play di game. Saat itu, sang developer berargumen bahwa mencampur pemain PC yang dipersenjatai keyboard dan mouse dengan gamepad dapat menimbulkan masalah keseimbangan, terutama di level kompetitif.

Pertanyaannya kini ialah, apakah komentar Jeff Kaplan mengindikasikan perubahan strategi tim Overwatch dalam merespons naik daunnya judul-judul seperti PUBG dan Fortnite?

Dua tahun setelah perilisannya, Overwatch tetap menjadi permainan shooter berbasis tim populer. Demi menjaga minat pemain tetap tinggi, Blizzard tak henti-hentinya memberikan update serta melangsungkan event spesial. Belum ada indikasi juga developer akan mengimplementasikan mode battle royale seperti yang dilakukan oleh Epic Games di Fortnite.

Dalam memperingati ulang tahun kedua Overwatch, Blizzard baru saja memublikasikan video stop motion unik bertajuk Trace & Bake di YouTube. Silakan ditonton:

Via WCCFTech.

Activision Blizzard Konfirmasi Akan Turut Memeriahkan Genre Battle Royale

Battle royale ialah genre permainan video paling top di planet Bumi saat ini, dan selaku dua franchise pionir, pertempuran antara PUBG dengan Fortnite tak hanya dilakukan di PC dan console current-gen saja, tetapi juga di mobile. Sebagai respons atas kepopularitasannya, sejumlah perusahaan gaming raksasa dilaporkan sangat tertarik untuk ambil bagian di sana.

Kita sudah mendengar rumor yang menyatakan bahwa Activision akan mengganti mode single-player di Call of Duty: Black Ops 4 dengan battle royale, serta agenda EA untuk membubuhkan formula last man standing berskala masif itu di game Battlefield mereka selanjutnya. Tapi di antara kedua perusahaan itu, baru Activision yang akhirnya mengonfirmasi akan mengadopsi formula battle royale, meski belum diketahui apa judul permainannya.

Dalam presentasi laporan pemasukan pada investor di tanggal 4 Mei silam, CEO Activision Bobby Kotick memuji keberhasilan Fortnite merangkul beragam kalangan gamer di seluruh usia dan jenis kelamin. Lalu rekannya, COO Coddy Johnson turut menjelaskan bagaimana battle royale bukan saja sukses menarik jutaan pemain baru untuk menikmati game di platform tradisional semisal PC dan console, tetapi juga perangkat bergerak.

Selanjutnya, CFO Spencer Neumann menyampaikan bahwa battle royale merupakan inovasi selanjutnya di industri gaming. Menurutnya, mode ini adalah ekspansi dari genre shooter yang telah lama menjadi spesialisasi Activision. Lewat battle royale, perusahaan melihat kesempatan untuk memublikasikan karyanya ke segmen konsumen yang lebih luas: pasar di kawasan Barat dan Timur.

Sejauh ini, Activison memang belum membenarkan bahwa battle royale akan dibubuhkan pada Call of Duty: Black Ops 4, namun sejumlah indikasi mengarah ke sana. Menurut COO Coddy Johnson, permainan anyar itu bukan hanya dikembangkan berbekal kepiawaian mereka dalam meracik FPS, tapi ‘turut disertai sejumlah terobosan baru’.

Berpartisipasinya Activision Blizzard memeriahkan genre battle royale sebetulnya juga mengisyaratkan dampak negatif naik daunnya formula ini terhadap bisnis perusahaan.

Satu game yang perjalanannya tidak sesukses harapan Activision Blizzard ialah Destiny 2. Dalam upaya mengembalikan jumlah pemain ke tingkatan yang menguntungkan, perusahaan cuma bilang akan memanfaatkan metode tradisional: membuat karakter pemain jadi lebih kuat, menyediakan reward lebih banyak, dan memastikan konten end-game lebih kaya.

Pertanyaannya kini adalah, franchise apa yang akan Activision Blizzard manfaatkan untuk melangkah masuk ke ranah battle royale secara perdana? Apakah betul Black Ops 4? Ataukah spin-off dari Call of Duty? Atau malah ditambahkan pada game yang ‘kurang menguntungkan’ seperti Destiny 2?

Sumber: Games Industry.

Akankah Overwatch Akhirnya Mendapatkan Mode Campaign?

Beberapa jam lalu, Blizzard resmi memulai event Retribution di Overwatch sebagai kelanjutan dari Uprising yang dilangsungkan tahun lalu. Seperti Uprising, Retribution fokus pada cerita latar belakang terciptanya tim Overwatch, mengisahkan petualangan sejumlah karakter sebelum permainan ini dimulai, disuguhkan melalui mode multiplayer kooperatif PvE.

Aspek paling istimewa dari event-event seperti ini adalah bagaimana developer menggarapnya dengan begitu apik. Retribution menyuguhkan intro sinematik, dibekali voice acting serta percakapan antar-karakter yang sangat natural. Mungkin hal ini membuat kita bertanya-tanya, mengapa Blizzard Entertainment tidak sekalian membubuhkan mode campaign di permainan shooter populer tersebut?

Pertanyaan yang sama juga diajukan oleh Eurogamer pada game director Jeff Kaplan. Sang otak di belakang suksesnya Overwatch itu menjelaskan bahwa memang dari awal permainan didesain untuk menyajikan pengalaman player versus player. Menurutnya, arahan tersebut terbukti tepat karena berkat formula ini, Overwatch berhasil menghimpun lebih dari 35 juta pemain di seluruh dunia.

Meski begitu, Kaplan mengakui bahwa timnya memang juga sangat menikmati mengerjakan mode PvE atau player versus environment. Melalui gameplay kooperatif, developer jadi lebih mudah menghidangkan elemen cerita. Blizzard sendiri sangat berpengalaman dalam menggarap PvE, sudah mereka implementasikan di bagian campaign permainan StarCraft serta dihidangkan sebagai raid dalam World of Warcraft.

Jeff Kaplan bilang ia dan timnya sering sekali menerima pertanyaan seperti ini. Ternyata, developer berpikir bahwa kehadiran campaign di Overwatch ialah ide cemerlang, tapi upayanya boleh dibilang setara dengan mengembangkan permainan baru dari nol karena ada banyak hal yang harus dikerjakan. Walaupun Blizzard belum punya rencana untuk mengembangkannya, mereka tetap akan mempertimbangkannya.

Retribution merupakan bagian dari seri misi ‘Overwatch Archives’, berlangsung mulai tanggal 10 April kemarin dan akan berakhir pada 30 April nanti. Selama periode itu, Uprising juga bisa dimainkan kembali. Di mode ‘utama’ Retribution maupun Uprising, game hanya memberikan empat pilihan karakter, namun Blizzard juga menyediakan mode all-heroes yang mempersilakan gamer menggunakan tokoh apapun di sana.

Anda akan mendapatkan loot box edisi spesial begitu sukses mengerjakan misi-misi Overwatch Archives atau dengan menyelesaikan tantangan mingguan. Retribution bisa langsung diakses dari menu permainan, sedangkan Uprising menjadi bagian dari mode Arcade.

Dengan dilaksanakannya Retribution, ada kemungkinan besar Blizzard akan kembali menggelar event PvE ‘limited time‘ sejenis di tahun depan. Namun saya penasaran, mengapa developer tidak sekalian membiarkan kita menikmati Overwatch Archives setiap saat?

Update Overwatch Terkini Hadirkan Hero Baru dan Sejumlah Perbaikan

Beragamnya karakter dengan latar belakang berbeda ialah salah satu atraksi utama Overwatch. Walaupun permainan shooter ini tidak mempunyai mode campaign yang umumnya digunakan buat menyampaikan cerita, Blizzard mengakalinya dengan melepas komik dan film animasi terpisah sebagai medium penyajian narasi. Dan pengumuman hero baru merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu para pemainnya.

Di awal bulan ini, Blizzard memperkenalkan karakter Overwatch ke-27, Brigitte Lindholm. Ia adalah putri bungsu hero defense Torbjörn sekaligus pengawal dari Reinhardt. Sebagai karakter support, kemampuan dan penampilan Brigitte lebih menyerupai Reinhardt ketimbang ayah kandungnya. Dan setelah bisa dicoba dalam server Public Test Region, Brigitte akhirnya mendarat resmi di Overwatch, yang berarti juga dapat dinikmati oleh pemain Xbox One dan PlayStation 4.

Selain karakter baru, di saat yang bersamaan developer turut melepas patch berisi penyeimbangan gameplay, pemberantasan bug, serta update pada user interface. Lewat patch itu, Sombra memperoleh penyesuaian kemampuan terbesar, disusul oleh Doomfist. Developer tak lupa memperbaiki bug yang hinggap pada skill-skill milik Mercy, Moira, Junkrat, Reinhardt, Zarya serta Symmetra.

Khusus untuk Sombra, ada modifikasi waktu cooldown Hack yang memengaruhi skill lawan – kini durasinya menjadi 2 detik. Hal ini dimaksudkan agar mendorong pemain untuk memilih targetnya lebih saksama ketimbang sekadar mencoba meretas semua orang. Perubahan kedua diterapkan pada pengaruh Hack yang dirasakan lawannya. Developer menghilangkan jeda waktu 0,1 detik sehingga hero seperti Tracer dan Zarya tidak bisa membatalkan efeknya.

OW Update 1

Selain itu, developer turut membersihkan masalah di map Blizzard World yang menyebabkan objek-objek menghalangi proyektil, misalnya gerobak suvenir. Ada pula perubahan nama spray Junkrat dari Scarecrow jadi Hayseed, update pose kemenangan Toast punya Mercy, kemudian Team Information Screen kini juga menampilkan status skill ultimate rekan-rekan satu tim Anda.

Segala kemampuan Brigitte sudah sempat saya paparkan di artikel sebelumnya. Berdasarkan pengalaman memainkannya, hero ini mempunyai skill cukup banyak dengan gaya bermain sederhana. Barrier Shield-nya mirip milik Reinhardt, namun Rocket Flail-nya punya jarak lebih jauh. Whip Shot dan Shield Bash berguna buat meruntuhkan formasi musuh, lalu dengan mengaktifkan skill ultimate Rally, Brigitte memberikan perisai tambahan pada teman-temannya sembari membuat mereka bergerak lebih cepat.

Update ke versi Overwatch terbaru ini digulirkan secara otomatis, baik untuk versi Windows, PS4 maupun Xbox One.

Sumber: PlayOverwatch.com.

[Game Playlist] Menengok Kembali Overwatch, 2 Tahun Setelah Dirilis

Di antara sejumlah developer papan atas dunia, Blizzard Entertainment boleh dikatakan sebagai studio dengan layanan purna jual terbaik. Tak seperti studio lain, mereka jarang sekali melepas judul baru, dan lebih fokus menyempurnakan serta memperkaya konten game-game yang sudah dirilis. Tidak heran jika Blizzard sukses menghimpun jutaan gamer setia.

Silakan lihat cara Blizzard memperlakukan judul-judul asuhannya, Overwatch contohnya. Dirilis bulan Mei 2016, game shooter pertama sang studio telah berubah dari permainan multiplayer casual menjadi game eSport ‘serius’. Saya sendiri sudah lama tak memainkannya, terhitung sejak awal 2017, karena ada banyak judul baru saat itu yang mencuri perhatian. Baru beberapa minggu ini saya mulai menekuninnya lagi secara intensif.

OW 3

Begitu memasukkan password di window log-in Battle.net, saya segera menyadari ada banyak hal penting terlewati: Summer Games 2017, Halloween Terror 2017, Winter Wonderland 2018, bahkan hingga event Tahun Baru Imlek 2018. Saya sangat menyesalkan hilangnya kesempatan untuk membeli skin-skin epic dan legendary, memaksa saya untuk menunggu event berikutnya dilangsungkan.

OW 4

Namun kembali fokus ke Overwatch adalah sebuah keputusan yang tak saya sesalkan. Saya juga menyadari lagi sejumlah aspek yang membuat orang jatuh cinta pada game ini: keunikan karakter-karakternya, bertambah kayanya opsi kustomisasi, dan juga kemudahan untuk mengakses permainan. Dan untuk game berusia hampir dua tahun, aspek visual Overwatch tidak kalah dari FPS-FPS baru. Saya belum tahu apakah Blizzard pernah menerapkan upgrade, tapi saat ini, game tetap terlihat memesona di opsi grafis Ultra.

OW 2

Sisi teknis adalah bagian paling mengagumkan dari Overwatch. Selain berjalan optimal di PC, fitur game ini terasa lebih lengkap dibanding sewaktu umurnya baru beberapa bulan. Blizzard menyempurnakan dan membubuhkan begitu banyak fitur, baik yang memengaruhi gameplay secara langsung atau sekadar membuatnya jadi lebih intuitif. Satu fitur favorit saya adalah fungsi download video di menu Highlight. Fitur ini memungkinkan gamer mengabadikan aksi keren yang mereka lakukan tanpa menggunakan app third-party dan Anda dapat mengustomsasi kualitas grafis output rekamannya.

OW 5

Kelemahan dari game-game yang mulai berumur – dan yang membuat Titanfall 2 jadi menjengkelkan – adalah lamanya waktu matchmaking seiring berkurangnya pemain. Keadaan ini jarang sekali terjadi pada Overwatch. Begitu tombol Quick Play ditekan, saya tidak pernah menunggu terlalu lama untuk masuk dalam pertandingan. Seperti biasa, jika sistem belum bisa menemukan match, saya akan dibawa ke mode skirmish – sempurna untuk pemanasan.

OW 13

OW 11

Tapi dengan begitu banyaknya karakter (saat ini ada 27 hero, termasuk Brigitte), memastikan semuanya tetap seimbang merupakan pekerjaan rumah tanpa akhir buat Blizzard. Dari pengamatan saya, beberapa tokoh baru mempunyai kemampuan yang lebih ‘efektif’ dari hero lama. Contohnya: banyak gamer mengeluhkan terlalu mematikannya skill Biotic Orb punya Moira.

OW 7

OW 9

Karena sejauh ini saya menikmati Overwatch secara casual, ketidakseimbangan merupakan kendala kecil. Tapi  hal tersebut mungkin jadi masalah besar bagi mereka yang serius memainkan mode kompetitifnya. Dan karena para karakter ini saling terkait, bisa jadi mengubah keefektifan kemampuan salah satu hero bisa memengaruhi cara gamer bermain tokoh lainnya.

OW 10

Keluhan kecil saya ajukan pada sistem matchmaking: seringkali, Overwatch menghadapkan saya pada lawan-lawan dengan level tinggi – terutama mereka yang punya bingkai potret berwarna perak dan emas (artinya level di atas 600 dan 1.800). Sedangkan saya baru berada di level 130-an.

OW 6

Entah ini disebabkan kekeliruan teknis, karena tidak ada pemain lain, atau game menganggap saya ‘cukup mahir’. Pastinya, kalah terus-menerus karena musuh yang terlalu lihai juga membuat orang jadi malas bermain…

OW 1