BCA Klaim Sudah Mulai Terapkan Teknologi Blockchain

BCA mengklaim sudah menerapkan teknologi blockchain dalam aktivitas operasionalnya. Namun teknologi ini baru dimanfaatkan untuk mempercepat transaksi pembayaran, mengurangi kompleksitas transaksi, terutama di back office. Diklaim teknologi ini dapat mengurangi biaya operasional perseroan, apalagi saat membangun aplikasi.

“Blockchain sudah kita kerjakan sekarang. Harus kita lakukan karena kalau enggak, persiapan buat program aplikasi bisa lebih cepat,” terang Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja seperti dikutip dari Warta Ekonomi.

Terkait investasi khusus di blockchain, Jahja mengaku perseroan tidak mengalokasikan investasi khusus. Menurutnya, biaya tersebut tidak terlalu mahal.

“Blockchain biayanya enggak mahal. [Blockchain] itu cepat sekali. Ibarat ngebangun, enggak boleh satu-satu, [harus] langsung blok-blok. Mereka kerjain langsung diganti keseluruhan.”

Selain BCA, perbankan lainnya yang tengah mempersiapkan penerapan teknologi blockchain adalah Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Danamon, dan Bank Permata. Kelima bank tersebut bekerja sama dengan perusahaan teknologi IBM untuk implementasinya.

Blockchain adalah sistem basis data global online yang berisi sekumpulan data yang mencatat semua transaksi para penggunanya, seperti layaknya buku kas induk di bank.

POS Indonesia Applies Blockchain with Digiro.in

Technology industry is currently stuffed with cryptocurrency discussion, including the technology behind it, blockchain. Blockchain gets the spotlight as it offers a concept that capable of changing transaction technology and information exchange. The decentralized nature of the concept offers an information exchange that can spread easily with security claimed to be unshakeable.

One of the massive news about the blockchain in Indonesia is the involvement of a red-plate company, PT POS Indonesia in this technology implementation. Through a system called Digiro.in, POS Indonesia wants to use blockchain technology for many things. One of which is for multicurrency services.

A news in Media Indonesia shows that PT POS Indonesia’s Director, Gilarsi Wahju Setijono, explained the blockchain technology can be applied to giro service. It is expected to evolve the giro transaction process. Setijono explain on the news that until today, POS Indonesia has functioned in the financial services such as payment, transfer or remittance to the distribution of former TNI and civil servants. Later, through Digiro.in, giro asset management can be unlimited, crosscurrency or multicurrency to the gold-form of money.

“Multicurrency in the same application can be used as a means of payment. It can also be used to manage assets, as to be used to buy gold that can be disbursed at the post office. Land certificates can also be stored there,” he explained.

Furthermore, Digiro.in system is predicted to reduce transfer cost for TKI from 6%-7% to only 2%. The system will complete POS Indonesia, not only on sales and purchases, but also to manage funding or customer’s assets in blockchain system. For further information, Digiro.in is a blockchain system developed by POS Indonesia by cooperating with Corechain.

There is no further information regarding Digiro.in system and the implementation in POS Indonesia. POS Indonesia’s step in the blockchain technology can be appreciated as a concrete step in seeking technology-based solution.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

East Ventures Luncurkan “Warung Pintar”, Integrasikan Produk Teknologi Ritel Startup Mitra

East Ventures kembali mengumumkan proyek kedua mereka setelah sukses dengan co-working space EV Hive. Kali ini mereka mendirikan “Warung Pintar”, yakni sebuah warung yang didesain untuk memungkinkan digitalisasi menyasar tingkat masyarakat paling mendasar. Melalui pengelolaan data serta analisis, visinya berusaha membuka kesempatan baru dalam hal inklusi finansial, keamanan sosial, analisis perilaku, interaksi dengan komunitas serta pemantauan pengaruh sosial.

Upaya ini sendiri merupakan kelanjutan dari komitmen East Ventures untuk aktif dalam proyek teknologi untuk kepentingan umum, komitmen yang dimulai sejak pembentukan Unit Creating Shared Value (CSV). Dipilihnya konsep warung karena dinilai telah menjadi kultur kehidupan masyarakat di Indonesia. Warung Pintar ingin memberdayakan segmen masyarakat yang belum banyak terpapar dunia digital. Di fase awal ini, sudah ada 8 Warung Pintar yang tersebar di wilayah Jabodetabek.

“Warung, sebagai bentuk usaha mikro tradisional, telah hadir sejak abad ke-19 dan telah erat bersatu dengan budaya lokal. Dan dengan kenyataan bahwa teknologi seharusnya dapat diakses olah siapa saja, maka Warung menjadi wadah yang tepat bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk mengambil peran dalam ekonomi digital,” sambut CEO Warung Pintar Agung Bezharie. Sebelumnya Agung menjabat sebagai Investment Associate di East Ventures.

c534ee38-fec0-48b8-a5f5-c868099906e1

Manfaatkan teknologi IoT, big data analytics dan blockchain

Implementasi teknologi untuk Warung Pintar hadir dalam 3 pilar, yakni IoT (Internet of Things), big data analytics dan blockchain . Penerapan IoT bertujuan untuk meningkatkan akurasi pemasukan data ritel. Big data analytics akan digunakan untuk memahami perilaku para pelanggan dengan lebih baik, serta blockchain untuk menciptakan transparansi dan kepercayaan kepada pemilik warung. Untuk memuluskan perkembangannya, dua orang ahli teknologi bisnis yakni Sofian Hadiwijaya dan Pandu Kartika Putra direkrut.

Sofian bertanggung jawab sebagai pemimpin untuk tim teknis. Pengalamannya sebagai pembina komunitas teknologi dan petinggi di Kudo, Pinjam.co.id dan Go-Jek dinilai akan memberikan dampak pertumbuhan bagi Warung Pintar. Sedangkan Pandu adalah Associate of Civic Project untuk East Ventures. Sebelumnya, ia menjadi spesialis teknologi untuk kepentingan umum dan pernah terlibat dalam beberapa kegiatan seperti Code for Bandung dan Code4Nation.

“Meskipun penerapan platform digital oleh konsumen dan pedagang memiliki momentum yang tinggi di Indonesia, kami menyadari adanya kelompok masyarakat yang tidak dapat menikmatinya dikarenakan kurangnya paparan mereka terhadap dunia digital secara keseluruhan. Warung Pintar mengambil pendekatan yang berbeda untuk melayani segmen tersebut dengan tidak hanya menyediakan platform digital, tetapi juga membangun platform fisik untuk mereka. Kami membangun solusi end-to-end mulai dari pencarian lahan, pendanaan, promosi, hingga pemasaran. Warung Pintar merupakan jawaban dari new retailer,” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Mekanisme kerja sama dan integrasi dengan mitra East Ventures

Dijelaskan Willson, Warung Pintar menawarkan bentuk kerja sama berupa kemitraan dengan pemilik warung. Pemilik warung hanya perlu memberikan komitmen, kejujuran serta waktu mereka untuk memperbaiki warung sewaktu-waktu dibutuhkan. Proyek ini sendiri bertolak belakangan dengan unit ekonomi e-commerce yang ada saat ini dengan rata-rata jumlah pembelian yang lebih kecil, pembeli non-repetitif dan keuntungan yang relatif lebih kecil. Kendati demikian, Warung Pintar merupakan lambang dari integrasi portofolio East Ventures, mengingat besarnya aplikasi solusi teknologi perusahaan hasil investasi East Ventures di proyek ini.

Kasir Warung Pintar menggunakan sistem MokaPOS. Pencatatan keuangan dan akuntansi menggunakan sistem Jurnal. Pelanggan juga dapat mengisi ulang pulsa serta membeli tiket dan barang-barang lainnya melalui layanan dari Kudo di sini. Pengadaan produk dan sistem distribusi last-mile disediakan oleh Do-cart. Sistem distribusi gudang yang dikelola oleh Waresix. Selain itu, seluruh warung juga selalu siap untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan EV Hive co-working space.

POS Indonesia Terapkan Blockchain Melalui Digiro.in

Industri teknologi saat ini diramaikan dengan pembahasan mengenai cryptocurrency, termasuk juga teknologi di belakangnya, blockchain. Teknologi blockchain mendapat banyak sorotan karena dinilai menawarkan sebuah konsep yang mampu mengubah teknologi transaksi dan pertukaran informasi. Sifatnya yang terdesentralisasi secara konsep menawarkan pertukaran informasi yang bisa dengan mudah tersebar dengan keamanan yang diklaim sulit digoyahkan.

Salah satu kabar mengenai blockchain di Indonesia yang cukup ramai adalah turut sertanya salah satu perusahaan plat merah PT POS Indonesia dalam penerapan teknologi ini. Melalui sistem yang dinamai Digiro.in, POS Indonesia ingin memanfaatkan teknologi blockchain untuk banyak hal. Salah satunya adalah untuk layanan multicurrency.

Dalam sebuah pemberitaan Media Indonesia beberapa waktu lalu Direktur Utama PT POS Indonesia Gilarsi Wahju Setijono memaparkan teknologi blockchain bisa diterapkan untuk layanan giro. Hal tersebut diharapkan bisa mengevolusi proses transaksi giro. Dalam pemberitaan tersebut Gilarsi menjelaskan bahwa selama ini POS Indonesia memiliki fungsi dalam pelayanan jasa keuangan, seperti pembayaran, transfer atau pengiriman uang hingga penyaluran pensiunan PNS dan TNI. Nantinya melalui Digiro.in diharapkan pengelolaan aset giro bisa tidak terbatas, lintas mata uang atau multi currency hingga emas dalam bentuk uang.

“Multicurrency dalam aplikasi yang sama bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Bisa juga untuk mengelola aset, seperti digunakan untuk membeli emas yang nantinya tinggal dicairkan di kantor pos. Termasuk sertifikat tanah bisa disimpan di dalamnya,” terangnya.

Selanjutnya sistem Digiro.in juga digadang-gadang bisa menghemat biaya pengiriman uang bagi TKI yang semula 6% sampai 7% menjadi 2%. Sistem tersebut akan melengkapi POS Indonesia tidak hanya sebagai penjualan dan pembelian tetapi juga mengelola dana atau aset nasabah dalam sistem blockchain. Untuk informasi Digiro.in adalah salah satu sistem blockchain yang dikembangkan oleh POS Indonesia hasil kerja sama dengan Corechain.

Belum ada informasi lebih lanjut mengenai sistem Digiro.in dan bagaimana implementasinya di POS Indonesia saat ini. Langkah POS Indonesia dalam implementasi teknologi blockchain dapat diapresiasi sebagai sebuah langkah konkret dalam mencari berinovasi dan mencari solusi berbasis teknologi.

Mengawali Tahun 2018, IDEC Akan Selenggarakan “Expert Dating” dan Seminar tentang Blockchain

Setelah hadir selama 3 bulan di paruh akhir tahun 2017 dan mengadakan 15 kegiatan bertajuk seminar, IDEC (Indonesia Entrepreneur Center) kini tengah bersiap mengawali debut awalnya di tahun 2018. Kali ini program yang diusung bertajuk “Expert Dating”, yakni untuk memberikan kesempatan kepada wirausahawan bertemu dan berbincang dengan pakar dalam bidang bisnis dan industri dalam sebuah sesi santai nan akrab.

Untuk Expert Dating IDEC yang pertama sudah dilakukan pada 11 Januari 2018 lalu, menghadirkan CTO Kudo Sukan Makmuri. Dalam kegiatan ini jumlah peserta memang sangat terbatas, hanya 7 orang. Dan memfokuskan pada topik pembahasan seputar startup, mulai dari bagaimana menjalankan startup, mendapatkan investor, hingga exit strategy yang baik.

Antusias peserta terhadap acara Expert Dating IDEC yang pertama membuat Expert Dating akan kembali diadakan di awal tahun ini. Selanjutnya akan mengundang Direktur Founder Institute Richie Wirjan, yang akan memfokuskan pada pembahasan tentang tips membangun startup, termasuk bagaimana membentuk tim yang andal dan mengusung strategi brand yang baik.

Expert Dating kedua akan dilaksanakan tanggal 13 Januari 2018 mendatang, di Giyanti Coffee Roastery Jakarta. Acara ini juga akan dibatasi untuk 7 orang peserta saja, untuk memastikan ilmu yang didiskusikan dalam terserap dengan maksimal. Jika berminat dapat mendaftarkan diri dengan menghubungi nomor kontak 082113729124.

Selain Expert Dating, acara bertajuk seminar dari IDEC masih akan tetap dilaksanakan. Untuk acara pertama di tahun 2018 tema yang diusung adalah seputar blockchain. Dalam sesi tersebut akan dibahas seputar solusi yang dapat diberikan oleh blockchain untuk masa depan di bidang bisnis, pemerintahan, dan masyarakat secara umum. Pandu Sastrowardoyo selaku Ketua Dewan Direksi di Blockchain Zoo akan dihadirkan sebagai salah satu pemateri.

seminar idec

Acara seminar akan dilaksanakan di Cre8 di PIK Avenue pada 3 Februari 2018, gratis. Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi tautan registrasinya di sini. Seluruh program IDEC diadakan dengan harapan dapat memberikan wadah bagi wirausahawan Indonesia untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan serta jaringan dan pada akhirnya membantu memperbaiki perekonomian di Indonesia.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Indonesia Entrepreneur Center

Pundi X Mulai Distribusikan Perangkat POS Berbasis Cryptocurrency di Indonesia

Pundi X dengan platform POS (Point of Sale) berupaya memudahkan masyarakat melakukan transaksi berbasis cryptocurrency untuk keseharian. Perangkat POS dari Pundi X akan bisa digunakan di toko atau merchant sehingga masyarakat lebih mudah untuk menjangkaunya.

Di awal tahun 2018 ini, Pundi X akan melanjutkan crowdsale pada tanggal 21 Januari hingga 31 Januari. Selain itu Pundi X juga tengah gencar mempromosikan perangkat Pundi X di beberapa negara. Dari informasi yang kami terima, Pundi X akan memulainya di Jakarta, Bali dan Singapura, kemudian di lanjutkan ke negara-negara lain.

“Untuk tahun 2018, kami akan fokus untuk mendistribusikan perangkat POS kami sebagai starting point di Jakarta, Bali, dan Singapura. Selain itu kami juga akan mencari rekanan untuk bekerja sama mengembangkan Pundi X. Sejauh ini banyak sekali pemain besar di dunia blockchain yang telah bekerja sama dengan Pundi X, seperti NEM, Stellar Lumens dan QTUM,” jelas Product Manager Pundi X Indra Winarta.

Pundi X direncanakan akan meluncurkan tiga buah perangkat yang berbeda-beda. Perangkat-perangkat tersebut dibuat untuk menyesuaikan merchant. Misalnya X POS 1 yang memiliki codename Mount Agung. Disediakan untuk merchant atau toko yang memiliki tempat terbatas, seperti cafe atau restoran.

Lalu perangkat POS yang memiliki codename Halla, disiapkan dengan layar besar dan didesain untuk merchant atau toko yang memiliki tempat kosong lumayan besar seperti toko-toko ritel. Untuk perangkat versi kedua (Jade Dragon Snow Mountain) dan ketiga (Halla) sudah dikembangkan dan bisa menerima pembayaran menggunakan kartu kredit Visa dan Master.

Indra menjelaskan untuk masa awal pihaknya hanya meluncurkan perangkat POS dalam jumlah kecil. Namun pihaknya juga telah mengirimkan beberapa perangkat POS ke beberapa negara seperti Amerika, Jepang, India, Korea Selatan, dan Inggris untuk melakukan pengujian oleh tim expert Pundi X yang ada di masing-masing negara tersebut.

Indonesia menjadi salah satu negara awal Pundi X. Sejauh ini belum ada aturan yang melarang jual beli cryptocurrency sehingga Bali dipilih menjadi salah satu kota awal.

“Sejauh ini, aturan di Indonesia hanya melarang penggunaan cryptocurrency sebagai alat tukar. Untuk transaksi jual-beli barang kami akan mematuhi aturan ini di Indonesia. Kami akan berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku,” terang Indra.

Cryptocurrency, terlebih Bitcoin sekarang memang menjadi salah satu topik bahasan yang mulai banyak dibicarakan. Pihak Pundi X juga menuturkan bahwa pihaknya tertarik untuk mengenalkan teknologi blockchain di Indonesia, karena blockchain pada dasarnya tidak hanya soal cryptocurrency atau Bicotin. Masih banyak solusi yang bisa dihadirkan oleh teknologi blockchain.

“Untuk itulah, kami sangat bangga dapat menjadi salah satu anggota pertama dari Asosiasi Blockchain Indonesia terdiri dari beberapa pemain blockchain di Indonesia, seperti Oscar Darmawan, CEO dari Bitcoin Indonesia sehingga kami dapat mengedukasikan blockchain ke seluruh penjuru Indonesia,” pungkas Indra.

Indonesia Entrepreneur Center Adakan Seminar Seputar Teknologi Blockchain

Bagi banyak orang teknologi blockchain masih sangat asing, baik itu terkait cara kerjanya maupun implementasinya. Blockchain sendiri lahir sekitar tahun 2009, tujuannya untuk merombak sirkulasi perbankan. Teknologi ini digadang-gadang menjadi salah satu terobosan yang berpengaruh, pasalnya memungkinkan adanya transaksi antar pengguna yang terjadi secara langsung, tanpa adanya perantara. Teknologi yang ada saat ini juga membuat proses lebih singkat, bahkan lebih murah dibanding dengan institusi finansial lainnya.

Analogi cara kerja blockchain hampir mirip seperti buku kas di bank yang mencatat transaksi penggunanya. Perbedaannya, hanya pihak berwenang yang dapat mengakses informasi transaksi di buku kas bank, sementara transaksi melalui blockchain dapat dilihat oleh semua pengguna karena informasi yang dikumpulkan juga didistribusikan ke semua orang yang menjalankan server. Di lain sisi, blockchain memungkinkan konsensus jaringan untuk mencatat dan memvalidasi setiap transaksi, hal ini sekaligus untuk menjamin bahwa data yang mengalir tidak dapat dipalsukan, hilang, rusak, atau dimanipulasi.

Implementasinya sendiri sudah sangat luas, tidak hanya sebatas kegiatan keuangan, teknologi blockchain juga dimanfaatkan oleh sektor lain. Contohnya yang dilakukan oleh Sony Global Education bekerja sama dengan IBM guna menerbitkan artikel dan ijazah dalam jaringan blockchain sehingga ijazah tersebut tidak dapat dipalsukan, rusak atau hilang.

Banyaknya fungsi yang ditawarkan oleh teknologi blockchain dan tingkat keamanan yang dimilikinya, membuat teknologi ini semakin diminati di tahun yang marak dengan perkembangan teknologi ini. Memahami cara kerja teknologi blockchain dan keunggulannya dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi pengembang dan bisnis.

Untuk itu, Indonesia Entrepreneur Center (IDEC) mengadakan  seminar bertajuk “How Blockchain will Transform Your Business and Society” pada 28 Desember 2017 mendatang. IDEC ingin mengajak entrepreneur Indonesia untuk memperdalam pengetahuan mengenai teknologi blockchain dan bagaimana teknologi ini dapat mengubah kehidupan sosial. Sesi ini akan diisi oleh Pandu W Sastrowardoyo selaku Ketua Dewan Direksi di Blockchain Zoo. Blockchain Zoo sendiri merupakan sebuah asosiasi yang terdiri dari pakar-pakar blockchain.

IDEC Blockchain

Saat ini pendaftaran masih dibuka. Untuk informasi lebih lanjut bisa kunjungi situs registrasi resminya di sini.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Indonesia Entrepreneur Center.

Fintech Provider in Payment Sector Must Now Registered at Bank Indonesia

Bank Indonesia issued a policy requiring fintech (financial technology) developer in payment system to register at central bank. The rule will be applied on January 1st, 2018. It’s stated in Bank Indonesia’s regulation (PBI) Number 19/12/17 on the Implementation of Financial Technology.

Bank central expects, with this policy, fintech startups can develop and contribute to push Indonesia’s economic growth by prioritizing risk mitigation aspects.

“BI sees a fast growing fintech can be used to push Indonesia’s economic growth. By innovation, the activities should be better. It also necessary to know the risk of fast growing fintech. The BI rule is a way to balance it,” said Sugeng, Bank  Indonesia’s Deputy Governor on Thursday (12/7).

PBI’s scope consists of registration rule, regulatory sandbox, licensing and approval, also monitoring and supervision.

Furthermore, there are five types of fintech classified by BI. It is payment system, market support, investment and risk management, financial loan and funding provider with other financial services.

Fintech criteria is regulated with five indicators, such as innovative, impactful on products/services/technologies and/or existing financial business model, beneficial for society, be widely used and other criteria set by BI.

Sugeng said, required registration is only for fintech provider which will or has done activities fit to the fintech criteria and under other authority, providing fintech in payment system.

Registered companies (and permitted by other authority) are not required to register. However, providing information regarding their business is sufficient.

“Unless the fintech’s payment, system already got permission as payment system provider (PJSP) by BI.”

Moreover, bank central issued two derivative rules of PBI Fintech as follows, governing board regulation (PADG) Number 19/14/PADG/2017 on fintech’s regulatory sandbox and PADG Number 19/15/PADG/2017 on how to register, deliver information, and monitor fintech’s implementation.

Junanto Herdiawan, BI’s Fintech Office Acting Head added, registered fintech provider will get into regulatory sandbox to see business model side and potential risk generated. Fintech company might go there for six month with a one-time renewal option.

“Later, the result will be seen whether it was working, not working or other status we set,” said Herdiawan, closely called as Iwan.

Immediately set an explicit prohibition regarding bitcoin

The PBI states fintech’s requirements in using Rupiah in every transaction. It means prohibition for any other currency in transaction, including virtual currency like bitcoin.

For Sugeng, the prohibition is basically due to the high-level volatility of virtual currency. It is concerned to have negative impact, then decided as invalid payment instrument.

Bank central is currently finalize the virtual currency prohibition as payment and investment instrument. BI plans to explicitly prohibit the virtual currency by issuing new rule in January 2018.

Unlike bitcoin, blockchain as supporting technology is not prohibited. In fact, BI is exploring ways to apply blockchain’s technology next year.

“Blockchain technology is not prohibited,” said Iwan.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Blockchain dan Implementasinya di Berbagai Sektor

Blockchain mulai dikenal sebagai teknologi masa depan yang dapat menggantikan teknologi yang saat ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan maupun instansi pemerintah. Bentuknya yang serupa jaringan dan sifat desentralisasinya disebut memiliki banyak keuntungan jika dimplementasikan. Dalam acara BlockBali 2017 yang diselenggarakan oleh Blackarrow Conferences, blockchain dan bitcoin menjadi topik utama, termasuk implementasinya di beberapa sektor.

Chief Scientist CyberMiles Dr Michael Yuan dalam presentasinya menjelaskan bahwa blockchain sangat potensial digunakan untuk industri e-commerce. Salah satu manfaat terbesarnya ada pada keamanan yang lebih baik, kolaborasi yang lebih mudah dan kelebihan-kelebihan lain terkait dengan sistem desentralisasi. Untuk keamanan, sistem desentralisasi dinilai menjadi sangat efisien karena cyber attacker akan kesulitan melumpuhkan sistem blockchain yang berbentuk jaringan. Setidaknya lebih sulit dibanding harus melumpuhkan satu server tunggal yang tersentralisasi.

Yuan juga menjelaskan bahwa blockchain juga membawa efisiensi dan keuntungan seperti memudahkan manajemen identitas dan juga membantu mewujudkan sistem pelacakan dan keaslian produk karena semua bisa disimpan di dalam blockchain dan disinkronkan ke semua jaringan blockchain. Solusi-solusi tersebut dinilai bisa merevolusi kembali bisnis dan teknologi e-commerce.

Sementara itu Expert Blockchain Nxt Foundation Roberto Capodieci memaparkan bahwa blockchain akan membawa masa depan karena transparansi dan pengurangan biaya yang cukup signifikan.

“Blockchain akan menghasilkan peningkatan substansial dalam transparansi, kecepatan, dan fungsionalitas serta mengurangi biaya pengelolaan catatan pribadi dan publik,” terang Roberto.

Pemanfaatan lebih lanjut

Hampir semua pemateri dalam konferensi BlockBali 2017 memaparkan bahwa blockchain dengan sistem desentralisasinya merupakan sebuah teknologi yang ideal untuk menggantikan teknologi-teknologi yang sekarang ini ada. Mereka hadir dengan contoh implementasi blockchain yang beragam dan inovatif.

CEO Decent Matej Michalko misalnya memaparkan bahwa blockchain bisa menjadi landasan membangun platform distribusi konten. Pembajakan dan kesulitan distribusi bisa diselesaikan dengan sistem blockchain yang menandai konten-konten yang ada. Diharapkan dengan sistem blockhain para kreator dengan mudah menjual dan mendistribusikan konten dan para penikmat konten bisa dengan mudah mencari dan membeli konten-konten yang ada.

MiCai, yang diperkenalkan langsung oleh CEO Gregory Van den Bergh, mengembangkan teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk private wealth management protocol yang dibangun di atas sistem blockchain.

Solusi lainnya diperkenalkan Datum, sebuah startup yang menyediakan global data exchange untuk mengubah data menjadi komoditas yang bisa diperjualbelikan. Ada juga startup asal Singapura Eximchain yang mengenalkan teknologi blockchain untuk membantu merombak sistem supply chain dengan blockchain.


DailySocial adalah media partner BlockBali 2017

Memahami Kembali Perbedaan Bitcoin dan Blockchain

Bitcoin dan Blockchain menjadi bahasan dalam acara #SelasaStartup yang diadakan Selasa (31/10) kemarin. CEO Bitcoin.co.id Oscar Darmawan hadir sebagai narasumber dan membagikan mengenai Bitcoin dan blockchain. Sebuah istilah yang mulai ramai diperbincangkan namun banyak yang masih belum begitu paham mengenai pengertian masing-masing.

Oscar membuka presentasi dengan menggarisbawahi bahwa bitcoin bukan merupakan produk investasi. Bitcoin sendiri pada dasarnya merupakan cryptocurrency atau mata uang virtual yang berjalan di atas teknologi blockchain. Dengan nilai yang terus naik, bitcoin menjelma menjadi salah satu digital asset yang paling banyak diburu, tak terkecuali di Indonesia. Sementara blockchain merupakan teknologi desentralisasi yang diklaim memiliki banyak keunggulan, beberapa di antaranya meminimalkan down time dan menjaga server lebih aman.

Desentralisasi blockchain memungkinkan setiap server saling terhubung dan memiliki peran yang sama. Dengan membentuk semacam jaringan peer to peer hal ini memungkinkan pelacakan data lebih mudah dan apa bila salah satu server mendapat gangguan bisa dibackup oleh server lain dan server yang bermasalah bisa sementara dikeluarkan dari jaringan blockchain.

Bitcoin sebagai mata uang

Bitcoin dan koin-koin lainnya dikenal juga sebagai cruptocurrency atau mata uang digital. Seluruh sistem bitcoin digerakkan algoritma matematika, dinilai lebih netral. Selain itu dengan teknologi blockchain, sistem bitcoin bisa dengan mudah diaudit semua orang dan juga transparan. Inilah mengapa sistem Bitcoin dinilai lebih adil.

Dalam presentasinya Oscar juga menjelaskan Bitcoin sebagai digital asset memiliki nilai (yang sekarang bernilai cukup tinggi) karena beberapa hal. Di antaranya, tidak dipengaruhi oleh politik, supply yang terbatas karena dibatasi algoritma matematika, melibatkan harga listrik yang tidak murah (dalam proses mining), dan sebagai implementasi blockchain bitcoin tidak mudah dipalsukan atau digandakan.

Untuk perubahan nilai Oscar menjelaskan, “Perubahan nilai dari Bitcoin biasanya disebabkan oleh tiga hal, yang pertama faktor politk, yang kedua sosial budaya dan yang ketiga teknologi.”

Untuk faktor politik biasanya dipengaruhi negara-negara yang memiliki peredaran Bitcoin terbesar, seperti Jepang, Amerika, dan Korea Selatan. Sebagai contoh nilai Bitcoin yang naik cukup signifikan beberapa waktu belakangan dikarenakan Amerika Serikat mulai meregulasi dan memberikan lampu hijau untuk transaksi pembayaran menggunakan bitcoin.

Sedangkan faktor sosial budaya biasanya dipengaruhi libur panjang sehingga demand terhadap Bitcoin menjadi kurang dan nilainya bisa menjadi turun. Faktor terakhir adalah teknologi yang menyangkut sistem blockchain di dalamnya. Sistem yang terganggu akan berpengaruh kepada nilai.