Beoplay EQ Ialah TWS Berteknologi ANC Pertama dari Bang & Olufsen

Bang & Olufsen tidaklah asing dengan teknologi active noise cancellation (ANC). Mereka juga sudah sangat familier dengan kategori TWS selama beberapa tahun. Kendati demikian, B&O rupanya belum pernah mengombinasikan kedua hal tersebut.

Perangkat bernama Beoplay EQ berikut ini adalah TWS berteknologi ANC pertama besutan B&O. Dalam menjalani debutnya di kategori ini, B&O tampaknya ingin tampil all-out. Ini dibuktikan lewat penggunaan sebuah chip khusus yang sepenuhnya didedikasikan untuk mewujudkan fitur ANC pada Beoplay EQ, kurang lebih sama seperti teknik yang diterapkan TWS unggulan Sony.

ANC yang Beoplay EQ hadirkan juga bersifat adaptif. Artinya, seberapa agresif perangkat memblokir suara luar bakal disesuaikan secara otomatis berdasarkan kondisi di sekitar. Fitur transparency mode yang punya cara kerja berkebalikan dari ANC pun turut tersedia. Secara total, Beoplay EQ mengemas enam buah mikrofon (tiga di kiri, tiga di kanan), dan semuanya punya peran dalam merealisasikan fitur ANC sekaligus transparency mode ini.

Perihal kualitas suara, Beoplay EQ mengandalkan driver baru berjenis electro-dynamic yang memiliki diameter 6,88 mm. Perangkat dibekali konektivitas Bluetooth 5.2, lengkap beserta dukungan codec aptX Adaptive. Karakter suara yang dihasilkannya bisa disesuaikan dengan selera pengguna masing-masing melalui sebuah aplikasi pendamping.

Semua itu dikemas dalam desain premium dengan bobot tidak lebih dari 8 gram per earpiece. Sisi luarnya terbuat dari bahan aluminium, serta mendukung kontrol sentuh demi memudahkan pengoperasian. Bahkan charging case-nya pun juga dibentuk dari material aluminium. Sertifikasi IP54 memastikan perangkat dapat tetap bekerja secara normal meski pengguna tengah diguyur hujan.

Dalam sekali pengisian, Beoplay EQ diyakini mampu beroperasi selama 6,5 jam nonstop, atau sampai 7,5 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan. Bila dikombinasikan dengan charging case-nya, total daya tahan baterainya berada di kisaran 20 jam. Selain via kabel USB-C, case-nya ini juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Seperti yang sudah bisa kita tebak dari B&O, harga Beoplay EQ jauh dari kata murah: $399. Perangkat rencananya akan dipasarkan mulai tanggal 19 Agustus mendatang. Di samping warna hitam, B&O juga menyediakan pilihan warna agak keemasan.

Sumber: Engadget.

Speaker Bluetooth Terbaru B&O Unggulkan Baterai yang Sangat Awet dan Bodi Tahan Air

Bang & Olufsen mungkin lebih dikenal sebagai produsen speaker kelas sultan dengan desain yang elegan sekaligus mewah, akan tetapi sesekali pabrikan asal Denmark itu juga menciptakan speaker portabel yang ditujukan buat mereka yang gemar mengeksplorasi alam. Salah satu contohnya adalah speaker bernama Beosound Explore berikut ini.

Dari namanya sudah bisa kita tebak bahwa perangkat ini mengemas bodi yang tangguh. Rangka aluminiumnya diklaim tahan gores, dan secara keseluruhan ia tahan air serta debu dengan sertifikasi IP67. Jadi seandainya tidak sengaja tercemplung ke kolam, perangkat masih akan tetap bisa beroperasi secara normal. Pada sisi atasnya, terdapat lima tombol fisik.

Bentuk grille-nya mengindikasikan kalau ia dapat mendistribusikan suara ke segala sudut (360°), dan suaranya sendiri berasal dari sepasang full-range driver 1,8 inci, yang masing-masing ditenagai amplifier Class D 30 W. Menurut B&O, suaranya cukup lantang untuk mengisi ruangan berukuran 5 sampai 30 m².

Kalau masih kurang keras, pengguna juga dapat menghubungkan dua unit Beosound Explore sekaligus sebagai sebuah setup stereo. Konektivitasnya sudah menggunakan yang terbaru, yakni Bluetooth 5.2, serta telah mendukung teknologi fast pairing besutan Apple, Google, maupun Microsoft.

Penggunaan Bluetooth 5.2 tak hanya menjanjikan koneksi yang lebih stabil, melainkan juga konsumsi baterai yang sangat irit. Dalam sekali charge, Beosound Explore diklaim bisa beroperasi hingga 27 jam nonstop. Sebagai perbandingan, speaker portabel lain yang cukup populer macam JBL Charge 5 ‘hanya’ mampu bertahan selama 20 jam, demikian pula UE Hyperboom yang tercatat memiliki daya tahan baterai hingga 24 jam.

Lebih mengesankan lagi, ini bisa dicapai oleh Beosound Explore selagi mempertahankan desain yang lebih ringkas ketimbang dua speaker lain tadi. Dimensinya tercatat berada di angka 81 x 124 x 81 mm, sedangkan bobotnya berada di kisaran 631 gram (tanpa karabiner). Charging-nya sendiri membutuhkan waktu sekitar 2 jam dari kosong sampai benar-benar penuh.

Di Amerika Serikat, Beosound Explore saat ini telah dijual dengan harga $199 (± Rp2,85 jutaan). Pilihan warna yang tersedia sekarang ada dua, yakni hitam dan hijau, lalu di musim panas nanti akan menyusul varian berwarna abu-abu.

Sumber: The Verge dan Engadget.

Bang & Olufsen Beolab 28 Adalah Speaker Nirkabel Kelas Sultan dengan Desain Super-Mewah

Speaker berdesain premium dengan harga selangit adalah tradisi yang sudah sangat melekat dengan Bang & Olufsen, dan hal itu masih terus dipertahankan oleh sang maestro audio asal Denmark sampai sekarang. Buktinya, coba kita tengok speaker nirkabel terbarunya yang bernama Beolab 28 berikut ini.

Wujud Beolab 28 terdiri dari dua bagian: bagian dasar dengan bentuk mengerucut, diikuti oleh silinder memanjang di atasnya. Bagian dasarnya ini bebas diletakkan di atas lantai atau digantungkan ke tembok. Menurut B&O, desainnya secara keseluruhan merupakan bentuk apresiasi terhadap tiga speaker lawas mereka: Beolab Penta, Beolab 6000, dan Beolab 8000.

Saat seseorang mendekat, kontrol sentuh pada permukaan atas silindernya otomatis menyala. Dari situ pengguna bisa langsung mengatur playback, menyesuaikan volume, atau mengakses sejumlah fungsi lain lewat empat tombol preset yang tersedia. Soal konektivitas, speaker ini sudah sepenuhnya mendukung AirPlay 2, Chromecast, maupun Spotify Connect. Sama seperti deretan speaker terbaru B&O, modul streaming milik Beolab 28 dapat dilepas dan diganti dengan yang baru seandainya sudah ketinggalan zaman.

Beolab 28 hadir dalam beberapa variasi finish. Konstruksi utamanya mengandalkan bahan aluminium, lalu keseluruhan grille-nya dibalut oleh material kain premium. Di sepanjang bagian silindernya, masih ada lagi satu lapisan penutup. Untuk bagian terluar yang menyerupai tirai melingkar ini, konsumen bisa memilih antara yang berbahan kain, atau yang berbentuk seperti kisi-kisi kayu di rumah-rumah.

Setiap kali speaker dinyalakan, tirai mekanis itu akan bergerak membuka hingga menjadi tontonan tersendiri. Tirai tersebut juga berfungsi untuk mengatur cara Beolab 28 mendistribusikan suara; bisa terbuka cuma sedikit untuk menyajikan suara secara terfokus dan presisi, atau terbuka lebar untuk menyuguhkan suara yang mampu mengisi seluruh ruangan.

Masing-masing unit speaker-nya terdiri dari tiga full-range driver berdiameter 3 inci, satu tweeter 1 inci, dan woofer 6,5 inci yang menghuni bagian dasarnya. Semua itu ditenagai oleh unit amplifier-nya sendiri-sendiri, dengan total daya sebesar 1.250 watt. B&O tidak lupa menyertakan teknologi Active Room Compensation agar perangkat dapat melakukan kalibrasi akustik berdasarkan posisinya di dalam ruangan.

Namun pertanyaan yang terpenting adalah seberapa mahal biaya yang harus ditebus untuk bisa meminang Beolab 28? $14.750 per pasang, atau $16.500 jika memilih varian yang bertirai kayu. Kabarnya B&O juga berencana untuk menjual Beolab 28 secara satuan, tapi sejauh ini mereka belum merincikan berapa harganya.

Kalau Anda mengira speaker ini harganya keterlaluan, selalu ingat bahwa B&O juga menjual Beolab 50 yang dihargai $40.000 per pasang, atau malah Beolab 90 yang dua kali lipat lebih mahal lagi dari itu.

Sumber: Engadget.

Beosound Emerge Adalah Speaker Nirkabel dengan Desain Menyerupai Buku

Bicara soal speaker, nama Bang & Olufsen selalu muncul sebagai salah satu opsi di kelas high-end bukan hanya karena jaminan kualitas suaranya saja, melainkan juga berkat desain produk-produknya yang amat estetis. Kalau perlu contoh, coba tengok speaker nirkabel terbaru mereka: Beosound Emerge.

Dirancang oleh firma desain asal London, LAYER, wujud Emerge sengaja dibentuk agar dapat langsung mengingatkan kita pada sebuah buku, dengan panel kayu yang membalut layaknya cover depan dan belakang buku. Penempatan logonya pun juga dibuat sedemikian rupa agar kelihatan seperti judul yang biasa kita jumpai di bagian samping buku.

Alternatifnya, bagi yang lebih menyukai desain yang lebih kontemporer, ada varian berwarna serba hitam yang menggunakan panel berbahan polimer. Grille-nya yang terekspos di atas logo Bang & Olufsen juga tidak dibalut oleh kain Kvadrat seperti pada varian warna satunya. Tanpa harus terkejut, perangkat ini pastinya bakal membaur dengan baik di atas sebuah rak buku.

Di balik wujudnya yang ringkas tersebut, Beosound Emerge tetap tidak mau berkompromi soal kualitas suara. B&O menyematkan tiga jenis driver yang berbeda: woofer berdiameter 100 mm, mid-range driver berdiameter 37 mm, dan tweeter berdiameter 14 mm. Masing-masing ditenagai oleh unit amplifier-nya sendiri, dengan total output daya sebesar 120 W.

Konektivitasnya pun juga lengkap dan sesuai ekspektasi konsumen akan sebuah speaker wireless modern. Selain Bluetooth 5.0 dan Wi-Fi, ia turut dilengkapi port untuk kabel Ethernet. Fungsionalitas Chromecast telah terintegrasi langsung, demikian pula dukungan Spotify Connect maupun AirPlay 2.

Emerge bukanlah speaker portable, yang berarti ia hanya bisa beroperasi selagi menerima asupan energi listrik via colokan USB-C. Pengguna bisa menghubungkan dua unit sekaligus untuk menciptakan setup stereo, atau bisa juga dengan melibatkan Emerge pada setup multi-room yang dimilikinya.

Terkait konektivitas ini, B&O memastikan Emerge masih akan tetap relevan dalam beberapa tahun ke depan berkat rancangan modular yang mereka terapkan, persis seperti yang terdapat pada speaker Beosound Level. Katakanlah ada teknologi streaming anyar yang lebih advanced lagi ke depannya, pengguna bakal bisa membeli modul streaming baru untuk Emerge, tidak perlu meminang speaker baru.

Rencananya, B&O bakal memasarkan Beosound Emerge secara global mulai bulan Oktober 2021. Di Amerika Serikat, ia dihargai $699 untuk varian yang berwarna hitam, atau $899 untuk varian yang berwarna emas.

Sumber: The Verge dan B&O.

Bang & Olufsen Luncurkan Gaming Headset Pertamanya, Harganya Setara Xbox Series X

Apa jadinya ketika brand audiophile sekelas Bang & Olufsen memberanikan diri untuk terjun ke ranah gaming headset? Jawabannya adalah sebuah headset nirkabel bernama Beoplay Portal. Ya, ini merupakan gaming headset perdana B&O sejak perusahaan tersebut didirikan oleh Camillo Bang dan Svend Olufsen di tahun 1925.

Kalau saya tidak bilang, saya yakin Anda tidak akan menyangka bahwa perangkat ini merupakan sebuah headset yang ditujukan untuk kalangan gamer. Desainnya sama sekali tidak ada kesan gaming-nya, dan sepintas memang langsung kelihatan sama mewahnya seperti deretan headphone lain besutan B&O.

Mulai dari konstruksi berbahan aluminium sampai kulit domba asli yang membalut bantalan memory foam-nya, hampir semua bagian dari perangkat ini tampak sekaligus terkesan premium. Di saat yang sama, B&O juga tetap memperhatikan faktor kenyamanan; bagian headband-nya dilapisi kain yang terbuat dari serat bambu, dan bobot keseluruhan perangkat juga tidak lebih dari 282 gram — termasuk ringan untuk ukuran gaming headset.

Beoplay Portal dikembangkan sebagai bagian dari program “Designed for Xbox”. Itu berarti ia harus bisa disambungkan ke console Xbox secara seamless menggunakan protokol Xbox Wireless (2,4 GHz). Kalau punya adaptor Xbox Wireless, headset ini juga dapat dihubungkan secara nirkabel ke PC.

Alternatifnya, Beoplay Portal juga menawarkan konektivitas Bluetooth 5.1, lengkap dengan dukungan codec aptX Adaptive. Koneksi via kabel pun juga didukung, baik menggunakan kabel audio 3,5 mm maupun kabel USB-C. Kalau disambungkan ke PC via USB-C, otomatis baterainya juga akan terisi.

Di balik masing-masing earcup-nya, bernaung dynamic driver dengan diameter sebesar 40 mm. Headset ini juga mengunggulkan teknologi active noise cancellation (ANC) yang bersifat adaptif, tidak ketinggalan juga dukungan Dolby Atmos demi menyajikan efek suara surround secara virtual. Untuk mengoperasikan headset ini, pengguna bisa memanfaatkan perpaduan panel sentuh di sisi luar earcup beserta sejumlah tombol dan tuas.

Satu hal yang cukup unik dari Beoplay Portal adalah fitur bernama Own Voice, yang menurut B&O memungkinkan pengguna untuk mendengar suaranya sendiri dengan jelas ketika sedang berbicara. Yang mungkin terkesan agak aneh adalah fakta bahwa headset ini mengandalkan mikrofon beam-forming yang terintegrasi ketimbang boom mic.

Dalam sekali pengecasan, baterai Beoplay Portal diperkirakan bisa bertahan selama 12 jam pemakaian kalau terhubung via Xbox Wireless dan ANC-nya menyala terus. Kalau cuma terhubung via Bluetooth, daya tahan baterainya bisa dilipatgandakan menjadi 24 jam, setara dengan yang ditawarkan kebanyakan headphone noise-cancelling — kecuali bikinan B&O yang berada di kelas tersendiri soal ini.

Di Amerika Serikat, Beoplay Portal rencananya akan dijual dengan harga $499 — ya, harga yang sama persis seperti banderol Xbox Series X itu sendiri. Gaming headset mungkin tidak seharusnya semahal ini. Namun dengan desain semewah ini, ditambah lagi konektivitas Bluetooth, mungkin Beoplay Portal lebih pantas dikelompokkan sebagai headphone noise-cancelling berkonektivitas wireless yang kebetulan juga sangat kapabel untuk keperluan gaming.

Sumber: What Hi-Fi.

Bang & Olufsen Beoplay HX Unggulkan Active Noise Cancellation dan Baterai yang Sangat Awet

Tidak semua headphone noise-cancelling diciptakan sama. Basis teknologinya mungkin sama, yakni dengan mengandalkan mikrofon untuk menangkap suara luar yang hendak dieliminasi, akan tetapi kinerjanya bisa berbeda-beda.

Buat Bang & Olufsen, yang tidak kalah penting adalah bagaimana fitur active noise cancellation (ANC) itu bisa bekerja secara efisien. Secara umum, fitur ANC yang terus menyala akan mengonsumsi lebih banyak energi, sehingga ujung-ujungnya mempersingkat daya tahan baterai suatu headphone nirkabel.

Itulah mengapa headphone wireless terbaru B&O berikut ini terkesan istimewa. Dijuluki Beoplay HX, baterainya diyakini mampu bertahan selama 35 jam nonstop, dan itu dalam posisi ANC aktif secara konstan. Kalau ANC-nya dimatikan, daya tahan baterainya malah naik menjadi 40 jam.

35 jam merupakan angka yang terbilang mengesankan, terlebih di saat banyak headphone noise-cancelling lain yang hanya mampu beroperasi selama sekitar 20 jam. Angka ini bahkan lebih tinggi lagi daripada yang ditawarkan oleh Sony WH-1000XM4 (30 jam). Anggaplah Anda menggunakan headphone ini selama lima jam setiap harinya, itu berarti Anda tidak perlu mengecasnya sampai sepekan mendatang.

Baterai yang sangat awet ini juga dimungkinkan berkat konektivitas Bluetooth 5.1 yang diusung, yang ternyata juga sudah mendukung fitur Google Fast pair maupun Microsoft Swift Pair. Juga sangat berguna adalah kemampuannya terhubung ke dua perangkat sekaligus dalam satu kesempatan yang sama (multipoint connectivity).

Untuk reproduksi suaranya, HX mengandalkan sepasang dynamic driver berdiameter 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 22.000 Hz. Driver tersebut dikemas dalam earcup membulat dengan bantalan memory foam yang dibalut oleh kulit domba asli. Untuk bantalan kepalanya, HX menggunakan kulit sapi yang dibalut kain breathable. Konstruksi aluminium memungkinkan bobotnya ditekan sampai serendah 285 gram.

Ketimbang hanya mengandalkan pengoperasian berbasis sentuhan saja (cuma di earcup sebelah kanan), HX turut mengemas sejumlah tombol di kiri sekaligus kanan. Selain port USB-C untuk charging, HX juga dilengkapi jack 3,5 mm seandainya pengguna perlu menyambungkannya via kabel (yang termasuk dalam paket penjualan).

Berhubung ini B&O, sudah pasti harganya tidak murah. Di Amerika Serikat, Beoplay HX saat ini sudah mulai dijual dengan harga $499 — setidaknya masih lebih murah daripada Beoplay H95 yang dibanderol $800. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, putih, dan cokelat.

Sumber: The Verge.

Bang & Olufsen Ungkap TV OLED Pertamanya, Beovision Contour

Bang & Olufsen (B&O) bukanlah nama brand yang kita ingat saat membicarakan mengenai televisi. Namun hal itu tidak mencegah perusahaan asal Denmark itu masuk ke ranah TV dan menjalani debutnya dengan cara yang cukup mencuri perhatian.

Gambar di atas adalah Beovision Contour, TV OLED pertama B&O setelah hampir satu abad mereka berdiri. Desainnya minimalis sekaligus elegan khas B&O, dengan bezel tipis dan dua jenis dudukan yang terbuat dari aluminium (satu untuk di lantai, satu untuk di atas meja). Tentu saja TV ini juga dapat digantungkan ke tembok jika perlu.

Secara teknis, Beovision Contour mengemas panel OLED 48 inci bikinan LG, yang berarti kualitas gambarnya semestinya setara dengan jajaran TV OLED dari LG sendiri. Kehadiran fitur-fitur pelengkap macam integrasi Chromecast, AirPlay 2 maupun Bluetooth menunjukkan kesiapannya bersaing di ranah televisi modern.

Namun berhubung ini merupakan produk garapan B&O, tidak bisa dipungkiri yang akan menjadi topik pembicaraan adalah perihal kualitas suaranya. Seandainya belum kelihatan, sekitar seperempat porsi bawah TV ini sebenarnya adalah sebuah soundbar premium. Tentu saja ini bukanlah suatu kebetulan, sebab B&O memang baru saja meluncurkan soundbar pertamanya tahun lalu.

Di dalamnya bernaung 11 buah driver – empat woofer 4 inci, empat mid-range driver 1,5 inci, dan tiga tweeter 0,75 inci – plus 11 amplifier 50 W yang menenagai masing-masing driver-nya, lengkap beserta dukungan teknologi Dolby Atmos. Spesifikasinya ini sama persis seperti soundbar B&O bernama Beosound Stage itu tadi.

Jadi ketimbang membeli TV dan soundbar terpisah, B&O ingin Anda membeli satu unit dengan desain yang kohesif yang siap menjadi bahan obrolan tersendiri saat sedang ada tamu yang berkunjung ke rumah.

Maka dari itu, jangan kaget melihat harga Beovision Contour yang dipatok setinggi 5.699 euro, atau sekitar 96,3 juta rupiah, sebab Anda pada dasarnya membeli TV dan soundbar sekaligus, dan kebetulan soundbar-nya sendiri tidak murah jika Anda beli secara terpisah (1.500 euro). Untuk pilihan warnanya, B&O menawarkan lima kombinasi dengan bahan penutup speaker yang berbeda, sedangkan pemasaran globalnya dijadwalkan berlangsung mulai Februari 2021.

Sumber: What Hi-Fi.

B&O Kembali Luncurkan Speaker Bluetooth Berwujud Kotak Makan Siang, Kali Ini Dengan Wireless Charging

Pepatah “if it ain’t broke, don’t fix it” cukup sering dilontarkan di dunia teknologi, tapi mungkin yang paling sering datang dari segmen audio. Alasannya sederhana: produk audio terkenal punya umur yang panjang. Tidak seperti TV, speaker warisan orang tua Anda yang sudah berusia puluhan tahun belum tentu suaranya lebih jelek daripada yang Anda beli tahun lalu.

Itulah mengapa pada akhirnya kita cukup sering melihat perangkat-perangkat audio baru yang sebenarnya tidak lebih dari sebatas penyegaran versi lamanya. Bentuk dan suara yang dihasilkannya nyaris tidak berubah, tapi mungkin ada penyempurnaan dari segi konektivitas maupun aspek-aspek pelengkap lainnya.

Salah satu produk audio yang sesuai dengan deskripsi di atas adalah speaker wireless bikinan Bang & Olufsen, yakni Beolit 12 yang dirilis di tahun 2012. Dalam kurun waktu delapan tahun, speaker dengan wujud menyerupai kotak makan siang ini sudah mempunyai tiga suksesor: Beolit 15 di tahun 2015, Beolit 17 di tahun 2017, dan yang terbaru, Beolit 20 di tahun pandemi ini.

Seperti yang bisa Anda lihat, lagi-lagi B&O tidak banyak mengutak-atik desainnya. Beolit 20 masih sangat identik dengan ketiga pendahulunya. Rangkanya yang begitu elegan masih terbuat dari aluminium, dan keempat sisinya masih dikitari grille. Handle-nya yang terbuat dari kulit pun masih ada di posisi yang sama.

Yang berbeda kali ini adalah, permukaan atasnya bisa merangkap fungsi sebagai Qi wireless charger, dengan titik-titik melingkar sebagai indikatornya. Sayang sekali tidak ada magnet di baliknya, yang berarti pengguna tetap harus mengepaskan sendiri posisi perangkat yang diletakkan di atasnya agar charging bisa berjalan normal.

Lima tombol pengoperasian tetap hadir di panel atasnya ini, salah satunya tombol play/pause yang menggantikan tombol multifungsi milik pendahulunya. Kedengarannya memang seperti downgrade, tapi saya yakin sebagian besar konsumen akan lebih senang dengan konfigurasi tombol yang lebih simpel seperti ini.

Hal lain yang berbeda pada Beolit 20 adalah daya tahan baterainya. B&O mengklaim Beolit 20 bisa beroperasi 30 persen lebih lama dari pendahulunya. Persisnya, baterai 3.200 mAh yang tertanam di tubuhnya sanggup bertahan sampai 37 jam kalau musik hanya diputar dalam volume rendah. Di volume standar, daya tahannya turun menjadi 8 jam, dan di volume maksimum tersisa cuma 4 jam. Beruntung perangkat ini sudah mengandalkan USB-C untuk charging-nya.

Di balik bodi Beolit 20 yang berbobot 2,7 kg ini, tertanam sebuah woofer 5,5 inci dan tiga driver full-range dengan diameter masing-masing 1,5 inci. Melengkapi jeroannya adalah sepasang passive radiator 4 inci, sepasang amplifier Class-D dengan daya masing-masing 35 W, serta sebuah tweeter.

Sayang sekali konektivitas yang digunakan masih Bluetooth 4.2, padahal seharusnya efisiensi dayanya bisa lebih ditingkatkan lagi kalau menggunakan Bluetooth 5.0. Kabar baiknya, fitur stereo pairing masih didukung, dan pengguna bisa menggandengkan Beolit 20 dengan Beolit 17 jika mau.

Saat ini Beolit 20 sudah dijual dengan harga $500, alias sama persis seperti harga perdana pendahulunya. Kombinasi warna yang tersedia ada dua: silver dengan aksen beige, dan hitam dengan aksen biru.

Sumber: The Verge.

Bang & Olufsen Ungkap Beoplay H95, Headphone Wireless Noise Cancelling Seharga $800

Bang & Olufsen punya headphone wireless baru, dan mengingat ini tahun 2020, active noise cancellation (ANC) tentu menjadi salah satu suguhan utama perangkat bernama Beoplay H95 ini. Bukan sembarang ANC, melainkan yang bersifat adaptif dan dapat menyesuaikan sendiri intensitasnya berdasarkan tingkat kebisingan di sekitar.

Alternatifnya, intensitas ANC-nya juga bisa disesuaikan secara manual, dan cara mengaturnya pun juga menjadi daya tarik tersendiri, sebab sisi luar kedua earcup-nya dikitari oleh kenop yang dapat diputar; kiri untuk membesar-kecilkan volume, kanan untuk mengontrol seberapa agresif perangkat mengeliminasi suara-suara dari sekitar.

B&O bilang inspirasinya berasal dari focus ring pada lensa kamera, dan kita bisa lihat itu dari tekstur bergerigi pada kenopnya. Meski demikian, kalau Anda rutin mengikuti perkembangan produk-produk audio, Anda pasti tahu bahwa B&O bukan yang pertama menerapkannya. Sebelum ini, Microsoft sudah lebih dulu mengimplementasikan mekanisme yang sama persis pada dua generasi Surface Headphones.

Nama Beoplay H95 sendiri dipilih dalam rangka merayakan hari jadi B&O yang ke-95, dan dari situ kita tidak perlu terkejut kalau desainnya benar-benar dibuat sepremium mungkin. Material mewah macam kulit domba asli dipercaya membalut bantalan telinganya, dan bantalan yang gemuk ini bisa dilepas/dipasang secara magnetis.

Di balik masing-masing earcup-nya, bernaung driver titanium berdiameter 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 22.000 Hz. Kualitas suaranya semestinya tidak perlu diragukan lagi jika melihat pengalaman panjang B&O di industri audio, apalagi saat dipadukan dengan noise cancelling yang efektif.

Perangkat mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.1, dan baterainya diklaim bisa tahan sampai 38 jam pemakaian nonstop. Kalau sedang sendirian di rumah dan tidak perlu menyalakan ANC, baterainya malah bisa terus bertahan sampai 50 jam.

Terlepas dari semua kelebihannya, Beoplay H95 bukan untuk semua orang. Pasalnya, harganya kelewat mahal di angka $800. Bandingkan dengan Sony WH-1000XM4 – yang sendirinya sudah termasuk cukup premium – yang dibanderol $350 (Rp 5 juta di Indonesia). Jadi kalau Anda punya modal $800, Anda pilih satu unit Beoplay H95, atau dua unit Sony WH-1000XM4 plus mungkin satu TWS kelas menengah?

Sumber: The Verge.

Bang & Olufsen Sedang Garap Perangkat Gaming Audio Premium untuk Xbox

Bang & Olufsen sedang bersiap untuk terjun ke ranah gaming. Namun ketimbang bekerja sendiri, dedengkot audio asal Denmark itu memilih berkolaborasi dengan Xbox.

Tanpa harus terkejut, produk gaming B&O ini disebut bakal menyasar segmen high-end, dengan fokus pada aspek kualitas suara, desain, dan craftsmanship. Timing-nya tentu sudah diperhitungkan; produk baru ini semestinya bakal meluncur berbarengan dengan Xbox Series X.

Kolaborasi langsung dengan Xbox ini nantinya bakal berujung pada label “Designed for Xbox”, yang pada dasarnya bisa kita lihat sebagai jaminan atas kompatibilitas dan konektivitas yang seamless, serta pengalaman penggunaan yang lebih baik.

Awalnya saya menduga perangkat yang digarap merupakan sebuah soundbar, tapi kemudian di siaran persnya, Matt Kesselring selaku Head of Hardware Partnerships Xbox menyinggung soal perangkat yang siap “mendampingi pemain ke mana saja mereka pergi”. Headset wireless? Sepertinya begitu.

B&O cukup antusias melihat pasar perangkat gaming, yang menurut mereka terus bertumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun yang mungkin menjadi pertanyaan adalah, mengapa harus bermitra dengan Xbox?

B&O hanya bilang bahwa Xbox merupakan partner yang ideal buat merealisasikan potensi besarnya di industri gaming. Namun kalau saya boleh menebak, alasannya adalah supaya produk mereka bisa lebih dilirik oleh konsumen. Produk yang kelewat mahal mungkin bakal kurang dilirik, dan di sinilah kemitraannya dengan Xbox bakal membantu.

Dengan mengusung label “Designed for Xbox”, perangkat gaming audio B&O ini bakal terkesan seperti produk dari pihak pertama, dan itu semestinya akan lebih mengundang perhatian. Ini penting mengingat B&O membidik segmen high-end, yang sendirinya tentu tidak seramai segmen di bawahnya.

Sumber: TechRadar.