Catapa Hadirkan HelpGPT untuk Perkuat Solusi HR

Pengembangan teknologi kecerdasan buatan kini telah menjangkau berbagai sektor, termasuk human resources (HR). Salah satu pengembang Human Resources Intelligence System (HRIS) jebolan inkubasi GDP Ventures, Catapa meluncurkan HelpGPT, aplikasi berbasis chatGPT yang menyediakan informasi penggajian pajak dan peraturan ketenagakerjaan dalam Bahasa Indonesia.

Berdasarkan data internal periode Januari-April 2023, sekitar 60% pertanyaan pelanggan yang masuk ke CATAPA merupakan pertanyaan bersifat berulang, dengan jawaban yang dapat diakses dengan mudah di Pusat Bantuan. Asumsinya, Customer Support memerlukan satu menit untuk menangani setiap pertanyaan berulang ini, yang berarti lebih dari 2.500 menit waktu dihabiskan untuk penanganan manual.

Perhitungan ini mendorong perusahaan merespons kebutuhan untuk menjawab pertanyaan berulang ini dengan menciptakan efisiensi bagi tim customer support melalui HelpGPT.

CATAPA sudah memulai adaptasi teknologi AI dari beberapa tahun lalu. Salah satunya adalah asisten virtual Claudia yang hadir dalam messaging platform, seperti WhatsApp, Telegram, Facebook Messenger, LINE, dan Slack. Tugas utamanya adalah menangani kebutuhan karyawan, seperti melihat saldo cuti, pertanyaan tentang cuti bersama, dan persetujuan cuti.

Dalam wawancara terpisah dengan DailySocial.id, Founder & CEO Catapa Stefanie Suanita mengungkapkan HelpGPT berperan sebagai Virtual Customer Support yang menangani pertanyaan-pertanyaan yang berulang dari pelanggan, seperti implikasi regulasi dari pemerintah atau tutorial dalam pemanfaatan fitur di CATAPA. “Baik Claudia maupun HelGPT ditujukan untuk membantu HR dan karyawan,” tegasnya.

Stefanie juga mengatakan CATAPA memiliki pondasi AI yang kuat, oleh karena itu pengerjaan HelpGPT di CATAPA memakan waktu hanya beberapa bulan mulai dari proses investigasi sampai diluncurkan. Dalam prosesnya sendiri, tim CATAPA menemukan beberapa poin penting.

Pengembangan aplikasi berbasis AI memerlukan internasionalisasi dan lokalisasi agar AI bekerja secara optimal di setiap negara. Internasionalisasi memungkinkan adaptasi yang mudah ke berbagai bahasa dan wilayah, sementara lokalisasi menyesuaikan perangkat lunak untuk bahasa dan konvensi tertentu.

Dalam konteks lokalisasi, AI sangat bergantung pada data lokal, seperti bahasa, dialek, slang, aspek budaya, penggajian, dan peraturan pajak, termasuk hukum ketenagakerjaan, yang bervariasi dari negara ke negara. Masing-masing pemerintahan mungkin memerlukan solusi yang berbeda-beda atau dikustomisasi untuk bisa efektif di negaranya.

Peningkatan layanan pusat bantuan CATAPA dengan ChatGPT memberikan dua manfaat, yaitu meningkatkan pengalaman pelanggan dan efisiensi. Pusat Bantuan berbasis ChatGPT tersedia 24/7 untuk melayani pengguna dengan lebih cepat dan lebih baik. Selain itu, otomatisasi dukungan untuk pertanyaan yang berulang dan menghemat setidaknya 2.500 menit per bulan.

AI dalam human resources

Dewasa ini, pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan semakin luas dan signifikan. Dalam lingkup human resources (HR), kecerdasan buatan (AI) berperan dalam membantu HR dalam menjawab pertanyaan terkait peraturan pemerintah, peraturan perusahaan, juga mengambil bagian dalam proses rekrutmen dan manajemen kinerja.

Di sisi lain, AI juga berperan dalam menganalisis data karyawan, mengidentifikasi tren, serta memberikan wawasan yang berharga untuk membantu HR dalam pengambilan keputusan. Meski begitu, penting juga untuk mempertinbangkan isu-isu etika dan privasi yang terkait dengan penggunaan teknologi ini.

Perkembangan teknologi AI yang masif dan signifikan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa kelak kecanggihan ini dapat menggantikan fungsi manusia dalam pekerjaan. Namun, ungkap Stefanie, “yang benar adalah AI hanya akan menggantikan manusia yang tidak memanfaatkan AI dalam menjalankan pekerjaannya.”

Dari sisi produk, perusahaan juga menghadirkan beberapa fitur baru, di antaranya tax simulator yang dapat digunakan untuk membantu perusahaan melalui simulasi total pajak yang perlu dibayarkan karyawan. Selain itu, juga ada organization chart yang menampilkan visualisasi reporting structure yang ada di perusahaan dengan struktur organisasi di CATAPA.

Visualisasi reporting structure perusahaan melalui Organization Structure / Sumber: CATAPA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selain Catapa, di Indonesia sendiri juga ada beberapa setartup yang menawarkan layanan untuk HR seperti Mekari, Skuad, juga Venteny  yang belum lama ini resmi IPO dan berhasil meraup dana sekitar Rp339 miliar. Beberapa perusahaan job marketplace juga mulai masuk ke ranah HR, seperti Job2Go.

Mengulas Tren Teknologi Sistem Manajemen SDM Bersama CATAPA

Peran teknologi untuk mendemokratisasi proses bisnis perusahaan kian meluas, tak terkecuali dalam divisi sumber daya manusia (SDM). Sejatinya, produk teknologi untuk sistem informasi SDM (Human Resources Management System – HRIS) sudah banyak dijajakan di pasaran, khususnya dari vendor luar negeri. Namun karena keterbatasan yang ada, baik dari sisi fitur maupun tahapan implementasinya, masih banyak aktivitas SDM perkantoran yang dikerjakan secara manual. Contohnya pengajuan cuti dengan formulir kertas, proses screening kandidat, sampai penggajian yang ditransfer manual.

Di samping itu, kultur di setiap negara bisa jadi berbeda, sehingga sangat penting bagi pengembang sistem untuk memahami kebutuhan dan pengalaman pengguna yang diharapkan. Ini menjadi peluang bagi startup lokal untuk berinovasi dengan pemahaman yang dimiliki. Berbentuk Software as a Services (SaaS), sudah ada beberapa produk HRIS yang dikembangkan oleh pemain lokal, salah satunya CATAPA. Startup yang dinakhodai oleh Stefanie Suanita (Founder & CEO) ini terbilang cukup gesit dalam melakukan pengembangan produk; di masa pandemi lalu, mereka meluncurkan beberapa fitur untuk penyesuaian.

Salah satunya CATAPA Safe, yakni sebuah aplikasi yang berfungsi mengidentifikasi jarak antar karyawan selama berada di area kerja. Dirilis sejak April 2020, layanan ini memiliki tiga tujuan utama, yakni melakukan Track, Trace, dan Isolate. Apabila ada karyawan yang positif Covid-19, perusahaan dapat melacak siapa yang pernah melakukan kontak dengan karyawan bersangkutan selama 14 hari ke belakang untuk segera diisolasi.

CATAPA Safe

Selain itu, untuk mendukung kegiatan work from home atau remote working, dirilis juga CATAPA Contactless Attendance. Aplikasi presensi yang memungkinkan tim SDM mendeteksi keabsahan mereka dengan melihat foto sampai lokasi bekerjanya.

CATAPA Contacless Attendance

DailySocial berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Stefanie, membincangkan isu-isu dalam kebutuhan SDM perusahaan dan tren teknologi yang akan mentransformasi HRIS di Indonesia.

Permasalahan dalam sistem SDM tradisional

Menurut Stefanie, ada beberapa urgensi yang membuat perusahaan mulai mempertimbangkan layanan digital untuk menunjang HRIS. Pertama, dari sistem yang sudah ada masih banyak aspek yang dikerjakan manual, seperti yang disebutkan di awal tadi.

“Banyak perusahaan yang masih pakai Excel untuk pengajuan cuti, isunya akan terjadi single point of failure. Berkas dan knowledge-nya hanya tersimpan di laptop satu orang tim HR saja. Akan terjadi permasalahan jika orang tersebut sakit atau bahkan keluar dari kantor,” kata Stefaine.

Ia melanjutkan, “Belum lagi kalau menyangkut urusan payroll. Mungkin untuk karyawan yang gaji bulanannya tergolong besar, transferan telat beberapa jam tidak terlalu berdampak. Tapi ada beberapa karyawan dengan gaji pas-pasan yang sangat bergantung dengan pemasukan tersebut. Delay satu-dua jam menjadi sangat berpengaruh bagi mereka.”

Kedua, layanan HRIS canggih yang ada biasanya cenderung mahal. Terlebih lagi yang dari vendor internasional, banyak yang belum memberikan dukungan penuh dengan kultur kerja di sini – misalnya sistem payroll yang disesuaikan beleid perpajakan di Indonesia, atau terintegrasi dengan sistem pembayaran di Indonesia. Kemudian yang ketiga terkait dukungan penggunaan; banyak perusahaan yang bilang ke Stefanie berpindah ke layanan HRIS lokal karena menginginkan dukungan penggunaan yang lebih cepat.

Sebagai SaaS, CATAPA mengenakan biaya berlangganan per karyawan dengan biaya sekitar 12 ribuan. Stefanie mengklaim, dengan transformasi digital di ranah sistem SDM dapat menghemat biaya sampai 120 juta Rupiah per tahun dan penghematan waktu hingga 12 ribu menit. Karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk pengadaan infrastruktur dan pekerja tambahan.

Tren teknologi HRIS

Spesifik untuk penunjang HRIS, Stefanie mengungkapkan ada tiga teknologi yang akan membentuk tren di 2021. Pertama, penggunaan cloud-based HRIS yang makin masif. Menurut Gartner Report, 55% revenue HRIS datangnya dari solusi berbasis cloud. Mengindikasikan peminat yang semakin besar.

“Kalau dulu, banyak yang maunya sistem HRIS di-host di server lokal karena khawatir akan keamanan data. Tapi sekarang paradigmanya sudah mulai berubah. Layanan cloud HRIS CATAPA bahkan menawarkan sistem keamanan military grade. Dengan cloud, perusahaan bisa scale lebih cepat dengan biaya terjangkau tanpa harus berinvestasi besar di server dan engineer,” ujar Stefanie.

Tren selanjutnya adalah terkait Employee Wellness System, yakni serangkaian program atau aktivitas untuk mendukung lingkungan kerja sehat. Contohnya ada kebutuhan tim SDM melakukan survei harian, untuk memantau kondisi kesehatan dan tingkat kebahagiaan karyawan untuk menjaga produktivitasnya. Bahkan di saat-saat sekarang ini, catatan suhu tubuh harian juga menjadi salah satu yang diupayakan untuk memantau para karyawan.

“Sepanjang pandemi ini, produk CATAPA Safe banyak diminati. Layanan ini memang dikembangkan salah satunya untuk menunjang lingkungan kerja yang lebih sehat di tengah pandemi,” imbuhnya.

CATAPA Chatbot

Kemudian tren teknologi terakhir adalah HRIS yang memberdayakan kecerdasan buatan. Fitur-fitur seperti chatbot, facial recognition, hingga optical character recognition akan makin masif diimplementasikan ke dalam sistem.

“Misalnya kami di CATAPA menerapkan OCR untuk menghadirkan fitur resume parser, membantu tim HR melakukan seleksi kandidat secara cepat. Resume atau CV yang masuk tidak perlu dibaca satu per satu, langsung dapat diseleksi sesuai kriteria. Teknologi tersebut juga bisa digunakan untuk mempermudah proses reimbursement dengan men-scan kuitansi belanja yang hendak dilaporkan,” jelas Stefanie.

Perkembangan bisnis CATAPA

Sejauh ini, CATAPA telah melayani lebih dari 30 ribu pengguna, tersebar di seluruh Indonesia. Stefanie bercerita, pandemi ini mendorong digitalisasi di berbagai kota, sehingga turut mendatangkan banyak klien baru perusahaan-perusahaan di luar Jawa. Pihaknya juga masih terus fokus mengembangkan use case sembari melakukan edukasi terkait inovasi-inovasi teknologi dalam sistem HR.

“Ketika berhadapan dengan orang HR, akan lebih relevan bicaranya tentang use case, menempatkan layanan kita di sisi mereka dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Misalnya chatbot, alih-alih menjelaskan kecanggihan teknologinya, kita lebih senang menerangkan fungsionalitasnya yang dapat membantu HR menjawab inquiry dari karyawan untuk pertanyaan umum seperti sisa cuti, aturan baru, saldo BPJS dll,” kata Stefanie.

Tim pengembang CATAPA / CATAPA
Tim pengembang CATAPA / CATAPA

Selain layanan siap pakai yang bisa digunakan HR secara instan, CATAPA juga memiliki stack teknologi yang direpresentasikan dalam Application Programming Interface (API). Salah satu misi utamanya untuk membentuk ekosistem di platform CATAPA.

“API juga memungkinkan layanan CATAPA untuk terintegrasi dengan HRIS yang sudah ada, termasuk terintegrasi dengan mitra penyedia HRIS lainnya, misalnya sistem ERP internasional,” imbuhnya.

Ia juga menceritakan, bahwa pelanggan CATAPA bisa memilih layanan yang dibutuhkan saja, tidak harus menggunakan sistem secara keseluruhan. Hal ini bisa memungkinkan proses transisi dilakukan secara bertahap dan parsial. “Misalnya ada sebuah Bank yang hanya ingin menggunakan chatbot kita untuk melayani karyawannya secara efisien, itu juga bisa dilakukan. Ada juga saat awal Covid-19 kemarin perusahaan yang hanya ingin memakai layanan CATAPA Safe saja.”

Tahun 2021, CATAPA masih akan memfokuskan pada pertumbuhan bisnis, dengan menjaring lebih banyak perusahaan untuk menggunakan layanannya. Portofolio GDP Venture tersebut juga mengatakan masih akan fokus memperluas kemitraan dengan rekanan strategis, alih-alih melakukan penggalangan dana. “Untuk fundraising no, but yes for mutual partnership. Kita masih ingin memperkuat ekosistem fitur di CATAPA,” tutup Stefanie.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini merupakan hasil bentuk kerja sama antara DailySocial dan CATAPA

Gambar Header: Depositphotos.com

CATAPA Focuses on Relevant HR Solution Amid Pandemic

Recently, the HR solutions provider and payroll CATAPA launched a new program called #CATAPAFreeforUMKM. Through this program, Indonesian SMEs can get free access to their services. This is one of the company’s new initiatives in the last six months since the Covid-19 outbreak.

CATAPA’s Founder & CEO Stefanie Suanita acknowledged that the pandemic had both positive and negative impacts on her business. “The negative impact is due to CATAPA’s subscription business model for employees per month,” Stefanie told DailySocial.

It is said during the last few months, corporations in Indonesia have had to hold/reduce their budget for efficiency. Not a few business people – even small to large scale – are forced to lay off their employees.

On the other hand, he continued, this pandemic is forcing the business sector to perform digital transformation. This is because many companies implement Work From Home (WFH) during a pandemic which results in Human Resource (HR) activities must be performed outside the office.

“In this situation, many companies need payroll processing that can be done outside the office, such as at home,” he added.

Stefanie sees this situation as a positive impact because it presents opportunities. For example, an attendance solution can be monitored easily. She also mentioned, there are still many companies that have an attendance system using a fingerprint machine. Meanwhile, this device has the potential to become a medium for virus transmission because of the touching system.

Then the solution for approval of leave or overtime can be processed paperless and from anywhere. From the various possibilities above, his team tries to accommodate the demand of corporations in Indonesia.

“For now, we put more energy into features that are relevant to current conditions. The key is speed and adaptability. This means that CATAPA seeks to launch products or programs that are relevant to current conditions quickly,” she said.

Meanwhile, the #CATAPAFREEforUMKM program which was launched on September 1, is intended only for MSMEs with a maximum number of employees of 20 people. Stefanie said that this program is valid until August 31, 2021. However, it does not rule out the possibility of this program being extended if the enthusiasts continue to grow.

MSMEs will get free access to CATAPA Basic services which include payroll solutions, Time Management (employee attendance management), Employee Self Service / ESS (time management submission and approval portals, company information, and employee data), and Claudia Chatbot.

Previously, CATAPA had also launched a number of initiatives during the pandemic. For example, CATAPA Safe, an application that serves to identify distances between employees while in the work area.

The application, which was released in April 2020, has three main features, Track, Trace, and Isolate. If there are employees who are positive for Covid-19, the company can trace who has been in contact with the employee in question for the past 14 days for immediate isolation.

CATAPA was founded in 2017 and is one of the companies under GDP Venture. As of August 2020, CATAPA users have experienced a growth of more than 300 percent since its inception.

As a general note, the Minister of Cooperatives & Small and Medium Enterprises, Teten Masduki, previously predicted that as many as 50 percent of MSME businesses in Indonesia would go out of business due to the Covid-19 pandemic. The government has also disbursed Rp. 123 trillion for the UMKM assistance program.

As reported by Kompas.com, Workday’s latest report notes that as many as 50 percent of companies in Indonesia prioritize digital transformation, while 31 percent of them actually slow down this effort.

In addition, as many as 41 percent of companies in Indonesia have had difficulty managing new ways of tracing the licensing chain and other operational activities due to the pandemic. This report also states that the company’s ability to utilize digital means is one of the biggest challenges in implementing digital transformation during a pandemic.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

CATAPA Fokuskan pada Kebutuhan Solusi HR yang Relevan Selama Pandemi

Beberapa waktu lalu, penyedia solusi HR dan payroll CATAPA meluncurkan program baru bernama #CATAPAFreeforUMKM. Lewat program ini, UMKM di Indonesia mendapatkan akses gratis pada layanan mereka. Ini merupakan satu dari sekian inisiatif baru perusahaan dalam enam bulan terakhir sejak mewabahnya Covid-19.

Founder & CEO CATAPA Stefanie Suanita mengakui bahwa pandemi membawa dampak positif dan negatif terhadap bisnisnya. “Dampak negatifnya, ini berpengaruh ke bisnis kami karena model bisnis CATAPA adalah biaya berlangganan per karyawan per bulan,” ungkap Stefanie dalam pernyataannya kepada DailySocial.

Hal ini karena selama beberapa bulan terakhir korporasi di Indonesia harus menahan/mengurangi budget demi efisiensi. Tak sedikit pelaku bisnis–berskala kecil hingga besar sekalipun–terpaksa harus merumahkan karyawannya.

Di sisi lain, lanjutnya, pandemi ini memaksa sektor bisnis untuk melakukan transformasi digital. Hal ini karena banyak perusahaan memberlakukan Work From Home (WFH) selama pandemi yang mengakibatkan aktivitas Human Resource (HR) harus dilakukan di luar kantor.

“Dengan situasi ini, banyak perusahaan jadi memerlukan proses penggajian yang dapat dilakukan di luar kantor, seperti di rumah,” tambahnya.

Stefanie melihat situasi ini sebagai dampak positif karena memunculkan peluang. Misalnya, solusi pencatatan kehadiran yang dapat dimonitor dengan mudah. Menurutnya, masih banyak perusahaan yang memberlakukan sistem absensi dengan menggunakan fingeprint machine. Sementara, perangkat ini berpotensi menjadi media penularan virus karena banyaknya sentuhan.

Kemudian solusi untuk persetujuan cuti atau lembur yang bisa diproses secara paperless dan dari mana saja. Dari berbagai kemungkinan di atas, pihaknya berupaya mengakomodasi kebutuhan korporasi di Indonesia.

“Untuk saat ini, kami put more energy pada fitur-fitur yang relevan dengan kondisi saat ini. Kuncinya adalah speed dan adaptability. Artinya, CATAPA berupaya meluncurkan produk atau program yang relevan dengan kondisi saat ini dengan cepat,” tuturnya.

Adapun, program #CATAPAFREEforUMKM yang meluncur  pada 1 September lalu, diperuntukkan hanya untuk UMKM dengan jumlah karyawan maksimal 20 orang. Stefanie menyebutkan bahwa program ini berlaku sampai 31 Agustus 2021. Namun tidak menutup kemungkinan program ini diperpanjang apabila peminatnya terus bertambah.

UMKM akan mendapat akses gratis untuk layanan CATAPA Basic yang mencakup solusi payroll, Time Management (pengelolaan kehadiran karyawan), Employee Self Service/ESS (portal pengajuan dan persetujuan time management, informasi perusahaan, dan data karyawan), dan Claudia Chatbot.

Sebelumnya, CATAPA juga telah meluncurkan sejumlah inisiatif selama masa pandemi. Misalnya, CATAPA Safe, sebuah aplikasi yang berfungsi untuk mengidentifikasi jarak antar-karyawan selama berada di area kerja.

Aplikasi yang dirilis pada April 2020 ini memiliki tiga tujuan utama, yakni Track, Trace, dan Isolate. Apabila ada karyawan yang positif Covid-19, perusahaan dapat melacak siapa yang pernah melakukan kontak dengan karyawan bersangkutan selama 14 hari ke belakang untuk segera diisolasi.

CATAPA berdiri pada 2017 dan merupakan salah satu perusahaan di bawah naungan GDP Venture. Per Agustus 2020, pengguna CATAPA telah mengalami pertumbuhan lebih dari 300 persen sejak pertama berdiri.

Sebagaimana diketahui, sebelumnya Menteri Koperasi & UKM Teten Masduki memprediksi sebanyak 50 persen bisnis UMKM di Indonesia bakal gulung tikar akibat pandemi Covid-19. Pemerintah pun telah mengucurkan sebesar Rp123 triliun untuk program bantuan UMKM.

Dilansir Kompas.com, laporan terbaru Workday mencatat sebanyak 50 persen perusahaan di Indonesia memprioritaskan transformasi digital, sedangkan 31 persen di antaranya justru memperlambat upaya ini.

Selain itu, sebanyak 41 persen perusahaan di Indonesia kesulitan mengelola cara-cara baru dalam merunut rantai perizinan dan kegiatan operasional lain karena pandemi. Laporan ini juga menyebutkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sarana digital menjadi salah satu tantangan terbesar dalam melaksanakan transformasi digital di masa pandemi.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Inovasi dan Tantangan Platform SaaS HR

Platform manajemen sumber daya manusia (Human Resources / HR) di Indonesia bukan hal baru. Gadjian, Talenta, Jojonomic, Catapa, KaryaOne, dan Benemica adalah contoh sederet nama yang menawarkan solusi untuk perusahaan atau organisasi dalam mengelola karyawan. Solusinya bukan hanya urusan pendataan, tetapi juga integrasi dan mobilitas. Dari sanalah lahir inovasi dan kolaborasi–dua hal krusial bagi startup untuk bisa mempertahankan eksistensinya.

Gadjian dan Catapa berkenan membagikan pengalaman mereka sepanjang tahun 2019 kepada DailySocial. Bagi keduanya, memenuhi kebutuhan pasar masih menjadi hal yang utama, sembari terus mengeksplorasi teknologi terkini yang bisa diimplementasi.

Co-founder dan CEO Gadjian Afia Fitriati menceritakan, tahun 2019 merupakan tahun yang penuh akan tantangan sekaligus juga capaian. Bagi Afia dan tim, Pasar HR adalah pasar berbasis kepercayaan dan di tahun ini mereka berhasil mendapatkannya.

“Di 2 tahun awal kami beroperasi, sebagai pemain baru kami belum mendapatkan kepercayaan itu. Tapi di 2019, kami mulai dikenal sehingga mulai banyak brandbrand besar bahkan BUMN menggunakan aplikasi-aplikasi kami untuk mengelola HR,” cerita Afia.

Sementara bagi Catapa, selain tim dan produk yang semakin matang tahun ini, Catapa resmi memiliki call center dan juga berhasil menggelar Catapa Talk, sebuah ajang yang banyak memberikan masukan bagi tim Catapa untuk lebih baik ke depannya.

“Di tahun 2019 kami establish call center di 150150 guna terus meningkatkan layanan kepada customer Catapa. Dan untuk pertama kalinya di tahun 2019, Catapa mengadakan Catapa Talk yang mengundang para praktisi HR terpilih. Feedback-nya sangat baik. Kami berencana untuk mengadakan Catapa Talk selanjutnya di 2020,” terang CEO Catapa Stefanie Suanita.

Tantangan yang dihadapi

Solusi HR yang ditawarkan Gadjian dan Catapa dari awal menyasar bermacam-macam jenis organisasi. Hal yang wajib dijaga dari solusi-solusi yang ada adalah performa yang tetap stabil dan pengalaman yang membantu atau memudahkan. Belum lagi kompleksitas layanan yang ada.

Bagi Catapa, dua hal penting yang masih menjadi tantangan adalah mengedukasi pasar dan menghadapi keengganan berubah. Tradisi yang sudah lama terjaga mau tidak mau harus diperbarui dengan teknologi. Catapa yang sejak awal mencoba memperkenalkan HRIS (Human Resource Intelligent System) berusaha keras untuk mengedukasi pasar pentingnya pengelolaan HR mumpuni.

“Oleh karena itu, ada setiap kesempatan public talk atau pun pitching, Catapa berusaha menyampaikan pesan pentingnya peran HR di dalam suatu perusahaan dan dengan dukungan HRIS yang tepat perusahaan akan bergerak semakin dekat dengan tujuan perusahaan,” terang Stefanie.

Sementara bagi Gadjian, yang sudah lebih dulu berada di industri, konsistensi menjadi hal yang cukup krusial. Dalam hal ini yang menjadi fokus utama adalah menjaga layanan tersedia dan berkeja dengan baik ketika pengguna membutuhkan.

“Tantangan yang kami hadapi adalah memastikan produk dan layanan kami terus berjalan dengan baik demi menjaga kepercayaan customer. Produk-produk kami cukup kompleks dan digunakan secara rutin oleh customer sehingga tantangan ini terkadang tidak mudah. Contohnya saja aplikasi absensi kami, Hadirr, yang digunakan oleh puluhan ribu karyawan minimal dua kali sehari setiap hari, atau Gadjian yang tiap bulan diakses untuk mengelola gaji. Sedikit saja ada kesalahan, pasti customer complain,” terang Afia.

Catapa HRIS

Inovasi: Benefide dan Claudia

Baik Gadjian maupun Catapa belum selesai dengan inovasi. Kedua masih fokus pada fitur atau layanan terbaru yang disiapkan untuk memanjakan pengguna masing-masing.

Gadjian, di akhir 2019 ini memberkenalkan Benefide, sebuah platform yang akan melengkapi ekosistem layanan Gadjian yang sebelumnya diisi layanan manajemen karyawan Gadjian dan manajemen absensi Hadirr.

Di akhir 2019 kami baru saja meluncurkan inovasi terbaru kami, yaitu platform benefit karyawan Benefide. Selama ini, fokus kami lebih melayani manajemen dan bagian HR dalam manajemen SDM dengan Gadjian dan Hadirr. Dengan Benefide, kami memperluas cakupan layanan kami, bukan saja melayani perusahaan, tapi juga melayani karyawan dengan paket benefit yang lebih baik agar lebih produktif dan betah bekerja,” terang Afia.

Inovasi juga terus jadi strategi Catapa. Terbaru mereka memperkenalkan Claudia, sebuah chatbot yang bisa berperan sebagai sekretaris pribadi bagi setiap orang di perusahaan. Karena bisa membantu karyawan dalam mengajukan cuti, menyetujui permintaan cuti, dan lainnya. Ini merupakan salah satu fitur terbaru hasil dari implementasi teknologi AI.

“Selain Claudia, akan ada penawaran menarik dari partner Catapa bagi perusahaan dan karyawan yang menggunakan Catapa seperti karyawan dapat membeli asuransi perjalanan dengan harga yang lebih terjangkau,” jelas Stefanie.

Catapa Implements Artificial Intelligence, Offering “Human Resources Intelligent System”

In its development, artificial intelligence (AI) implementation is getting broader and specific, for business in particular. One of the examples is Catapa, by presenting a smart system to support human resource division at the office.

A graduate from GDP Venture incubation has developed a Human Resources Intelligent System that serves various employee requirements, such as data management, payroll, taxes, and insurance.

In addition to the employee dashboard, Catapa’s Founder & CEO, Stefanie Suanita said, what distinct its platform with others in general is, they’ve applied Artificial Intelligence. One of those is represented in the form of virtual assistant named “Claudia”, with interactive design to help employees submitting leave, overtime work, and others.

The chatbot can be integrated to Facebook Messenger, LINE, Slack, or Telegram for business.

Claudia, a virtual assistant for employee issues related to HR
Claudia, a virtual assistant for employee issues related to HR

 

As the usual SaaS (Software as a Service), Catapa subscription model is quite flexible, accumulated based on usage. In its implementation, the system will automatically count the payment/deduction for BPJS Kesehatan (Health) and Ketenagakerjaan (Employee), including PPh 21 accumulation for employee taxes. Catapa platform has also fully integrated with Klik BCA Bisnis.

Currently, there are some modules ready to be attached to the system. Starts from Recruitment for new employees, Time Management to manage absence and leaves. Also, Talent Management module to monitoring some actions related to the staff competency, and Reimbursement for any kinds of business-related submission or reimbursement.

Catapa was founded on April 21st, 2017. Stefanie said, they’ve handled thousands of payslips every month from various business users. In order to improve features, integration with “sister company” and other supporting platform is being developed to facilitate users in the near future.

The other highlight of Catapa is about data security and privacy. In the release, they guarantee the secure Personally Identifiable Information (PII) by adding the basic data encryption (communication apps), server (communication client), Network Demilitarized Zone (DMZ) implementation, and avoid data loss (disaster recovery).

Aside from Catapa, there are some startups providing digital services for employee-related needs. There are GreatDay HR, Talenta, Gadjian, Mekari, Jojonomic, and others.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Terapkan Kecerdasan Buatan, Catapa Tawarkan “Human Resources Intelligent System”

Seiring perkembangannya, penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI) mulai meluas dan spesifik, khususnya untuk bisnis. Salah satunya seperti yang dilakukan Catapa dengan menghadirkan sistem cerdas untuk membantu divisi sumber daya manusia di perkantoran.

Startup hasil inkubasi GDP Venture tersebut mengembangkan sebuah Human Resources Intelligent System yang melayani berbagai kebutuhan kepegawaian, seperti pengelolaan data personalia, penggajian, perpajakan, hingga tanggungan asuransi.

Selain dasbor kepegawaian yang dapat dikelola perusahaan, Founder & CEO Catapa Stefanie Suanita menjelaskan, pembeda utama platformnya dengan sistem informasi kepegawaian pada umumnya ialah mereka telah mengaplikasikan AI. Salah satunya direpresentasikan dalam bentuk asisten virtual bernama “Claudia”, didesain interaktif agar membantu karyawan dalam pengajuan cuti, persetujuan lembur dll.

Chatbot tersebut dapat diintegrasikan dengan Facebook Messenger, LINE, Slack atau Telegram yang digunakan perusahaan.

Claudia Chatbot
Claudia, asisten virtual untuk membantu kebutuhan karyawan terkait HR

Layaknya SaaS (Software as a Services), model berlangganan Catapa cukup fleksibel, dihitung berdasarkan penggunaan. Saat diaplikasikan ke bisnis, sistem juga dapat secara otomatis melakukan perhitungan pembiayaan/potongan untuk BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, termasuk melakukan perhitungan PPh 21 untuk pajak pegawai. Platform Catapa juga sudah terintegrasi penuh dengan Klik BCA Bisnis.

Beberapa modul pendukung telah dimiliki dan dapat ditambahkan ke sistem. Mulai dari modul Recruitment untuk proses perekrutan pegawai baru, Time Management untuk mengelola data kehadiran dan pengajuan cuti. Ada juga modul Talenet Management untuk mengelola berbagai hal terkait pengembang kompetensi pegawai, dan Reimbursement untuk pengajuan pengajuan atau pengembalian dana keperluan pekerjaan.

Catapa dirilis pertama kali pada 21 April 2017. Menurut pemaparan Stefanie, saat ini Catapa telah menangani ribuan playslip setiap bulan dari berbagai pengguna bisnis. Untuk meningkatkan fitur, integrasi dengan “sister company” dan platform pendukung lainnya tengah dilakukan sehingga ke depannya dapat memudahkan pengguna.

Hal lain yang turut menjadi perhatian dari pengembang Catapa ialah mengenai keamanan dan privasi data. Dalam keterangannya, pihaknya menjamin keamanan Personally Identifiable Information (PII) dengan membubuhkan enkripsi basis data (komunikasi apps), server (komunikasi client), implementasi Network Demilitarized Zone (DMZ), dan pencegahan terhadap kehilangan data (disaster recovery).

Selain Catapa, di Indonesia sudah ada beberapa startup yang menyajikan layanan digital untuk kebutuhan kepegawaian. Ada GreatDay HR, Talenta, Gadjian, Mekari, Jojonomic dan sebagainya.