Rencana Happy5 Setelah Akuisisi SugarOKR, Kebut Ekspansi di Amerika Serikat

Startup pengembang SaaS untuk pengaturan workflow bisnis Happy5 resmi mengakuisisi pemain serupa asal Singapura, SugarOKR. Aksi korporasi ini pertama kali diwartakan oleh e27. Salah satu tujuannya untuk mendukung ekspansi pasar Happy5, khususnya di pasar Amerika Serikat (AS).

Happy5, didirikan pada 2013 di Jakarta oleh Doni Priliandi dan Reydi Sutandang, menyediakan perangkat lunak manajemen kinerja yang memungkinkan perusahaan membuat dan mengelola tujuan, proyek, dan tugas, serta melakukan ulasan kinerja karyawan di seluruh tim. Sementara itu, SugarOKR yang didirikan oleh Timothy Kua dan Mike Nguyen pada tahun 2019, menawarkan perangkat lunak pengaturan dan manajemen OKR (Objectives and Key Results).

“Terkait ekspansi ke Amerika Serikat, sekarang kami sedang menargetkan 20 pelanggan baru sampai awal tahun 2025. Di sana kami fokus ke mid-size tech company dengan 200-1000 pegawai […] Kami menyasar pelanggan Lattice, CultureAmp, atau Betterwork. Setelah target tersebut tercapai, baru akan melakukan fundraising untuk membangun tim sales dan customer success, juga membangun kemampuan AI,” ujar Doni.

Ia juga menjelaskan bahwa akuisisi ini bertujuan untuk mengonversi pelanggan SugarOKR yang ada ke platform Happy5. “SugarOKR memiliki basis pelanggan yang kuat dengan lebih dari 4.000 perusahaan dan 15.000 pengguna, serta nilai SEO yang substansial yang menarik lebih dari 2.000 pengunjung unik setiap bulannya,” ujarnya

Akuisisi ini juga diharapkan dapat meningkatkan posisi pasar Happy5 dan daya saingnya secara global, dengan fokus utama pada ekspansi di pasar AS yang lebih matang dan memiliki tingkat adopsi yang tinggi untuk SaaS.

Performa bisnis Happy5

Doni turut menyampaikan, sampai H1 2024 ini annual recurring revenue (ARR) perusahaan naik 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ia optimis sampai akhir tahun akan naik sampai 50%.

“Kita manage expectation bahwa total market untuk performance management di Indonesia kecil banget, bahkan di Asia, karena perbedaan working culture. Jadi fokus tahun ini akuisisi pelanggan di AS,” imbuhnya.

Dengan model B2B, bisnis Happy5 sudah mendulang profit sejak tahun ke-4 beroperasi. Pada wawancara di tahun 2019 lalu, Doni menyampaikan mereka melipatgandakan pendapatan menjadi $1,3 juta menghasilkan margin kotor 91% serta margin bersih berada di angka 5%.

“Tim kami membangun fundamental world class SaaS marketing practice untuk Happy5. Tidak hanya itu, kita ada rencana untuk konversi sebagian pengguna SugarOKR yang berasal dari AS untuk menjadi paying customer Happy5. Ada 500an tim dari AS yang pakai SugarOKR,” tutup Doni.

Talentlytica: Transformasi Digital dalam Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Peran tim SDM mengalami transformasi yang signifikan karena kini mereka tidak hanya berfokus pada administrasi, tetapi juga pada strategi bisnis. Para tim SDM didorong untuk mampu mengintegrasikan teknologi dalam setiap aspek pekerjaannya, mulai dari rekrutmen, pengembangan, hingga retensi karyawan.

Teknologi dibutuhkan sebab menyaring kualitas kandidat di tengah banyaknya informasi membuat proses rekrutmen jadi lebih kompleks. Ini baru membahas satu contoh tantangan saja. Para pemain startup berusaha memecahkan tiap masalah di lapangan dengan solusi-solusi yang mereka tawarkan, salah satunya adalah Talentlytica.

Sebagai permulaan, startup ini sudah berumur relatif lama, berdiri pada 2017 oleh Bagus Rahman Syah dan Aswin Januarsjaf. Sebelum sepakat mendirikan Talentlytica, keduanya bertemu dalam sebuah proyek yang melibatkan assessment engagement dan performance untuk salah satu lembaga pemerintahan.

Dari situ, mereka sepakat untuk memulai Talentlytica (PT Global Talentlytica Indonesia) yang berfokus pada pengembangan produk assessment berbasis teknologi. “Saya bertanggung jawab untuk mengembangkan teknologi, sementara Aswin membawa keahliannya dalam bidang psikometri dan HR,” kata Co-founder Talentlytica Bagus Rahman Syah saat dihubungi DailySocial.id.

Latar belakang Bagus dan Aswin cukup kuat di masing-masing bidangnya. Bagus sempat mendirikan Gagas Imaji, perusahaan IT yang berfokus pada pengembangan interactive new media dengan spesialisasinya dalam UX, interactive technology, web app development, digital product consultant, dan rapid prototyping. Perusahaan ini sudah berdiri sejak 2004 dan membantu perusahaan skala lokal dan internasional.

Sementara Aswin berpengalaman dalam bidang psikologi. Selama lebih dari 20 tahun, ia bekerja di berbagai anak usaha Grup Astra dan menjadi konsultan banyak perusahaan. Di dunia akademis, ia juga menjadi dosen untuk mata kuliah statistik. Ketertarikannya yang tinggi dalam pengolahan data, Aswin menciptakan beberapa software alat tes psikologi dan aplikasi SDM (workload analysis, talent mapping) yang telah digunakan banyak perusahaan.

Co-founder Talentlytica Bagus Rahman Syah / Talentlytica

Pengembangan produk

Bagus menjelaskan, Talentlytica memiliki product journey yang cukup panjang hingga akhirnya bisa diterima di pasar. Produk pertamanya adalah memindahkan tes psikologi dari format kertas (konvensional) ke format online. Respons yang didapat dari pasar ternyata tidak sebaik yang diharapkan.

“Kami belajar bahwa untuk menciptakan suatu produk yang dapat diterima oleh pasar, kami harus memahami permasalahan dan bisa memberikan solusi yang tepat kepada para profesional di bidang SDM. Caranya adalah dengan mendengarkan feedback dari customer.”

Masukan dari pengguna, lanjutnya, sangat membantu perusahaan dalam memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh manajemen SDM. Pihaknya dapat menajamkan produknya dan bisa mengembangkan fitur-fitur baru yang lebih relevan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dialami oleh manajemen SDM.

Feedback customer pun menjadi akar budaya Talentlytica dalam mengembangkan produk. Karena hal tersebut pula, kami dapat terus berkembang hingga saat ini dan telah mengembangkan lebih dari 13 produk assessment yang dapat membantu praktisi HR dimulai dari proses recruitment, development, retention, hingga promotion karyawan.”

Talentlytica menawarkan berbagai solusi asesmen sesuai dengan kebutuhan perusahaan, mencakup berbagai jenis alat tes dan asesmen yang dapat digunakan untuk general recruitment, sales test, management trainee, promotion test, culture fit, talent management, hingga high level management recruitment.

Co-founder Talentlytica Aswin Januarsjaf / Talentlytica

Platform assessment online Talentlytica dirancang untuk membantu perusahaan mengambil keputusan terkait talenta dengan berbasis data dan analitik. Hasil asesmen akan menjadi objektif, tidak bias, dan lebih akurat. Kebutuhan ini pada dasarnya dibutuhkan oleh seluruh departemen SDM dari berbagai industri.

Namun produk Talentlytica lebih cocok digunakan secara masif, terutama untuk perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 500 orang. Penggunanya datang dari level pemerintah, pelat merah, dan swasta dengan lintas industri. Beberapa di antaranya adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Biofarma, Mitra Keluarga, Wika, Elnusa, Telkom Indonesia, Astra Motor, Paragon, BRI, Bank Indonesia, Garuda Food, dan masih banyak lagi.

Diferensiasinya dengan pemain di ruang lingkup yang sama, Bagus mengklaim bahwa Talentlytica menjamin proses asesmen yang cepat, hasil yang akurat, dan laporan yang mudah dibaca dan terintegrasi.

“Tim customer support yang quick response, solutif, dan layanan customer yang konsisten menjadikan Talentlytica pilihan yang dipercaya oleh ratusan perusahaan di berbagai sektor industri.”

Pengalaman yang mendalam ini menarik perhatian banyak pihak untuk menjadikan Talentlytica sebagai business partner, khususnya untuk klien perusahaan yang ingin memahami dan menganalisa lebih dalam terkait data karyawan yang mereka miliki dengan persoalan yang dihadapi dalam dunia kerja sehari-hari.

Misalnya, ada yang ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan seseorang itu mengundurkan diri, bagaimana memprediksi talenta, aspek-aspek apa saja yang memberikan kontribusi tinggi untuk membentuk seorang talenta, hingga memprediksi kecenderungan karyawan melakukan kecurangan.

Di samping itu, dalam mendukung industri, perusahaan turut serta membuat aktivitas seminar dan workshop untuk existing customer dan para praktisi HR. Tujuannya membantu para praktisi agar lebih sadar dan mendalami tentang permasalahan HR di Indonesia, terutama dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mempertahankan talenta di perusahaan.

Kinerja positif

Tak seperti pemain SaaS kebanyakan yang mengambil pendekatan melalui paket berlangganan untuk monetisasinya, Talentlytica mengambil angle yang sedikit berbeda. Model bisnisnya berfokus pada produk berbasis kuota asesmen. Jadi konsumen akan membeli kuota asesmen sesuai dengan jenis asesmen atau alat ukur yang mereka butuhkan. Kuota akan terpotong jika asesmen telah dikerjakan.

“Dengan catatan, ada beberapa orang yang menyelesaikan lebih dari satu asesmen atau lebih dari satu alat ukur, sehingga jumlah asesmen bisa melebihi jumlah user atau kandidat.”

Bagus mengklaim, sejak pertama kali perusahaan didirikan hingga Oktober 2023, total asesmen yang telah terselesaikan mencapai lebih dari 1 juta asesmen. Bila melihat berdasarkan per tahunnya saja, sepanjang 2022, terdapat 300 ribu asesmen yang telah diselesaikan oleh lebih dari 100 ribu kandidat.

Angka ini meningkat sebesar 44% dibandingkan tahun 2021. Terdapat 200 ribu asesmen yang telah diselesaikan oleh 68 ribu kandidat. Sementara hingga Oktober 2023, terdapat 270 ribu asesmen yang telah diselesaikan oleh 80 ribu kandidat. Pencapaian tahun ini diprediksi dapat melampaui kinerja dari tahun-tahun sebelumnya.

Kinerja perusahaan selama dua tahun belakangan terbilang cukup sehat mengingat pada saat itu masih terjadi pandemi. Bagus melihat bahwa pandemi mempercepat proses transformasi digital karena pada saat itu banyak perusahaan yang dipaksa untuk mengadopsi teknologi baru.

“Sehingga pada akhirnya, banyak perusahaan yang menyadari bahwa perubahan tersebut tidak seburuk yang mereka bayangkan bahkan dapat membantu mereka bekerja bekerja dengan lebih efisien dan efektif.”

Sepanjang 2017-2022, Talentlytica mencatat kinerja yang positif dengan CAGR (Compound Annual Growth Rate) sekitar 55% selama lima tahun terakhir. Pendapatan pada tahun lalu naik 18,9% dari Rp11 miliar menjadi Rp13 miliar, dengan total pengguna 165 perusahaan. Sementara, pada Oktober 2023, pendapatannya mencapai Rp11 miliar dengan 206 perusahaan.

Talentlytica

Disampaikan bahwa Talentlytica beroperasi dengan dana sendiri (bootstrap). Bagus memegang prinsip bahwa produk dan layanan yang baik harus mampu menghasilkan pendapatan sejak hari pertama diluncurkan. Walaupun begitu, ia tidak anti pada investor eksternal.

Malah, dalam beberapa waktu terakhir, pihaknya mulai penjajakan dengan beberapa investor besar dan angel investor untuk melihat kesempatan Talentlytica dapat tumbuh lebih eksponensial. Ia mencari investor yang memiliki visi dan value yang sama dengan apa yang Talentlytica tawarkan, serta percaya dengan apa yang mereka lakukan.

“Meskipun secara finansial kami telah mempersiapkan jalur bootstrapping dan rencana menuju IPO dalam 8-10 tahun ke depan, kehadiran investor eksternal mungkin akan mempercepat atau memperbesar rencana IPO kami di masa depan.”

Potensi industri

Bagus melanjutkan, prospek bisnis Talentlytica di dunia SDM masih sangat menjanjikan. Kualitas dan keunggulan karyawan sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Oleh karena itu, akan semakin banyak perusahaan yang akan meningkatkan investasinya untuk bidang SDM.

Di masa depan, teknologi seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan makin mendominasi banyak aspek kehidupan, termasuk dunia kerja. Kehadiran teknologi ini bukan untuk menggantikan tugas manusia, tapi bekerja bersama dengan manusia. Maka yang diperlukan oleh perusahaan di masa depan adalah mampu berkolaborasi dengan teknologi ini secara efektif.

“Kami melihat bahwa transformasi digital dan perubahan dalam penggunaan AI akan menjadi tantangan besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, kami berencana untuk memainkan peran kunci dalam menghadapi tantangan ini. Kami ingin memberikan solusi yang lebih efektif dalam membantu perusahaan mencari karyawan yang sesuai dengan kebutuhan mereka di era teknologi yang terus berubah ini.”

Dari berbagai interaksi yang intens dengan pengguna, perusahaan berhasil mengidentifikasi sejumlah masalah dan tantangan yang dihadapi oleh manajemen SDM. Hal ini membuka peluang bagi Talentlytica untuk meresponsnya dengan solusi tepat guna, melalui banyak eksperimen dan prototyping.

“Kami ingin memastikan bahwa produk yang Talentlytica kembangkan dapat dengan sempurna memenuhi kebutuhan customer. Selain itu, kami juga mengintegrasikan produk-produk yang baru kami kembangkan dengan produk yang sudah ada dalam portofolio kami. Ini akan memungkinkan Talentlytica untuk memberikan solusi yang lebih komprehensif kepada customer kami,” pungkas Bagus.

Ambisi Gaweku Setelah Rebranding, Ingin Ciptakan Solusi HR-Tech Terpadu

Baru-baru ini, startup HR-tech Reeracoen Indonesia mengumumkan rebrand menjadi Gaweku, sekaligus mengubah badan hukumnya PT Gaweku Human Technology. Langkah ini mengawali ambisi perusahaan yang ingin membentuk ekosistem HR menyeluruh di Indonesia dengan bantuan teknologi terkini.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, COO Gaweku Kenichi Fujiki menyampaikan, rebrand ini adalah upaya perusahaan agar semakin dekat dengan Indonesia — agar mudah diingat dan dilafalkan daripada merek sebelumnya.

“Sebelumnya kita sudah ada keinginan agar lebih mudah diingat klien. Karena kebetulan masuk ke tahun ke-10, sekalian saja kita rebrand […] kami ingin fokuskan ke satu nama yang sangat merepresentasikan Indonesia,” ujarnya.

Gaweku berasal dari kata “gawe” dan “aku”. Gawe berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti “pekerjaan”. Menurut Fujiki, nama tersebut mencerminkan kebanggaan perusahaan atas kualitas pekerjaan tim Gaweku selama ini, serta kontribusi yang diberikan kepada masyarakat Indonesia melalui pertumbuhan pelanggan dan kesuksesan perusahaan.

Baginya, transformasi ini tidak hanya sekadar perubahan brand saja, perusahaan memahami bahwa banyak profesional di bidang SDM menghabiskan waktu berharga mereka untuk tugas-tugas administratif yang panjang dan berulang.

Berdasarkan pemahaman ini, Gaweku bertekad untuk mengembangkan bisnisnya dan mengintegrasikan teknologi ke dalam bidang SDM. Melalui langkah ini, Gaweku bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan memberikan solusi inovatif dalam industri teknologi SDM.

“Sudah 10 tahun kami bekerja di seputar HR, kami tahu dalam praktiknya ada kesulitan yang mereka alami setiap hari. Dengan brand baru, kami ingin jadi penyedia jasa untuk berikan solusi kepada praktisi HR dan bentuk ekosistem HR yang saling terhubung satu sama lain.”

Produk utama Gaweku yang sudah hadir sejak awal berdiri di 2013 adalah Gaweku Recruit, adalah recruitment agency (headhunter) untuk mencari talenta terbaik yang dibutuhkan klien perusahaan. Kemudian, pada 2018, meluncurkan solusi earned wage access (EWA) dinamai Kasibon (dulu bernama Ultratech), memberikan solusi gaji prabayar kepada karyawan yang mengajukan.

Diklaim Kasibon adalah pelopor produk EWA di Indonesia. Perusahaan menyediakan solusi tersebut dengan menggunakan kapital sendiri, tidak bekerja sama dengan perusahaan dari jasa keuangan. “Jadi klien Gaweku Recruit bisa jadi klien Gaweku Kasibon juga.”

Produk ketiga adalah media online khusus HR bernama HRPods, membahas seluruh topik mengenai dunia HR yang selama ini akses informasinya terbatas. Fujiki memastikan HRPods ini bersifat netral dan tidak hanya memberitakan semua informasi terbaru dari Gaweku.

Produk terbaru yang sedang dikembangkan perusahaan adalah Gaweku HR System, untuk mengatasi kesulitan HR dalam mengelola administrasi, basis data karyawan, pembayaran gaji, hingga absensi. Menurut Fujiki, solusi ini sedang dalam tahap pengembangan yang ditargetkan dapat dirilis segera. “Produk ini akan jadi yang pertama menyelesaikan isu HR dalam satu platform.”

Sudah cetak untung

Terkait status keuangan perusahaan, Fujiki mengaku sejak tahun pertama perusahaan berdiri sudah cetak laba, mengingat bisnis headhunting tergolong lebih sehat karena B2B, sehingga tidak perlu bakar duit. Meski tidak bisa dirinci dengan angka, ia bilang pertumbuhannya cukup fluktuatif mengingat banyak faktor pemicunya. Lantaran bisnis headhunting seperti ini berurusan dengan manusia, bukan dari tools, teknologi, atau solusinya.

“Tapi tentang orangnya, konsultan-konsultan kami itu kan manusia, jadi ada masa istirahatnya, resign atau sebagainya, ketika itu terjadi bisa memengaruhi produktivitas perusahaan.”

Terlebih perusahaan sedang mengembangkan produk baru dan ambisi besar lainnya di HR-tech, bila diperhitungkan dengan rinci, perusahaan butuh investor strategis untuk membantunya. Tak hanya cari dana segar, ia pun menargetkan Gaweku dapat IPO setidaknya pada 2027 mendatang.

“Ketika kita bisa go public di 2027, maka akan semakin banyak orang yang tertarik dengan kita, sehingga ekosistem HR yang mau kita bangun semakin melebar.”

Sebagai catatan, Gaweku merupakan anak usaha dari perusahaan recruitment agency asal Jepang, Neo Career Group. Tak hanya di Indonesia, Reeracoen beroperasi di 8 negara di Asia, seperti Thailand, India, Malaysia, Vietnam, Filipina, Taiwan, dan Hong Kong. Di Indonesia, Neo Career membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan lokal.

Tren industri HR

Menurut Fujiki, pasca pandemi, perusahaan yang kembali membuka lowongan pekerjaan tumbuh tinggi karena mereka mulai ekspansi jor-joran setelah tertahan selama beberapa tahun saat pandemi. Walau tidak digambarkan dengan angka, diibaratkan jumlah lowongan yang dicari klien lewat Gaweku lebih tinggi daripada di 2019, alias sebelum pandemi.

“Tapi meski lapangan kerja yang dicari naik, bukan berarti orang yang bisa mengisi posisi tersebut memenuhi kriteria. Tugas kami adalah menjembatani para pencari kerja yang sesuai kapasitasnya dengan yang dicari perusahaan.”

Gaweku sendiri melayani seluruh segmen industri yang membutuhkan jasa headhunting, walau kebutuhan talenta teknologi untuk perusahaan teknologi belakangan banyak dicari di Indonesia. Solusinya paling banyak digunakan oleh perusahaan yang bergerak di industri manufaktur, logistik, trading, service, dan teknologi.

Berkaitan pula dengan strategi ekspansi yang banyak dilakukan perusahaan, maka tren lowongan pekerjaan yang paling banyak dicari saat ini adalah orang-orang yang berpengalaman di dunia sales, juga engineer.

“Permintaan tech talent di Indonesia secara umum tinggi, begitupula di kami. Tapi karena ada dampak mass layoff di A.S, itu berdampak juga di Indonesia. Kebutuhannya tetap tinggi, tapi pertumbuhannya stagnan,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Platform Lowongan Kerja EKRUT Diakuisisi Startup Asal Thailand GetLinks

Platform lowongan pekerjaan EKRUT telah diakuisisi oleh GetLinks, startup di bidang HR-tech asal Thailand berdasarkan data yang dilaporkan ke Accounting and Corporate Regulatory Authority (ACRA).

Melansir DealStreetAsia, data ini menyatakan bahwa para pemegang saham EKRUT, termasuk East Ventures dan Skystar Capital, telah mengalihkan sahamnya ke GetLinks Inc, induk platform manajemen talenta dan lowongan kerja di Asia tersebut.

DailySocial.id telah menghubungi manajemen EKRUT untuk mengonfirmasi hal ini. Hingga berita ini ditayangkan, belum ada respons dari pihak terkait.

Lewat akuisisi ini, GetLinks diyakini bakal bersaing dengan platform sejenis di Indonesia, seperti JobStreet dan Indeed. GetLinks merupakan platform yang menghubungkan ekosistem talenta dengan peluang kerja di Asia. Didirikan sejak 2015, GetLinks telah menjangkau perusahaan-perusahaan besar, seperti Alibaba, LINE, dan Grab.

Sementara, EKRUT fokus menghubungkan talenta potensial dengan kebutuhan bisnis. Di saat layanan lain kebanyakan menggunakan konsep job portal, EKRUT mengunakan talent marketplace berbasis data science. Talenta mendaftar dan perusahaan yang akan mencari kandidat sesuai preferensi.

EKRUT tercatat meraih pendanaan tahap awal dari East Ventures pada 2017 di mana saat itu, mulai banyak startup baru yang fokus di sektor HR. Pada 2019, perusahaan kembali mengumumkan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Venturra Discovery dengan partisipasi East Ventures, Prasetia Dwidharma, Skystar Capital, Bizreach Inc, dan Azure Ventures.

Perusahaan memiliki misi untuk mengembangkan teknologi dan layanan paling efisien untuk proses perekrutan, baik dari sisi HR maupun pelamar. EKRUT juga mendatangkan mantan senior engineer Tesla menjadi Chief of Product untuk memimpin tim tech mereka.

Beberapa perusahaan teknologi ternama yang telah memasang listing di platform EKRUT antara lain Gojek, Tokopedia, OVO, dan RedDoorz.

Platform lowongan kerja

Menurut laporan Alpha JWC Ventures, Kearney, dan GRIT bertajuk “ASEAN Growth & Scale Talent Playbook”, negara di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan penetrasi internet jauh lebih tinggi dalam 5 tahun terakhir. Tren ini kemungkinan akan terus tumbuh dan menuntut lebih banyak talenta sehingga mendorong kebutuhan talenta digital di wilayah tersebut.

Penetrasi internet di Eropa, AS dan Asia / Sumber: Alpha JWC Ventures, Kearney, dan GRIT

Di Indonesia sudah banyak platform lowongan kerja yang menawarkan layanan perekrutan dengan nilai tambah yang berbeda. Misalnya, Kalibrr yang menggabungkan platform perekrutan berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Pemain sejenis lainnya yang menangani kebutuhan serupa, misalnya Urbanhire dan NusaTalent. Selama pandemi mereka cukup aktif membantu perusahaan mendigitalisasi sistem HR. Urbanhire tidak hanya memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan, tetapi HR technology dan talent solution, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

Terdapat beberapa platform lain yang beroperasi dengan pendekatan berbasis komunitas. Salah satunya Atma yang debut pada tahun lalu, diiringi pendanaan pre-seed dari sejumlah investor strategis. Selain itu, ada KitaLulus yang meraih pendanaan seri A dipimpin oleh Tiger Global.

Sejumlah platform yang mengawali bisnis di edtech kini mulai merambah ke ranah HR tech. Rakamin adalah platform pembelajaran yang memungkinkan pengguna untuk terkoneksi dan membangun karier di era digital. Mereka mempersiapkan talenta untuk siap berkarir di perusahaan yang diinginkan.

Catapa Hadirkan HelpGPT untuk Perkuat Solusi HR

Pengembangan teknologi kecerdasan buatan kini telah menjangkau berbagai sektor, termasuk human resources (HR). Salah satu pengembang Human Resources Intelligence System (HRIS) jebolan inkubasi GDP Ventures, Catapa meluncurkan HelpGPT, aplikasi berbasis chatGPT yang menyediakan informasi penggajian pajak dan peraturan ketenagakerjaan dalam Bahasa Indonesia.

Berdasarkan data internal periode Januari-April 2023, sekitar 60% pertanyaan pelanggan yang masuk ke CATAPA merupakan pertanyaan bersifat berulang, dengan jawaban yang dapat diakses dengan mudah di Pusat Bantuan. Asumsinya, Customer Support memerlukan satu menit untuk menangani setiap pertanyaan berulang ini, yang berarti lebih dari 2.500 menit waktu dihabiskan untuk penanganan manual.

Perhitungan ini mendorong perusahaan merespons kebutuhan untuk menjawab pertanyaan berulang ini dengan menciptakan efisiensi bagi tim customer support melalui HelpGPT.

CATAPA sudah memulai adaptasi teknologi AI dari beberapa tahun lalu. Salah satunya adalah asisten virtual Claudia yang hadir dalam messaging platform, seperti WhatsApp, Telegram, Facebook Messenger, LINE, dan Slack. Tugas utamanya adalah menangani kebutuhan karyawan, seperti melihat saldo cuti, pertanyaan tentang cuti bersama, dan persetujuan cuti.

Dalam wawancara terpisah dengan DailySocial.id, Founder & CEO Catapa Stefanie Suanita mengungkapkan HelpGPT berperan sebagai Virtual Customer Support yang menangani pertanyaan-pertanyaan yang berulang dari pelanggan, seperti implikasi regulasi dari pemerintah atau tutorial dalam pemanfaatan fitur di CATAPA. “Baik Claudia maupun HelGPT ditujukan untuk membantu HR dan karyawan,” tegasnya.

Stefanie juga mengatakan CATAPA memiliki pondasi AI yang kuat, oleh karena itu pengerjaan HelpGPT di CATAPA memakan waktu hanya beberapa bulan mulai dari proses investigasi sampai diluncurkan. Dalam prosesnya sendiri, tim CATAPA menemukan beberapa poin penting.

Pengembangan aplikasi berbasis AI memerlukan internasionalisasi dan lokalisasi agar AI bekerja secara optimal di setiap negara. Internasionalisasi memungkinkan adaptasi yang mudah ke berbagai bahasa dan wilayah, sementara lokalisasi menyesuaikan perangkat lunak untuk bahasa dan konvensi tertentu.

Dalam konteks lokalisasi, AI sangat bergantung pada data lokal, seperti bahasa, dialek, slang, aspek budaya, penggajian, dan peraturan pajak, termasuk hukum ketenagakerjaan, yang bervariasi dari negara ke negara. Masing-masing pemerintahan mungkin memerlukan solusi yang berbeda-beda atau dikustomisasi untuk bisa efektif di negaranya.

Peningkatan layanan pusat bantuan CATAPA dengan ChatGPT memberikan dua manfaat, yaitu meningkatkan pengalaman pelanggan dan efisiensi. Pusat Bantuan berbasis ChatGPT tersedia 24/7 untuk melayani pengguna dengan lebih cepat dan lebih baik. Selain itu, otomatisasi dukungan untuk pertanyaan yang berulang dan menghemat setidaknya 2.500 menit per bulan.

AI dalam human resources

Dewasa ini, pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan semakin luas dan signifikan. Dalam lingkup human resources (HR), kecerdasan buatan (AI) berperan dalam membantu HR dalam menjawab pertanyaan terkait peraturan pemerintah, peraturan perusahaan, juga mengambil bagian dalam proses rekrutmen dan manajemen kinerja.

Di sisi lain, AI juga berperan dalam menganalisis data karyawan, mengidentifikasi tren, serta memberikan wawasan yang berharga untuk membantu HR dalam pengambilan keputusan. Meski begitu, penting juga untuk mempertinbangkan isu-isu etika dan privasi yang terkait dengan penggunaan teknologi ini.

Perkembangan teknologi AI yang masif dan signifikan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa kelak kecanggihan ini dapat menggantikan fungsi manusia dalam pekerjaan. Namun, ungkap Stefanie, “yang benar adalah AI hanya akan menggantikan manusia yang tidak memanfaatkan AI dalam menjalankan pekerjaannya.”

Dari sisi produk, perusahaan juga menghadirkan beberapa fitur baru, di antaranya tax simulator yang dapat digunakan untuk membantu perusahaan melalui simulasi total pajak yang perlu dibayarkan karyawan. Selain itu, juga ada organization chart yang menampilkan visualisasi reporting structure yang ada di perusahaan dengan struktur organisasi di CATAPA.

Visualisasi reporting structure perusahaan melalui Organization Structure / Sumber: CATAPA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selain Catapa, di Indonesia sendiri juga ada beberapa setartup yang menawarkan layanan untuk HR seperti Mekari, Skuad, juga Venteny  yang belum lama ini resmi IPO dan berhasil meraup dana sekitar Rp339 miliar. Beberapa perusahaan job marketplace juga mulai masuk ke ranah HR, seperti Job2Go.

Cerita Platform Job2Go Jadi Platform Manajemen HR

Kurniawan Santoso dan timnya di Job2Go tidak pernah menyangka bahwa beberapa bulan setelah perusahaannya diumumkan ke publik di Desember 2019, mereka harus memutar otak dan mencari cara untuk tetap bertahan.

Saat itu, Job2Go harus menelan pil pahit ternyata solusi yang ditawarkan pada saat itu —pencarian lowongan kerja berbasis on-demand— tidak bisa dilanjutkan karena semua perusahaan langsung pasang ikat pinggang di awal pandemi.

“Waktu itu [pandemi] pekerjaan yang sifatnya on-demand tidak ada, jadinya kita mulai pindah. Pertama bangun job portal in general sekitar tiga minggu, lalu ditambahkan dengan solusi lainnya hingga yakin dengan solusi manajemen HR inilah yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan,” ujar Co-founder dan CEO Job2Go Kurniawan Santoso saat ditemui DailySocial.id, Senin (6/3).

Setelah dipelajari, ternyata ada mispersepsi arti pekerjaan on-demand di Indonesia dibandingkan di luar negeri. Hal ini berdampak pada minimnya tingkat permintaan dan pencarian pekerjaan jenis ini. Bisa dikatakan pekerjaan on-demand seperti ini baru terbukti berhasil di industri transportasi saja, seperti yang disediakan Grab dan Gojek.

“Definisi yang tepat buat di Indonesia itu adalah creative job untuk pekerjaan on-demand. Misalnya, ada orang yang biasa kerja freelance untuk desain, lalu ketika suatu perusahaan cari tenaganya tinggal pilih mana yang cocok.”

Terkait model bisnisnya saat ini, ia tidak bersedia menyebutnya sebagai pivot tetapi penajaman strategi menjadi platform manajemen HR menyeluruh, mulai dari rekrutmen, hiring, onboarding, training, penggajian, dan hubungan industrial. Tak hanya itu, Job2Go juga mulai masuk ke embedded finance melalui produk Job2Go Workforce, tawarkan EWA (earned wage access) dan asuransi mikro, bermitra dengan Kini.id, Beever, dan Asuransi Hanhwa Life.

Job2Go

Menurut Kurniawan, penyediaan solusi menyeluruh ini menjadi nilai lebih perusahaan dibandingkan pemain sejenisnya. Klien hanya perlu membayar management fee untuk seluruh layanan yang tersedia tanpa biaya tambahan, sehingga mereka pun lebih efisien dari sisi pengeluaran. Hal yang sama juga berpengaruh bagi bisnis Job2Go itu sendiri yang dapat menjaga pertumbuhan pendapatannya, terutama dari sisi margin dan komisi (fee based) yang diterima Job2Go dari produk finansial.

Embedded finance merupakan inovasi baru yang memberikan dampak positif dalam rangka meningkatkan literasi keuangan. EWA itu sendiri memungkinkan karyawan untuk mengakses gaji lebih awal apabila dalam keadaan mendesak, sehingga tidak perlu lari ke pinjaman online yang bunganya mencekik. Perkawinan antara solusi HR dan fintech ini diprediksi akan menciptakan solusi-solusi baru yang dapat menguntungkan karyawan dan pemberi kerja.

Rencana untuk mulai mengimplementasikan teknologi blockchain pun sudah diwacanakan. Apabila terjadi, dunia HR tentunya akan sangat terbantu dalam proses hiring karena sebelumnya harus memverifikasi berbagai data jadi tidak perlu dilakukan lagi, masih banyak lagi inovasi yang bisa terjadi melalui blockchain.

“Kami berencana untuk buat fitur investasi karena intinya kami mau meningkatkan literasi finansial bagi orang-orang yang berada di area blue-gray collar ini.”

Rencana Job2Go

Dua tahun dengan bisnisnya saat ini, Job2Go mengklaim telah mencetak pendapatan (revenue) sebesar $10 juta (lebih dari 153 miliar Rupiah) per tahunnya. Kurniawan mengungkapkan pencapaian positif ini akan dilanjutkan pada tahun ini dengan menjaga target pertumbuhan yang sama dengan tahun lalu, dibarengi mengontrol pengeluaran. Ia menargetkan Job2Go mencapai titik impas (BEP) agar segera cetak untung.

“Sekarang almost BEP, sekarang kita sedang lihat cost mana yang harus disesuaikan untuk capai profitabilitas. Target ini yang sedang kita kejar bagaimana jaga pertumbuhan tetap sustainable karena kebanyakan startup tuh tumbuh tapi enggak sustain, kita enggak mau kayak gitu.”

Mereka telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target ini, salah satunya selalu memantau tingkat kepuasan klien sembari terus mengejar penambahan klien baru. Pengembangan produk baruk tidak bakal semasif saat awal beroperasi.

Terhitung klien yang sudah pernah ditangani Job2Go mencapai 50 perusahaan lintas industri. Mereka didominasi sektor teknologi, konsumer, dan finansial. Beberapa nama perusahaannya adalah Grab, Tokopedia, Abbott, dan sebagainya. Tahun ini perusahaan akan menambah industri lainnya, seperti manufaktur dan pelayanan publik.

Berdasarkan data mereka, tenaga kerja yang paling banyak dicari para klien Job2Go banyak berkaitan dengan frontliner dan back office. Untuk frontliner, seperti salesman, telemarketer, dan customer service untuk penempatan di daerah. Sementara back office, pekerjaan umum seperti accounting, finance, administrasi, juga banyak dicari.

“Karena kita ini full service, jadi kita yang rekrut tenaga tersebut, absensi, dan payroll-nya mereka lewat kami, tapi kesehariannya mereka bekerja untuk klien. Kami yang menyediakan seluruh legalitasnya, termasuk jika ada pemutusan hubungan kerja (PHK).”

Tim Job2Go

Untuk rencana jangka panjangnya, Kurniawan memaparkan bahwa ia ingin Job2Go ekspansi ke pasar ASEAN dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Baginya, melantai di bursa adalah pembuktian bahwa model bisnis manajemen HR yang dijalankan Job2Go ini terbukti dapat bertahan lama dan relevan dengan kebutuhan semua industri.

“Negara ASEAN itu punya karakteristik yang sama satu sama lain, dari sisi region juga berdekatan, jadi secara ekonominya juga akan saling terhubung. Ambisi kita bisa serving ASEAN entah dengan masuk sendiri, partnering dengan pemain sejenis dari negara tersebut, atau merger. IPO atau ekspansi kita lihat mana yang duluan dalam 3-4 tahun lagi.”

Dalam ruang lingkupnya di Indonesia, Job2Go bersaing dengan MyRobin, Workmate, dan Staffinc. Apabila melihat dari industrinya, para startup ini bersaing dengan perusahaan outsourcing yang seluruh sistemnya masih konvensional, belum terintegrasi antar layanannya, baik itu workforce management, penggajian, dan rekrutmen harus pakai/sewa platform yang berbeda-beda. “Tapi kita mengembangkan service outsourcing ini dalam sistem yang sudah satu kesatuan.”

Job2Go yang didukung 50 orang karyawan ini sudah tiga kali mendapat pendanaan eksternal. Pertama kali angel round dari BANSEA (The Business Angel Network of Southeast Asia) dan investor dari Jepang pada Juni 2020. Kedua, terjadi pada tahun yang sama untuk putaran tahap pra-Seri A dari investor asal Korea Selatan. Nominal dana yang diraih dari kedua putaran ini sayangnya dirahasiakan.

Ketiga, pendanaan berbentuk debt (utang) sebesar $1,5 juta dari sejumlah investor dan startup p2p lending, yakni, Xencap, ChocoUp, dan Modal Rakyat dengan menggunakan skema invoice financing.

Mindtera Raih Tambahan Dana 13 Miliar dari East Ventures dan Seedstars

Startup SaaS penyedia platform Employee Assistance Program (EAP) Mindtera mengumumkan perolehan tambahan putaran tahap awal sebesar $850 ribu (sekitar 13 miliar Rupiah) dipimpin oleh East Ventures. Seedstars International Ventures dan angel investor terkemuka lainnya turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Tambahan amunisi ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk memperluas cakupan operasional B2B demi melayani lebih banyak klien perusahaan. Juga, mengembangkan produk Mindtera dalam upaya menjadi platform program bantuan karyawan terkemuka di Indonesia.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (16/1), perwakilan dari Seedstars International Ventures menyampaikan, dunia telah melihat perubahan besar dalam memahami bagaimana kesehatan mental dan kesejahteraan integral untuk bisnis, tapi masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan agar dapat berjalan secara efektif.

“Mindtera berada di garis depan perubahan mendasar di tempat kerja dan telah mampu memperluas jangkauannya dengan cepat di ruang SDM Indonesia. Kami sangat senang melihat apa yang dapat mereka ciptakan lebih lanjut di ruang ini dan membantu membangun budaya kerja yang lebih baik bagi perusahaan sambil meningkatkan produktivitas dan keterlibatan karyawan,” ucap General Partner Seedstars International Ventures Patricia Sosrodjojo.

Perkembangan Mindtera

Didirikan pada 2021 oleh Tita Ardiati dan Bayu Puspito Bhaskoro, Mindtera adalah platform yang menggunakan wawasan berbasis data untuk membangun tempat kerja yang produktif dan bahagia. Perusahaan mengelola pengembangan, keterlibatan, dan kesejahteraan karyawan, mengikuti karyawan dari proses perekrutan hingga pensiun.

Menurut studi yang dilakukan oleh McKinsey pada 2021, menunjukkan bahwa jika karyawan tidak sehat secara mental, hal itu akan memengaruhi keuntungan bisnis dalam banyak hal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan, selain berdampak pada hubungan dan masyarakat, masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan juga merugikan ekonomi global $1 triliun per tahun, terutama dari penurunan produktivitas.

Selama setahun terakhir, Mindtera telah meluncurkan dua platform untuk mengatasi masalah ini, yakni Mindtera Pro dan Mindtera Plus. Produk pertama ini adalah dasbor analisis dan aplikasi dengan rangkaian alat penilaian canggih yang dirancang untuk mengumpulkan dan menganalisis umpan balik karyawan untuk meningkatkan pengalaman mereka di perusahaan.

Sementara itu, Mindtera Plus melayani perusahaan dengan menyediakan akses ke konsultan pembinaan dan pengembangan yang dapat membantu mengatasi berbagai tantangan yang mungkin timbul dalam manajemen dan budaya karyawan.

Co-founder & CEO Mindtera Tita Ardiati mengatakan, “Berinvestasi pada sumber daya manusia itu rumit. Manfaatnya tidak langsung terlihat, tetapi perusahaan akan melihat dampak yang berkelanjutan jika Anda membangun lingkungan kerja yang seimbang dan sehat. Sumber daya manusia adalah sebuah aset berharga bagi pertumbuhan perusahaan. Orang-orang yang bahagia menginspirasi pertumbuhan, jadi jagalah orang-orang Anda, dan Anda akan melihat produktivitas.”

Diklaim, Mindtera telah mempekerjakan lebih dari 10 ribu karyawan dan mendorong peningkatan kesadaran kesejahteraan karyawan sebesar 94%. Perusahaan juga mendapatkan beberapa penghargaan untuk platformnya. Di antaranya, mendapat pengakuan oleh Google Play sebagai Aplikasi Terbaik untuk Dampak Positif 2022 dan Aplikasi Lokal Terbaik 2022, mewakili Indonesia di Google Startups Southeast Asia 2023, dan lainnya.

Pada awal kehadirannya, Mindtera menyediakan produk edu-wellness untuk karyawan perusahaan sebagai solusi atas ketidakseimbangan antara peningkatan kemampuan teknis atau akademis dan EQ yang masih sering ditemui di Indonesia.

Mindtera merancang dan membangun produk edukasi bermuatan kecerdasan majemuk (multi-intelligence approach) yang sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk menghadapi tantangan hidup melalui peningkatan EQ, terutama di saat pandemi COVID-19. Kurikulum kecerdasan majemuk Mindtera telah divalidasi secara ilmiah dan klini oleh para life coach, edukator, dan psikolog klinis.

Application Information Will Show Up Here

Startup HR-Tech Venteny Resmi IPO, Raup Dana 338 Miliar Rupiah

PT Venteny Fortuna International Tbk resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diperdagangkan di Papan Pengembangan dengan kode saham VTNY. Dalam aksi ini Venteny menawarkan 939,7 juta lembar saham dan berhasil menghimpun dana sebesar 338,3 miliar Rupiah.

Founder dan Group CEO Venteny Jun Waide mengatakan momen bersejarah ini merupakan babak baru bagi perseroan dalam membangun ekosistem teknologi untuk mendukung akselerasi bisnis UMKM dan meningkatkan kualitas hidup karyawan.

“Kami bersyukur, meski di tengah situasi ekonomi global yang penuh tantangan, kami menerima antusiasme yang luar biasa dari para investor, pengguna, dan masyarakat yang telah turut ambil bagian dalam perjalanan kami. Kami percaya, Venteny akan tumbuh bersama di Indonesia,” ucapnya, Kamis (15/12).

Meskipun Venteny baru masuk ke Indonesia pada 2019, setelah pertama kali berdiri di Filipina (2015) dan ekspansi ke Singapura (2016), perseroan memilih untuk melantai di Indonesia karena menyimpan berbagai potensi yang menarik. Baik itu dari skala pasar yang besar, juga memiliki potensi pertumbuhan pasar modal nasional yang kuat dengan jumlah investor ritel yang besar.

“Indonesia memiliki visi dan misi menjadi negara maju dan menduduki lima besar perekonomian dunia pada tahun 2045, di sini lah inovasi teknologi seperti Venteny dapat berperan. Kami optimistis bisnis kami dapat tumbuh bersama masyarakat Indonesia yang nantinya turut berdampak pada perekonomian nasional.”

Waide mengklaim, saham VTNY mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 12,58 kali dari pooling (penjatahan terpusat) berdasarkan data dari sistem E-IPO. Perseroan melepas 939,7 juta saham untuk penawaran umum perdana ini, atau setara dengan 15% dari modal disetor setelah penawaran umum perdana saham.

Investor yang membeli saham VTNY tersebar di 34 provinsi di Indonesia dan enam negara. Adapun jumlah pemesan sahamnya mencapai 18.847 orang.

Sebanyak 42% dana hasil IPO akan dimanfaatkan perseroan sebagai pemberian pinjaman kepada entitas anak perseroan, PT Venteny Matahari Indonesia sebagai modal kerja yang kemudian disalurkan kepada mitra P2P lending. Lalu sisanya, digunakan untuk pengembangan bisnis meliputi superapp untuk karyawan, produk dan layanan, memperluas wilayah pemasaran sebesar 30%, dan modal kerja grup sebesar 28%.

Pasca-IPO, perseroan berencana untuk memperkuat segmen B2B berkolaborasi dengan asosiasi di berbagai industri, menjaga tingkat kolektibilitas kredit, serta memperluas cakupan pasar dengan menambah jumlah kantor cabang sehingga perseroan dapat memberikan dampak yang lebih baik untuk UMKM Indonesia dan karyawannya.

Selain itu, untuk meningkatkan dan memperkuat segmen B2B2E (Business-to-Business-to-Employee), perseroan akan mengoptimalkan big data untuk mengembangkan layanan yang bermanfaat dan tepat guna untuk karyawan di semua segmen.

Dari langkah tersebut diharapkan ada pertumbuhan kontribusi dari employee super-app yang menjadi layanan B2B2E. “Kami akan menjadikan employee super-app ini sebagai aplikasi yang wajib dimiliki oleh seluruh karyawan,” tutup Waide.

Solusi Venteny

Venteny sendiri adalah startup HR-tech yang menyediakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan karyawan melalui peningkatan employee happiness dan employee engagement. Venteny membangun ekosistem employee superapp melalui kerja sama dengan pihak ketiga untuk menyelenggarakan beberapa layanannya, seperti Program Teknologi Keuangan (V-Nancial), Program Asuransi Berbasis Teknologi (VENTENY Insurance & Protection Program) atau “VIP”, Program Keuntungan Karyawan (V-Merchant), dan Program Pendidikan Berbasis Teknologi (V-Academy).

Melalui fitur V-Nancial misalnya, terdapat tiga jenis employee loan, yakni Multipurpose Loan, Education Loan, dan Cash Advance yang serupa dengan kasbon yang dapat dipilih. Perseroan bekerja sama dengan perusahaan pembiayaan yang telah memiliki izin dari OJK sebagai sumber akses dana darurat karyawan.

Model bisnis yang diterapkan Venteny, terdiri dari tiga segmen, yakni B2B, B2B2E, dan B2C. Kontribusi dari B2B mendominasi dengan pertumbuhan pengguna mencapai 161,61% per Maret 2022. Diklaim ada lebih dari 200 korporat yang menaungi lebih dari 200 ribu karyawan yang menjadi penerima benefit dari Venteny.

Menurut laporan keuangan per Juni 2022, Venteny mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar Rp29,2 miliar atau naik 71% (YoY). Beban pokoknya sebesar Rp18,22 miliar, naik 196%.

Sementara, untuk laba komprehensif tahun berjalan tercatat sebesar Rp4,92 miliar, naik drastis hingga 2.005%. Kenaikan ini sejalan dengan pendapatan netto dan peningkatan penghasilan komprehensif lain atas selisih kurs. Adapun, untuk aset perseroan mencapai Rp354,52 miliar, meningkat 47% (YoY) dan liabilitasnya juga naik menjadi Rp273,89 miliar meningkat 31%.

Pentingnya Manajemen Talenta di Tengah Gejolak Industri Teknologi

Industri teknologi Indonesia sedang mengalami gejolak, terlihat dari pemberitaan layoff oleh sejumlah startup. Hal ini sering dikaitkan dengan proyeksi resesi global yang akan terjadi di tahun 2023. Perusahaan gencar melakukan efisiensi dan restrukturisasi demi menghindari dampak yang lebih besar serta memperpanjang runway.

Dalam tindak efisiensi ini, karyawan kerap menjadi salah satu yang paling terdampak. Sementara itu, people atau karyawan  sendiri merupakan aset,  bagian esensial dari operasional bisnis dari sebuah perusahaan. Manajemen karyawan yang baik dapat menentukan bagaimana karier perusahaan ke depannya.

Pada awal bulan ini, Alpha JWC Ventures, bekerja sama dengan Kearney dan GRIT, meluncurkan sebuah laporan bertajuk “ASEAN Growth & Scale Talent Playbook”. Survei dilakukan selama Agustus hingga September 2022, melibatkan lebih dari 600 karyawan di 34 perusahaan dari Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Laporan ini bertujuan untuk mengedukasi dan membantu para founder atau manajemen startup digital dalam menarik, mengelola, dan mengembangkan sumber daya manusia secara efektif dan berkelanjutan. Dengan persaingan yang ketat, pergeseran mindset, serta tantangan ekonomi yang berlangsung, penting bagi para pemangku kepentingan untuk memahami lanskap SDM ini.

Salah satu temuan yang menarik dari riset ini adalah, 9 dari 10 perusahaan teknologi mengalami kesulitan dalam merekrut karyawan berkualitas terutama yang memiliki kemampuan teknis dan non-teknis. Sebaliknya, 91% karyawan mengaku  terbuka untuk meninggalkan perusahaan mereka bila ada kesempatan baru.

Tantangan yang dihadapi

Laporan ini juga memaparkan beberapa alasan karyawan ingin meninggalkan perusahaan untuk mencari kesempatan baru. Sebanyak 32% responden mengungkapkan bahwa kompensasi, termasuk gaji dan benefit sangat mempengaruhi keputusan mereka. Disebutkan bahwa rata-rata karyawan mempertimbangkan pergi demi 15%-30% kenaikan gaji.

Hal ini menimbulkan tantangan baru bagi perusahaan rintisan, utamanya startup berskala kecil, jika harus bersaing dengan giant tech companies yang sudah melakukan ekspansi global dan menawarkan kompensasi yang sangat bersaing. Maka dari itu, perusahaan harus bisa menarik minat para talenta dengan hal lain, seperti kultur perusahaan.

Sumber: ASEAN’s Growth & Scale Talent Playbook

Sebanyak 25% responden mempertimbangkan keluar dari perusahaan karena ketidaksamaan visi dan ketidakcocokan budaya. Maka dari itu, kultur atau budaya kerja dalam sebuah perusahaan menjadi esensial ketika dikaitkan dengan loyalitas karyawannya. Di sisi lain, fleksibilitas juga menjadi salah satu aspek yang juga memengaruhi keputusan karyawan untuk bertahan atau pergi.

Selain itu, 24% responden merasa adanya kebutuhan akan kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam sebuah perusahaan. Tanpa hal itu, mereka akan merasa stagnan atau tidak berkembang, yang mendorong mereka untuk mencari kesempatan yang lebih baik di luar untuk mendukung pengembangan kemampuan mereka sendiri.

Manajemen talenta yang ideal

ASEAN’s Growth & Scale Talent Playbook ini diluncurkan sebagai buku panduan untuk membantu para startup dalam menghadapi isu di bidang manajemen tenaga kerja. Dalam laporan ini juga disebutkan enam pilar penting yang dapat digunakan perusahaan untuk menarik, membangun, dan mempertahankan tenaga kerja digital.

Sumber: ASEAN’s Growth & Scale Talent Playbook

Partner & President Director Kearney Shirley Santoso mengungkapkan, “Mengembangkan sumber daya manusia yang solid adalah salah satu prioritas terpenting dan kunci utama bagi perusahaan agar visi digital mereka dapat berhasil. Tentunya hal ini baru dapat dicapai dengan adanya usaha bersama antara pimpinan perusahaan dan jajaran lainnya dalam upaya yang berkelanjutan, juga mencakup seluruh tingkat organisasi.”

Turut hadir dalam diskusi panel peluncuran laporan ini, Co-founder dan CEO Bobobox Indra Gunawan. Ia mengungkapkan bahwa value perusahaan adalah sesuatu yang esensial untuk menjamin keberlangsungan bisnis. Di Bobobox sendiri, ada tiga value yang selalu dipegang erat, yaitu attitude, obsessive curiousity, serta overcommunicate. Menurutnya, tiga nilai ini  dapat menciptakan resistensi perusahaan terhadap berbagai pengaruh negatif yang mengancam.

Co-founder dan CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia yang juga menjadi salah satu pembicara dalam acara tersebut ikut membagikan opininya. Ia mengaku masih berjibaku untuk bisa mendapatkan talenta berkualitas, bahkan ia harus merekrut teman atau relasi yang sudah dipercaya untuk membantu di masa awal perusahaan.

Tidak mudah menemukan orang yang memiliki visi yang sama dengan perusahaan yang menjual produk bercita rasa ‘sehat’ dengan harga yang relatif lebih mahal. Hingga kini, perusahaan telah memutuskan untuk mempertahankan jumlah yang relatif kecil sampai beberapa putaran pendanaan ke depan.

Dengan total karyawan sekitar 250 orang, strategi ini terbukti menguntungkan baik bagi perusahaan maupun karyawan. “Kami ingin menjaga agar jumlah kami tetap kecil sehingga setiap keuntungan atau apapun yang dihasilkan perusahaan, semuanya kembali ke sejumlah kecil orang dan kami dapat memberi [karyawan] lebih baik,” ujarnya.

Startup HR-Tech “Venteny” Segera IPO, Incar Dana Segar 422 Miliar Rupiah

Startup HR-tech Venteny akan meramaikan pasar modal dengan mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia pada 14 Desember mendatang dengan ticket VTNY. Venteny melepas 939,78 juta lembar saham atau 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Menurut prospektus perseroan, harga yang ditawarkan kepada masyarakat sekitar Rp350 hingga Rp450 per saham, sehingga dana segar yang diperoleh sebanyak-banyaknya dari aksi korporasi ini adalah Rp422,9 miliar.

Perseroan merinci penggunaan dana IPO, yakni sebesar 42% atau Rp177,62 miliar akan digunakan untuk pinjaman kepada entitas anak PT Venteny Matahari Indonesia. Setelah dana dikembalikan, sebanyak 30% di antaranya digunakan untuk pengembangan aplikasi super Venteny yang bergerak pada solusi manajemen SDM, termasuk penguatan IT, produk, ekspansi bisnis di luar pulau Jawa.

Lalu, sisanya akan digunakan untuk modal kerja, termasuk perkuat tim, dan strategi pemasaran sehingga bisa mendorong aktivitas penguatan awareness brand Venteny.

Perseroan juga mengadakan program employee stock allocation (ESA) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 1 juta saham atau 0,11% dari saham yang ditawarkan pada saat penawaran perdana saham untuk program ESA saham kepada karyawan. Juga menyetujui pelaksaaan program Management and Employee Stock Option Plan (MESOP) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 532,5 juta saham atau 7,38% dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham, pelaksaaan ESA, dan MESOP.

BRI Danareksa Sekuritas, Surya Fajar Sekuritas, dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia ditunjuk perseroan sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam aksi korporasi ini.

Masa penawaran awal dimulai pada hari ini sampai 29 November mendatang. Sementara untuk perkiraan tanggal pencatatan di BEI pada 14 Desember 2022.

Masih dari sumber yang sama, per Juni 2022, Venteny mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar Rp29,2 miliar atau naik 71% secara year-on-year. Beban pokoknya tercatat sebesar RP18,22 miliar, naik 196%, sementara untuk laba komprehensif tahun berjalan tercatat sebesar Rp4,92 miliar, naik drastis hingga 2.005%. Kenaikan ini sejalan dengan pendapatan netto dan peningkatan penghasilan komprehensif lain atas selisih kurs.

Adapun untuk aset perseroan mencapai Rp354,52 miliar, meningkat 47% secara year-to-date dan liabilitasnya juga naik menjadi Rp273,89 miliar meningkat 31%.

Perkembangan Venteny

Venteny sendiri adalah startup HR-tech yang menyediakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan karyawan melalui peningkatan employee happiness dan employee engagement. Pertama kali diperkenalkan di pasar Filipina pada 2015, melalui kantor operasional VENTENY Inc., layanan ini secara resmi beroperasi di Indonesia pada 2019 dan mendirikan kantor pusatnya di sini.

Venteny membangun ekosistem employee superapp melalui kerja sama dengan pihak ketiga untuk menyelenggarakan beberapa layanannya, seperti Program Teknologi Keuangan (V-Nancial), Program Asuransi Berbasis Teknologi (VENTENY Insurance & Protection Program) atau “VIP”, Program Keuntungan Karyawan (V-Merchant), dan Program Pendidikan Berbasis Teknologi (V-Academy).

Melalui fitur V-Nancial misalnya, terdapat tiga jenis employee loan, yakni Multipurpose Loan, Education Loan, dan Cash Advance yang serupa dengan kasbon yang dapat dipilih. Perseroan bekerja sama dengan perusahaan pembiayaan yang telah memiliki izin dari OJK sebagai sumber akses dana darurat karyawan.

Dalam prospektus juga disampaikan, bisnis keuangan punya prospek yang cerah di Indonesia karena adanya kesenjangan pendanaan UMKM yang tidak terpenuhi. Posisi perusahaan sebagai lender punya peluang, dapat memberikan pinjaman yang tidak terbatas selama repayment capacity tersedia. Bermitra dengan beberapa perusahaan p2p dapat mencakup lebih banyak pasar, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengakuisisi salah satu perusahaan.

“Di mana saat mengakuisisi P2P tersebut, perseroan akan lebih dapat mengendalikan proses bisnis keuangan dan aktivitas operasional perusahaan tersebut,” tulis prospektus.

Model bisnis yang diterapkan Venteny, terdiri dari tiga segmen, yakni B2B, B2B2E, dan B2C. Kontribusi dari B2B mendominasi dengan pertumbuhan pengguna mencapai 161,61% per Maret 2022. Diklaim ada lebih dari 200 korporat yang menaungi lebih dari 200 ribu karyawan yang menjadi penerima benefit dari Venteny.

Selain B2B, Venteny juga akan terus mengoptimalkan layanannya ke segmen B2B2E pada tahun ini dan mempersiapkan program My Benefits, yang didesain khusus berdasarkan orientasi divisi HR (Human Resources) atau SDM (Sumber Daya Manusia) di perusahaan. My Benefits mengusung skema berlangganan yang dibayarkan perusahaan untuk para karyawannya, mengakses fitur-fitur eksklusif, seperti pelatihan, asuransi, hingga penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang gaya hidup.

Dalam data terakhir, Venteny sudah beroperasi di 3 negara, yaitu Filipina, Singapura, dan Indonesia, dengan lebih dari 250.000 pengguna di Filipina dan lebih dari 220.000 pengguna di Indonesia.

Mengutip dari CNBC Indonesia, Founder & Group CEO Venteny Jun Waide mengatakan setidaknya ada dua negara yang dibidik perseroan pada 2023, yakni Vietnam dan Thailand. Menurutnya, kedua negara ini dinilai punya potensial yang sama dengan Indonesia.