Anti-Cheat Terbaru COD: Warzone Dikabarkan Efektif Menghalau Para Cheater

Permasalahan utama yang lumrah dihadapi oleh game-game free-to-play adalah para cheater yang membuat permainan menjadi tidak menyenangkan. Game battle-royale di universe Call of Duty yaitu Warzone juga tidak lepas dari hal tersebut.

Namun pengembang Raven Software sepertinya kini telah berhasil membuat sistem anti-cheat yang efektif untuk menghalau para hacker dan cheater untuk masuk ke dalam Warzone. Raven dan Activision memang telah berusaha keras mencari cara untuk memerangi para hacker yang jumlahnya terus bertambah dengan cepat.

Dan akhirnya kerja keras tersebut terbayar. Karena, menurut pengakuan dari beberapa orang yang mengaku sebagai hacker dari COD: Warzone, sistem anti-cheat yang baru mampu memblokir hardware dan menghalau para hacker untuk beraksi kembali menggunakan akun baru.

Sistem anti-cheat terbaru ini mulai diimplementasikan mulai 11 Agustus lalu. Hasilnya, ada lebih dari 50.000 akun yang berhasil di-ban. Raven Software juga mengatakan lewat cuitannya di Twitter bahwa mereka mendengarkan komplain para pemain tentang keberadaan para hacker ini dan berjanji akan mengabarkan perkembangan situasinya.

Pengembangan sistem ban-hardware terbaru ini kemungkinan besar adalah hasil dari para streamer besar yang memilih untuk memboikot Warzone karena banyaknya cheater yang berkeliaran. Begitu juga para fans yang ikut mengingatkan bahwa para cheater ini sebelumnya cukup mudah untuk kembali hanya dengan membuat akun baru.

Meskipun sistem anti cheat baru ini terbilang cukup sukses untuk menghalau para cheater, namun tidak sedikit fans yang menganggap bahwa Raven dan Activision terlambat untuk mengimplementasikan sistem ban hardware ini. Pasalnya, sudah terlalu banyak pemain yang beralih dari Warzone termasuk para streamer ternama seperti NICKMERCS, Courage, TimTheTatMan, dll.

Call of Duty Warzone memang dikabarkan telah berhasil tembus 100 juta orang pada bulan April lalu. Namun jumlah tersebut juga berbanding lurus dengan jumlah cheater yang semakin banyak. Semoga saja dengan sistem anti cheat terbaru yang diimplementasikan ini efektif untuk waktu yang lama sehingga para pemain lama bisa kembali ke Warzone dengan tenang.

Apalagi Warzone baru saja memasuki musim kelimanya pada pertengahan Agustus lalu yang akan membawa berbagai hal baru termasuk Battle Pass, senjata, Perks, dan Gulag baru.

Lebih dari 500 Ribu Cheater Di-Ban dari Call of Duty: Warzone

Keberadaan game online kompetitif sepertinya selalu dihantui dengan keberadaan para cheater yang merusak sisi sportif dan fun yang ada di dalam game-nya. Terlebih lagi bila game tersebut bersifat free-to-play alias gratis yang sudah dapat dipastikan cepat atau lambat akan disusupi oleh cheater.

Game battle-royale milik Call of Duty yaitu Warzone pun tidak luput dari serangan para cheater. Untungnya Activision dan pengembang Raven Software tidak tinggal diam perihal para pemain curang ini. Mereka melaporkan bahwa, hingga kini, mereka telah melakukan ban terhadap lebih dari 500.000 akun yang terindikasi melakukan kecurangan.

Lewat akun Twitter resminya, Raven Software menyampaikan bahwa sehari sebelumnya mereka menghukum 30 ribu akun yang mencurigakan, yang membuat mereka telah menghukum lebih dari setengah juta akun di Call of Duty: Warzone.

https://twitter.com/RavenSoftware/status/1393280159642308609

Reaksi dari para pengikut Raven Software pun beragam perihal pernyataan tersebut. Beberapa pemain bahkan mengeluhkan bahwa akun mereka terkena hack dan masih belum bisa mendapatkan pemulihan akun. Beberapa orang bahkan mengaku terkena ban padahal tidak melakukan kecurangan sama sekali.

Raven Software sayangnya tidak menjelaskan lebih lanjut perihal ban masal yang dilakukan seperti persentase platform dari setengah juta pemain tersebut. Atau apa saja bentuk kecurangan yang dilakukan para pemain ini hingga akhirnya terkena ban.

Tentu hal ini juga berbahaya bagi COD: Warzone bila ternyata para pemain yang tidak bersalah juga menjadi korban dalam ban masal yang mereka lakukan. Terlebih dengan pengakuan banyak akun yang terbajak oleh pemain lain maka Raven Software juga harus meningkatkan perlindungan mereka terhadap keamanan akun para pemainnya.

Daftar game dengan laporan cheat terbanyak (Image credit: Surfshark)

COD: Warzone sendiri termasuk salah satu dari sekian ragam game online shooter kompetitif yang memiliki kasus cheater paling banyak. Dalam data yang diunggah di Surfshark diperlihatkan bahwa Warzone menempati posisi ke-4 di bawah Overwatch dan CS:GO. Sedangkan game yang menempati posisi pertama dalam laporan cheat terbanyak adalah Fortnite.

Lebih lanjut, data tersebut juga menjelaskan bahwa mayoritas kecurangan yang dilakukan oleh para pemain di game-game online shooter tersebut adalah aimbot dan wallhack. Aimbot, yang memungkinkan para cheater selalu mengenai sasaran secara akurat tanpa perlu membidik, menjadi mayoritas kecurangan yang tercatat.

Sedangkan dari laporan tersebut, negara yang paling banyak memiliki pemain curang dari game-game shooter tersebut adalah Swedia, diikuti dengan Amerika Serikat di urutan kedua, dan juga Georgia di urutan ketiga. Yang cukup mengejutkan adalah ternyata Rusia tidak masuk ke dalam urutan 5 besar dalam daftar tersebut terlepas dari stigma bahwa banyak cheater yang berasal dari negara tersebut.

Activision Blokir Permanen Lebih dari 50 Ribu Cheater Call of Duty: Warzone

Cheat atau cara curang sudah jadi bagian dari video game dari sejak medium hiburan ini diperkenalkan ke publik puluhan tahun lalu. Beberapa permainan memang terlalu sulit untuk sebagian orang, dan penggunaan cheat di mode single-player adalah suatu hal yang bisa diterima. Namun tentu saja cheat diharamkan di multiplayer, terutama ketika ia memberi keuntungan dan keunggulan pada sejumlah oknum di atas pemain lain.

Bagi developer game online, memerangi para cheater ialah sebuah perjuangan yang tak ada habisnya. Ada begitu banyak sistem anti-cheat diciptakan dan diimplementasikan. Beberapa studio juga memberanikan diri untuk mengambil langkah ekstrem dengan resiko kehilangan jumlah pemain secara signifikan. Salah satunya adalah melalui pemblokiran permanen, seperti yang belum lama dilakukan oleh Activision terhadap lebih dari 50 ribu cheater di Call of Duty: Warzone.

Lewat blognya, sang publisher dengan tegas menyampaikan bahwa Call of Duty: Warzone bukanlah tempat bagi cheater dan tidak ada toleransi untuk mereka. Memastikan semuanya bermain adil ialah prioritas utama Activision dan merupakan sebuah aspek yang betul-betul diperhatikan. Meski demikian, sudah pasti Activision tak mau mengungkap metodenya secara gamblang, sebagai upaya buat terus mengejutkan para cheater.

Ada dua pihak yang jadi musuh utama Activision: para pemain curang serta penyedia jasa cheat (umumnya ditawarkan sebagai layanan premium). Dalam membungkam mereka, publisher dan developer mengimplementasikan sejumlah strategi, terutama lewat penyempurnaan sistem keamanan serta pengawasan secara terus menerus.

Activision menugaskan tim keamanan buat bekerja tanpa henti dalam menginvestigasi data serta mengidentifikasi potensi-potensi pelanggaran. Tim ini akan mengulas semua metode hack dan cheat yang dapat mereka temukan, seperti penggunaan aimbot (memungkinkan orang membidik lawan secara otomatis), wallhack (memberi kemampuan untuk melihat atau berjalan menembus tembok), dan lain-lain.

Selain itu, Activision juga terus berusaha menyempurnakan sejumlah sistem in-game demi mempermudah pemain melaporkan dugaan tindak kecurangan, misalnya dengan menyederhanakan user interface. Segala laporan tersebut selanjutnya segera dianalisa dan disaring berdasarkan data. Setelah investigasi selesai, tim akan bergerak cepat buat menjatuhkan pemblokiran pada pelaku pelanggaran.

Activision turut berjanji untuk terus memberi update terkait jumlah cheater yang berhasil diblokir.

“Tidak ada tempat buat para cheater di sini,” tutur Activision sembari menutup pengumuman mereka. “Kami menyadari bahwa tidak ada solusi tunggal dalam memerangi praktek cheating. Ini merupakan usaha yang mesti dilakukan setiap hari, 24 jam selama seminggu penuh. Tapi yakinlah, kami berkomitmen buat menjaga agar pengalaman bermain tetap menyenangkan dan adil bagi semua orang.”

Remaja Ini Buat AI untuk Temukan Pemain Curang di CS:GO

Pemain curang merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi di industri esports. Sebagai salah satu developer Counter-Strike: Global Offensive, salah satu game esports paling populer, Valve memiliki fitur Anti-Cheat, yang dapat mendeteksi pemain curang secara real-time. Namun, CS:GO juga memiliki tool yang disebut Overwatch, yang memungkinkan pemain untuk meninjau video rekaman dari sebuah permainan yang dilaporkan terjadi kecurangan. Memanfaatkan Overwatch, seorang remaja dengan panggilan “2eggs” membuat AI yang dapat mendeteksi pemain curang. AI ini dinamai HestiaNet, yang didasarkan pada nama dewi perapian dan rumah tangga dari Yunani.

Kepada The Loadout, 2eggs berkata, dia tahu CS:GO dipenuhi dengan orang-orang yang bermain curang. Karena itu, dia ingin agar HestiaNet menangkap pemain curang sebanyak mungkin untuk ‘memulihkan’ komunitas CS:GO. “Bagi banyak anggota komunitas, CS:GO adalah rumah, dan Hestia juga merupakan pelindung rumah,” katanya, menurut laporan VP Esports.

2eggs adalah satu-satunya orang yang mengembangkan HestiaNet. Dia melatih AI buatannya menggunakan belasan ribu kasus Overwatch. HestiaNet akan menganalisa setiap kasus Overwatch dan menentukan apakah kecurangan terjadi dalam sebuah rekaman permainan. Dari 17.659 kasus yang HestiaNet teliti, ia menetapkan kecurangan terjadi pada 15.356 kasus. Sementara Valve menetapkan ada 15.104 kasus dimana kecurangan memang terjadi. Itu artinya, HestiaNet memiliki tingkat akurasi 98 persen.

Sumber: Steam
Sumber: Steam

“Saya harus membuat keputusan yang mungkin akan menyebabkan seseorang diblokir, dan memiliki kekuasaan itu mengharuskan Anda untuk harus benar-benar yakin akan pilihan yang Anda ambil,” kata 2eggs. “Saya harus adil — saya harus tetap netral, bahkan ketika saya mengolah data dari game yang saya mainkan sendiri.”

Meskipun baru berumur 19 tahun, 2eggs pernah membuat FACEIT ban logs dan Minerva ban logs untuk FACEIT, lapor Talk Esport. Tidak hanya itu, dia juga pernah mendapatkan US$11.450 karena menemukan dan melaporkan bug di CS:GO dan platform Steam itu sendiri pada Valve. 2eggs mengatakan, dia belajar tentang komputer dan programming secara otodidak. Dia mulai mengutak-atik komputer ketika dia masih berumur 10 tahun.

Tidak diketahui apakah Valve akan tertarik untuk memanfaatkan AI buatan 2eggs. Satu hal yang pasti, semakin banyak AI yang dapat mendeteksi pemain curang adalah kabar baik untuk industri esports. Di tengah perkembangan esports yang pesat, pemain curang bisa membuat masyarakat meragukan validitas esports.

Sistem Anti-Cheat Baru Overwatch Akan Hentikan Pertandingan Ketika Mendeteksi Cheater

Single-player merupakan wadah penyajian aspek sinematik dan cerita utama dalam game, tapi multiplayer-lah yang memastikan permainan dinikmati hingga bertahun-tahun ke depan. Sejak tersedia untuk publik, bermain bersama memang tak bisa dipisahkan dari aktivitas gaming. Tingginya minat konsumen terhadap jenis mode tersebut mendorong digarapnya judul-judul eksklusif multiplayer.

Overwatch merupakan salah satu game multiplayer yang hingga kini terus dinikmati jutaan pemain tanpa perlu ikut-ikutan menyajikan battle royale. Namun seperti judul kompetitif lain, pertempuran melawan eksploitasi dan cara-cara curang ialah perjuangan tanpa akhir sejak permainan dirilis. Untuk menanggulangi masalah cheater, Blizzard telah mengambil langkah sangat tegas berupa pemblokiran permanen pada para pelaku.

Via video update developer bulan Juli 2019, director Jeff Kaplan mengungkapkan rencana pembaruan fungsi anti-cheat di Overwatch. Di waktu dekat, Blizzard akan mengimplementasikan sistem deteksi cheat yang lebih mutakhir. Developer tidak menjelaskan cara kerjanya secara detail, namun sistem ini dirancang buat mengentikan pertandingan ketika seseorang terdeteksi bermain curang.

Meski belum diketahui kapan sistem anyar ini diterapkan di server umum, Blizzard sudah mulai mengujinya di Public Test Server. Begitu mengetahui adanya aktivitas cheating, permaian segera disetop. Menariknya, hal ini tidak banyak memengaruhi mereka yang bertanding secara jujur (baik yang jadi lawan ataupun rekan satu tim si cheater) dan skill rating (SR) para gamer sama sekali tidak terpengaruh – tak sama seperti saat mereka kabur dari match.

Lalu buat para pemain curang, Kaplan menyampaikan bahwa ‘hukuman berat telah menanti mereka’. Sekali lagi, Blizzard tidak memaparkannya secara spesifik, tapi melihat reputasi sang developer, mereka sama sekali tak segan menjatuhkan ban. Jika pengembangannya berjalan lancar, pemblokiran ini akan menyebabkan cheater sama sekali tidak bisa menyelesaikan pertandingan.

Mungkin Anda sudah tahu, pemblokiran bukanlah satu-satunya strategi yang diambil Blizzard untuk membuat ekosistem permainan jadi lebih sehat. Sistem Looking For Group dan Endorsement, diluncurkan tepat tahun lalu, juga terbukti efektif mendorong gamer berinteraksi secara positif.

Masih berkaitan dengan developer update Overwatch, Jeff Kaplan sempat mambahas agenda peluncuran hero baru. Fans pasti tahu, pengenalan karakter anyar kali ini sedikit lebih terlambat dibanding sebelum-sebelumnya. Blizzard paham kondisi tersebut , dan meminta kita untuk bersabar menunggu sedikit lebih lama.

Hero [Overwatch] ke-31 akan mengagumkan. Dia akan segera tiba, jangan cemas. Kami membutuhkan sedikit lebih banyak waktu demi membuatnya lebih keren,” tutur Kaplan. Dalam pernyataannya, sang game director menggunakan kata ganti ‘he‘ saat menyebut si karakter.

Via DigitalTrends.

Teruskan Perang Melawan Cheater Apex Legends, Respawn Tak Ragu Blokir ID Hardware

Cheat sudah ada sejak video game dihidangkan ke publik. Umumnya cheat tersaji lewat dua cara: digarap oleh pihak ketiga atau ditanam di permainan karena sejatinya merupakan bagian dari perkakas developer. Di judul-judul single-player, pemakaian cheat tidak pernah jadi masalah. Tapi ia merupakan musuh utama pemain dalam game-game multiplayer bertema kompetitif.

Sejak Apex Legends pertama kali dirilis, Respawn Entertainment terus berjuang mengatasi praktek cheating. Kurang lebih sebulan setelah permainan battle royale populer itu tersedia, developer berhasil menjaring lebih dari 350 ribu cheater. Dan kali ini, tim pengembang diketahui telah mengambil langkah lebih agresif dalam memeranginya. Mereka yang kerap bermain curang menyampaikan bahwa Apex Legends telah melakukan pemblokiran terhadap hardware.

Lewat forum ResetEra serta Reddit, para cheater Apex Legends di PC mengakui bagaimana mereka tidak bisa lagi mengakses permainan, meskipun telah menciptakan akun baru. Ternyata, situasi ini disebabkan oleh implementasi sistem pembekuan identitas hardware. Metode ini sangat sulit diakali, bahkan lewat sejumlah trik ataupun dengan mengubah alamat IP karena HWID adalah deretan angka dan huruf yang digunakan sebagai ciri-ciri unik komputer personal.

Seseorang sempat bilang bahwa mengganti kartu grafis atau RAM dapat mengubah identitas hardware PC, namun pengguna lain berpendapat ada kemungkinan teknologi anti-cheat tersebut mampu mendeteksi kombinasi beberapa komponen berbeda. Begitu ampuhnya metode baru ini, hingga satu cheater yang terkenal akan reputasi buruknya berkali-kali terblokir setelah mencoba memamerkan kemampuannya mengelabui sistem anti-cheat Respawn via Twitch.

Teorinya, cara paling efektif agar mereka yang gemar bermain curang bisa menikmati Apex Legends lagi adalah dengan membeli satu set PC baru. Memang tidak ada hal yang lebih manis bagi gamer dari menyaksikan tangisan para cheater:

“Sayangnya, saya telah diblokir. Saya tidak tahu bagaimana mereka melakukannya. Saya tidak menggunakan cheat dalam waktu tiga empat hari. Ini semua hanya buang-buang uang. Saya menyalahkan diri sendiri,” kata seorang pengguna software hack.

Rekannya kemudian menanggapi, “Saya bahkan tidak bisa bermain dengan akun baru. Tiap kali membuat, akun tersebut diblokir.”

Apex 1

Pertanyaannya kini ialah, apakah sistem blokir identitas hardware ini diaplikasikan secara merata dan konsisten?

Saya harap iya, dan memang sudah saatnya Respawn memberikan hukuman berat bagi para pelanggar. Mereka tidak perlu cemas sistem anti-cheat tersebut mengurangi jumlah pemain, karena individu-individu yang betul-betul peduli terhadap Apex Legends tidak akan berpikir untuk menggunakan metode-metode ilegal ketika bermain.

Via PC Gamer.

Respawn Jaring 355 Ribu Cheater Apex Legends, Fitur Pelaporan Praktis Segera Hadir

Apex Legends tampaknya tidak berhenti membuat kita terpana. Dalam periode hanya sebulan setelah dirlis, game shooter battle royale itu sukses menyentuh batasan 50 juta pemain. Pertumbuhan ini melampaui rekor Fortnite yang membutuhkan beberapa bulan untuk menghimpun 45 juta gamer. Namun dengan pesatnya perkembangan komunitas, meningkat pula usaha-usaha ilegal dari sejumlah oknum agar mereka bisa unggul di tiap match.

Kabar baiknya, tim Respawn Entertainment sudah mengantisipasi hal ini. Lewat Reddit, tim mengabarkan keberhasilannya memblokir lebih dari 355 ribu cheater Apex Legends di PC berbekal Easy Anti-Cheat. Developer mengabarkan bahwa layanan tersebut terbukti efektif menanggulangi upaya-upaya bermain curang, namun Respawn juga menyadari, mengatasi cheater adalah sebuah ‘perang tanpa henti’ dan berjanji untuk terus waspada.

Respawn menjelaskan bagaimana mereka sangat serius dalam membasmi praktek cheating demi menjaga kesehatan ekosistem game. Developer tentu tidak mau mengumbar seperti apa metode yang telah dan akan diimplementasikan untuk mengejutkan para cheater, tetapi ada tiga poin yang saat ini Respawn lakukan:

  1. Berkolaborasi bersama para ahli, baik di dalam ataupun di luar ruang lingkup Electronic Arts. Banyak hal baru bisa dipelajari lewat kerja sama dengan tim lain.
  2. Menambah jumlah tim anti-cheat sehingga ke depannya ada lebih banyak sumber daya buat menangkis metode-metode bermain curang.
  3. Membubuhkan fitur pelaporan in-game di Apex Legends versi PC, sehingga pemain bisa lebih mudah mengadukan gamer-gamer mencurigakan.

Fitur report merupakan salah satu fungsi paling krusial di game multiplayer kompetitif, dan ketidakhadirannya di Apex Legends memang sedikit membingungkan. ‘Report‘ sudah menjadi fitur native di Titanfall 1 dan 2 yang dijajakan sebagai game berbayar, meskipun kondisi ini tidak menghentikan sejumlah oknum untuk mencoba bermain curang. Tak mengherankan jika praktek cheating jadi lebih masif di game free-to-play.

Selain cheating, tim mengabarkan tengah mencari jalan keluar terhadap aktivitas spamming yang dilakukan sejumlah pemain. Mereka biasanya melakukan spamming di sesi pemilihan karakter, kemudian segera keluar dari pertandingan dan memutuskan koneksi. Sekali lagi, Respawn tak mau mengungkap strategi yang mereka ambil, dan solusinya kemungkinan tidak diluncurkan dalam waktu satu dua minggu.

Respawn juga mengakui ada sejumlah kendala teknis yang perlu ditangani. Mereka sedang menggodok patch baru untuk mengatasi crash serta mendongkrak performa permainan di PC. Developer masih berdiskusi soal penambahan fitur reconnect, tetapi mereka melihat bahwa kehadiran fungsi ini membuka peluang eksploitasi. Lagi pula, timnya saat ini tengah fokus buat meningkatkan kestabilan permainan.

Minggu Lalu, Valve Menjaring Hampir 90 Ribu Cheater di Steam

Bagi developer game, penanggulangan masalah cheating adalah perang tanpa akhir. Metode yang digunakan para oknum semakin canggih dan bervariasi. Sebagai tanggapannya, metode anti-cheat yang digunakan para penyedia platform juga kian tegas. Blizzard misalnya. Jika tertangkap basah bermain curang di game mereka, akun Battle.net kita akan diblokir secara permanen.

Valve juga sudah mengimplementasikan sistem Valve Anti-Cheat (biasa disingkat VAC) di Steam sejak tahun 2002. Developer tidak pernah mengungkap cara kerja VAC secara rinci agar para cheater tidak bisa mengakalinya, namun sepertinya Valve belakangan telah mengambil langkah agresif dalam menanggulangi praktek kecurangan di sana. Minggu lalu, developer dikabarkan berhasil menjaring hampir 90 ribu akun Steam bermasalah. Angka ini merupakan rekor terbesar Valve.

Langkah pemblokiran besar-besaran diketahui dimulai pada hari Selasa tanggal 17 Juli silam. Saat itu, VAC menyegel lebih dari 60 ribu akun di platform distribusi digitalnya. Tapi pembersihan tidak berhenti sampai di sana. Di hari Rabu pagi, sistem anti-cheat kembali membekukan tidak kurang dari 28.411 akun. Momentum pemblokiran akhirnya menurun di akhir minggu lalu. Saat artikel ini ditulis, VAC baru menutup satu akun terduga cheating di tanggal 23 Juli.

Belum bisa dipastikan apa yang memicu pembekuan akun secara masif tersebut. Kita boleh menduga, Valve Anti-Cheat berhasil mengidentifikasi metode eksploitasi yang sebelumnya tidak diketahui. VAC awalnya diterapkan di permainan-permainan punya Valve, namun sekarang ada banyak judul third-party turut mengusungnya. Kurang lebih 300 game mendukung VAC, dan jika Anda diblokir di satu judul, Anda akan kesulitan mengakses permainan lainnya.

Game-game populer Steam yang memanfaatkan VAC meliputi Counter-Strike: Global Offensive, Dota 2, seri Call of Duty hingga Ark: Survival. Jika Anda banyak menghabiskan waktu menikmati judul-judul ini, ada peluang cukup besar Anda sempat berhadapan dengan cheater.

Sebagai orang yang tidak pernah berpikir untuk bermain game dengan curang, saya sangat mengapresiasi langkah tegas Valve tersebut. Beberapa tahun silam, pengguna Steam sempat mengeluhkan gerak lambat Valve mengatasi cheater. Meski sedikit terlambat, dan para oknum sudah lama menjalankan aksinya, setidaknya perusahaan betul-betul berkomitmen buat tidak mentolerir cheating.

Tentu saja pemblokiran besar-besaran ini bukanlah akhir dari upaya cheating para oknum yang terjaring. Mereka masih bisa membuka akun baru. Tapi setidaknya, langkah cheater jadi lebih sulit karena mereka harus menggunakan alamat email lain, menyambungkan akun ke nomor telepon berbeda, dan membeli game dari nol.

Via Games Industry & PCGamesN.

Fitur TruePlay di Windows 10 Fall Creators Update Ialah Cara Microsoft Memerangi Cheater

Fall Creators Update adalah pembaruan besar keempat untuk Windows 10. Versi finalnya tersedia buat Windows Insider pada tanggal 26 September, dan dirilis ke publik hari Selasa kemarin. Fall Creators Update difokuskan pada banyak aspek di sistem operasi, dari mulai Windows Mixed Reality, upgrade pada app Photos, Edge, Store, keamanan, hingga gaming.

Namun satu hal krusial buat gamer malah belum sempat Microsoft bahas di blog Windows. Kehadiran fitur tersebut diyakini bisa meminimalkan peluang terjadinya kecurangan dalam permainan, terutama di pertandingan-pertandingan kompetitif. Dan akhirnya melalui page terpisah, Microsoft mengungkap dan menjelaskan fungsi dari fitur anti-cheat baru bernama TruePlay.

TruePlay adalah adalah satu set perkakas untuk membantu para developer game memerangi para cheater. Microsoft menjelaskan bahwa permainan-permainan yang memanfaatkannya akan selalu terproteksi, mengurangi peluang adanya eksploitasi. Sebagai tambahan, sebuah sistem di Windows 10 akan mengawasi sesi-sesi gaming tersebut, mencari perilaku tak wajar dan upaya manipulasi – yang umum terjadi di skenario-skenario cheating.

Data-data yang diperoleh sistem akan dikumpulkan. Dan selanjutnya, sistem secara sigap akan mengeluarkan peringatan jika perilaku ini dilakukan berulang kali. Dan demi memastikan privasi gamer tetap terjaga sembari mencegah terjadinya ‘false alarm‘, data-data tersebut hanya diberikan ke developer setelah sistem TruePlay yakin sudah mendeteksi adanya tindak kecurangan.

Buat memudahkan developer, Microsoft menyediakan fitur otomatis agar tidak memerlukan pengawasan secara aktif. TruePlay juga bukanlah sistem ‘block on launch‘, sehingga gamer yang tidak memilih buat mengaktifkannya tetap bisa menikmati permainan tersebut. Developer dipersilakan menentukan sendiri fitur dan konten apa yang bisa diakses oleh pemain jika TruePlay tak menyala.

TruePlay memiliki beberapa fungsi dasar: memonitor apakah game sedang berjalan di mode yang tidak diperkenankan memakai cheat, mengetahui status diperbolehkan atau tidaknya proses pemantauan pada permainan berdasarkan izin dari user, serta mengecek secara konstan kondisi dari sistem anti-cheat.

Melihat dari fungsinya secara keseluruhan, cara kerja TruePlay hampir serupa Valve Anti-Cheat, tapi ia hanya bisa dimanfaatkan oleh game-game berbasis Universal Windows Platform. Langkah ini merupakan satu dari banyak cara yang Microsoft lakukan supaya mereka lebih dominan lagi di ranah PC gaming.

Permainan-permainan yang dikembangkan berbasis UWP sendiri sempat mendapat kritik dari sejumlah  media terkait beragam restriksi teknis, misalnya belum ada dukungan terhadap setup multi-GPU serta software overlay semisal Fraps, hingga sulitnya melakukan modding.

Via PC Gamer.

Niantic Perangi Cheater Pokémon Go Dengan Ban Permanen

Fenomena Pokémon Go memicu kelahiran berbagai app dan layanan thirdparty. Beberapa dari mereka yang populer adalah Poké Radar dan Helper for Pokémon Go. Tapi dalam bermain, beberapa orang juga diketahui memakai program untuk memanipulasi lokasi sehingga progres permainan berjalan lebih cepat. Developer tentu saja sudah melakukan berbagai cara buat mengatasinya.

Agar para cheater jera dan demi mengembalikan keseimbangan permainan, Niantic Labs menyatakan mereka tidak segan-segan buat menerapkan ban permanen bagi siapa saja yang menggunakan cara-cara curang di Pokémon Go. Pengumumannya memang tidak dilakukan secara heboh, tetapi sudah dibahas oleh para user  Reddit sejak dua hari silam.

Pengguna program bot yang di-ban akan memperoleh notifikasi singkat dan padat: “Akun Anda ditutup secara permanen atas pelanggaran persyaratan layanan (terms of services) Pokémon Go, di antaranya – tapi tidak terbatas – ialah memalsukan lokasi Anda, memanfaatkan emulator, memakai software tidak resmi atau versi modifikasi, serta mengakses client Pokémon Go via cara-cara ilegal lainnya.”

“Tujuan kami adalah menciptakan pengalaman bermain yang adil, menyenangkan serta resmi untuk semua orang,” tulis developer. “Kami akan terus bekerja bersama Anda demi meningkatkan kualitas gameplay, termasuk pengoptimalan permainan secara berkala dan penyempurnaan sistem anticheat. Jika Anda yakin akun Anda dihapus karena kesalahan [kami], silakan lakukan banding lewat formulir ini. Terkait alasan privasi, mohon jangan mem-posting banding di sosial media.”

Menilai informasi yang diungkap developer di atas, pemakaian aplikasi thirdparty apapun berpotensi membuat Anda di-ban. Meski demikian, Niantic tidak mencoba mengimplementasikan ‘ban  hammer‘ dengan tangan besi. Mereka menargetkan para pengembang software ilegal serta para penggunanya. Buat penerapannya sendiri, Niantic tidak menjabarkannya secara rinci, termasuk bagaimana mereka mengatasi kasus ‘banding’.

Belum lama ini, developer juga telah merilis versi baru Pokémon Go, berisi sejumlah upgrade dan downgrade. Niantic Labs menghilangkan fitur Nearby, memperlihatkan tapak kaki untuk menunjukkan jarak ke Pokémon terdekat, serta mode battery saver yang menyimpan glitch. Versi tersebut juga memberikan kesempatan bagi pemain buat meng-edit kembali penampilan karakter mereka.

Perubahan terbesar sendiri tidak terlalu terlihat, tapi segera dirasakan mereka yang menginstal app  thirdparty. Dengan update tersebut, PokéVision – berfungsi memperlihatkan lokasi-lokasi Pokémon di sekitar Anda – jadi tidak bisa digunakan lagi.

Via Gamespot.