MCI Dikabarkan Kembali Berikan Pendanaan ke Ayoconnect

Mandiri Capital Indonesia (MCI) dikabarkan kembali memberikan pendanaan ke startup fintech Ayoconnect. Menurut data yang diinput ke regulator, seperti dikutip dari Alternative.PE, nilainya sekitar $2,5 juta atau setara 39 miliar Rupiah. Dari data tersebut juga terlihat bahwa dalam putaran seri B1 ini harga per lembar sahamnya jauh di bawah putaran sebelumnya (downround).

DailySocial.id sudah mencoba mengonfirmasi kabari ini ke kedua belah pihak, namun mereka enggan memberikan pernyataan resmi.

Penggalangan dana seri B Ayoconnect sudah berlangsung sejak tahun 2021. Kala itu diawali putaran pra-seri B senilai $10 juta yang diikuti Mandiri Capital Indonesia, Patamar Capital, dan sejumlah angel investor. Kemudian pada awal Januari 2022, perusahaan mengumumkan pendanaan seri B senilai $15 juta dipimpin Tiger Global dengan partisipasi PayU, Alto Partners, dan sejumlah angel investor.

Menjelang akhir tahun 2022, Ayoconnect kembali mengumumkan tambahan perolehan putaran seri B mereka senilai $13 juta dipimpin SIG Venture Capital, diikuti oleh Innovation Capital serta beberapa investor sebelumnya, termasuk PayU dan Prosus. Secara total, sampai pendanaan seri B+ ini Ayoconnect berhasil bukukan pendanaan ekuitas senilai $28 juta.

Kinerja Ayoconnect sepanjang 2023

Sejak didirikan tahun 2016 oleh Chiragh Kirpalani dan Jakob Rost, Ayoconnect telah menjelma sebagai penyedia layanan Open Finance API yang lengkap, melayani pasar Indonesia dan Asia Tenggara. Solusi yang dihadirkan memudahkan pemilik bisnis dengan menyediakan infrastruktur pembayaran dengan embedded finance — memungkinkan pengembang menyematkan kapabilitas pembayaran ke aplikasi yang dikembangkan.

Disampaikan dalam rilis resminya, sepanjang 2023 Ayoconnect mendapatkan penambahan lebih dari 50 klien baru. Sejumlah perusahaan yang kini jadi klien mereka antara lain Bluebird, Bank Syariah Indonesia, Kredivo, JULO, KiriminAja, Bank DKI, Koperasi Syariah BMI, dan MNC Group.

Melalui peningkatan pelanggan tersebut, Ayoconnect juga mengklaim berhasil mendorong pertumbuhan bisnis dari 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dimungkinkan dengan diluncurkannya inovasi White-Label Virtual Cards yang diluncurkan bersama Mastercard pada Januari 2023 silam dan Instant Transfer API. Dua inovasi tersebut berhasil memberikan Ayoconnect keunggulan kompetitif dalam lanskap fintech yang dinamis.

Perusahaan juga sempat melakukan efisiensi, salah satunya dengan memberhentikan 10% dari total karyawan pada Agustus 2023 lalu. Keputusan ini diambil perusahaan sebagai langkah antisipasi untuk menghadapi kondisi makro ekonomi dan upaya menuju profitabilitas.

Capaian bisnis Ayoconnect sepanjang 2023 / Ayoconnect
Capaian bisnis Ayoconnect sepanjang 2023 / Ayoconnect

Hadirnya berbagai fitur keuangan baru yang diluncurkan oleh mitra Ayoconnect juga dinilai mampu berkontribusi secara signifikan terhadap meluasnya adopsi layanan keuangan digital tingkat nasional.

Founder & CEO Ayoconnect Chiragh Kirpalani menjelaskan, “Kesuksesan Ayoconnect pada tahun 2023 merupakan bukti komitmen kami terhadap inovasi dan kolaborasi. Kami bangga menyambut klien baru ke dalam ekosistem kami dan berharap dapat melanjutkan perjalanan menuju lanskap keuangan yang lebih inklusif dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia.”

Chiragh menatap optimis bahwa lanskap ekonomi digital pada tahun 2024 akan membaik seiring dengan reformasi pemerintah dan tumbuhnya konsumsi swasta sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga didukung oleh proyeksi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai $150 miliar atau setara Rp2,333 triliun pada tahun 2025.

Bank Mandiri Integrasikan Solusi “Autobilling API” Ayoconnect untuk Dorong Kinerja Kartu Kredit

PT Bank Mandiri Tbk mengintegrasikan layanan Mandiri Power Bill dengan solusi Autobilling API dari Ayoconnect. Solusi ini memungkinkan pengguna kartu kredit Mandiri untuk melakukan pembayaran berbagai transaksi tagihan secara otomatis di lebih dari 200 merchant dari 8 kategori produk.

Dalam keterangan resminya, VP Bank Mandiri Noorman Andrianto mengatakan, kerja sama ini menjadi strategi perusahaan untuk meningkatkan kembali pertumbuhan bisnis kartu kredit.

Pasalnya, mengutip Data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), penjualan kartu kredit turun hingga 30%. Jumlah transaksinya juga turun 28,98% juta menjadi 29,98% dari Januari 2020 (year-on-year). Adapun, pertumbuhan penjualan dan transaksi kartu kredit anjlok dikarenakan banyak berbagai gerai ritel tutup dan masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran di masa pandemi Covid-19.

Noorman mengaku, integrasi solusi Autobilling API telah membawa kinerja positif terhadap volume penjualan kartu kredit Mandiri yang tercatat naik sebesar 19%. Sementara, pertumbuhan transaksinya mencapai 23% per akhir 2020 (year-on-year).

“Solusi ini berhasil mendorong kepuasan dan loyalitas nasabah kartu kredit Mandiri. Bahkan Autobilling API juga memperluas cakupan layanan Mandiri Power Bill yang kini dapat menjangkau pembayaran PDAM ke lebih dari 60 kota dan 100 kabupaten di Indonesia. Jumlah merchant kami pun bertambah dari sebelumnya 20 menjadi lebih dari 200,” ungkap Noorman.

Per Q1 2021, jumlah kartu kredit Bank Mandiri yang beredar tercatat sebanyak 1,5 juta kartu dengan volume penjualan sebesar Rp7 triliun. Jumlah kredit yang disalurkan lewat kartu kredit Bank Mandiri berkontribusi sebesar 15% terhadap total kredit konsumen.

Sementara, Co-Founder & COO Ayoconnect Chiragh Kirpalani menambahkan, solusi Autobilling dirancang untuk membantu industri keuangan dalam mengelola dan meningkatkan pendapatan dari transaksi berulang yang komprehensif bagi penerbit kartu kredit, serta aman dan mudah bagi pelanggan.

Menurutnya, pihaknya tengah menjajaki peluang kerja sama untuk membuka akses Autobilling API dengan lebih banyak pelaku di industri keuangan, baik bank dan fintech, dalam waktu dekat.

Sekadar informasi, Ayoconnect merupakan startup marketplace API yang fokus pada pengembangan API di industri keuangan Indonesia. Layanan mereka memungkinkan developer memilih berbagai produk white-label finansial di platform dan meluncurkan dengan cepat ke pengguna.

Dalam lima tahun terakhir, solusi Ayoconnect telah diadopsi di lebih dari 1000 perusahaan Indonesia dan memproses lebih dari 500 juta klik API per tahunnya. Perusahaan kini telah mengantongi pendanaan Rp142 miliar dari sejumlah investor lokal dan internasional, termasuk BRI Ventures, AC Ventures Indonesia, dan Finch Capital.

Layanan keuangan inklusif lewat API

Di era open banking, keterhubungan bank dengan ekosistem keuangan digital menjadi aspek krusial dalam menghadirkan layanan keuangan yang inklusif. Perbankan di Indonesia pun sudah lama mulai merangkul tren tersebut dengan mengimplementasikan Open API.

API atau program aplikasi yang memungkinkan perusahaan terintegrasi antar-sistem dapat membantu mentransformasikan industri keuangan di era digital. Pandemi Covid-19 mungkin dapat dikatakan sebagai faktor yang memecut industri keuangan dan turunannya untuk memudahkan transaksi keuangan.

Bahkan Bank Indonesia (BI) akan segera merilis standar Open API yang ditargetkan terbit tahun ini. Tak cuma inklusi keuangan, BI menilai standar Open API akan meningkatkan efisiensi dalam transaksi pembayaran, meningkatkan inovasi dan persaingan, serta mengurangi risiko.

Di Indonesia, pelaku startup yang menawarkan layanan API bagi perusahaan masih dapat dihitung dengan jari. Misalnya, Brick dan Finanter yang menyediakan layanan API Open Finance, atau Instamoney yang membantu perusahaan mengembangkan layanan fintech remitansi. Ayoconnect sebetulnya juga tak cuma menawarkan solusi Autobilling, tetapi juga solusi seperti Digital Products API dan Payment Point API.

Discovering Various Concepts of “Open Finance” in The Digital World

Innovation and problems are two related things. As in the world of fintech, especially in developing countries like Indonesia with low bank account ownership, is a firm land to innovate various financial products.

There are new terms emerged, such as open banking, open finance, or banking as a service (BaaS), all of which actually take advantage of the open APIs targeting various sectors. In clarifying this term, DailySocial asks industry players involved in this sector to interpret the views of the two terms. There are Brankas, Finantier, and AyoConnect.

In terms of Finantier, open banking becomes one of the building blocks, but not the only one in the world of open finance. Meanwhile, open finance has a bigger aspect than open banking. On the other hand, open banking is likely centered around bank accounts. Despite this fact, there are still many underbanked people in Indonesia.

“Some companies have tried to do open banking but this only serves 30% of Indonesians who have access to a bank account. What about the other 70%? Although open banking can function in other countries, here [Indonesia] is different,” Finantier‘s Co-Founder and CEO Diego Rojas said.

Meanwhile, AyoConnect says open API is similar to open banking because it allows interlink and interconnection between multiple options via one API. This condition has the potential to significantly accelerate the integration process between parties, therefore, to reach customers faster.

“The difference is that open banking is initiated by the bank for its third party, while our API is initiated by ourselves which allows interconnection between billing providers and channel partners,” AyoConnect’s Co-Founder and COO Chiragh Kirpalani said.

Also, Brankas sees the easiest way to differentiate is to place open banking as a model or philosophy that supports the movement of people and companies to get more access to payments and account information, with the owner’s consent. Meanwhile, open API is a necessary tool to activate this philosophy.

“Where the company can connect with it, to make things possible, for instance, top-up on the e-wallet [platform] using your bank credentials in real-time,” Brankas’ Co-Founder and CEO Todd Schweitzer said.

Finantier, AyoConnect, and Brankas are taking advantage of the API’s remarkable works in carrying out their respective missions. In fact, they want to simulate existing financial services with APIs, therefore, end consumers can experience the benefits.

Various innovations

AyoConnect positioned itself as an open bill network, connecting billing companies, consumer platforms, and aggregators through one open network accessible via centralized API, the AyoConnect API. As a result, billing companies – such as telecommunications companies, apartment managers, educational institutions, insurance, and others – can expand their payment points quickly and easily.

On the other hand, companies with direct contact with customers, such as e-commerce, banks, retail stores, to other fintech applications, can provide their customers with access to 3 thousand billing products from 25 categories for their customers.

Chiragh explains that all these solutions exist because the company sees itself as a provider. Bill payment has become a mandatory feature offered by consumer-related platforms to maintain retention. If you build this all yourself, the margin that comes from the transaction is actually very small, and even tends to be unprofitable.

AyoConnect Co-founders / AyoConnect
AyoConnect Co-founders / AyoConnect

“Our value proposition to partners is to run bill payments and digital goods as an end-to-end profitable category. Our technology provides the infrastructure that helps clients grow faster while focusing on the core business at the same time. ”

Meanwhile, Brankas saw the wide range of opportunities offered by open finance in Indonesia and Southeast Asia. Schweitzer and his partner, Kenneth Shaw, founded Brankas in 2016 with the vision of making modern financial services available to everyone.

“By helping banks prepare new technologies, helping online businesses connect easily to banks, we can create new product categories in the financial services industry.”

Brankas solutions include providing open finance for financial service providers (banks, lenders, e-wallets) who want to offer API-based products and online businesses or fintech companies who want to connect with banks.

Next, partner with banks to build and manage their open finance infrastructure, produce APIs for real-time payments, identity, account opening, and more; provides an aggregation API that allows online businesses to connect in real-time to multiple banks and embed financial services into their own products. There are several API aggregation products, account mutations, direct transfers, payment links, and disbursements.

Schweitzer calls all of these product initiatives based on the results of identifying problems faced by customers and creating products to solve problems with better financial infrastructure. He provides an example, one of the creative innovations is about opening an online account.

Online account opening by companies is actually in great demand during a pandemic due to the reduced activity of people visiting branch offices. The company partnered with a campus organization to streamline the process of creating accounts with Brankas’ bank partners and accelerate the process from weeks to less than 48 hours.

Sumber: depositphotos.com
Sumber: depositphotos.com

Meanwhile, Finantier focuses on developing open finance services for consumers and businesses to get financial services in improving their financial well-being. They do this by providing valuable financial information about consumers and businesses to financial institutions and fintech in the form of e-KYC, enriched financial data, and others.

Using the information, financial institutions and fintechs can identify customers, assess their financial capabilities, and the form it takes, to offer a variety of financial products, not limited to loans and insurance. Companies can also speed up time-to-market and cut costs in developing custom-designed digital solutions.

“Companies can have a good overview of their customers’ financial health, and offer tailored services for each user. For example, with the information we provide, fintech lending can provide more competitive loan interest to customers,” Diego explained.

The open finance ecosystem is important because the raw data collected by each institution is different. However, when the data processed, it will be very useful, but the investment in this area is quite large and takes time.

“The problem is that financial information is difficult to access. Even if someone has access, how do you make sense of the data? The first problem is that there is actually a lot of financial information available, but it takes a lot of effort to get it. This is a difficult problem that we are determined to solve.”

Solid B2B

The presence of API players, like the three companies above, fully targets companies as users, not retail consumers. Chiragh says the company charges partners a fair fee because they trust AyoConnect to handle bill payment features to keep partners seamless, overhead cost minimal, and save their money overall.

Some of these partners, including DANA, JD.id, Bukalapak, Pegadaian, Indomaret, Home Credit, telco, Indosat GIG, Bank Mandiri, and many more. “We, first of all, make sure that our partners’ businesses grow and our incentives align with each other.”

In terms of Brankas, all users are companies from financial institutions and third-party service providers. Brankas operates two business models by looking from the supply and demand side.

Schweitzer explained that on the supply side, the company is building an open banking infrastructure, partnering with financial institutions to open their financial products and services in the form of APIs. The API can connect with third parties from partners.

Since all financial institutions have different infrastructure and different implementations for each bank, this business is monetized per project. “We usually work with banks to understand their requirements, technical infrastructure, and requirements to deliver contracts that make sense to consumers.”

Brankas's duo Co-founder
Brankas’s duo Co-founder

In terms of demand, Brankas provides services for startups, e-commerce companies, fintech, and others by providing aggregate APIs for payment-related and all data-related uses. For example, Brankas customers in the Philippines can make fund transfers using the open banking concept through end-user approval and make peer-to-peer funds transfers on third-party applications.

The API aggregate helps partners no longer have to connect to several banks through several open APIs using a bit of a standard. “Through Brankas, they can connect to a single API giving access to all financial services, which means less overhead in maintaining these connections. Therefore, in this model, we charge our customers based on successful transactions, for example paying for services per its function.”

Finantier is quite similar. They partner with fintech companies and financial institutions. Diego designs win-win solutions for consumers and businesses, therefore, they can get access to financial services. Partners only have to pay-per-use for each API call they make.

Moreover, partners will benefit from Finantier’s API that provides them valuable financial information, therefore, partners can improve their performance. “When our partners work better, so do we. We are currently working with 40+ partners and are rapidly scaling up our team to meet the increasing demand. ”

Finantier’s COO Edwin Kusuma added that the majority of corporate partners come from banking, p2p lending, multi-finance, and wealth management, and others. Creating an API is not an easy job, especially for financial companies with experts in their respective fields. As a result, in-house API development is expensive.

Even for fintech lending companies. Even though they are tech companies, they need help from companies like Finantier to solve the problem. “For lending companies, their main business is lending, therefore, to invest in technology and build a good technology team, it doesn’t make sense to them. Also, AFPI itself as an association encourages cooperation between p2p companies and other companies,” Edwin said.

Finantier' Co-founders / Finantier
Finantier’ Co-founders / Finantier

The future of open banking and open finance

Schweitzer believes Indonesia is in the process of entering a new era of open banking as banks are now competing to launch products and partner with fintech companies. For Brankas, this momentum was very beneficial because the more lenders who came, the more financial insights that could be obtained to be channeled back.

“The pandemic has forced many banks to look for alternative business models, to switch to digital solutions that help MSMEs. Bank Indonesia recently announced new regulations and permits that will take effect in July 2021 which will help support businesses that wish to provide open banking solutions, whether related to bank account data or payment initiation.”

The implication will be more of real uses for open banking and will make the API more familiar, widely available, and widely accessible. In the end, people can manage bank accounts faster, pay smoothly, and share financial data to get access to credit, which was quite difficult.

In response to that, Brankas plans to launch new products in the coming months for fintech and other startups looking to partner with banking services via APIs to empower their users. Then, work with more banks to open their core systems through open APIs, therefore, more companies can connect directly with banks and facilitate the transfer of funds and data.

“Eventually, looking for ways to connect Indonesia to the regional fintech ecosystem through open banking. Part of this will require Brankas to slide into new markets, something we’ll see further in 2021.”

Diego’s view was not much different. He sees API usage increasing exponentially in Indonesia, along with the number of technology companies. This momentum is getting to its peak as more valuable information about consumers and businesses cannot be used before.

“With our API, we help create new business models that didn’t exist before. More companies will use our solutions and enter the financial ecosystem, providing new and innovative products. Ultimately, this is good because consumers and businesses are benefiting from improved access to finance and better ways to improve their financial well-being.”

Last, AyoConnect will continue to expand its open bill network ecosystem with larger and highly fragmented bill payment companies. “That’s where we will direct our focus for now. Therefore, we will remain dedicated to expanding our network and developing solutions for our partners,” Chiragh concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mengenal Ragam Konsep “Open Finance” di Dunia Digital

Inovasi dan masalah merupakan dua hal yang selalu muncul berdampingan. Begitupun dalam dunia fintech, apalagi di negara berkembang seperti Indonesia dengan kepemilikan rekening bank yang rendah, adalah tempat empuk untuk berinovasi berbagai produk keuangan.

Istilah baru pun bermunculan, ada open banking, open finance, atau banking as a service (BaaS) yang seluruhnya ini sebenarnya memanfaatkan keberadaan open API dengan sasaran target yang berbeda. Untuk meluruskan terkait istilah ini, DailySocial meminta interpretasi dari pelaku industri yang berkecimpung di sektor ini mengenai pandangan dari kedua istilah tersebut. Ada Brankas, Finantier, dan AyoConnect.

Bagi Finantier, open banking adalah salah satu blok bangunan, tetapi bukan satu-satunya di dunia open finance. Sementara open finance itu lebih besar aspeknya dari open banking. Di sisi lain, open banking itu lebih terpusat di sekitar rekening bank. Padahal kenyataan di lapangan, masih banyak orang Indonesia yang menjalani hidup mereka tanpa berinteraksi dengan rekening bank.

“Beberapa perusahaan telah mencoba melakukan open banking tapi ini hanya melayani 30% orang Indonesia yang memiliki akses ke rekening bank. Bagaimana dengan 70% lainnya? Meskipun open banking dapat berfungsi di negara lain, tapi di sini [Indonesia] berbeda,” ujar Co-Founder dan CEO Finantier Diego Rojas.

Sementara itu, AyoConnect memandang open API dengan open banking adalah hal yang serupa karena memungkinkan interlink dan interkoneksi antara banyak pilihan melalui satu API. Kondisi ini berpotensi mempercepat proses integrasi antarpihak secara signifikan, sehingga dapat menjangkau pelanggan dengan lebih cepat.

“Perbedaannya adalah open banking itu diprakarsai oleh bank untuk pihak ketiganya, sementara API kami diprakarsai oleh kami sendiri yang memungkinkan interkoneksi antara penyedia tagihan dan mitra saluran,” ujar Co-Founder dan COO AyoConnect Chiragh Kirpalani.

Terakhir, Brankas melihat cara paling mudah membedakannya adalah menempatkan open banking sebagai model atau filosofi yang mendukung pergerakan orang dan perusahaan untuk mendapatkan lebih banyak akses pembayaran dan informasi akun, dengan persetujuan pemilik. Sedangkan open API adalah alat yang diperlukan untuk mengaktifkan filosofi tersebut.

“Di mana perusahaan dapat terhubung dengannya untuk melakukan, misalnya top up di [platform] e-wallet menggunakan kredensial bank Anda secara langsung,” terang Co-Founder dan CEO Brankas Todd Schweitzer.

Finantier, AyoConnect, dan Brankas sama-sama memanfaatkan kecanggihan API dalam membawa misinya masing-masing. Pada intinya, mereka ingin simplikasi layanan keuangan yang ada saat ini dengan API, sehingga konsumen akhir bisa merasakan manfaatnya.

Beragam inovasi

AyoConnect menempatkan dirinya sebagai open bill network, menghubungkan perusahaan penyedia tagihan, platform konsumen, dan aggregator melalui satu jaringan terbuka yang bisa diakses melalui API tersentralisasi, API AyoConnect. Alhasil, perusahaan penyedia tagihan -seperti perusahaan telekomunikasi, pengelola apartemen, institusi pendidikan, asuransi, dan sebagainya- dapat memperluas titik pembayaran mereka dengan cepat dan mudah.

Di sisi lain, perusahaan yang banyak bersinggungan langsung dengan pelanggan, seperti e-commerce, bank, toko ritel, hingga aplikasi fintech lainnya, dapat menghadirkan akses ke 3 ribu produk tagihan dari 25 kategori bagi pelanggannya secara instan.

Chiragh menerangkan seluruh solusi ini hadir karena perusahaan melihat dirinya sendiri sebagai penyedia. Pembayaran tagihan telah menjadi fitur wajib yang ditawarkan oleh platform yang berhubungan dengan konsumen untuk menjaga retensi. Bila bangun ini semua sendiri, sebenarnya margin yang datang dari transaksi tersebut sebenarnya sangat kecil, bahkan cenderung tidak menguntungkan.

Para co-founder AyoConnect / AyoConnect
Para co-founder AyoConnect / AyoConnect

“Proposisi nilai kami kepada mitra adalah menjalankan pembayaran tagihan dan barang digital sebagai kategori yang menguntungkan dari ujung ke ujung. Teknologi kami menyediakan infrastruktur yang membantu klien tumbuh lebih cepat, sekaligus fokus pada bisnis inti pada saat bersamaan.”

Sementara Brankas melihat kesempatan yang ditawarkan open finance di Indonesia dan Asia Tenggara masih begitu luas. Schweitzer dan rekannya, Kenneth Shaw, merintis Brankas pada 2016 dengan visi membuat layanan keuangan modern tersedia untuk semua orang.

“Dengan membantu bank menyiapkan teknologi baru, membantu bisnis online terhubung dengan mudah ke bank, kami dapat membuat kategori produk baru dalam industri layanan keuangan.”

Solusi Brankas di antaranya menyediakan open finance untuk penyedia jasa keuangan (bank, pemberi pinjaman, e-wallet) yang ingin menawarkan produk berbasis API dan bisnis online atau perusahaan fintech yang ingin terhubung dengan bank.

Kemudian bermitra dengan bank untuk membangun dan mengelola infrastruktur open finance mereka, memproduksi API untuk pembayaran real-time, identitas, pembukaan rekening, dan lainnya; menyediakan agregasi API yang memungkinkan bisnis online terhubung secara real-time ke beberapa bank dan menanamkan layanan keuangan ke dalam produk mereka sendiri. Ada beberapa produk agregasi API, yakni mutasi rekening, direct transfer, tautan pembayaran, dan disburse.

Schweitzer menyebut seluruh inisiatif produk ini berdasarkan hasil identifikasi masalah yang dihadapi pelanggan, dan membuat produk untuk menyelesaikan masalah dengan infrastruktur keuangan yang lebih baik. Ia mencontohkan, salah satu inovasi kreatif yang ditemukan adalah mengenai pembukaan rekening online.

Produk pembukaan rekening online yang dimiliki perusahaan sangat diminati selama pandemi karena berkurangnya aktivitas orang untuk datang ke kantor cabang. Perusahaan bermitra dengan organisasi kampus untuk merampingkan proses pembuatan rekening bersama mitra bank dari Brankas, lalu mengubah proses dari awalnya perlu berminggu-minggu kini jadi kurang dari 48 jam.

Sumber: depositphotos.com
Sumber: depositphotos.com

Sementara Finantier fokus mengembangkan layanan open finance agar konsumen dan bisnis mendapatkan layanan keuangan yang bisa meningkatkan kesejahteraan finansial mereka. Caranya dengan memberikan informasi keuangan yang berharga tentang konsumen dan bisnis kepada lembaga keuangan dan fintech dalam bentuk e-KYC, data keuangan yang diperkaya, dan lainnya.

Dengan informasi tersebut, lembaga keuangan dan fintech dapat mengidentifikasi pelanggan, menilai kemampuan keuangan mereka, dan seperti apa mereka nantinya, untuk menawarkan berbagai produk keuangan, tidak terbatas pada pinjaman dan asuransi. Perusahaan pun dapat mempercepat time-to-market dan memangkas biaya dalam pengembangan solusi digital yang didesain khusus.

“Perusahaan dapat memiliki gambaran yang baik mengenai kesehatan keuangan pelanggan, bahkan dapat menawarkan layanan “tailored” untuk setiap pengguna. Misalnya, dengan informasi yang kami berikan, fintech lending dapat memberikan bunga pinjaman yang lebih kompetitif kepada pelanggan,” terang Diego.

Ekosistem open finance itu penting karena data mentah yang dikumpulkan tiap lembaga itu berbeda-beda. Namun saat data tersebut diolah akan sangat berguna, namun investasi di bidang ini sangat besar dan butuh waktu.

“Masalahnya adalah informasi keuangan sulit diakses. Bahkan jika seseorang mendapatkan akses, bagaimana Anda memahami data tersebut? Masalah pertama adalah bahwa sebenarnya ada banyak informasi keuangan yang tersedia, tetapi dibutuhkan banyak usaha untuk mendapatkannya. Ini adalah masalah sulit yang bertekad untuk kami selesaikan.”

Sepenuhnya B2B

Kehadiran pemain API, seperti ketiga perusahaan di atas, sepenuhnya menargetkan perusahaan sebagai penggunanya, bukan konsumen ritel. Chiragh menuturkan perusahaan mengenakan biaya yang wajar kepada mitra karena telah memercayai AyoConnect menangani fitur pembayaran tagihan agar mitra tetap ramping, menjaga biaya overhead tetap minim, dan menghemat uang mereka secara keseluruhan.

Beberapa mitra tersebut, di antaranya DANA, JD.id, Bukalapak, Pegadaian, Indomaret, Home Credit, perusahaan telko, Indosat GIG, Bank Mandiri, dan masih banyak lagi. “Kami pertama-tama memastikan bahwa bisnis mitra kami berkembang dan insentif kami selaras satu sama lain.”

Untuk Brankas, seluruh penggunanya adalah perusahaan yang berasal dari lembaga keuangan dan penyedia layanan pihak ketiga. Ada dua bisnis model yang dimiliki Brankas dengan melihat dari sisi supply dan demand.

Schweitzer menjelaskan untuk sisi supply, perusahaan membangun infrastruktur open banking, bermitra dengan lembaga keuangan untuk membuka produk dan layanan keuangan mereka dalam bentuk API. API tersebut dapat terhubung dengan pihak ketiga dari para mitra.

Karena semua lembaga keuangan memiliki infrastruktur dan jalur implementasi yang diambil tiap bank berbeda, maka bisnis ini dimonetisasi per proyek. “Kami biasanya bekerja sama dengan bank dengan memahami persyaratan, infrastruktur teknis, dan persyaratan mereka untuk memberikan kontrak yang masuk akal bagi konsumen.”

Dua co-founder Brankas / Brankas
Dua co-founder Brankas / Brankas

Dari sisi demand, layanan Brankas untuk startup, perusahaan e-commerce, fintech, dan lainnya dengan menyediakan API agregat untuk penggunaan terkait pembayaran dan semua yang terkait data. Misalnya, pelanggan Brankas di Filipina dapat melakukan transfer dana menggunakan konsep open banking melalui persetujuan end-user dan melakukan transfer dana peer-to-peer di aplikasi pihak ketiga.

API agregat ini membantu para mitra tidak perlu lagi terhubung ke beberapa bank melalui beberapa open API menggunakan sekelumit standar. “Melalui Brankas, mereka dapat terhubung ke satu API yang memberi akses ke semua layanan keuangan, yang berarti lebih sedikit overhead dalam memelihara koneksi ini. Oleh karena itu, dalam model ini, kami menagih pelanggan kami berdasarkan transaksi yang berhasil, misalnya membayar layanan saat berfungsi.”

Finantier juga demikian. Mereka bermitra dengan perusahaan fintech dan lembaga keuangan. Diego merancang solusi win-win untuk konsumen dan bisnis agar mereka bisa mendapat akses ke layanan keuangan. Mitra hanya membayar sesuai sesuai penggunaan (pay-per-use) setiap panggilan API yang mereka buat.

Dari sini mitra akan mendapat keuntungan karena API Finantier memberi mereka informasi keuangan yang berharga, sehingga mitra dapat meningkatkan kinerjanya jauh lebih baik. “Saat mitra kami bekerja lebih baik, kami pun demikian. Saat ini kami bekerja dengan 40+ mitra dan dengan cepat meningkatkan tim kami untuk memenuhi permintaan yang meningkat.”

COO Finantier Edwin Kusuma menambahkan mitra perusahaan mayoritas datang dari perbankan, p2p lending, multifinance, dan wealth management, dan lainnya. Membuat API bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi buat perusahaan keuangan dengan ekspertise di bidangnya masing-masing. Alhasil, pengembangan API bila dilakukan inhouse memakan ongkos yang mahal.

Pun bagi perusahaan fintech lending. Meski mereka jati dirinya adalah perusahaan teknologi, perlu bantuan dari perusahaan seperti Finantier untuk menyelesaikan masalahnya. “Bagi perusahaan lending, bisnis utama mereka adalah lending, jadi bagi mereka untuk berinvestasi dalam teknologi dan membangun tim teknologi yang baik, itu tidak masuk akal bagi mereka. Maka dari itu, AFPI sendiri sebagai asosiasi mendorong kerja sama antar perusahaan p2p dengan perusahaan lain,” papar Edwin.

Para co-founder Finantier / Finantier
Para co-founder Finantier / Finantier

Masa depan open banking dan open finance

Schweitzer berpendapat Indonesia sedang dalam proses memasuki era baru open banking karena perbankan kini berlomba-lomba meluncurkan produk dan bermitra dengan perusahaan fintech. Bagi Brankas, momentum ini sangat menguntungkan karena semakin banyak pemberi pinjaman yang datang, semakin banyak insight keuangan yang bisa didapat untuk disalurkan kembali.

“Pandemi telah memaksa banyak bank mencari model bisnis alternatif, beralih ke solusi digital yang membantu UMKM. Bank Indonesia baru-baru ini mengumumkan peraturan dan izin baru yang mulai berlaku pada Juli 2021 yang akan membantu mendukung bisnis yang ingin memberikan solusi open banking, baik yang terkait dengan data rekening bank atau inisiasi pembayaran.”

Implikasi dari sana, akan semakin banyak pemanfaatan nyata untuk open banking, dan akan membuat API jadi lebih familiar, banyak tersedia, dan banyak diakses. Masyarakat pun pada akhirnya dapat mengatur rekening bank lebih cepat, pembayaran lebih lancar, dan berbagi data keuangan untuk mendapatkan akses kredit, yang sebelumnya secara historis sulit.

Menyikapi itu, Brankas berencana untuk meluncurkan produk baru dalam beberapa bulan mendatang untuk fintech dan startup lain yang ingin bermitra dengan layanan bank melalui API untuk memberdayakan penggunanya. Lalu, bekerja sama dengan lebih banyak bank untuk membuka sistem inti mereka melalui open API, agar lebih banyak perusahaan terhubung langsung dengan bank dan memudahkan transfer dana dan data.

“Terakhir, mencari cara untuk menghubungkan Indonesia ke ekosistem fintech regional melalui open banking. Sebagian dari ini mengharuskan Brankas untuk meluncur di pasar baru, sesuatu yang akan kita lihat lebih lanjut di tahun 2021.”

Pandangan Diego juga tak jauh berbeda. Ia melihat penggunaan API meningkat secara eksponensial di Indonesia, beriringan dengan jumlah perusahaan teknologi yang beroperasi. Momentum ini semakin berharga karena semakin banyak informasi berharga tentang konsumen dan bisnis yang sebelumnya tidak bisa dimanfaatkan.

“Dengan API kami, kami membantu membuat model bisnis baru yang sebelumnya tidak ada. Lebih banyak perusahaan akan menggunakan solusi kami dan memasuki ekosistem keuangan, menyediakan produk baru dan inovatif. Pada akhirnya, ini bagus karena konsumen dan bisnis mendapat manfaat dari peningkatan akses keuangan dan cara yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan finansial mereka.”

Terakhir, AyoConnect akan terus perluas ekosistem open bill network-nya terhubung dengan lebih banyak perusahaan pembayaran tagihan yang sangat besar dan sangat terfragmentasi. “Di situlah kami akan mengarahkan fokus kami untuk saat ini. Karena itu, kami akan tetap berdedikasi untuk memperluas jaringan kami dan mengembangkan solusi untuk mitra kami,” tutup Chiragh.

LinkAja Jadi Opsi Pembayaran Primer di Aplikasi Ayopop, Menggantikan AyoSaldo

Startup agregator pembayaran tagihan online Ayopop hari ini (08/8) mengumumkan kerja sama strategis bersama perusahaan e-wallet LinkAja. Kemitraan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan terkait integrasi kedua platform.

Kepada LinkAja, Ayopop akan memberikan akses 1000 produk tagihan yang dimiliki melalui mekanisme Open API. Nantinya memungkinkan pengguna melakukan pembayaran berbagai produk dan/atau tagihan yang sebelum ada di Ayopop lewat aplikasi LinkAja.

Ayopop Open API yang baru saja diluncurkan merupakan sebuah inisiatif baru untuk membuka akses ke lebih dari 1000 produk/tagihan yang saat ini dimiliki kepada mitra. LinkAja adalah mitra pertama untuk Ayopop Open API. Saat ini ada 33 mitra lainnya dalam proses penyelesaian kerja sama.

Sistem e-wallet LinkAja juga akan diintegrasikan ke aplikasi Ayopop sebagai metode pembayaran primer, menggantikan AyoSaldo. Model ini mirip yang dilakukan Tokopedia dan Ovo dalam kerja sama strategisnya, menggantikan TokoCash.

“Dalam tiga tahun terakhir Ayopop telah memfasilitasi pembayaran tagihan untuk lebih dari 5 juta masyarakat Indonesia. Kami sangat senang dapat berbagi teknologi dengan mitra terpilih yang ingin mengintegrasikan pembayaran tagihan ke ekosistem mereka. Kami merasa terhormat dapat bekerja sama dengan LinkAja dan melihat ini sebagai langkah kami untuk menjadi lebih baik,” ujar Founder Ayopop Chiragh Kirpalani.

Ayopop diluncurkan pada tahun 2016 sebagai aplikasi pembayaran tagihan. Saat ini Ayopop menjadi agregator pembayaran tagihan online terbesar di Indonesia. Misi Ayopop adalah mengubah pembayaran tagihan dengan uang tunai menjadi online dengan pendekatan teknologi dan kerja sama. Beberapa sektor yang menjadi fokus adalah residensial dan institusi pendidikan.

Guna memperluas ekosistem pembayaran tagihan online dengan lebih mudah, Ayopop mengembangkan Ayopop Smart Dashboard sebagai solusi digitalisasi untuk UKM serta untuk pembayaran tagihan indekos dan institusi pendidikan. Dasbor ini membantu pemilik bisnis dan juga pelanggan tidak hanya dalam hal pembayaran, tapi juga dilengkapi dengan berbagai fitur, seperti pengingat tagihan.

“Kami berharap LinkAja dapat memberikan akses layanan keuangan yang efisien kepada seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, serta membantu meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia hingga 75% pada akhir tahun 2019 sesuai target pemerintah. Kami pun menyambut baik kerja sama dengan Ayopop untuk memperkaya jumlah produk tagihan dan kegunaan LinkAja kepada para pengguna,” ujar CEO LinkAja Danu Wicaksana.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang Layanan Mobile Payment Ayopop Dapatkan Seed Funding USD$1 Juta

Startup pengembang platform pembayaran Ayopop hari ini mengumumkan telah mendapatkan seed funding sebesar USD$1 juta (Rp13.3 miliar) dari beberapa investor yang dipimpin oleh GREE Ventures. Jajaran investor tersebut termasuk di dalamnya serial entrepreneur Sandep Tandon. Investasi ini akan difokuskan untuk memperluas kemampuan teknologi Ayopop. Selain itu juga akan digunakan untuk perluasan pangsa pasar, termasuk menjalin kemitraan dengan bisnis e-commerce, pemain pasar tradisional dan perusahaan jasa keuangan.

Nila Kapur dari GREE Ventures mengungkapkan bahwa pihaknya begitu meyakini bahwa layanan payment semacam Ayopop akan memerankan peran penting di lanskap fintech Indonesia selama beberapa tahun ke depan, mengingat berbagai masalah dalam sektor ini masih banyak yang belum terselesaikan. Pertimbangan lain ialah terkait dengan visi tim Ayopop, dipadukan dengan pengalaman di bidangnya serta kemampuan memadukan teknologi untuk kebutuhan komersial membuat para investor makin yakin untuk menggelontorkan investasi tersebut.

Seperti diketahui sebelumnya, platform Ayopop menyediakan sistem pembayaran untuk kalangan konsumer di Indonesia. Dengan mengunduh aplikasi Ayopop di platform iOS dan Android, pengguna dapat melakukan ragam pembayaran seperti tagihan listrik, air, internet hingga pulsa prabayar.

Terdapat dua nama di barisan Co-founder Ayopop yang banyak memberikan pengaruh pada akselerasi bisnis. Pertama ada Jakob Rost, sebelumnya ia bekerja di Lazada Indonesia sebagai Managing Director selama tiga tahun, ia dikenal sebagai seorang yang ahli di bidang finansial. Kamudian ada juga Chiragh Kirpalani yang mendedikasikan dirinya sebagai tim pengembangan produk, sebelumnya ia bekerja menjadi Product Head di Times Internet.

Di akhir tahun 2015 keduanya memutuskan untuk berjalan bersama membangun bisnis Ayopop di Indonesia.

“Kami melihat ini (pendanaan ini) sebagai validasi untuk konsep kami,” ujar Jakob.

Jakob melanjutkan, “Kebanyakan orang Indonesia masih membayar tagihan mereka secara offline. Perilaku ini akhirnya bergeser secara online dan karena itu kami menawarkan potensi besar untuk perusahaan-perusahaan seperti kita. Dan ini baru permulaan. Fokus sepenuhnya pada pembayaran digital memungkinkan kami untuk bergerak cepat sementara menawarkan proposisi nilai unik seperti instan 24 jam dukungan pelanggan dalam app dan lebih hidup.”

Saat ini tim Ayopop di Indonesia telah beranggotakan 30 staf. Saat ini pihaknya mengaku tengah terus mematangkan tim produk dan mempelajari perilaku pengguna di Indonesia. Termasuk saat ini tengah mengembangkan sebuah algoritma khusus untuk menunjukkan kebutuhan tersebut.

“Ada banyak hal yang perlu dibangun di sini dan kami secara aktif terus bergerak di ruang fintech (di Indonesia),” sambung Chiragh.

Application Information Will Show Up Here