Racikan Teknologi Bawa Kelezatan untuk Bisnis Makanan

Kita sekarang hidup di masa jaya layanan pesan antar makanan. Tidak hanya di kota-kota besar, layanan pesan antar makanan yang diprakarsai dua super app, Grab dan Gojek sudah masuk ke daerah-daerah. Layanan ini mampu mendongkrak pertumbuhan pengusaha makanan. Pengguna dimanjakan dengan kemudahan dan tentunya diskon, di sisi lain banyak yang bergabung sebagai merchant atau mitra penyedia makanan.

Di Indonesia gelombang ini dimulai ketika Gojek memperkenalkan GoFood. Gayung bersambut, ternyata banyak masyarakat yang tak hanya membutuhkan tumpangan yang mudah dan murah tetapi juga butuh mendapatkan makanan yang gampang dan terukur. Grab menyusul hadir dengan GrabFood.

Keduanya kemudian tak terbendung. Meluas setiap tahunnya hingga menjangkau banyak kota di Indonesia. GoFood bahkan tercatat berhasil memiliki 500.000 merchant kuliner, 12 juta menu dengan 96% di antaranya adalah UKM.

“Berkat kepercayaan dan loyalitas konsumen dan mitra merchant terhadap inovasi teknologi yang terus dihadirkan GoFood selama empat tahun terakhir, kami terus menjadi pemimpin pasar di layanan food delivery dan menjadi nomor satu di Asia Tenggara. Transaksi GoFood meningkat sebanyak 2,5 kali lipat dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu dan membukukan 50 juta transaksi di Asia Tenggara setiap bulannya,” klaim VP Corporate Affairs for Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina.

Teknologi di Indonesia pernah beberapa kali hadir dalam bentuk inovasi untuk bisnis makanan. Sebelum maraknya layanan pesan antar makanan ada inovasi katering online. Sebuah layanan yang memungkinkan pengguna memesan menu di tempat katering, secara online. Bedanya, layanan ini menyediakan fitur berlangganan dengan menu yang disesuaikan, seperti menu makanan sehat dan lain sebagainya.

Katering online

Sebelum ramai dengan layanan pengantaran makanan, di Indonesia lebih dulu hadir layanan katering online. Penyedia layanan katering online ini kemudian banyak berinovasi, baik menghadirkan makanan dengan menu terntu hingga bumbu masakan siap masak.

Beberapa layanan penyedia katering online sudah tinggal nama. Black Garlic sudah tak lagi beroperasi sejak tahun 2017 dan Berrykitchen diakusisi Yummy Corp.  Beberapa nama yang masih bertahan di antaranya Kulina, Mealbox, dan Gorry Gourmet. Mereka yang masih bertahan berusaha memberikan inovasi untuk menjaga dan menumbuhkan jumlah penggunanya. Inovasi hadir tak hanya dalam bentuk kecanggihan teknologi tetapi juga pilihan menu atau bentuk berlangganan.

Layanan katering online juga banyak hadir sebagai pelengkap layanan utama. Contohnya Doogether, startup yang fokus pada gaya hidup sehat ini memperkenalkan Doogether Food. Ada juga Lemonilo yang memang dari awal memposisikan diri sebagai penyedia produk sehat yang memiliki marketplace katering online.

Gojek dan Grab sendiri sudah menghadirkan inovasi lanjutan setelah layanan pesan antar yang mereka miliki mendapatkan popularitas dan terbukti bisa menarik banyak pengguna. Cloud Kitchen. Sederhananya, mereka mengumpulkan banyak “dapur” ke dalam satu tempat. Tujuannya jelas, memudahkan pengguna mendapatkan makanannya.

GO-FOOD Kurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai

Ramainya jasa pesan antara bukan tanpa hal negatif. Founder Kulina Andy Fajar Handika menceritakan keresehan yang dialaminya, terutama perkara hal plastik. Menurutnya tren pesan antar makanan meningkatkan konsumsi plastik di masyarakat. Kulina sendiri saat ini mulai memanfaatkan kemasan ramah lingkungan bagi para vendor, sebuah langkah kecil yang diharapkan bisa memberikan pengaruh. Hal yang juga mulai juga dilakukan Grab dan Gojek untuk layanan pesan antar mereka.

“Saya kira ini adalah masalah bersama yang perlu dibicarakan dan dipecahkan. Kita tidak bisa diam saja mengenai hal ini. Bayangkan ratusan ribu, bahkan jutaan tambahan kemasan makanan yang terbuang dan mengotori bumi setiap harinya karena behavior kita bergeser dari makan di warung [pake piring yang dicuci kembali] atau memasak di rumah atau bekal menjadi sesederhana memesan online?,” cerita Andy.

Andy juga menyoroti jika seandainya cloud kitchen hanya menyediakan makanan yang sering dipesan. Kondisi ini menurutnya hanya akan menyempitkan menu-menu yang ada. Bisa jadi pasar akan merespon negatif jika pilihan menu yang disajikan cloud kitchen ini “hanya itu-itu saja”.

Inovasi lainnya

Di sisi lain keberhasilan layanan pesan antar makanan menginspirasi banyak orang menghadirkan beragam solusi melalui teknologi untuk bidang makanan. Salah satunya Madhang, startup asal Semarang ini ingin mengangkat masakan lokal. Mereka memungkinkan mereka yang tidak punya warung sekalipun untuk bisa berjualan makanan melalui aplikasi. Mereka bekerja sama dengan Grab untuk pengantaran makanannya. Yang jadi fokus, semua orang yang bisa masak bisa berjualan, tentunya menu rumahan jadi andalannya.

Bentuk lain dari sinergi dari teknologi dan bisnis makanan hadir dalam bentuk platform direktori makanan dan/atau reservasi makanan. Beberapa di antaranya adalah Zomato, Qraved, dan Eatigo. Ketiganya menghadirkan layanan yang menampilkan informasi mengenai makanan dan restoran di suatu tempat. Tentunya dengan fitur pemesanan dan juga berbagi pengalaman.

GoFood Mulai Eksperimen “Cloud Kitchen” di 10 Lokasi

Unit layanan antar makanan dari Gojek, GoFood mulai melakukan eksperimen layanan cloud kitchen di 10 lokasi, salah satunya di Blok M, Jakarta. Kehadiran layanan ini merupakan implementasi kolaborasi dengan cloud kitchen asal India Rebel Foods yang diinvestasi melalui GoVentures.

Senior Marketing Manager GoFood Marsela Renata menerangkan, cloud kitchen ini hanya menerima pengiriman yang datang dari GoFood. Lokasi di Blok M misalnya, didesain bisa menampung lima merchant untuk memasarkan produknya. Dia enggan menyebut lokasi lain dari cloud kitchen tersebut.

Mereka yang bergabung sudah dikurasi tim GoFood berdasarkan insight yang diterima di lapangan, seperti data ketimpangan supply dan demand untuk menu makanan yang ditawarkan, padahal banyak dicari pengguna.

“Sehingga konsep kami bukan lebih pada kuantitas, tapi kualitas. Bagaimana dalam satu lokasi cloud kitchen bisa melayani kebutuhan konsumen di sekitarnya. Makanya lokasi cloud kitchen selalu ditimbang-timbang lokasinya,” terangnya, Kamis (7/11).

Monetisasi sepenuhnya menggunakan komisi. Ada persentase komisi yang diterima GoFood setiap transaksi datang. Merchant tidak dikenakan biaya sewa saat membuka toko di cloud kitchen.

Secara berangsur jumlah layanan ini akan ditambah, Marsela enggan mengungkap detail targetnya. Sebelumnya, Rebel Foods menyebut pihaknya dan Gojek akan membuka 100 cloud kitchen yang siap menyediakan berbagai menu dalam kurun waktu 18 bulan mendatang.

Sebagai perbandingan, kompetitor terdekatnya, Grab, berencana memperluas kehadiran cloud kitchen dengan bendera GrabKitchen di 50 lokasi sampai akhir tahun ini.

 

Layanan GoFood diklaim telah menggaet sekitar 500 ribu merchant di Asia Tenggara. Jumlah menu yang tersedia mencapai 12 juta. Setiap bulannya, ada lebih dari 50 juta transaksi GoFood yang dibukukan, sementara dari sisi pengguna diklaim GoFood dikunjungi 7 juta orang setiap harinya.

Application Information Will Show Up Here

Yummy Corp Rampungkan Penggalangan Dana Seri A Senilai $ 7.75 Juta (UPDATED)

Menjajaki penggalangan dana tahapan lanjutan sejak bulan Juli 2019, Yummy Corp, startup penyedia solusi catering dan cloud kitchen mendapatkan suntikan dana segar senilai total US$ 7.75 Juta yang termasuk dalam putaran dana seri A. Investasi ini dipimpin oleh SMDV (Sinarmas Digital Ventures) dan Intudo Ventures, bersama dengan East Ventures, Sovereign’s Capital, Agaeti Ventures, dan Selera Kapital by Sour Sally Group.

“Pendanaan ini akan kami manfaatkan untuk meningkatkan kualitas makanan dan customer experience. Fokus kami adalah konsumen, dengan menambahkan titik-titik distribusi yang jangkauannya luas kami harapkan konsumen dapat merasakan makanan yang lebih cepat dan fresh untuk dinikmati di manapun mereka memesan,” kata CEO Yummy Corp Mario Suntanu.

Setelah mengakuisisi Berrykitchen dengan jumlah yang tidak disebutkan bulan Mei 2019 lalu, Yummy Corp secara agresif menghadirkan beberapa produk dan telah menambah jumlah titik di kawasan Jabodetabek. Sesuai dengan komitmen mereka membantu pelaku UKM yang memiliki usaha kuliner, untuk memperluas bisnis mereka bukan hanya di satu titik saja, namun menyebar ke titik lainnya yang memiliki potensi untuk menambah jumlah pelanggan.

Selain Yummybox, Yummy Corp juga telah meluncurkan YummyKitchen, fasilitas central kitchen untuk membantu UKM kuliner memperluas bisnis mereka.

“Kita ingin membantu pemilik usaha kuliner yang sudah cukup populer di satu titik untuk kemudian memperluas layanan mereka memanfaatkan lokasi kami. Memanfaatkan semua layanan yang ada mulai dari dapur, pengemasan, hingga pengiriman,” kata Marbio.

Saat ini Yummy Corp setiap harinya menyajikan 10 ribu lebih porsi makanan untuk pelanggan dan memiliki lebih dari 3000 menu untuk menciptakan gaya hidup makan siang di kantor yang lebih menyenangkan.

Application Information Will Show Up Here

 

Yummy Corp Luncurkan YummyKitchen, Fasilitas “Central Kitchen” untuk Bantu UKM Kuliner Perluas Bisnis

Bertujuan membantu UKM kuliner mengembangkan bisnis, Yummy Corp luncurkan layanan YummyKitchen. Yakni sebuah layanan dapur dengan fasilitas lengkap –atau disebut central kitchen— yang dapat digunakan oleh pemilik usaha untuk meningkatkan operasional bisnis mereka.

Saat ini sudah ada 15 titik YummyKitchen di kawasan Jabodetabek. Targetnya hingga tahun depan bisa menambah menjadi 30-40 titik. Kepada DailySocial Co-founder & Managing Director Yummy Corp Marbio Suntanu mengungkapkan, YummyKitchen adalah cloud-based operation yang berguna untuk membantu UKM agar mereka bisa melakukan ekspansi layanan lebih mudah dan cepat.

“Kita ingin membantu pemilik usaha kuliner yang sudah cukup populer di satu titik untuk kemudian memperluas layanan mereka memanfaatkan lokasi kami. Memanfaatkan semua layanan yang ada mulai dari dapur, pengemasan, hingga pengiriman.”

Secara keseluruhan sekitar 5500 paket makanan sudah dikirimkan setiap harinya oleh Yummy Corp. Melalui YummyKitchen, diharapkan bisa menambah jumlah mitra F&B skala kecil hingga besar. Saat ini beberapa brand F&B populer di Indonesia sudah mulai bergabung memanfaatkan dapur sentral tersebut.

“Kami juga memiliki training system bernama Yummy Academy, bertujuan untuk mengajarkan semua orang basic-nya dulu. Jadi ketika kita memegang brand orang lain kita akan melakukan transfer knowledge agar mengerti bagaimana cara memasak atau menyelesaikan makanan tersebut, supaya kualitas makanan tetap sama,” kata Marbio.

Keunggulan lain yang dimiliki oleh YummyKitchen adalah kemudahan untuk bisa mengelola beberapa brand sekaligus di satu titik. Dengan teknologi, sumber daya, dan fasilitas yang dimiliki oleh YummyKitchen, dinilai bisa memangkas pengeluaran pemilik usaha kuliner.

Yummy Credit untuk pembayaran

Kemudahan lain yang juga ditawarkan kepada pelanggan adalah Yummy Credit dalam platform. Menggunakan kredit yang bisa di-top up di berbagai bank, pelanggan bisa membeli makanan dari YummyBox dan YummyKitchen dengan mudah.

Yummy Credit dinilai cukup ideal bagi korporasi yang ingin menyediakan fasilitas makan siang gratis kepada pegawai. Dengan memberikan kredit kepada pegawai, mereka secara langsung bisa membeli makanan dengan pembayaran Yummy Credit.

“Jika masih ada sisa kredit di akun perusahaan juga bisa digunakan untuk Yummy Cater untuk menyediakan makanan untuk acara internal mereka. Sehingga kredit mereka di platform tidak terbuang,” kata Marbio.

Setelah melakukan akuisisi BerryKitchen pertengahan tahun lalu, Yummy Corp masih mempertahankan pelanggan loyal mereka. Termasuk masih menawarkan beberapa produk yang sama. Untuk tahun 2020, masih banyak target yang ingin dicapai oleh Yummy Corp, salah satunya adalah penggalangan dana seri A.

“Saat ini kami masih dalam proses penjajakan untuk fundraising seri A. Nantinya jika dana segar tersebut telah kami peroleh, bakal kami gunakan untuk menambah dapur, mitra, klien, dan pelanggan,” tutup Marbio.

Application Information Will Show Up Here

Grab Upayakan Perluasan Layanan “Cloud Kitchen” Secara Menyeluruh di Indonesia

GrabFood hari ini (12/9) mengumumkan rencananya untuk mengembangkan jaringan cloud kitchen miliknya “GrabKitchen” ke seluruh Indonesia. Menurut pemaparan tim Grab, inisiatif ini dilakukan pasca perusahaan mendapatkan pertumbuhan bisnis yang signifikan untuk layanan pesan antar makanan di paruh pertama 2019.

Mereka mengklaim, GMV (nilai penjualan kotor) layanan GrabFood meningkat 3x lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Surabaya, Medan, dan Bandung menjadi penyumbang pertumbuhan paling besar.

GrabKitchen diresmikan sejak April 2019 lalu. Saat ini mereka telah memiliki 10 dapur yang melayani pengguna di Jakarta dan Bandung. Targetnya hingga akhir tahun mereka akan mendirikan jaringan di lebih dari 50 titik.

Konsep GrabKitchen adalah menyatukan berbagai merchant makanan dan minuman dalam sebuah tempat terpusat untuk memenuhi kebutuhan di wilayah tertentu. Masing-masing titik memiliki variasi menu berbeda. Grab mengatakan untuk menentukan varian tersebut, mereka menggunakan pendekatan berbasis analisis data.

“GrabKitchen merupakan inovasi kami dalam menjembatani kesenjangan permintaan pelanggan, sembari menyediakan peluang-peluang bisnis baru untuk para mitra merchant kami dan mendorong mereka untuk tumbuh dengan pesat,” ujar Head of GrabKitchen Sai Alluri.

Untuk pelanggan, GrabKitchen diharapkan dapat mempersingkat waktu pengantaran pesanan GrabFood, sehingga meningkatkan keseluruhan pengalaman pelanggan. Mereka kini juga dapat memesan berbagai macam jenis makanan dari berbagai merchant dalam satu kali pesanan.

Terkait peluang cloud kitchen, sang rival Gojek memilih menggandeng startup lain. Melalui lengan ventura miliknya, mereka berinvestasi pada startup asal india Rebel Foods. Rencananya startup tersebut akan segera debut di Indonesia, bersinergi dengan layanan milik Gojek.

Model bisnis serupa juga segera dihadirkan oleh Dahmakan di Jakarta. Startup asal Malaysia tersebut sudah mulai menyiapkan operasional bisnis di sini. Tingginya minat masyarakat Indonesia dengan layanan food delivery memberikan keyakinan tersendiri bagi para pemain cloud kitchen.

Application Information Will Show Up Here

Interview Session with dahmakan Co-Founder & CEO on “Cloud Kitchen” and its Potential Business

The term “cloud kitchen” is getting popular as a new approach in the food cycle business. Digging further into the concept, DailySocial just had an interview with one of dahmakan Co-Founder, Jonathan Weins.

Entering the conversation, Jon told us the concept of cloud kitchen. He said, “Cloud kitchen is basically a restaurant designed for the delivery purpose only, it is to cut costs and design (packaging) ready stock food.”

Cloud kitchen providers mostly have no kiosk or exact building as common restaurants. However, they have different offers in terms of brand and products. A startup for cloud kitchen platform developer will serve as business middlemen between customers and kitchen stuff while providing delivery and transaction process.

A great opportunity in Southeast Asia

Jon explained one of the cloud kitchen signatures is advanced product innovation. Using a minimum capital, kitchen owners can brag for more distinct offers to minimize risks. Of the many potential and challenges, come various and high-quality menus. The kitchen partners compete for unique brands following the market share.

In South Asia’s market, the trend gains positive feedback. Along with the flexible access and instant process.

“In Europe. people prefer cooking at home than ordering food, whereas in Southeast Asia food delivery becomes a habit of the young generation in particular. They’re going to order food or having a takeaway,” he added.

Getting deeper into the issue through what happened in Indonesia, this model been mushrooming since on-demand services arrived. Some areas provide delivery order via GoFood or GrabFood without dine-in options.

Besides cloud kitchen as a business, it is to create opportunities for SMEs and housewives to start low-investment food-producing.

dahmakan to land in Indonesia

dahmakan team in Malaysia / dahmakan
dahmakan team in Malaysia / dahmakan

Customers have various options on dahmakan‘s app or website. In Kuala Lumpur as the native city, there are certain place and chefs to produce the menus. Some are the expat from starred hotels and restaurants. Thus, dahmakan has each unit to serve orders.

In each menu, attached the detailed information, such as food composition for reference. They are to expand in the last quarter of 2019 with a branch office in Indonesia.

“We are now recruiting for Indonesia’s core team. They will create some new, compelling menus and prepare the tech operation for launching. We have some supportive investors with a good connection in Jakarta. It’s our debut city before expanding services throughout Indonesia,” further explained.

Before closing the interview, Jon revealed his company’s mission to produce high-quality and affordable meals with easy access. What dahmakan offer is to fix the production and serving process using an efficient approach.

“Externally, we looked like cloud kitchen (usual), but we are fully redefined the whole cooking process using technology that 55% of food went cheaper from the restaurant price also given added value to the consumers,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Berbincang Bersama Co-Founder & CEO dahmakan Menganai “Cloud Kitchen” dan Potensinya

Istilah “cloud kitchen” dewasa ini cukup ramai diperbincangkan sebagai pendekatan baru dalam bisnis penyediaan kebutuhan makan. Untuk mendalami tentang konsep tersebut, DailySocial berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan salah satu Co-Founder dahmakan, Jonathan Weins.

Mengawali perbincangan, Jon menjelaskan kepada kami tentang definisi cloud kitchen. Ia mengatakan, “Cloud kitchen pada dasarnya adalah restoran  yang dirancang hanya melayani delivery order, sehingga memungkinkan menghemat banyak biaya serta merancang (pengemasan) makanan untuk siap kirim.”

Penyaji makanan di cloud kitchen umumnya tidak memiliki kedai atau tempat makan layaknya restoran biasa. Hanya saja, secara brand dan produk mereka memiliki daya tawar tersendiri. Startup pengembang platform cloud kitchen menjembatani proses bisnis antara dapur dengan pelanggan, sembari memberikan jasa pengiriman hingga transaksi.

Potensi besar di Asia Tenggara

Jon menceritakan, salah satu ciri khas dari cloud kitchen adalah inovasi produk yang berkelanjutan. Dengan modal yang minimal, pemilik dapur lebih berani untuk menawarkan sesuatu yang beda, karena risikonya relatif lebih kecil. Dari peluang sekaligus tantangan tersebut maka muncul menu-menu yang lebih beragam dan berkualitas. Mitra dapur berlomba-lomba membuat brand makanan unik, menyesuaikan pangsa pasar.

Di Asia Tenggara, dikatakan tren tersebut disambut cukup baik oleh pasar. Didukung fleksibilitas akses dan proses yang instan.

“Di Eropa masyarakatnya lebih gemar memasak di rumah alih-alih memesan dari luar, sebaliknya perilaku masyarakat di Asia Tenggara lebih suka memesan makan, terutama generasi muda. Trennya pesan makanan atau membeli makanan di luar lalu dibawa ke rumah,” ujar Jon.

Jika ditelisik lebih dalam, dengan mengamati yang terjadi di Indonesia, model seperti ini sudah mulai menjamur sejak layanan berbasis on-demand diminati masyarakat. Di beberapa daerah mulai banyak produk makanan yang masuk di aplikasi seperti GoFood atau GrabFood, namun hanya menerima pemesanan saja, tidak untuk dimakan di tempat karena tidak memiliki sarannya.

Selain menjadi peluang bisnis, cloud kitchen pun dinilai akan membuka kesempatan baru bagi UKM dan ibu rumah tangga untuk melahirkan produk makanan dengan modal kecil.

dahmakan segera masuk ke Indonesia

dahmakan
Tim dahmakan di Malaysia / dahmakan

Melalui aplikasi atau website dahmakan, pengguna bisa memilih beragam menu yang disajikan. Di kota basisnya, Kuala Lumpur, perusahaan memiliki chef dan dapur khusus untuk menyediakan menu makanan. Beberapa juru masak direkrut dari restoran dan hotel berbintang. Jadi, dahmakan memiliki unit-unit dapur sendiri yang siap melayani pesanan.

Pada setiap pilihan makanan yang disajikan, turut disertakan berbagai informasi, seperti bahan makanan, yang dapat digunakan pengguna sebagai referensi. Rencananya dahmakan akan ekspansi ke Indonesia di kuartal terakhir tahun 2019 ini. Mereka juga akan mendirikan kantor khusus di Indonesia.

“Saat ini kami sedang memulai proses perekrutan untuk tim inti di Indonesia. Mereka akan bekerja untuk menciptakan hidangan baru yang menarik dan mempersiapkan teknologi kami untuk peluncuran. Kami memiliki beberapa investor yang terhubung baik dari Jakarta yang sangat mendukung inisiatif ini. Kami akan meluncurkan pertama di Jakarta dan kemudian secara bertahap memperluas layanan ke kota-kota lain di seluruh Indonesia,” jelas Jon.

Di akhir perbincangan Jon mengungkapkan misi perusahaannya, yakni memproduksi makanan berkualitas tinggi yang terjangkau dan dapat diakses kapan saja. Apa yang dilakukan oleh dahmakan ialah menata kembali proses produksi dan penghidangan makanan dengan pendekatan yang lebih efisien.

“Di luar kami terlihat seperti cloud kitchen (biasa), namun kami sepenuhnya mendefinisikan ulang proses memasak menggunakan teknologi sehingga membuat makanan 55% lebih murah dari pada harga di restoran atau memberikan nilai lebih kepada konsumen,” terang Jon.

Application Information Will Show Up Here

Bersama Gojek, Startup “Cloud Kitchen” Asal India Rebel Foods Siapkan Debut di Indonesia

Startup cloud kitchen asal India Rebel Foods dikabarkan tengah persiapkan debutnya di Indonesia, pasca memperoleh dana segar dari Gojek, melalui GoVentures, senilai total $5 juta (sekitar 70 miliar Rupiah) pada Juli 2019.

Cloud kitchen menjadi tren terkini karena mereka menambahkan unsur pengiriman yang cepat dengan brand restoran, memungkinkan mereka untuk scaling lebih cepat,” ujar Managing Director Sequoia Capital India G.V. Ravinshankar, dikutip dari Blooomberg.

Sequoia merupakan salah satu investor dari Rebel Foods dan Gojek.

Bersama Gojek, Rebel Foods akan membuka 100 cloud kitchen yang siap menyiapkan menu masakan biryani, pizza, makanan Tionghoa, dan nasi goreng dalam kurun waktu 18 bulan mendatang. Belum ada detail lebih lanjut mengenai informasi ini.

Berdasarkan pantauan DailySocial, Gojek sedang giat mencari kandidat yang siap ditempatkan untuk mengembangkan Go-Kitchen. Kemungkinan divisi baru ini yang akan menggarap bisnis cloud kitchen tersebut.

Selain Indonesia, Rebel Foods juga akan berekspansi Uni Emirat Arab dengan membuka 20 cloud kitchen di sana. Di India, Rebel Foods cukup mendominasi pasar. Ada 235 dapur tersebar di 20 kota di India dan mencakup 1.600 restoran.

Setiap harinya satu dapur memproses 60 pesanan saat jam makan siang, jumlahnya meningkat tiga kali lipat ketika akhir pekan. Rebel Foods memproduksi 2 juta pesanan tiap bulannya.

Konsep cloud kitchen masih sangat baru di Indonesia, sehingga belum ada yang menjadi pemain dominan. Beda halnya ketika membandingkan kondisinya di India, Tiongkok, Amerika dan Eropa. Ia menghadirkan lebih dari satu brand dalam satu dapur, memudahkan konsumen memilih jasa pengantaran makanan untuk memenuhi kebutuhannya.

Pemain lokal yang mulai menyeriusi segmen ini adalah Pesendulu.com di bawah CRP Group, pemegang brand restoran kekinian Warunk Upnormal.

Kompetitor terdekat Gojek, Grab telah lebih dahulu terjun ke cloud kitchen untuk mempercepat layanan GrabFood sejak akhir 2018. Sejauh ini ada empat lokasi GrabKitchen di Jakarta, yakni Cideng, Kramat, Tendean, dan Kedoya.

Dengan konsep ini, merchant terpilih dari lokasi manapun bisa memanfaatkan dapur yang disediakan Grab tanpa perlu menyediakan fasilitas dine in maupun take away karena pesanan hanya bisa datang melalui GrabFood.

Application Information Will Show Up Here

Go-Ventures Terlibat dalam Pendanaan Seri D Rebel Foods, Kucurkan Investasi Lebih dari 70 Miliar Rupiah

Go-Ventures sebagai unit ventura milik Gojek kembali memberikan investasi untuk startup asal India. Kali ini giliran pengembang platform cloud kitchen Rebel Foods. Nilai pendanaan mencapai $5 juta, dalam putaran seri D.

Sebelumnya di putaran yang sama, beberapa investor lamanya yakni Sequoia Capital India, Lightbox, dan Evolvence India Fund turut berpartisipasi memberikan pendanaan mencapai $15,8 juta.

Rebel Foods sebelumnya lebih dikenal dengan brand Faasos, didirikan pada tahun 2011 oleh Jaydeep Barman dan Kallol Banerjee. Melalui layanannya, pengguna dapat memanfaatkan jasa pesan antar berbagai makanan yang diproduksi dari dapur rumahan.

Jaydeep turut mengatakan kepada media setempat, bahwa masih ada rincian putaran pendanaan seri D yang tengah diselesaikan. Sehingga belum pada tahap penutupan. Sehingga ada kemungkinan nilai investasi untuk putaran ini akan terus bertambah.

Sebelumnya Go-Ventures juga dikabarkan memberikan pendanaan 430 miliar Rupiah kepada pengembang platform e-sports asal India bernama Mobile Premier League.

Mengenal Pesendulu.com, Katering Online dari CRP Group Berkonsep Cloud Kitchen

CRP Group merilis unit usaha baru bergerak di bidang katering online Pesendulu.com dengan konsep cloud kitchen. Saat ini Pesendulu.com masih berbentuk situs dapat digunakan untuk pemesanan makanan dan reservasi tempat secara online.

Cloud kitchen merupakan konsep baru di Indonesia, namun sudah cukup populer di India, Tiongkok, dan beberapa negara lainnya di Amerika dan Eropa. Konsep ini menghadirkan lebih dari satu brand dalam satu dapur, memudahkan orang memilih jasa delivery makanan untuk memenuhi kebutuhannya.

“Tantangan utama dari bisnis kuliner tidak hanya soal kualitas makanan dan tempat kekinian yang nyaman, melainkan pelaku usaha kuliner juga perlu menemukan cara untuk mencari orang-orang yang akan mengonsumsi makanan tersebut. Untuk menangkap kesempatan itu, kami membuat Pesendulu.com,” terang Direktur Marketing CRP Group Rex Marindo kepada DailySocial.

CRP Group sendiri adalah perusahaan yang mewadahi brand tempat makan seperti Warunk Upnormal, Upnormal Coffee Roasters, Bakso Boedjangan, Sambal Khas Karmila, Fish Wow Cheese, dan lainnya. Konsumen dapat memesan seluruh makanan dari kedai tersebut melalui Pesendulu.com dalam jumlah besar atau reservasi tempat.

Kendati menghadirkan lebih dari satu brand dalam satu dapur, Rex memastikan di dalam dapur sentral ini tetap mempertahankan kualitasnya sesuai standar.

Baru ada dua dapur sentral yang beroperasi saat ini, yakni di Tanjung Duren, Jakarta dan Kebon Pisang, Bandung. Sedangkan untuk konsumen yang di luar wilayah tersebut, pemesanan nasi kotak diolah di gerai yang mereka pilih dengan standar food safety sesuai SOP.

Fitur Pesendulu.com

Apabila konsumen ingin memesan lewat Pesendulu.com, dapat memilih menu yang tersedia dari semua brand. Akan tetapi masih bersifat pre-order, artinya minimal pesanan dilakukan tiga hari sebelum jadwal pengiriman.

Metode pengirimannya ada dua pilihan. Konsumen dapat memilih mengambil pesanan sendiri langsung dari outlet atau mengirimnya ke lokasi yang dipilih dengan ongkos kirim disesuaikan dengan jarak pengiriman.

Sementara untuk fitur reservasi tempat, konsumen dapat memanfaatkannya apabila ada keperluan untuk meeting, acara ulang tahun atau kegiatan spesial lainnya. Reservasi dapat dilakukan H-1 sebelum jadwal yang diinginkan.

Pesendulu.com telah tersedia di 39 kota untuk pemesanan makanan dalam jumlah besar dan 37 kota untuk reservasi tempat. Rex mengungkapkan pihaknya akan terus menyempurnakan situs Pesendulu.com sebelum memutuskan untuk memasukkannya ke dalam aplikasi.

“Untuk sementara masih web based dulu, sembari kami melihat feedback dari konsumen untuk meningkatkan pelayanan dari situs Pesendulu.com,” pungkas Rex.

Sebelumnya, CRP Group merilis fitur “Pay at Table” dalam aplikasi Upnormal. Fitur ini memungkinkan konsumen tidak perlu mengantre di kasir saat memesan menu, cukup scan barcode meja mereka untuk memilih makanan. Pembayaran sudah terintegrasi dengan Go-Pay.