10 Layanan Penyimpanan Cloud untuk Backup Data Secara Online

Memiliki penyimpanan cloud di masa yang serba digital merupakan suatu hal yang diperlukan. Banyaknya jumlah data yang harus disimpan membuat kita membutuhkan layanan penyimpanan data yang besar sekaligus aman.

Continue reading 10 Layanan Penyimpanan Cloud untuk Backup Data Secara Online

OneDrive, Fitur Bawaan Windows untuk Backup Data di Cloud

Pada artikel kali ini, kami akan membahas apa itu Onedrive, salah satu layanan penyimpanan file berbasis online yang jadi rekomendasi Microsoft. Banyaknya aplikasi penyimpanan file berbasis online membuat kita harus dengan teliti menentukan mana yang tepat untuk kita gunakan.

Continue reading OneDrive, Fitur Bawaan Windows untuk Backup Data di Cloud

Pengertian, Fungsi, dan Paket Dropbox

Jika dahulu kita terbiasa menggunakan hardisk, flashdisk, maupun perangkat serupa lainnya untuk melakukan penyimpanan data, kini kita tidak memerlukannya lagi karena sudah tersedia berbagai layanan penyimpanan data online yang mudah digunakan seperti Dropbox.

Continue reading Pengertian, Fungsi, dan Paket Dropbox

Cara Upload File ke Mediafire, Dapat 10GB Gratis!

Biasa download file di layanan ini, tapi pengen juga tahu cara upload ke Mediafire supaya bisa berbagi file ke orang lain, maka sekarang ada penawaran menarik, karena Anda akan dapat ruang simpan gratis sebesar 10GB.

Mediafire merupakan salah satu platform penyimpanan berbasis cloud yang reputasinya cukup mentereng. Meskipun banyak digunakan untuk berbagi aplikasi dan film bajakan, sejauh ini Mediafire satu dari sedikit layanan penyimpanan cloud yang masih bertahan.

Continue reading Cara Upload File ke Mediafire, Dapat 10GB Gratis!

IDCloudHost Rilis Dua Produk Komputasi Khusus UMKM dan Startup

Perusahaan penyedia layanan cloud dan data center lokal IDCloudHost meresmikan dua produk komputasi khusus untuk menyasar UMKM dan startup seantero Asia Tenggara. Produk tersebut adalah bagian dari realisasi pendanaan yang diterima perusahaan dari Init6 pada Maret lalu.

Kedua produk tersebut adalah Server Cloud VPS dan Object Storage. Server Cloud VPS adalah layanan full cloud yang memberikan kemudahan bagi pengguna untuk dapat menaik-turunkan kebutuhan server sesuai dengan pemakaian yang dihitung secara transparan, terukur, dan biaya terjangkau.

Sedangkan, Object Storage merupakan layanan penyimpanan berbasis Objek yang dapat menyimpan berbagai berkas mulai dari file gambar, video, audio (Media), file HTML, CSS, JS (File Website dan Aplikasi), dan file lainnya dan kompatibel dengan protokol S3. Kedua solusi ini tepat untuk para UMKM dan startup yang ingin mengembangkan bisnisnya.

Biaya layanan full cloud ini dimulai dari harga Rp50 ribu per bulan, sementara Object Storage dimulai dari Rp500 persatu gigabyte. Diklaim dengan fitur dan biaya yang ditawarkan, sangat kompetitif di industri yang sekarang ini bersaing ketat dengan pemain asing. Terlebih, masih banyak UMKM di Indonesia yang belum terdigitalkan bisnisnya.

Menurut catatan Kementerian Koperasi dan UKM, total UMKM di Indonesia mencapai 64,1 juta. Sementara, berdasarkan data dari idEA terdapat 13,7 juta pelaku UMKM yang sudah tergabung ke dalam ekosistem digital pada Mei 2021. Oleh karenanya, pemerintah terus menggalakkan program digitalisasi. Ditargetkan sebanyak 30 juta UMKM dapat onboarding digital pada 2024 mendatang.

Dalam konferensi pers virtual yang digelar hari ini (16/6), Founder & CEO IDCloudHost Alfian Pamungkas Sakawiguna menjelaskan, dua produk ini adalah bagian dari perusahaan untuk jangkau pasar Asia Tenggara, dengan dukungan teknologi terkini dan SDM berkualitas. “Kami pilih termurah karena kami percaya teknologi bisa mendorong bisnis jadi lebih efisien dan tetap dorong mereka berada di level terbaik,” ujarnya.

Untuk mendukung ambisi tersebut, perusahaan telah menyiapkan sejumlah strategi. Di antaranya menyediakan pusat data di Singapura, dukungan laman situs dan customer service berbahasa Inggris. “Kami terus berupaya meningkatkan kualitas koneksi, sekarang masih proses memperbesar koneksi ke Singapura karena di sana secara umum adalah gateway menuju akses yang lebih luas,” tambah CTO IDCloudHost Faisal Reza.

Pusat data IDCloudHost secara total ada lima unit, mayoritas berlokasi di Indonesia. Menurut Faisal, keberadaan pusat data yang dekat dengan lokasi pengguna tentunya latensi lebih rendah sehingga respons jauh lebih cepat.

Disebutkan saat ini IDCloudHost memiliki lebih dari 100 ribu pelanggan, mayoritas datang dari kalangan startup, UMKM, dan developer. Sebanyak 20% dari total pelanggan tersebut datang dari luar Indonesia. “Hingga akhir tahun ditargetkan bisa mencapai 250 ribu-300 ribu pelanggan dari berbagai segmen,” tutupnya.

IDCloudHost adalah salah satu pemain cloud lokal yang fokus pada segmen UMKM dan startup. Industri ini dikepung oleh pemain besar yang datang dari luar Indonesia, seperti Amazon, Microsoft, Alibaba, Google, hingga Tencent.

Flou Jadi Diversifikasi Produk Komputasi Awan TelkomSigma, Rambah Segmen UKM

Awal Desember 2020, TelkomSigma memperkenalkan produk cloud baru bernama “Flou”. Solusi ini disebut sebagai pendekatan baru perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan pelaku usaha di era digital yang cepat berubah. Adapun, solusi ini sudah dapat digunakan pelanggan sejak pertengahan 2020.

Dalam acara peluncurannya, Direktur Business & Cloud TelkomSigma Tanto Suratno mengatakan bahwa pasar cloud semakin meningkat setiap tahunnya. Di 2020 saja, diestimasi berada di kisaran Rp11 triliun dengan pertumbuhan yang menjanjikan. Ia mengestimasi pasar cloud Indonesia meroket hingga Rp24 triliun di 2021.

Menurutnya, solusi cloud hadir untuk mendisrupsi dan mengakselerasi transformasi digital. Namun, dengan situasi pandemi saat ini, pelaku usaha dituntut untuk beradaptasi cepat terhadap perubahan. “Ke depan, kita bakal melihat ada gelombang disrupsi yang lebih besar dan dahsyat, yakni cloud native computing,” papar Tanto.

Sementara, Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi BRI Indra Utoyo yang hadir dalam kesempatan sama menilai bahwa kehadiran Flou menjadi momentum tepat di situasi pandemi ini. “Covid-19 menjadi semacam chief transformation officer yang memaksa kita semua untuk bertransformasi. Esensi digital itu adalah bagaimana bisa create value. Makanya, kita harus beradaptasi dengan cara baru karena pasar dan perilaku konsumen cepat berubah,” ujarnya.

Mendorong konsep “cloud native mindset

Ada beberapa elemen yang difokuskan pada Flou, antara lain customer experience, reliability, dan kecepatan. Flou mengutamakan pengalaman yang seamless dengan sistem pembayaran yang fleksibel (pay-as-you go dan subscription). Kemudian, Flou juga menghadirkan kecepatan lewat agile deployment (API ready) dengan performa tinggi untuk segala sektor industri.

Semua elemen tersebut diprioritaskan untuk mendorong konsep cloud native mindset sebagaimana disebutkan Tanto di atas. Menurutnya, struktur traditional monolithic apps yang banyak digunakan pelaku usaha dinilai tidak mampu lagi mengejar dinamika pasar yang cepat berubah. Artinya, konsep ini dapat menghambat upaya untuk bertransformasi digital.

“Lewat Flou, kami ingin bawa konsep cloud native apps untuk memunculkan paradigma baru dan memberikan agility dalam mendukung pembuatan aplikasi, inovasi, dan ide secara cepat. Saat ini semakin banyak generasi terkini yang lahir di era yang akrab atau di mana resource-nya ada di cloud. Mereka ini yang disebut cloud native mindset,” papar Tanto.

Ia menilai mindset tersebut dapat dibangkitkan melalui fitur dan tools yang disediakan Flou. Salah satunya adalah merealisasikan ide menjadi MVP lebih cepat. “Kalaupun ide ini masuk produksi, elasticity bisa lebih besar. Pada tahap ini, pengguna tidak perlu memikirkan bagaimana scale dan resiliency-nya,” tambahnya.

Kendati demikian, Tanto menegaskan bahwa Flou tidak hanya mengakomodasi kebutuhan segmen pasar yang sudah terbiasa menggunakan cloud, tetapi juga pengguna baru secara seamless, baik UKM dan perusahaan berskala besar.

Sementara dari sisi harga, ia mengklaim bahwa solusi Flou mampu meminimalkan biaya operasional. Ia menyadari bahwa umumnya meningkatnya basis pengguna UKM dapat berdampak terhadap kenaikan biaya sewa cloud dan connevtivity.

“Kami memahami bahwa dinamika pasar yang cepat berubah menjadi tantangan bagi pelaku usaha. Karena mereka dituntut untuk agile, kami mengatur pricing sedemikian rupa supaya pelaku usaha dapat menjaga biaya operasional dan tetap tumbuh menikmati profit. Dengan begitu, mereka bisa mengembangkan bisnis dan inovasi ke depan,” tambahnya.

Di segmen ini sebenarnya sudah ada banyak pemain lokal yang jajakan produk infrastruktur cloud. Sebut saja Biznet Gio, Cloud Kilat, Indonesian Cloud, dan masih banyak lagi. Beberapa juga menyajikan varian produk cloud seperti VPS bersamaan dengan solusi hosting konvensional yang masih banyak dipakai usaha kecil karena biaya yang relatif lebih rendah.

Membidik pangsa 3 besar di Asia Tenggara

Saat ini, TelkomSigma mengklaim telah menguasai sebesar 40 persen pangsa pasar data center dengan total akumulasi seluas 11 ribu meter persegi, kapasitas penyimpanan hingga 41 ribu Terabyte (TB), dan lokasi tersebar di sebanyak 16 titik di seluruh Indonesia. Telkom menjamin cakupan Flou yang lebih luas dengan dukungan fasilitas data center dan konektivitas yang dimilikinya.

Dalam kesempatan tersebut, Director of Enterprise & Business Service TelkomSigma Edi Witjara mengatakan bahwa pencapaian tersebut sebetulnya menjadi tantangan bagi perusahaan untuk mempertahankan posisinya sebagai penyedia solusi ICT di segmen enterprise.

Selain itu, pengembangan Flou dinilai harus dapat menjadi pemacu untuk melahirkan peluang dan model bisnis baru. Menurut catatannya, ungkap Edi, segmen korporasi menyumbang lebih dari 50 persen terhadap pendapatan perusahaan, diikuti segmen pemerintahan (23%), dan SME (21%).

“Cita-cita TelkomSigma dalam 3-5 tahun mendatang adalah menjadi top 3 di Asia Tenggara. Kami yakin peluang ini dapat diupayakan, salah satunya lewat kehadiran Flou. Kami harap, Flou dapat mengakomodasi kebutuhan pelaku usaha di era sekarang yang menginginkan customer experience, realiability, dan agility yang cepat.”

Dorongan Adopsi Cloud untuk Hadapi Berbagai Kemungkinan di Tahun 2021

Tahun 2020 memberikan banyak kejutan bagi kehidupan masyarakat secara global, termasuk pada berbagai sektor bisnis. Kondisi pandemi Covid-19 yang mulai menyebar ke seluruh dunia sejak awal tahun mendorong sebagian besar masyarakat untuk lebih banyak melakukan berbagai kegiatan dari rumah, termasuk bekerja dan menjalankan bisnisnya. Hal ini tentu membawa perubahan besar bagi operasional bisnis di berbagai industri.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh berbagai organisasi dan perusahaan adalah mempercepat adopsi teknologi dalam menjalankan bisnisnya. Adopsi teknologi, terutama cloud perlu diterapkan dalam berbagai skala bisnis, mulai dari yang besar seperti perbankan, hingga industri berskala kecil dan menengah seperti startup dan UMKM. Percepatan adopsi teknologi dalam organisasi merupakan upaya untuk bertahan dalam berbagai kondisi ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi. Hal ini juga menjadi salah satu pesan utama yang disampaikan oleh Paul Chen, Head of Solutions Architect, ASEAN at Amazon Web Services dalam acara media briefing AWS beberapa waktu lalu.

Adopsi Teknologi untuk Merevolusi Perusahaan dan Organisasi

Ada beberapa hal yang membuat adopsi teknologi terutama pemanfaatan cloud computing menjadi semakin penting bagi perusahaan dan organisasi. Pertama, adalah untuk membuat kondisi bekerja yang tetap nyaman dan kondusif bagi para karyawan. Peraturan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah di berbagai negara memaksa perusahaan untuk menerapkan sistem kerja work from home bagi sebagian besar karyawannya. Kondisi ini tentu menjadi tantangan bagi banyak karyawan, terutama bagi yang terbiasa melakukan koordinasi dan pertemuan secara tatap muka. Adopsi teknologi dan manajemen yang tepat dapat membuat para karyawan tetap dapat bekerja dan berkoordinasi secara nyaman meski bekerja dari rumah.

Kedua, perusahaan juga perlu memikirkan cara untuk menjangkau dan menjaga hubungan dengan pelanggan mereka dengan cara yang baru, yaitu secara virtual. Perusahaan perlu beradaptasi dengan berbagai channel pemasaran digital serta sistem transaksi online, sebagai langkah untuk tetap memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya, meski dalam kondisi pandemi yang membatasi ruang gerak masyarakat.

Ketiga, perusahaan juga perlu menemukan aliran pendapatan baru. Kondisi pandemi yang terjadi menyebabkan banyak jalur pemasukan yang sebelumnya dimiliki menjadi terganggu, misalnya dengan menurunnya permintaan dan kebutuhan akan produk dan layanan tertentu yang ditawarkan. Perusahaan perlu memikirkan berbagai cara alternatif untuk memperoleh pendapatan dari jalur lain, yakni dengan mencari dan mengambil kesempatan dari kondisi yang sedang berlangsung.

Penghematan Anggaran dan Dorongan Adopsi Cloud

Dalam kondisi ekonomi yang sulit seperti saat ini, berbagai perusahaan di seluruh dunia, termasuk Amazon berusaha untuk berhemat. Mulai dari penghematan dari sisi operasional, hingga menghemat berbagai anggaran dan pengeluaran perusahaan lainnya. Di sisi lain, kondisi pandemi juga mendorong perusahaan untuk mengadopsi teknologi cloud computing untuk bisnisnya. Sebab dengan fleksibilitas dan elastisitas yang dimiliki cloud, perusahaan dapat dengan mudah mengatur dan memilih layanan yang diperlukan dengan skala bisnis tertentu. Nyatanya, kedua hal tersebut saling berkaitan. Selain fleksibilitas, cloud juga terbukti mampu menawarkan biaya layanan yang lebih murah apabila dibandingkan dengan perusahaan yang berinvestasi untuk membangun infrastruktur teknologinya secara mandiri.

Salah satu studi kasus yang disampaikan oleh Paul Chen adalah startup Simak Online yang bergerak di bidang edtech, dengan layanan berupa aplikasi media pembelajaran yang dapat digunakan untuk siswa, guru, sekolah, dan orang tua. Dengan peraturan pemerintah untuk menyelenggarakan sekolah secara online, Simak Online berhasil meningkatkan skala bisnisnya dengan melayani lebih banyak sekolah, bahkan saat ini ada lebih dari 500 sekolah yang telah bergabung. Dengan meningkatnya kegiatan belajar online, aplikasi Simak Online semakin banyak digunakan. Hingga pada puncaknya, layanan tersebut sempat diakses oleh sekitar 45.000 pengguna secara bersamaan. Namun dengan fleksibilitas dan elastisitas yang dimiliki cloud, peningkatan tersebut dapat dikelola dengan baik dan tidak menimbulkan gangguan pada layanan mereka.

Berbagai Layanan Terbaru yang Diperkenalkan dalam AWS re:Invent 2020

Untuk mendukung dorongan adopsi teknologi cloud dalam berbagai industri, Paul Chen juga mengumumkan berbagai update terbaru dari berbagai layanan yang dimiliki AWS. Hal ini juga merupakan highlight dari keynote speech yang disampaikan oleh Andy Jassy, CEO AWS dalam ajang AWS re:Invent 2020. Berikut daftar lengkap kategori beserta layanan terbarunya.

Databases

  • Amazon Aurora Serverless v2
  • Babelfish

Compute

  • Graviton-2 C6gn
  • AMD G4ad GPU
  • Intel M5zn & D3/D3en
  • Memory Opt R5b
  • MacOS instances

Containers

  • Amazon ECS Anywhere
  • Amazon EKS Anywhere
  • AWS Proton
  • Amazon ECR Public

Analytics

  • AQUA for Amazon Redshift
  • AWS Glue Elastic Views
  • Amazon Quicksight Q

Industrial Machine Learning

  • Amazon Monitron
  • Amazon Lookout for Equipment
  • AWS Panorama Appliance
  • AWS Panorama SDK
  • Amazon Lookout for Vision

Customer Care

  • Amazon Connect Wisdom
  • Amazon Connect Customer Profile
  • Real-Time Contact Lens for Amazon Connect
  • Amazon Connect Tasks
  • Amazon Connect Voice ID

Hybrid

  • Aws Outposts 1U and 2U Servers

Di penghujung tahun 2020 ini, dalam situasi di mana kondisi pandemi masih berlangsung, semua pihak sedang bersiap menghadapi berbagai kemungkinan, sambil tetap berusaha untuk menghemat anggaran dan pengeluarannya. Adopsi cloud merupakan solusi yang tepat dan menguntungkan untuk menghadapi situasi tersebut, salah satunya dengan penggunaan berbagai layanan yang dimiliki AWS.

Di akhir sesi, Paul Chen juga menyampaikan bahwa 2021 akan penuh dengan berbagai kemungkinan yang sama sekali tidak kita ketahui. Kita tidak dapat mengendalikan masa depan, tetapi kita dapat mengendalikan kemampuan dan kesanggupan kita untuk dapat melakukan berbagai reaksi serta tindakan dalam menghadapi situasi yang terjadi.

Melihat Efisiensi dan Optimalisasi Penggunaan Teknologi Cloud untuk Startup

Salah satu perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku startup guna mengembangkan bisnisnya dengan lebih efektif dan efisien adalah komputasi awan atau yang kita juga kenal dengan cloud computing. Melalui pemanfaatan cloud, startup dalam skala bisnis apapun dapat bersaing dengan perusahaan besar dalam urusan pemanfaatan teknologi dalam platformnya. Contohnya, startup dapat memanfaatkan produk dan layanan cloud untuk komputasi, penyimpanan data, hingga pemanfaatan artificial intelligence dan machine learning yang lebih mudah. Meski hadir dengan keberagaman manfaatnya, startup tidak perlu khawatir karena dapat memilikinya dengan biaya yang efisien serta disesuaikan dengan kebutuhan startupnya.

Mendorong Efisiensi Anggaran secara Berkelanjutan

Bagi startup, memiliki sumber daya teknologi yang dapat mendorong terciptanya inovasi tentu merupakan hal yang penting, apalagi bila sumber daya tersebut dapat dimiliki dengan biaya yang tidak terlalu besar. Startup dapat melakukan efisiensi anggaran bila memiliki sumber daya teknologi yang tepat, sesuai dengan kebutuhan, serta tanpa banyak biaya tambahan yang tidak diperlukan.

Salah satu alasan mengapa pemanfaatan cloud dapat membantu startup melakukan efisiensi anggaran dengan lebih baik adalah karena pembayarannya yang menganut sistem pay-as-you-go. Dengan begitu, startup hanya akan membayar produk dan layanan cloud yang benar-benar digunakan sesuai dengan kapasitas layanan yang dibutuhkan.

Perlu dicermati, salah satu efisiensi anggaran lewat pemanfaatan cloud bukan terletak di potongan biaya yang bisa dinikmati saat pertama kali menggunakannya, melainkan optimasi anggaran secara berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu diperlukan startup untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya secara terus menerus, sehingga tidak hanya terpaku pada penghematan di awal yang bisa jadi justru menghantarkan startup dapat lebih boros di masa depan.

Gambaran bagaimana startup dapat melakukan penghematan anggaran secara efisien melalui pemanfaatan cloud (Source: Media Briefing AWS).
Gambaran bagaimana startup dapat melakukan penghematan anggaran secara efisien melalui pemanfaatan cloud (Source: Media Briefing AWS).

Sebagai gambaran, bila membeli sebuah server dengan kapasitas tertentu di awal untuk jangka waktu yang lama, startup akan terpaksa untuk mengeluarkan biaya tambahan bila di tengah perjalanannya terjadi kenaikan penggunaan secara drastis yang tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan kapasitas. Hal ini disebut sebagai lost opportunity, dimana dapat menyebabkan pelanggan akan berpindah ke kompetitor karena layanan milik startup Anda tidak dapat diakses maupun digunakan. Hal ini juga berlaku bila di tengah perjalanan terjadi penurunan penggunaan, maka kapasitas berlebih tersebut menjadi pengeluaran yang sia-sia.

Sebaliknya, bila menggunakan cloud, startup dapat menyesuaikan penggunaan kapasitas server yang lebih flexible karena fitur auto-scale dan hanya membayar sesuai kapasitas yang digunakan. Dalam media briefing yang dilakukan beberapa waktu lalu, Gunawan Santoso (Country Leader AWS Indonesia) menyebutkan bahwa telah banyak startup lokal yang merasakan penghematan pengeluaran setelah menggunakan cloud dalam produk atau layanannya. Nama-nama besar seperti Tokopedia, Gojek, Traveloka, Kitabisa, Halodoc, dan Bhinneka juga disebut telah merasakan efisiensi ini. Menurut penjabaran Gunawan, Bhinneka sendiri dapat menghemat pengeluaran IT hingga 30% dan software development time hingga 50% setelah memanfaatkan produk dan layanan cloud. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi ini tidak hanya terlihat dari penghematan biaya, tetapi juga penghematan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengembangan produk dan layanan yang dimiliki.

Turut Membantu Startup untuk Fokus Memaksimalkan Pertumbuhan Bisnis

Bagi para founders, salah satu kunci untuk meningkatkan efisiensi penggunaan cloud bagi startupnya adalah dengan mengetahui workload dan jenis layanan cloud apa yang dibutuhkan. Founders harus bisa mengidentifikasi bagian apa yang ingin dioptimalisasi melalui cloud, sehingga penggunaannya lebih maksimal. Setelah mengetahuinya, tim dapat menentukan produk cloud terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang paling rendah.

Kemudahan implementasi cloud yang berkaitan dengan efisiensi anggaran adalah kemampuan auto-scale yang memudahkan startup untuk melakukan iterasi penambahan atau pengurangan sumber daya. Startup dapat memulai dengan kapasitas minimum yang dibutuhkan lalu mengubahnya kembali sesuai kebutuhan di masa depan.

Di satu sisi, kemudahan ini juga turut memudahkan startup untuk fokus terhadap growth bisnisnya serta mempercepat sekaligus memaksimalkan upaya validasi ide bisnis di awal karena juga dapat menampung kapasitas besar yang dibutuhkan. Dengan begitu, startup juga dapat bereksperimen di awal dengan dampak serta risiko pengeluaran yang rendah.