Kompetisi Ketat, Flash Coffee di Indonesia Klaim Pertumbuhan Bisnis 50% Sepanjang H1 2024

Startup coffee-chain Flash Coffee mengklaim pertumbuhan signifikan di Indonesia pada paruh pertama (H1) 2024. Hal tersebut ditorehkan melalui peningkatan penjualan lebih dari 50% yang diimbangi perluasan gerai baru di Jakarta dan Bandung.

Saat ini, Flash Coffee mengoperasikan 67 gerai di Indonesia dan sedang dalam proses memperluas kehadirannya di pasar ini. Pendapatan per gerai diklaim meningkat lebih dari 50% sejak awal 2024, didukung oleh menu baru yang telah diluncurkan. Berkat strategi ini, Flash Coffee telah mencapai profitabilitas operasional di Indonesia.

Pertumbuhan yang mengesankan ini didorong oleh visi dan keputusan perusahaan untuk fokus pada pasar Indonesia, setelah menutup operasinya di pasar Asia lainnya serta sukses mengubah Flash Coffee di Thailand menjadi waralaba.

“Kami sangat antusias dengan potensi pasar Indonesia sejak membuka gerai Flash Coffee pertama kami di Jakarta pada Januari 2020,” ujar Founder & CEO Flash Coffee David Brunier. “Berkat dukungan dari pelanggan setia dan fokus strategis kami pada Indonesia sebagai pasar paling matang, kami kini memperluas jejak kami di negara ini dengan rencana penambahan banyak gerai baru dalam 12 bulan ke depan. Kami baru saja memulai.”

Proposisi nilai Flash Coffee

Setiap gerai baru dirancang untuk menawarkan pengalaman kopi yang unik, dengan minuman andalan Flash Coffee seperti Seasalt Palm Sugar Latte dan Whipped Strawberry Matcha. Selain itu, gerai ini juga dilengkapi dengan aplikasi pemesanan digital yang ramah pengguna serta konsep toko yang lebih besar dengan desain yang nyaman, mendorong pelanggan untuk tinggal lebih lama dan bersosialisasi.

Selain komitmen berkelanjutan dari pendiri Flash Coffee, Sebastian Hannecker dan David Brunier, White Star Capital telah menunjuk Jakob Angele, Venture Partner di White Star Capital dan mantan CEO foodpanda, untuk mendukung pertumbuhan Flash Coffee. Angele, yang berperan penting dalam mengembangkan foodpanda hingga mencapai volume transaksi $5,5 miliar, akan memanfaatkan keahliannya di industri F&B dan pengiriman makanan online untuk memperkuat posisi Flash Coffee di pasar Indonesia.

“Kami sangat senang melihat perubahan baru-baru ini dan fokus intensif kami pada Indonesia yang berbuah menjadi kesuksesan bisnis nyata. Saya sangat antusias dengan masa depan Flash Coffee,” ujar Jakob Angele, Ketua Eksekutif Flash Coffee dan Venture Partner di White Star Capital. “Indonesia adalah salah satu pasar kopi paling menarik dan dinamis di dunia. Flash Coffee berada di posisi unik untuk memenuhi permintaan yang terus berkembang akan kopi berkualitas tinggi.”

Flash Coffee terakhir membukukan pendanaan seri B senilai $50 juta tahun 2023 lalu dipimpin oleh White Star Capital. Bersamaan dengan pengumuman pendanaan tersebut, mereka mengatakan telah mencapai 100% profitabilitas seluruh outlet di Indonesia. Sejak berdiri tahun 2020, Flash Coffee kini sudah memiliki kehadiran di Indonesia, Singapura, Thailand, Hong Kong, dan Korea Selatan.

Lanskap kompetisi coffee-chain

Dalam bermanuver di Indonesia, Flash Coffee dihadapkan pada persaingan yang cukup ketat. Di ranah ini – kedai kopi modern yang didukung layanan digital—sudah ada sejumlah pemain lokal yang memiliki kehadiran kuat. Sebut saja Kopi Kenangan, Fore Coffee, Janji Jiwa, dan sejumlah pemain lainnya.

Kopi Kenangan, sebagai unicorn di sektor ini, belum lama ini melakukan diversifikasi bisnis dengan menyasar kalangan menengah ke bawah lewat brand “Satu Kenangan”. Di gerai yang lebih kecil, mereka menawarkan aneka produk minuman kopi dengan harga yang lebih murah. Sebelumnya, Kopi Kenangan banyak melakukan ekspansi produk dengan menghadirkan aneka sajian roti.

Gambaran persebaran coffee-chain di Indonesia per 2023
Gambaran persebaran coffee-chain di Indonesia per 2023

Pemain lain seperti Janji Jiwa juga terus melakukan perluasan wilayah dengan memasuki kota-kota tier-2 dan tier-3.

Lanskap persaingan kopi kekinian kini juga mulai diramaikan dengan konsep “kopi gerobak”. Salah satu pemain yang terus bermanuver adalah Jago Coffee. April 2024 ini, mereka baru memperoleh pendanaan seri A sebesar $6 juta (sekitar Rp98 miliar) dipimpin investor  Intudo Ventures dan BEENEXT Accelerate. Dengan model bisnis ini, perusahaan mengklaim telah mencapai profitabilitas yang stabil selama beberapa kuartal berturut-turut dan tumbuh lebih dari 13x pada 2023.

Application Information Will Show Up Here

Tomoro Coffee Bikin Fasilitas Sangrai Kopi untuk Perkuat Ekspansi

Pemilik jaringan gerai kopi Tomoro Coffee memperkenalkan fasilitas sangrai kopi (coffee roastery) untuk mendukung ekspansi operasionalnya di seluruh Indonesia. Fasilitas ini memiliki kapasitas produksi hingga mencapai 2.400 ton per tahun. 

Saat ini, Tomoro Coffee memiliki lebih dari 500 gerai di Indonesia, Singapura, Filipina, dan Tiongkok yang dibangun dalam kurun waktu 1 tahun. Adapun, Tomoro Coffee didirikan pada Agustus 2022. 

“Ini adalah bentuk komitmen kami untuk menghadirkan industri berkelanjutan yang nantinya bisa membentuk satu ekosistem dari hulu ke hilir di industri kopi nusantara,” ungkap Direktur Utama Tomoro Coffee Star Yuan dalam keterangan resminya. 

Para direksi memperkenalkan coffee roastery Tomoro Coffee, Senin (29/4)

Selain kapasitas produksi besar, coffee roastery Tomoro didesain lewat tiga fase produksi dengan biji kopi berkualitas. Mesinnya dilengkapi dengan dua alat afterburner yang akan mengurangi polusi asap hingga lebih dari 60% dari proses sangrai kopi.

Mesinnya disebut dapat memberikan hasil yang konsisten pada setiap batch produksi kopi. Hal ini karena proses sangrainya dipantau melalui solusi software yang dapat memastikan rasa kopi tetap sama dan konsisten setiap saat.

Coffee chain Indonesia

Pasar kopi modern di Indonesia dinilai menjanjikan, yang mana ikut mendorong ekspansi gerai yang cukup masif oleh sejumlah pemilik jaringan rantai kopi (coffee chain) dalam ngeri. Beberapa di antaranya adalah Kenangan Group dan Jiwa Group yang sudah ekspansi ke luar negeri dan merambah produk non-kopi.

Bisnis coffee chain berkembang sejalan dengan terjadinya pergeseran konsumsi kopi, yang awalnya dari kopi instan dan seduh manual menjadi kopi kafe dan kopi milik waralaba dengan harga lebih premium.

Kopi modern ini dijual dengan beberapa pendekatan, yakni memanfaatkan konsep “grab and go“, gerai premium, dan pembelian online lewat aplikasi. Kenangan Heritage, misalnya, menawarkan pengalaman unik bagi penikmati kopi dengan menghadirkan lebih dari sepuluh jenis kopi.

Mengacu laporan Momentum Works bertajuk “Coffee in Southeast Asia: Modernising Retail of the Daily Beverage”, pasar kopi modern di Asia Tenggara dikuasai Indonesia. Nilai pasarnya (omset tahunan) diestimasi $947 juta atau setara 27,7% dari total nilai pasar kopi modern di Asia Tenggara yang sebesar $3,4 miliar pada 2023. 

Sementara, jika mengacu pada jumlah gerai per 2023, Jiwa Group tercatat menjadi pemilik jaringan gerai kopi terbesar di Indonesia dengan jumlah sebanyak 1100 outlet, diikuti Kopi Kenangan dengan 932 outlet.

“Kami harap ini dapat berkontribusi untuk meningkatkan produktivitas kopi Indonesia sehingga menghasilkan kopi berkualitas dan disukai oleh penikmat kopi internasional. Hal ini seiring dengan langkah kami untuk membuka gerai-gerai kopi di negara-negara lain serta mewujudkan visi 1000+ gerai di seluruh Indonesia tahun ini.” Tutup Star.

Tomoro Coffee diketahui mendapat pendanaan sebesar $10 juta atau sekitar Rp158,6 miliar pada Oktober 2023.

Jago Coffee Raih Pendanaan Seri A Sebesar 98 Miliar Rupiah

Jago Coffee memperoleh pendanaan seri A sebesar $6 juta (sekitar Rp98 miliar) dipimpin investor terdahulunya, yakni Intudo Ventures dan BEENEXT Accelerate, serta partisipasi dari ORZON Ventures dan D Global Ventures.

Sebelumnya, Jago Coffee meraih pendanaan pra-seri A sebesar Rp34,2 miliar pada 2022, dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT serta partisipasi dari CyberAgent Capital dan Arkblu Capital.

Perusahaan mengklaim telah mencapai profitabilitas yang stabil selama beberapa kuartal berturut-turut dan tumbuh lebih dari 13x pada 2023.

“Pendanaan ini bukan sekadar dorongan finansial, tetapi bentuk kepercayaan terhadap visi dan tim kami. Ini memberdayakan kami untuk menghadirkan pengalaman unik ke lebih banyak komunitas dan berinovasi lebih jauh, memastikan setiap cangkir yang kami sajikan memperkuat hubungan antara kualitas dan aksesibilitas,” kata Yoshua Tanu, Co-Founder dan CEO Jago Coffee.

Jago Coffee berencana memperluas cakupan layanan dan berinvestasi lebih lanjut pada teknologinya. Saat ini, Jago Coffee baru mencakup 7% dari keseluruhan wilayah Jakarta. Targetnya, Jago Coffee ingin mencakup 50% wilayah Jakarta pada akhir 2024, menambah jumlah depo menjadi 15, dan mengerahkan 1.500 armada dari 300 saat ini.

Sebagai informasi, Jago Coffee didirikan oleh Yoshua Tanu (juga pendiri Common Grounds), Christopher Oentojo (eks VP of Product di Gojek), dan Daniel Sidik. Jago Coffee meluncur pertama kali pada Juni 2020. Mereka menawarkan pendekatan hiperlokal kepada konsumen akhir yang berada di lingkungan radius 1-2 km untuk mengantarkan minuman segar dalam hitungan menit.

Produk kopi instan saat ini diketahui menguasai 90% dari total konsumsi kopi di Indonesia. Maka itu, kopinya dijual keliling dengan menggunakan gerobak listrik, juga dapat dipesan melalui aplikasi mobile.

Dengan metode ini, pihaknya dapat mempermudah akses kopi tanpa perlu membangun toko fisik yang perlu waktu dan biaya. Saat ini, Jago Coffee menawarkan sejumlah menu utama kopi, termasuk menu seasonal, juga menu non-kopi.

Ekosistem coffee chain saat ini diisi oleh sejumlah pemain, di antaranya Kopi Kenangan, Fore Coffee, dan Janji Jiwa. Rata-rata memanfaatkan outlet ritel untuk menjajakan produknya. Kopi Kenangan, salah satu pemain awal di ekosistem ini, telah memperluas bisnisnya dengan masuk ke produk kemasan siap minum (ready-to-drink).

Berdasarkan riset Statista, nilai pasar kopi dari penjualan di restoran/bar (termasuk kopi instan) di Indonesia diproyeksi mencapai $8,3 miliar pada 2024. Sementara, nilai penjualan kopi dari supermarket dan toko swalayan berkisar $2,8 miliar pada tahun yang sama.

Application Information Will Show Up Here

Momentum Works: PDB Coffee-Chain di Asia Tenggara Ditaksir Capai Rp52,6 Triliun

Diestimasi Asia Tenggara menghabiskan $3,4 miliar atau sekitar 52,6 triliun Rupiah pada tahun ini untuk membeli segelas kopi modern, menurut sebuah studi baru yang dirilis Momentum Works.

Hasil penelitian dipublikasikan dalam laporan “Coffee in Southeast Asia 2023,” yang merangkum secara mendalam mengenai dinamika bisnis di balik modernisasi ritel minuman sehari-hari yang banyak dikonsumsi mayoritas masyarakat Asia Tenggara.

Dipaparkan, Indonesia dan Thailand adalah pasar coffee shop modern terbesar, masing-masing diperkirakan omzet tahunannya sebesar $947 juta dan $807 juta. Pertumbuhan besar ini sebagian besar didorong perluasan jaringan para pemain coffee shop lokal. Kemudian disusul Vietnam yang hanya memiliki sedikit pemain jaringan milik asing.

Berdasarkan jumlah gerai, terdapat dua coffee shop asal Thailand, Café Amazon dan Inthanin menjadi pemain dengan gerai terbanyak di Asia Tenggara dengan masing-masing sebanyak lebih dari 3.900 gerai dan 1.000 gerai.

Dari Indonesia, terdapat Janji Jiwa dan Kopi Kenangan dengan total masing-masing, 900 gerai dan 800 gerai. Kemudian dari Vietnam terdapat Highland Coffee dengan 700 gerai. Starbucks dan Dunkin menjadi dua pemain coffee shop asing dengan gerai terbanyak, masing-masing memiliki 2.000 gerai dan 1.300 gerai.

Laporan Momentum Works

“Konsumen di Asia Tenggara lebih terbiasa dengan kopi, dengan sebagian besar konsumsinya didorong oleh kopi instan dan seduh manual yang dijual oleh pedagang perorangan di pasar. Meningkatnya daya beli di kawasan ini telah mendorong permintaan akan kopi yang bernilai lebih tinggi dan berkualitas lebih baik, sehingga memicu pertumbuhan jaringan kopi modern milik lokal dan asing,” tulis Momentum Works.

Mengapa tetap ramai?

Momentum Works melihat industri coffee shop modern di kawasan ini sangat kompetitif, tapi mengapa masih banyak pemain di pasar? Alasannya karena industri ini terbagi dari dua target konsumen yang berbeda. Yakni, mass dan premium.

Konsumen mass ini membeli kopi dari pemain mass (berdasarkan harga dan brand positioning) karena harganya lebih murah. Mereka, penjual kopi formal dan informal, juga mudah ditemukan di berbagai titik dengan lalu lintas tinggi dilewati orang. Dari sisi penawaran produk, mereka lebih condong ke arah kopi instan dan tradisional dengan memfokuskan diri pada keunggulan harga.

Sementara konsumen premium ini, memilih untuk beli di coffee shop premium yang harganya lebih mahal bisa sampai 4x lipat dari merek mass. Akan tetapi, penawaran produk ini menggunakan biji kopi berkualitas tinggi dan teknik penyiapannya lebih canggih. Biasanya pemain premium ini cenderung berada di lokasi yang lebih premium dan mengutamakan pengalaman pelanggan dan suasana toko.

Laporan Momentum Works

Selain itu, karena permintaan pasti terus ada karena minum kopi sudah jadi bagian dari kebutuhan, maka secara industri pasar coffee shop modern ini menjadi tetap menarik bagi investor, pengusaha, pemilik perkebunan kopi, dan konglomerat yang memiliki usaha ritel F&B. Di Singapura saja, dengan pasar terkecil dari enam negara lainnya, memiliki lebih dari 30 jaringan coffee shop yang beroperasi. Fore Coffee adalah pemain teranyar asal Indonesia yang baru ekspansi ke Singapura.

Meskipun para pemain coffee shop sering kali berbeda dalam konsep, suasana, menu kopi -bahkan pasangan makanannya, pada dasarnya satu sama lain lebih banyak kemiripannya daripada yang tidak sama sekali.

Ruang pertumbuhan melambat

Akan tetapi, yang menjadi catatan besar dari laporan ini adalah estimasi PDB konsumsi kopi (CAGR: 0,8%) mulai melambat sepanjang 2018-2021, dibandingkan dengan pertumbuhan PDB secara per kapita (CAGR 2.65%). Kawasan ini berbeda dengan pasar yang secara tradisional didominasi oleh teh, seperti Tiongkok dengan pertumbuhan signifikan sama seperti Korea dan Jepang.

Walau demikian, ruang pertumbuhan akan tetap terjadi dan diperkirakan terjadi karena pergeseran konsumsi kopi, misalnya dari kopi instan ke kopi kafe, dari kopi tradisional ke kopi milik waralaba yang sedikit lebih premium.

“Kuncinya di sini adalah meningkatkan nilai setiap cangkir kopi yang dijual ke basis konsumen yang sama.”

Laporan Momentum Works

Pemain coffee shop dituntut untuk mengembangkan bisnisnya, selain menambahkan makanan dan item lainnya ke dalam menu, ada dua cara lain yang dapat dilakukan bersamaan:

  1. Mengambil pangsa pasar dari pemain lain atau bentuk konsumsi;
  2. Meyakinkan konsumen untuk meningkatkan dan membelanjakan lebih banyak pada setiap cangkir (disebut juga premiumisasi);

“Untuk mencapai masing-masing (atau keduanya), pemain harus memiliki strategi yang jelas dan valid, pemahaman yang baik tentang dinamika persaingan yang berkembang, dan tentu saja eksekusi yang baik.”

Oleh karena itu, Momentum Works menyarankan kepada para pelaku industri untuk melihat lebih dari sekedar meningkatkan produk, mulai mencari cara bagaimana model bisnisnya dapat naik sambil memanfaatkan teknologi dan data untuk meningkatkan efisiensi operasional di berbagai bidang.

Peningkatan tersebut harus didukung oleh tim kepemimpinan yang kuat, struktur organisasi yang kokoh, dan sumber daya manusia yang mampu. Pasar yang terus berkembang menawarkan banyak studi kasus, dengan pembelajaran tidak hanya untuk industri ini, namun juga untuk semua organisasi di berbagai sektor yang ingin berinovasi.

Fore Coffee Buka Gerai Pertama di Singapura

Fore Coffee resmi ekspansi regional ditandai dengan pembukaan gerai pertama di Singapura, bertempat di pusat perbelanjaan Bugis Junction. Perusahaan berambisi ingin menjadi brand pelopor dan pemimpin kelezatan kultur kopi Indonesia ke panggung global.

Dalam peresmiannya, Co-founder & CEO Fore Coffee Vico Lomar menyampaikan kehadiran gerai internasional perdana Fore Coffee merupakan wadah untuk merayakan keanekaragaman sembari mengenalkan kultur kopi Indonesia kepada penggemar kopi di Singapura.

“Gerai perdana Fore Coffee mengemban misi untuk tidak hanya menyajikan rangkaian suguhan menu kopi unggulan Fore Coffee yang dicintai oleh Masyarakat Indonesia, tetapi juga memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang kopi dan budaya Indonesia,” kata Vico.

Turut hadir dalam peresmian, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno menyampaikan bahwa Fore Coffee berkomitmen untuk membawa kopi terbaik Indonesia ke seluruh dunia demi mendorong tingkat ekspor biji kopi.

“Indonesia memiliki potensi untuk memperkuat reputasi global akan hasil biji kopi yang tentunya bersaing dengan biji kopi asal Brasil dan Vietnam. Saya berharap hari ini kita dapat mulai mengoptimalkan gerai ini untuk mengedukasi dan memperkenalkan masyarakat Singapura dengan budaya kopi Indonesia yang kaya dan indah,” imbuhnya.

Fore Coffee menawarkan jajaran menu minuman andalan yang telah menjadi favorit di kalangan penikmat kopi di Indonesia, seperti Gula Aren Latte, Pandan Oat Latte, dan Butterscotch Sea Salt Latte, yang dibanderol mulai dari S$4,5 (sekitar Rp51 ribu).

Menu unggulan ini diramu ulang dengan fresh twist karena telah disesuaikan dengan preferensi rasa dari masyarakat Singapura melalui serangkaian FGD yang turut jadikan nutri-grade level sebagai pedoman pembuatan resep, sehingga cita rasanya semakin kaya.

“[..] Pembukaan gerai internasional kami di Singapura adalah bukti nyata dari komitmen kami untuk menjadikan kopi Indonesia sebagai bagian dari gaya hidup global [..],” pungkas Vico.

Kompetitor terdekatnya, Kopi Kenangan sudah lebih dulu ekspansi regional. Ditandai dengan pembukaan gerai pertama di Malaysia pada Oktober 2022 dengan total gerai saat ini mencapai 22 gerai tersebar di Kuala Lumpur dan Selangor.

Kemudian, ekspansi ke Singapura dilakukan pada Agustus 2023, terhitung ada tiga gerai yang beroperasi, terletak di Raffles City Shopping Centre, Changi Airport T2, Takashimaya Shopping Centre. Harga yang dibanderol mulai dari S$2,9.

Mengutip dari riset yang dilakukan Fore bersama Redseer pada Juni 2023, disampaikan pangsa pasar kopi Singapura diperkirakan tumbuh sebesar 5% per tahun, mencapai $1,3 miliar pada tahun 2027. Data juga menunjukkan bahwa masyarakat Singapura mengonsumsi sekitar enam hingga tujuh cangkir kopi setiap minggunya.

Makanya tak heran menjadi magnet yang kuat bagi banyak perusahaan untuk masuk ke sana, terlebih Singapura merupakan hub bisnis di Asia Tenggara.

Capai EBITDA positif

Di Indonesia, Fore Coffee mengklaim telah mencapai EBITDA positif pada kuartal III 2021. Kunci utama yang dilakukan adalah memangkas anggaran promosi hingga 50%. Tren pemangkasan ini berlanjut di 2022 sebesar 30% dan ditargetkan mencapai 20%-30% di 2023.

Vico memaparkan tiga langkah strategis yang jadi kunci keberhasilan Fore Coffee dalam memperluas jangkauan dan layanan guna capai profitabilitas usaha, yaitu mendorong kualitas produk unggulan dengan inovasi Litbang, mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia bermutu, serta menargetkan pembukaan gerai terbaru.

Hingga saat ini, Fore Coffee telah memiliki 134 gerai di Jabodetabek, wilayah pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Fore akan menambah sekitar 75 gerai dan merambah kota-kota mid-size sehingga bisa mengoperasikan total sekitar 200 gerai hingga akhir 2023.

“Cita-cita kami adalah Fore Coffee bisa menjadi satu brand yang dicintai dan dipercayai oleh konsumen Indonesia. Goal ini tampak sederhana tapi memerlukan komitmen yang luar biasa dari semua elemen perusahaan. Dengan asas keterbukaan dan transparansi serta giat berinovasi demi kepuasan pelanggan, niscaya cita-cita tersebut dapat tercapai,” kata Vico.

Fore juga melakukan reposisi citra brand menjadi minuman trendi yang ramah kantong. Perusahaan menghadirkan produk minuman musiman sembari mendorong produk unggulan mereka.

Tiga menu unggulannya, yakni Aren Latte, Pandan Latte, dan Butterscotch Sea-Salt Latte, diklaim membawa brand Fore masuk ke jajaran TOP 5 Brand dengan top of mind tertinggi di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Fore Coffee Segera Masuki Pasar Regional, Dimulai dari Singapura di Q4 2023

Setelah mencapai EBITDA positif pada Q3 2021 dan profitabel, startup coffee chain Fore Coffee tahun ini mulai memfokuskan bisnis mereka kepada lingkungan dan keberlanjutan.

Co-Founder & CEO Fore Coffee Vico Lomar mengungkapkan, berbeda dengan gerai mereka yang didirikan tahun 2018 lalu, tahun ini perusahaan mulai membangun konsep ramah lingkungan. Perusahaan juga menyampaikan rencana mereka tahun ini untuk melakukan ekspansi ke Singapura.

Berupaya menjalankan bisnis secara mandiri

Per Agustus 2023, Fore memiliki 144 gerai di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Perusahaan juga mulai menghadirkan minuman kopi dan nonkopi dengan harga terjangkau. Untuk memperluas jangkauan layanan, mereka berencana untuk menambah satu gerai di Singapura di Q4 tahun ini.

Dipilihnya Singapura sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mereka sambangi karena posisi negara tersebut sebagai hub bisnis regional. Tidak disebutkan lebih lanjut detail lokasi gerai mereka nantinya akan didirikan.

Pemain lainnya yang saat ini juga membidik negara di Asia Tenggara untuk ekspansi dan sudah hadir di Malaysia dan Singapura adalah Kopi Kenangan.

Disinggung seperti apa strategi perusahaan untuk menyeimbangkan growth dan profitability, Vico menyebutkan berkat dukungan tim dan tentunya pelanggan hingga pihak terkait, perusahaan telah mencapai profitabilitas sampai sekarang. Ke depannya meskipun penggalangan dana masih menjadi opsi, namun agar perusahaan bisa berlari lebih cepat, diupayakan untuk bisa lebih mandiri.

“Kami berusaha membawa sesuatu yang bagus yang bertanggung jawab. Dan sesuatu yang terjangkau dan tidak perlu mahal itu adalah tanggung jawab kami selaku pelaku bisnis,” kata Vico.

Fore Coffee telah menutup pendanaan seri A bulan April 2019 lalu, dengan tambahan $1 juta melengkapi perolehan di putaran sebelumnya $8,5 juta. Pendanaan tersebut dipimpin oleh East Ventures. Turut bergabung SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Ventures, dan beberapa angel investor.

Saat awal pandemi perusahaan sempat mengalami kendala dengan penutupan beberapa gerai. Langkah tersebut diambil perusahaan agar bisa beradaptasi dengan perubahan situasi bisnis selama pandemi, salah satu inisiatifnya adalah optimalisasi layanan toko offline.

“Kemampuan Fore Coffee untuk terus bertahan dan berkembang merupakan sebuah prestasi yang bernilai. Terutama di tahun ke-5 ini, Fore Coffee tengah merealisasikan sebuah rencana usaha historis dan penting, sehingga ini makin memantapkan posisi Fore Coffee sebagai brand penyedia rangkaian minuman dan cemilan berkualitas di peta industri F&B Indonesia” kata Vico.

Fokus pada bisnis berkelanjutan

Indonesia, seperti banyak negara lainnya, menghadapi tantangan terkait pengelolaan sampah. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan coffee chain sedang menerapkan strategi pengurangan sampah di dalam gerai mereka. Mereka mulai beralih dari plastik sekali pakai ke kemasan ramah lingkungan dan berinvestasi dalam bahan yang dapat terurai secara alami.

Beberapa coffee chain juga memberikan insentif kepada pelanggan untuk membawa cangkir yang dapat digunakan ulang, berkontribusi pada pengurangan limbah yang dapat dibuang.

Di Fore sendiri ternyata fokus tersebut sudah dilancarkan perusahaan sejak awal, terkait dengan ESG (Environmental, Social, dan Corporate Governance). Memasuki usia lima tahun, Fore Coffee mulai mengusung konsep tersebut dengan melancarkan dua kampanye yaitu #FOREsponsible dan #FOREssentiallyYou.

Di gerai terbaru mereka yang bertempat di Kuningan City Mall, perusahaan telah memanfaatkan penggunaan 450kg material daur ulang termasuk plastic cup Fore Coffee, menjadi produk furnitur upcycle seperti meja, bangku, dan kabinet yang dapat ditemukan di gerai tersebut. Perusahaan juga menunjuk Cinta Laura Kiehl sebagai Social & Sustainability Ambassador serta menggandeng Robries sebagai mitra untuk merealisasikan komitmen inisiatif pelestarian lingkungan.

“Di Fore kami percaya segala sesuatu adalah bukan hanya pencapaian tetapi juga proses. Dan dalam proses tersebut banyak elemen di dalamnya. Menurut saya membangun bisnis tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga harus mulai memikirkan untuk bisa menjadi brand yang bisa berguna untuk orang sekitar dan bangsa,” kata Vico.

Application Information Will Show Up Here

Fore Coffee Pertajam Strategi Bisnis untuk Capai Profitabilitas

Startup coffee chain Fore Coffee belum lama ini membongkar pencapaian EBITDA positif pada kuartal III 2021. Salah satu faktor kunci kinerja positif ini adalah pemangkasan anggaran promosi hingga 50%. Fore menyebut tren pemangkasan ini berlanjut di 2022 sebesar 30%, dan ditargetkan mencapai 20%-30% di 2023.

Selain itu, pihaknya mengungkap sekitar 50% gerai non-fungsi terhantam badai pandemi pada 2020-2021. Hal ini disebabkan oleh perubahan supply & demand, supply chain, serta proses produksi dan distribusi kopi. Situasi tersebut mendorong para pemain coffee chain untuk mengembangkan berbagai inovasi agar tetap bertahan.

Di bawah kepemimpinan Co-Founder & CEO Fore Coffee Vico Lomar, perusahaan banyak melakukan peninjauan strategi. Ia kembali mengarahkan fokus pada bisnis inti yang menyediakan produk makanan dan minuman berkualitas sesuai selera konsumen.

Memasuki tahun ke-5 beroperasi, Vico memaparkan tiga langkah strategis yang jadi kunci keberhasilan Fore Coffee dalam memperluas jangkauan dan layanan guna capai profitabilitas usaha, yaitu mendorong kualitas produk unggulan dengan inovasi Litbang, mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia bermutu, serta menargetkan pembukaan gerai terbaru.

Hingga saat ini, Fore Coffee telah memiliki 134 gerai di Jabodetabek, wilayah pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Fore akan menambah sekitar 75 gerai dan merambah kota-kota mid-size sehingga bisa mengoperasikan total sekitar 200 gerai hingga akhir 2023.

“Cita-cita kami adalah Fore Coffee bisa menjadi satu brand yang dicintai dan dipercayai oleh konsumen Indonesia. Goal ini tampak sederhana tapi memerlukan komitmen yang luar biasa dari semua elemen perusahaan. Dengan asas keterbukaan dan transparansi serta giat berinovasi demi kepuasan pelanggan, niscaya cita-cita tersebut dapat tercapai,” kata Vico.

Fore juga melakukan reposisi citra brand menjadi minuman trendi yang ramah kantong. Perusahaan menghadirkan produk minuman musiman sembari mendorong produk unggulan mereka.

Matthew Ardian, CMO Fore Coffee, mengungkapkan dalam keterangan resmi, Fore Coffee tampil dengan pendekatan brand yang berbeda dari pemain kopi lainnya. Hal ini mendorong persepsi kebanyakan masyarakat bahwa Fore Coffee adalah brand kopi premium lokal. Persepsi inilah yang ingin diluruskan oleh perusahaan.

“Di awal 2022, kami mempertajam posisi kami bukan untuk dikenal sebagai pemain premium, tetapi sebagai power house brand kopi terkemuka yang menyajikan produk essential, berbeda, berkualitas terbaik, serta disukai masyarakat, karena kami paham konsumen berhak disajikan produk yang lebih baik,” Jelas Matthew.

Beberapa produk unggulan Fore Coffee di sepanjang 2022 termasuk Aren Latte, Pandan Latte, dan Butterscotch Sea-Salt Latte. Produk-produk ini diklaim membawa brand Fore masuk ke jajaran TOP 5 Brand dengan top of mind tertinggi di Indonesia.

“Sepanjang 2022, Fore Coffee banyak melakukan firsts, mulai dari lini minuman untuk anak-anak bernama Fore Junior, lini Fore Deli, hingga kolaborasi dengan brand gaya hidup premium seperti Grab, Laneige, Green Rebel hingga Oma Elly. Semua peluncuran ini dikemas dengan pemasaran digital-centric yang kekinian,” tambah Matthew.

Pemasaran organik

Lebih lanjut, pihaknya memaparkan peran pokok pemasaran dalam mendukung Litbang dan operasional. Selain mengerti aspirasi dan inspirasi konsumen Indonesia, pemasaran berperan dalam menjembatani aspirasi dengan ragam inovasi produk yang diinginkan masyarakat.

Targetnya adalah menjalankan pemasaran secara organik dan berkelanjutan di 2023. Tingginya akuisisi pelanggan baru secara offline atau online adalah bentuk kontribusi penajaman citra brand. Selain itu, perusahaan juga aktif melakukan kampanye tiap bulannya. Hal ini berbuah konsumen yang juga aktif menyebarkan konten melalui jaringan media sosial.

Berdasarkan riset yang dilakukan bersama pihak ketiga, Fore Coffee mengalami lonjakan tingkat kepuasan dan NPS (Net Promoter Score) sebanyak 23% serta menempatkan Fore Coffee sebagai peraih NPS tertinggi diantara brand lainnya di Indonesia.

“Produk minuman unggulan kami adalah instrumen promosi paling efektif. Produk tersebut telah berhasil jadi pembawa pesan kualitas produk yang Fore Coffee sajikan kepada masyarakat Indonesia. Itu sebabnya fokus kami terletak pada Litbang Produk yang intensif dan berkelanjutan sehingga dapat menciptakan tren baru, dan dapat memperkenalkan produk-produk baru yang akan jadi kegemaran masyarakat.”  Tutup Vico.

Kopi Kenangan Bidik Ekspansi ke Lima Negara di Asia Tenggara

Kopi Kenangan (Kenangan Brands) gencar ekspansi ke Asia Tenggara hingga 2030. Rencananya, perusahaan akan memperluas jangkauannya ke lima negara baru dan menambah 100 outlet di Malaysia yang sudah masuk sejak tahun lalu.

Disampaikan saat acara halal bihalal bersama media (17/5), Group CEO of Kenangan Brands Edward Tirtanata menargetkan dapat membuka sekitar 50 outlet lewat ekspansi baru pada tahun ini jika proses riset dan eksplorasi sudah selesai. Secara keseluruhan, totalnya ada 150 outlet di Asia Tenggara.

“Kita tidak berencana ekspansi ke Eropa, tapi tidak menutup kemungkinan kita lakukan. Kita ingin Kopi Kenangan menjadi global brand. Pertama, kita fokus ekspansi di lima negara di Asia Tenggara, yang pada akhirnya kita akan masuk ke Eropa dan Amerika,” kata Edward.

Tahun lalu, Kopi Kenangan mengawali ekspansi pertamanya di Asia Tenggara dengan membuka sepuluh gerai di Malaysia. Menurut Edward saat itu, ekspansi Malaysia seharusnya ditargetkan dapat terealisasi pada 2020, tetapi tertunda karena pandemi Covid-19.

Persiapan IPO

Edward juga bicara persiapan Kopi Kenangan melantai di bursa saham. Startup coffee chain yang sudah menyandang status unicorn ini tengah fokus melakukan restrukturisasi perusahaan, baik tata kelola hingga urusan legal. Edward menilai, jika melihat pengalaman perusahaan lain, banyak yang menunda IPO karena kurang persiapan.

Perusahaan juga masih melihat kondisi makroekonomi dan pertumbuhan perusahaan sehingga IPO dapat dilakukan di waktu yang tepat dan fundamental sudah mencapai titik yang baik. “Restrukturisasi perusahaan saat ini sudah on the way. Harusnya akhir tahun ini sudah selesai semua persiapan tersebut. Namun, kapan waktu kita untuk IPO masih belum kita pastikan,” tuturnya.

Perusahaan juga belum memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan tahun ini. Pendanaan terakhir yang mereka peroleh adalah, pendanaan seri C senilai $96 juta atau setara Rp1,3 triliun tahun 2021 lalu.

Sebagai informasi, pada 2020, Kenangan Brands mulai merambah ke kategori makanan seperti roti dan soft-baked cookies, dan juga Chigo x Flip yang menyajikan makanan gurih, seperti fried chicken dan burger. Pada 2022, perusahaan masuk ke pasar FMCG melalui peluncuran produk siap minum Kopi Kenangan Hanya Untukmu.

Menjadi perusahaan F&B berkelanjutan

Lebih lanjut, Kenangan Brands juga ingin mendukung prinsip Environment, Social, dan Governance (ESG). Pihaknya menyadari bahwa perusahaan yang berkelanjutan harus sehat secara finansial sehingga dapat mendukung ESG. Maka itu, Kenangan Brands memiliki target untuk menjadi perusahaan sustainable sekaligus profitable pada 2030.

Beberapa strategi, seperti ekspansi gerai, inovasi produk, hingga
pemasaran yang intensif telah dilakukan untuk menjalankan bisnis yang sehat dan membangun profitabilitas. Termasuk juga menerapkan eco-friendly operations dengan fokus utama untuk mencapai zero waste tolandfill.

Saat ini, Kenangan Brands telah menjalin kemitraan dengan pelaku UMKM hingga startup yang memiliki layanan dan produk berdampak kepada lingkungan. Mulai dari melancarkan proses daur ulang bermitra dengan Octopus hingga startup cleantech yang menawarkan jasa pengelolaan sampah, termasuk di dalamnya pengumpulan, pemilahan, serta daur ulang, yaitu Rekosistem.

“Kami sangat terbuka untuk membuka kolaborasi dengan pihak terkait. Kita membuka kesempatan kerja sama dengan UMKM hingga startup yang memiliki layanan dan produk berdampak pada lingkungan.” Tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Flash Coffee Raih Pendanaan 737 Miliar Rupiah; Klaim Profitabilitas dari Bisnisnya di Indonesia

Startup coffee-chain asal Singapura Flash Coffee berhasil mengamankan pendanaan seri B senilai $50 juta atau lebih dari Rp737 miliar dipimpin oleh White Star Capital. Investor lain yang juga berpartisipasi dalam putaran ini termasuk Delivery Hero, Geschwister Oetker, dan Conny & Co. — ketiganya berasal dari benua biru.

Rencananya, dana segar akan digunakan untuk mempercepat misi perusahaan mencapai profitabilitas tingkat grup, termasuk mengembangkan jejaknya secara berkelanjutan di seluruh wilayah Asia Pasifik, menggandakan teknologi dan inovasi produk, serta mengembangkan lebih lanjut kinerja penjualan toko-toko yang ada.

Didirikan pada tahun 2020 lalu, Flash Coffee berhasil memasuki jajaran centaur dalam waktu 2 tahun dan saat ini memiliki lebih dari 200 gerai kopi yang tersebar di Singapura, Thailand, dan Indonesia.

Flash Coffee memosisikan diri sebagai jaringan gerai kopi berbasis teknologi yang menyajikan menu minuman berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Pelanggan dapat menggunakan aplikasi Flash Coffee untuk memesan dan membayar secara online, memilih untuk mengambil pesanan dari salah satu etalase atau memesan untuk pengiriman.

General Partner White Star Capital Joe Wei melihat bahwa Flash Coffee telah menunjukkan pertumbuhan luar biasa dalam waktu yang cukup singkat. “Flash Coffee berpotensi untuk menjadi pemain utama jaringan kopi di kawasan Asia dan kami berharap dapat terus bekerja sama untuk mendukung pertumbuhan dan kesuksesan yang berkelanjutan.”

Selama dua tahun terakhir, Flash Coffee telah mengalami pertumbuhan eksponensial, dengan peningkatan pendapatan year-on-year (YoY) sebesar 23 kali lipat pada 2021. Hal ini diikuti dengan peningkatan (YoY) sebesar empat kali lipat pada 2022, sekaligus mencapai lebih dari 100 poin persentase peningkatan EBITDA YoY pada tingkat grup di tahun yang sama.

Co-founder dan CEO Flash Coffee David Brunier juga mengungkapkan bahwa, “Dengan total gerai yang sudah menguntungkan di seluruh wilayah, Flash Coffee telah menemukan target market yang tepat dan siap meluaskan jaringan ke berbagai kota. perusahaan berada di jalur yang tepat untuk mencapai profitabilitas tingkat grup pada tahun 2024.”

Perusahaan juga mengklaim telah mencapai 100% profitabilitas dari 92 outlet di Indonesia. Di Indonesia sendiri, setelah melakukan ekspansi pertama ke Bandung, Flash Coffee disebut akan segera diluncurkan di Surabaya pada Juli 2023 mendatang.

Investasi pada startup coffee-chain 

Dilansir dari The Asian Post, kopi telah menjadi komoditas penting di Asia Tenggara. Produk ini memiliki pasar senilai $6,2 miliar atau 16 persen dari ekspor kopi global. Pada tahun 2017, Indonesia dan Vietnam termasuk di antara produsen kopi utama dunia, masing-masing menyumbang 18 persen dan enam persen terhadap produksi global.

Maraknya bisnis kopi di Indonesia juga terlihat dari kemunculan berbagai startup kopi lokal. Investor pun mulai melirik jaringan gerai kopi yang menawarkan solusi berbasis teknologi. Di akhir tahun 2022 lalu, sebuah startup coffee chain Jago mengumumkan pendanaan senilai Rp34, 2 miliar dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT.

Salah satu modal ventura paling aktif di Indonesia, East Ventures, juga memiliki 3 portofolio startup teknologi yang berfokus pada kopi, seperti Otten Coffee, Fore Coffee, dan Morning. Meskipun sama-sama mengedepankan kualitas kopi yang dijajakan, masing-masing startup juga menawarkan nilai tambah yang berbeda-beda.

Potensi yang besar pada startup coffee-chain ini juga dibuktikan oleh Kopi Kenangan yang telah mencapai tonggak unicorn setelah mengumumkan penutupan puutaran pertama untuk pendanaan seri C mereka. Selain itu, konsep “grab & go” yang juga diusung JIWA Group juga menghantarkan mereka meraih pendanaan dari Openspace dan Capsquare Asia Partners.

Application Information Will Show Up Here

Startup “Coffee Chain” Jago Umumkan Pendanaan Pra-Seri A 34 Miliar Rupiah

Startup coffee chain Jago mengumumkan penyelesaian pendanaan pra-seri A senilai $2,2 juta (sekitar 34,2 miliar Rupiah) yang dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT, dengan partisipasi CyberAgent Capital dan Arkblu Capital. BEENEXT adalah investor sebelumnya, memimpin pendanaan tahap awal yang diperoleh Jago pada November 2021.

Lewat penggalangan ini, Jago akan memanfaatkan dana untuk perluas armada mobile cafe hingga 200 unit yang mampu menjangkau 20 area di Jakarta. Selanjutnya, memperkuat tim inti di lini operasional dan teknologi.

Jago memosisikan diri bukan sebagai bisnis ritel yang mendukung operasionalnya dengan teknologi, melainkan sebaliknya, memungkinkan siapa saja dan di mana saja memiliki akses ke kopi berkualitas dengan harga terjangkau.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (27/10), Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyampaikan, ada beberapa hal yang khas Indonesia daripada kopi. Jago merupakan model baru bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati kopi, mengungguli kafe tradisional dalam hal kenyamanan dan mengalahkan kopi instan dan pre-made dalam hal kualitas.

“Kami yakin dengan tim gabungan pengusaha kopi dan teknologi Jago dan menantikan momentum lanjutan mereka di pasar kopi Indonesia yang sedang booming,” kata Yip.

Partner BEENEXT Faiz Rahman menambahkan, Jago menyeduh sesuatu yang berbeda dari secangkir kopi rata-rata, memberikan pengalaman dan layanan unik kepada konsumen melalui kopi. Perusahaan ini memanfaatkan teknologi sebagai produk intinya dan memanfaatkan infrastrukturnya untuk mendefinisikan ulang ritel last-mile.

“Oleh karena itu, kami sangat bersemangat untuk melanjutkan kemitraan jangka panjang kami dengan Jago seiring dengan percepatan ekspansi perusahaan di seluruh Jakarta dan sekitarnya,” ucap Faiz.

Model bisnis Jago

Diluncurkan pada Juni 2020, Jago adalah kafe berjalan yang memberdayakan micro mobile  retail (gerobak elektrik)—menemui pelanggan kapan pun mereka mau—di mana pun mereka mau. Dengan armada kafe keliling yang bertenaga elektrik, Jago beroperasi di lokasi-lokasi utama di Jakarta.

Perusahaan menawarkan pendekatan hiperlokal ke konsumer akhir dengan melayani lingkungan sekitar dalam radius 1-2 km untuk menyiapkan dan mengantarkan minuman segar dengan cepat dalam hitungan menit. Gerobak beroperasi di area dengan kepadatan tinggi, dengan permintaan dari area perumahan dan bisnis, dengan populasi kedai kopi yang kurang melimpah meskipun permintaan kopi kuat.

Jago menyediakan minuman kafe berkualitas yang disajikan oleh barista yang dilengkapi dengan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyiapkan minuman segar di tempat, termasuk panas & dingin, kopi & teh, dan minuman khusus lainnya.

Jago Coffee juga menawarkan pemesanan langsung dan pesan-antar, menawarkan layanan penjemputan dan pengiriman untuk kopi segar tingkat kafe langsung ke konsumen dengan harga yang dibanderol mulai dari Rp8 ribu per cangkir. Konsumen dapat menikmati alternatif kopi kualitas yang lebih tinggi untuk kopi instan, tanpa mengurangi kenyamanan dan efektivitas biaya.

Pengguna cukup mengunduh aplikasi Jago di iOS dan Android untuk memesan minuman yang baru diseduh untuk pengambilan dan pengiriman, sehingga tidak perlu pergi ke kafe untuk menyegarkan diri.

Jago dipimpin oleh tim pengusaha Indonesia yang berpengalaman di bidang kopi dan teknologi, termasuk Yoshua Tanu (CEO) dan Christopher Oentojo (CTO). Selain Jago, Yoshua juga merupakan salah satu pendiri Common Grounds, jaringan kafe premium di Indonesia. Sementara, Christopher sebelumnya adalah Vice President of Product di Gojek, ia pernah memimpin peluncuran GoCar dan inisiatif pemetaan internal perusahaan.

Selain itu, Daniel Sidik baru-baru ini bergabung dengan Jago sebagai COO & CMO. Daniel membawa pengalaman di bisnis makanan & minuman yang luas, bergabung dengan perusahaan setelah mendirikan dan memimpin Reddog, rantai hotdog bergaya Korea yang populer di Indonesia dengan lebih dari 40 gerai ritel setelah dua tahun diluncurkan.

“Model bisnis inovatif kami, menggabungkan kafe seluler dengan aplikasi Jago kami, menciptakan akses kopi yang tak tertandingi kapan saja, di mana saja tanpa harus mengorbankan kualitas, harga, atau kenyamanan. Kami sedang membangun kemungkinan baru untuk ritel last-mile yang berkelanjutan dan memuaskan bagi konsumen Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kopi dan penyegaran harian mereka,” kata Co-founder & CEO Jago Yoshua Tanu.

Application Information Will Show Up Here