BNI to Enter the Digital Bank Through Mini Bank Acquisition

Another top tier bank is to enter the digital business by acquireing a mini bank. Rumor has it, PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) is to acquire Bank Mayora, a BUKU II bank with less than IDR 2 trillion core capital.

On CNBC, BNI’s President Director, Royke Tumilaar has confirmed the company’s plan to acquire a bank. He said the company had finalized the initial process, but the bank name is still undisclosed.

“We have reached an initial agreement for a bank acquisition with a strong business ecosystem to be transformed into a digital bank,” Royke said at a press conference.

He said, the digital bank is to target the MSME segment and collaborate with experienced strategic partners to develop financial technology. Royke said that technology plays an important role in digital bank management, and capable to drive more efficient operational costs than conventional banks.

In general note, Bank Mayora is a retail and consumer bank that offers a variety of financial products, ranging from loans and deposits. Some of the loan products offered include Vehicle Loans (KKB), Multi-Use Loans (KMG), and Home Ownership Loans (KPR).

Meanwhile, BNI engaged in the consumer and business segments, both through savings, deposit and credit products. The bank with a “46” logo has a strong association as a widely used banking product by students/universities.

Quoting from Investor.id, Royke had given a sign that the company would not be transformed 100% into a digital bank without branch offices, instead will develop in terms of services, business processes, and products.

He said, apart from having fairly strong legacy in Indonesia, the Government as BNI’s majority shareholder demand the bank to focus on strengthening its position further as an international bank or global bank

The battle over SME market

Throughout this year, the Indonesian banking sector has been crowded with the launch of digital banking services to corporate actions, seeking for strategic partners. Bank Jago, BCA Digital, and Bank Neo Commerce have implemented the business in this first semester.

While several other banks are looking for strategic investors to raise capital, the media conglomerate PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) recently acquired 93% of Bank Fama‘s shares. Moreover, Kredivo has gradually acquired the shares of Bank Bisnis Internasional until eventually dominating with 40% ownership.

The corporate action is being pursued to meet the core capital obligation of IDR 2 trillion by the end of this year as stated in POJK No. 12.

Almost all of the banks are busy targeting the MSME segment amidst a surge in digital acceleration during the Covid-19 pandemic. Apart from being the foundation of the Indonesian economy, MSME is a segment with certain difficulties to capital access and has not been fully digitized.

Bank

Parent/Individual Acquisition/Subsidiary Transformation
BCA Bank Royal Indonesia BCA Digital
Jerry Ng and Patrick Walujo Bank Artos Bank Jago
BRI BRI Agro Bank Raya

Non-bank

Parent Acquisition/Subsidiary Transformation
Sea Group Bank Kesejahteraan Ekonomi Seabank
CT Group Bank Harda Internasional Allo Bank
EMTEK Bank Fama N/A
Kredivo Bank Bisnis Internasional N/A

This is a reason for digital banks to cooperate with platforms with a broad customer base and service ecosystem. That way, they can easily distribute financing products and loans using this leverage.

Based on data from the Central Statistics Agency (BPS), there were 65.5 million MSMEs in 2019, an increase of 1.98% from 64.2 million in 2018. Meanwhile, only about 8 million or 13% of MSMEs are integrated or utilize digital technology.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bertambah Lagi, BNI Akan Masuk ke Bank Digital Lewat Akuisisi Bank Mini

Bertambah lagi jumlah bank besar yang akan mencaplok bank mini untuk masuk ke bisnis digital. Kali ini PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) dikabarkan akan mencaplok Bank Mayora yang merupakan bank BUKU II dengan modal inti tidak sampai Rp2 triliun.

Mengutip CNBC, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar telah mengonfirmasi rencana perusahaan untuk mengakuisisi sebuah bank. Ia mengatakan perusahaan telah menyelesaikan proses tahap awal, tetapi ia masih merahasiakan nama banknya.

“Kami telah mencapai kesepakatan awal untuk akuisisi bank yang memiliki ekosistem bisnis kuat untuk dikembangkan menjadi bank digital,” ungkap Royke dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

Menurutnya, bank digital ini akan membidik segmen UMKM dan menggandeng mitra strategis berpengalaman untuk mengembangkan teknologi keuangan. Royke menilai teknologi memainkan peran penting dalam mengelola bank digital, serta dapat menekan biaya operasional lebih efisien dibandingkan bank konvensional.

Sebagai informasi, Bank Mayora merupakan bank di bidang ritel dan consumer yang menawarkan berbagai produk keuangan, mulai dari pinjaman (lending) dan simpanan (funding). Beberapa produk pinjaman yang ditawarkan di antaranya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multi Guna (KMG), dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Sementara, BNI bermain di segmen consumer dan bisnis, baik lewat produk tabungan, deposit, hingga kredit. Bank berlogo 46 ini memiliki asosiasi kuat sebagai produk perbankan yang banyak digunakan oleh kalangan mahasiswa/universitas.

Mengutip Investor.id, Royke sebelumnya pernah memberi sinyal bahwa perusahaan tidak akan 100% berubah menjadi bank digital yang tidak memiliki kantor cabang, tetapi bertransformasi dari sisi layanan, proses bisnis, dan produk.

Selain BNI telah memiliki legacy yang cukup kuat di Indonesia, ia menyebut Pemerintah selaku mayoritas pemegang saham mengamanatkan BNI untuk fokus memperkuat posisinya ke depan sebagai bank internasional atau bank global.

Berebut pasar UMKM

Sepanjang tahun ini, sektor perbankan Indonesia telah diramaikan dengan peluncuran layanan bank digital hingga aksi korporasi untuk mencari mitra strategis. Bank Jago, BCA Digital, dan Bank Neo Commerce sudah melakukan ini di semester I ini.

Sementara beberapa bank lain tengah mencari investor strategis untuk menghimpun modal. Baru-baru ini konglomerasi media PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) mencaplok 93% saham Bank Fama. Kemudian, ada Kredivo yang secara bertahap mengakuisisi saham Bank Bisnis Internasional hingga kemudian menjadi pengendali dengan kepemilikan sebesar 40%.

Aksi korporasi tersebut tengah dikejar untuk memenuhi kewajiban modal inti Rp2 triliun sampai akhir tahun ini sebagaimana tertuang dalam aturan POJK Nomor 12.

Hampir semuanya ramai-ramai membidik segmen UMKM di tengah lonjakan akselerasi digital selama pandemi Covid-19. Selain merupakan fondasi perekonomian Indonesia, UMKM termasuk segmen yang cukup sulit mendapat akses modal dan rata-rata belum sepenuhnya terdigitalisasi.

Perbankan

Induk/Individu Akuisisi/Anak Usaha Transformasi
BCA Bank Royal Indonesia BCA Digital
Jerry Ng dan Patrick Walujo Bank Artos Bank Jago
BRI BRI Agro Bank Raya

Nonbank

Induk Akuisisi/Anak Usaha Transformasi
Sea Group Bank Kesejahteraan Ekonomi Seabank
CT Group Bank Harda Internasional Allo Bank
EMTEK Bank Fama N/A
Kredivo Bank Bisnis Internasional N/A

Ini salah satu alasan bank digital menggandeng platform-platform yang punya basis pelanggan dan ekosistem layanan yang luas. Dengan begitu, mereka dapat mudah menyalurkan produk pembiayaan maupun pinjaman dengan leverage tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sebesar 65,5 juta UMKM di 2019 atau naik 1,98% dari 64,2 juta di 2018. Sementara, baru sekitar 8 juta atau 13% UMKM yang terintegrasi atau memanfaatkan teknologi digital.

Grup Konglomerasi Media EMTEK Caplok 93% Saham Bank Fama

Teka-teki kabar pendirian bank digital oleh EMTEK dan Grab mulai muncul satu-persatu. Perusahaan konglomerasi media dan teknologi PT Elang Mahkota Teknologi (IDX: EMTK) akan mengakuisisi PT Bank Fama International. Melalui anak usahanya PT Elang Media Visitama (EMV), EMTEK akan mengambil alih sebanyak 93% atau setara 9.089.503.800 lembar saham milik Bank Fama.

Rencana tersebut disampaikan dalam prospektus akuisisi yang diterbitkan Bank Fama pada surat kabar. Bank Fama mencari investor baru demi memenuhi kewajiban modal inti minimum Rp2 triliun per akhir 2021 sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 12.

Dalam pernyataannya, aksi korporasi ini menjadi jalan masuk taipan milik Sariaatmadja tersebut untuk meningkatkan literasi keuangan dan perbankan ke sektor UMKM. Selain itu, Bank Fama juga dapat memanfaatkan kekuatan finansial, jaringan bisnis, produk, dan keahlian sektoral EMV.

“EMV juga berencana mempertahankan tim manajemen Bank Fama yang ada saat ini. EMV berencana mendukung dan meningkatkan kegiatan pengembangan karyawan untuk membangun keahlian dan kemampuan karyawan dalam mendukung kegiatan utama Bank Fama,” demikian pernyataan manajemen Bank Fama.

Untuk merampungkan proses akuisisi, Bank Fama akan melaksanakan RUPSLB pada 5 September 2021, sedangkan EMV pada 6 Desember 2021. Adapun pengajuan permohonan pengambilalihan ke OJK akan dilakukan pada 8 Desember. Pihaknya memperkirakan akuisisi ini rampung pada 28 Desember usai mengantongi restu dari OJK dan Kemenkumham.

Sedikit informasi, Bank Fama berkantor pusat di Bandung dan berdiri sejak 1993 sebagai bank umum dengan modal awal disetor Rp10 miliar. Bank Fama memiliki beberapa jaringan kantor secara online di Bandung, Jakarta, dan Tangerang dengan fokus pasar pada segmen ritel, khususnya UKM. Saat ini, Bank Fama memiliki modal inti utama senilai Rp1,001 triliun per Desember 2020.

Eks petinggi CIMB Niaga pimpin Bank Fama

Sebelum berita ini diturunkan, EMTEK dikabarkan akan mendirikan bank digital bersama platform super app Grab. Menyusul setelahnya, Tigor M Siahaan diberitakan resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Direktur dan CEO PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Menurut pemberitaan Katadata, Tigor akan memimpin bank digital hasil patungan (joint venture) EMTEK dan Grab tersebut. Bank ini dikabarkan akan terintegrasi dengan berbagai ekosistem digital, mulai dari commerce, online-to-offline (O2O), dan pembayaran digital.

Bertambahnya jumlah bank yang bertransisi ke digital dan kolaborasinya dengan platform digital akan semakin memperkuat prospek dan peta persaingannya di tahun depan. Terlebih, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merilis aturan baru yang memberikan batasan yang jelas terkait pendirian bank.

Berdasarkan catatan kami, Bank Jago bersinergi dengan Gojek, Bank Neo Commerce dengan Akulaku, BCA Digital dengan Blibli, hingga Seabank oleh Sea Group. Jumlah ini diproyeksi akan bertambah seiring dengan meningkatkan akselerasi digital di Indonesia.

Menyoroti hal ini, Advisor Pengembangan Bisnis Bursa Efek Indonesia Poltak Hotradero sempat mengungkap bahwa sektor keuangan begitu besar di Indonesia. Maka itu, jangan sampai perannya diberikan kepada sektor perbankan saja. Selain potensi bisnisnya besar, ia meyakini masih ada segmen pasar yang belum tergarap dengan baik di Indonesia dan hanya bisa terlayani lewat kanal digital

“Platform digital akan memudahkan sinergi dengan layanan keuangan digital lainnya, misalnya layanan investasi dan asuransi. Namun perlu dicatat, biaya dan risiko terbesar dari transisi digital adalah kegagalan mempertahankan pangsa dan segmen pasar. Faktor tersebut dapat membuat bank menjadi tidak relevan,” tambahnya.

Bank Jago to Expand Business in 2022, Advancing Integration with Gojek

Following its strategic partnership with Gojek, PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) will continue the integration of its second service ecosystem in 2022. A series of use cases have been prepared, such as the GoPay and Jago e-KYC processes and payment for merchant transactions from Kantong Jago via GoPay.

As stated by Bank Jago’s President Director, Karim Siregar, currently his team is preparing to launch GoPay integration as one of the Kantong in the Jago application. Kantong GoPay is estimated to be coming soon.

Karim is reluctant to elaborate on this integration plan with Gojek after the merger with Tokopedia (GoTo). However, he ensured that he would continue to develop the Jago application in order to serve the retail, MSME, and mass market segments.

Rencana sinergi dengan Gojek / Bank Jago
Synergy plans with Gojek / Bank Jago

“This year we are focusing on strengthening the product and user foundations. The number of Bank Jago users is now close to 700 thousand,” he said during Bank Jago’s business presentation, Thursday (28/10). The Bank Jago application has been downloaded more than 1 million on Android devices.

In general note, Gojek Group through GoPay (PT Dompet Anak Karya Bangsa) grabs 22% of Bank Jago’s shares. After the GoTo merger, Bank Jago is exploring wider synergies as it enters the large ecosystem of services owned by Gojek and Tokopedia.

Digital sharia and payment partnership

In other plans, Bank Jago also targets digital sharia services to be available in the Jago application in the first quarter of 2022. Currently, the Sharia Business Unit has started its operation, just waiting for the realization of digital services. His team is waiting for permission from the Financial Services Authority (OJK).

“Sharia and conventional [financial] services are always identified differently, even though they are not. Moreover, there are no fully digital Islamic financial services in Indonesia,” he added.

Jago Syariah will offer digital financial solutions that focus on customer life (life centric) by optimizing the latest technology, equivalent to conventional Jago applications.

Referring to data from the Financial Services Authority (OJK), the market share of Islamic banks was only 6.33% as of October 2020. The increase was not too significant compared to the market share in 2017 which was only 5%.

Furthermore, Bank Jago also plans to strengthen the digital ecosystem by encouraging service partnerships, especially for lending. In total, Bank Jago has collaborated with 19 partners from various verticals, ranging from e-commerce, lending, and investment.

Currently, all of Bank Jago’s financing is being channeled through a loan channeling model with third parties, either through financial service companies or P2P lending platforms.

Bank Jago service ecosystem / Source: Bank Jago

“Banks live on interest, therefore, we should not focus on transactional [products], but also on credit or financing,” he said.

Based on the third quarter 2021 financial report, Bank Jago has disbursed Rp3,727 trillion, an increase of 502% from the same period last year which amounted to Rp619 billion. Most of these loans are distributed through loan channeling.

In a previous interview, Karim had revealed that he would target MSMEs as the target market for financing. In 2020, the number of MSME players in Indonesia is estimated to reach more than 65 million which recorded to contribute more than 50% of Indonesia’s GDP, and absorb 97% of the active work budget in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

redi Jalan Telkomsel Masuk Industri Bank Digital

Kemarin (28/10) bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, Telkomsel meresmikan kerja samanya dengan unit bank digital milik BCA, atau dikenal dengan blu. Di sisi Telkomsel, kemitraan tersebut melibatkan platform redi, sebagai aplikasi agregator layanan perbankan yang memungkinkan pengguna mengelola berbagai akun bank di satu dasbor. Saat ini aplikasi redi sudah bisa digunakan oleh pengguna, baik di platform Android maupun iOS.

Kini, pengguna redi dapat mengintegrasikan rekening blu ke dalam aplikasi – termasuk melakukan pendaftaran dari sana. Selain itu, pengguna juga bisa melakukan pengelolaan rekening blu seperti cek saldo, dan melakukan transaksi transfer. Proposisi nilai yang ditawarkan, aplikasi redi mengintegrasikan akun bank di dalamnya dengan nomor ponsel pengguna. Selain itu mereka turut menawarkan beragam promo dan reward eksklusif.

Sudah terdapat beberapa bank lain

Gambaran aplikasi redi

Selain blu, sebenarnya sudah ada 23 opsi bank lainnya yang dapat diintegrasikan ke redi. Beberapa nama populer seperti Mandiri, BNI, Bukopin, BCA, CIMB Niaga, dan lain-lain. Pengguna bisa menambahkan lebih dari satu rekening bank untuk dikelola bersama. Adapun untuk jenis transaksi yang saat ini dapat digunakan lewat redi adalah transfer, QRIS, berbagai pembayaran (plus pengingat), dan top-up.

Permasalahan utama kami saat mencoba, semua rekening idealnya harus terdaftar dengan nomor Telkomsel yang digunakan sebagai akun redi. Tentu ini menjadi hal wajar, karena layanan redi sendiri memang didesain sebagai nilai tambah bagi pengguna Telkomsel. Namun bisa menjadi halangan untuk pengguna yang sudah terlanjur memakai nomor dari penyedia lain untuk layanan perbankannya.

Di sisi desain, redi juga mencoba hadir dengan pengalaman pengguna kekinian – desain simpel dan menawarkan ragam promo.

Peluang di tengah BaaS

Salah satu model bisnis yang diusung oleh para penyedia bank digital adalah Bank as a Service (BaaS). Sederhananya, konsep tersebut memungkinkan mereka mengintegrasikan layanan perbankan dengan berbagai jenis aplikasi konsumer. blu sendiri, selain dengan Telkomsel, juga sudah menjalin kerja sama strategis dengan beberapa pihak, salah satunya Blibli.

Direktur Utama BCA Digital Lanny Budiati menjelaskan, “Dalam merealisasikan misi BCA Digital sebagai Bank as a Service untuk membangun ekosistem digital yang berkelanjutan di Indonesia, kami fokus berkolaborasi dengan expertise dari setiap industri. Sebagai yang terdepan di bidangnya, Telkomsel merupakan mitra kerja sama ideal bagi BCA Digital untuk tumbuh bersama dan memberikan seamless banking experience yang lebih mudah dan nyaman bagi nasabah blu maupun pengguna redi.”

Menurut laporan yang dirangkum Verified Market Research, nilai pasar BaaS telah mencapai $356,26 miliar pada 2020 dan diproyeksikan meningkat sampai $2.299 miliar di 2028 dengan CAGR 26,33% dalam periode tersebut.

Konsumer digital di Indonesia sendiri jumlahnya sangat besar – misalnya dilihat dari jumlah pelanggan layanan mobile telco, e-commerce, atau lainnya. Jelas ini menjadi pasar yang empuk bagi layanan finansial untuk melakukan on-boarding nasabah baru, termasuk dari kalangan baru yang mungkin sebelumnya tidak terfasilitasi layanan perbankan. Berbasis API, layanan perbankan tersebut dapat disematkan ke aplikasi digital lainnya, sehingga memberikan pengalaman yang lebih ringkas.

“Ke depannya, ekosistem digital yang dibangun blu bersama dengan Telkomsel redi ini akan terus diperluas dan menghasilkan terobosan baru yang lebih baik dan menjadi solusi digital untuk berbagai kebutuhan bagi para nasabah kami,” tambah Lanny.

Application Information Will Show Up Here

Bank Jago Siap Ekspansi Bisnis di 2022, Lanjutkan Integrasi dengan Gojek

Menyusul kemitraan strategisnya dengan Gojek, PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) akan melanjutkan integrasi ekosistem layanan keduanya di 2022. Sejumlah use case telah dipersiapkan, seperti proses e-KYC GoPay dan Jago hingga pembayaran transaksi merchant dari Kantong Jago melalui GoPay.

Disampaikan Presiden Direktur Bank Jago Karim Siregar, saat ini pihaknya tengah menyiapkan peluncuran integrasi GoPay sebagai salah satu Kantong di aplikasi Jago. Kantong GoPay diestimasi segera hadir dalam waktu dekat.

Karim enggan mengelaborasi terkait rencana integrasinya dengan Gojek pasca-merger dengan Tokopedia (GoTo). Kendati begitu, ia memastikan terus akan melanjutkan pengembangan aplikasi Jago agar dapat melayani segmen ritel, UMKM, dan mass market.

Rencana sinergi dengan Gojek / Bank Jago
Rencana sinergi dengan Gojek / Bank Jago

“Tahun ini kami fokus memperkuat fondasi produk dan pengguna. Jumlah pengguna Bank Jago sekarang close to 700 ribu,” ungkapnya saat paparan bisnis Bank Jago, Kamis (28/10). Aplikasi Bank Jago tercatat telah diunduh lebih dari 1 juta di perangkat Android.

Sebagaimana diketahui, Gojek Group melalui GoPay (PT Dompet Anak Karya Bangsa) mencaplok 22% saham Bank Jago. Setelah aksi merger GoTo, Bank Jago tengah mengeksplorasi sinerginya lebih luas karena masuk ke ekosistem besar layanan milik Gojek dan Tokopedia.

Syariah digital dan kemitraan pembiayaan

Pada rencana lainnya, Bank Jago juga menargetkan layanan syariah digital tersedia di dalam aplikasi Jago pada kuartal pertama 2022. Saat ini, Unit Usaha Syariah sudah beroperasi, tinggal menunggu realisasi layanan digitalnya saja. Pihaknya tengah menanti izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Layanan [keuangan] syariah dan konvensional selalu diidentikkan berbeda, padahal sebetulnya tidak. Lagi pula, belum ada layanan keuangan syariah yang sudah fully digital di Indonesia,” tambahnya.

Jago Syariah akan menawarkan solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan nasabah (life centric) dengan mengoptimalkan teknologi terkini, setara dengan aplikasi Jago konvensional.

Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pangsa pasar bank syariah hanya 6,33% per Oktober 2020. Kenaikannya tidak terlalu signifikan dibandingkan pangsa pasar di 2017 yang cuma 5%.

Lebih lanjut, Bank Jago juga berencana memperkuat ekosistem digital dengan mendorong kemitraan layanan, terutama untuk pembiayaan (lending). Secara total, Bank Jago telah bekerja sama dengan 19 mitra dari berbagai vertikal, mulai dari e-commerce, lending, dan investment.

Saat ini, seluruh pembiayaan Bank Jago masih disalurkan melalui model loan channeling dengan pihak ketiga, baik melalui perusahaan jasa keuangan maupun platform P2P lending.

Ekosistem layanan Bank Jago / Sumber: Bank Jago

“Bank itu hidupnya dari pendapatan bunga, maka itu kita jangan fokus ke [produk] yang sifatnya transaksional saja, tetapi juga ke kredit atau pembiayaan,” tuturnya.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga 2021, Bank Jago telah menyalurkan sebesar Rp3.727 triliun atau naik 502% dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp619 miliar. Sebagian besar kredit ini disalurkan lewat skema loan channeling

Dalam wawancara terdahulu, Karim sempat mengungkap akan membidik UMKM sebagai target pasar pembiayaan. Di 2020, jumlah pelaku UMKM di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 65 juta yang tercatat berkontribusi lebih dari 50% terhadap PDB Indonesia, dan menyerap sebesar 97% dari anggaran kerja aktif di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Mantan CEO CIMB Niaga Dikabarkan Akan Pimpin Bank Digital Milik EMTEK dan Grab

Bankir senior Tigor M Siahaan dikabarkan bergabung ke bank digital yang didirikan oleh konglomerasi media PT Elang Mahkota Tbk (IDX: EMTK) dan platform super app Grab.

Kabar ini diturunkan usai Tigor resmi mengundurkan diri dari posisinya sebagai Presiden Direktur dan CEO PT Bank CIMB Niaga Tbk (IDX: BNGA) tertanggal 21 Oktober 2021. DailySocial sudah mencoba mengonfirmasi ke Tigor, tapi belum mendapatkan jawaban.

Dalam artikelnya, Katadata menyebut bahwa Tigor akan memimpin bank digital hasil joint venture EMTEK dan Grab, yang kabarnya akan terintegrasi dengan ekosistem digital.

“Tigor akan memimpin bank digital yang terintegrasi dengan ekosistem bisnis digital yang mencakup berbagai layanan commerce, baik online maupun offline (O2O), pembayaran digital, dan layanan teknologi lainnya,” ungkap sebuah sumber seperti dilaporkan Katadata.

Tigor sebelumnya pernah memegang jabatan kunci di perusahaan terdahulu, yakni Country Head for Institutional Clients Group, Head of Corporate & Investment Banking and Country Risk Manager. Kemudian, Tigor juga menjabat sebagai Chief Country Officer of Citi Indonesia pada periode 2011-2015.

Baik EMTEK dan Grab sama-sama memiliki ekosistem kuat di bisnis media dan digital. EMTEK menaungi stasiun televisi SCTV dan Indosiar, KapanLagi Networks, dan platform streaming Vidio. Sementara Grab memiliki ekosistem layanan lengkap, seperti ride hailing, food delivery, dan kurir instan. Katadata melaporkan jumlah penggguna Grab diestimasi sebesar 22 juta pengguna.

Selain itu keduanya juga memiliki afiliasi kuat di mana Grab memiliki 2,59% sagam EMTEK yang dibeli pada Maret 2021. Saat ini, Grab dikabarkan memiliki 5,88% saham di perusahaan konglomerasi milik taipan Sariaatmadja ini.

Sinergi bank digital

Apabila kabar tersebut betul, ini akan menambah kembali deretan sinergi korporasi dan platform digital untuk merealisasikan bank digital selama dua tahun terakhir ini. Sinergi ini tak lagi terjadi di lingkup sektor perbankan saja, tetapi meluas ke sektor lainnya.

Pada sektor perbankan, publik telihat melihat berbagai sinergi yang dilakukan perbankan untuk memperkuat konsep bank digital mereka. Contohnya, Bank Artos dan Gojek (Bank Jago), Bank Yudha Bhakti dan Akulaku Group (Bank Neo Commerce), serta Bank Kesejahteraan Ekonomi dan Sea Group (Seabank).

Sementara di sektor media juga ada Bank Harda Internasional yang dicaplok oleh konglomerat Chairul Tanjung pada 2020 (Allo Bank). Lainnya, ada BCA melalui BCA Digital, BRI melalui Bank Raya, dan Bank Mandiri yang memilih untuk mengembangkan platform super app ketimbang mendirikan bank digital baru.

Kolaborasi menandakan persaingan bank digital di Indonesia akan semakin ketat sejalan dengan upaya perbankan untuk memperkuat ekosistem layanan digitalnya di masa depan.

Telkomsel dan BCA Digital Persiapkan Kolaborasi Platform Keuangan “REDI” dan blu

Telkomsel kembali melanjutkan babak baru transformasi digitalnya. Setelah platform Kuncie (edtech) dan Fita (healthtech), operator seluler milik BUMN ini kembali menambah portofolio digital dengan meluncurkan aplikasi keuangan Telkomsel REDI. Saat ini, aplikasi REDI sudah tersedia untuk perangkat Android.

Telkomsel REDI membuka sinyal kolaborasi dengan bank digital milik BCA, yakni BCA Digital (blu). Kolaborasi ini belum diluncurkan secara resmi, tetapi sudah diumumkan melalui laman LinkedIn BCA Digital. Dalam informasi tersebut, keduanya akan mengumumkan kolaborasi Telkomsel REDI dan blu pada akhir Oktober ini.

DailySocial telah mencoba menghubungi BCA Digital dan Telkomsel. Namun, belum ada konfirmasi dan informasi lebih lanjut dari keduanya.

“[Kolaborasi] Telkomsel Redi dan blu bisa dinantikan pekan depan ya. Tunggu saja,” ungkap juru bicara BCA Digital dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Aplikasi Telkomsel REDI memungkinkan pengguna untuk bertransaksi dan mengakses lebih dari satu rekening bank dengan nomor ponsel saja. Pengguna juga bisa mentransfer uang dengan QR code tanpa perlu memasukkan nomor rekening. Telkomsel REDI juga menawarkan sejumlah fitur lain, seperti split bill, pengingat tagihan (listrik, air, telepon, dll), hingga laporan pengeluaran setiap bulan.

Dalam siaran persnya beberapa waktu lalu, SVP Digital Advertising and Banking Telkomsel Ronny W Sugiadha mengatakan, Telkomsel REDI merupakan kelanjutan dari pengembangan inovasi layanan m-Banking Telkomsel yang awalnya dirilis di 2002.

“Melalui Telkomsel REDI, kami berupaya mengintegrasikan sejumlah layanan keuangan digital dari mitra perbankan ternama, yang diharapkan dapat semakin memudahkan masyarakat dalam mengelola berbagai rekening yang dimiliki dalam satu askes layanan aplikasi,” ujarnya.

Saat ini, Telkomsel REDI telah bekerja sama dengan lebih dari 20 institusi perbankan. Pihaknya akan terus menambah jumlah mitra perbankan agar dapat menjangkau target pengguna dalam ekosistem Telkomsel yang lebih luas.

Kolaborasi digital lintas sektor

Belum diketahui model kerja sama yang dilakukan antara blu dan Telkomsel REDI. Namun, beberapa platform digital lintas vertikal mulai berkolaborasi dengan perbankan untuk menghadirkan layanan Bank-as-a-Service (BaaS).

Misalnya, kolaborasi Bukalapak dan Sociolla dengan platform nexus milik Standard Chartered . Kemudian, kemitraan Grab dan BRI untuk menyediakan akses pembukaan rekening secara online. Sementara itu, BCA Digital memperkuat ekosistem layanannya dengan menggandeng platform e-commerce Blibli sebagai partner eksklusif platform blu.

Berbagai macam model kolaborasi yang telah dilakukan ini sebetulnya membidik target serupa, yakni mendorong perluasan inklusi keuangan di Indonesia. Dengan basis pengguna yang dimiliki masing-masing, kolaborasi ini memungkinkan akselerasi adopsi layanan yang lebih cepat.

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2019 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum terjamah layanan keuangan. Laporan ini menyebut populasi unbanked di Indonesia mencapai 92 juta jiwa, sedangkan underbanked mencapai 47 juta jiwa.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ribbit Capital to Support Bank Jago Expanding Its Ecosystem

Earlier this week (04/10), Bank Jago officially announced Ribbit Capital’s arrival into the ranks of its investors. There’s no further details regarding the nominal funding provided, in an IDX disclosure, it was stated that Ribbit Capital’s ownership of Bank Jago does not exceed 5%.

The company’s representative said that Ribbit’s arrival was considered strategic because they were previously known as venture capitalists that oversee top-notch fintech applications in the global arena. Services such as Robinhood, Revolut, Affirm, Nubank, Coinbase, and Credit Karma are included in the portfolio.

Ribbit is also a shareholder in an investment app developer startup Ajaib — they recently achieved ‘unicorn’ status through a new funding round with Ribbit Capital.

Validating future prospect

Digital banks are mushrooming amidst the rapidly accelerating financial technology ecosystem. It forces every service provider to present an added valuein their application. Bank Jago himself said that the formation of an ecosystem is one of its main strategies. In the last 12 months, for example, they have intensively collaborated with several fintech lending and wealth management platforms. Finally, they integrated the service into Gojek and the Bibit application.

Application Google Play Rank (Finance) Download Rating
Neobank 1 10 million+ 3,8
Seabank 19 100 thousand+ 3,8
Jago 21 1 million+ 3,8
New Livin’ 28 100 thousand+ 3,9
blu 43 100 thousand+ 4,0
Jenius 54 5 million+ 4,0
TMRW 80 500 thousand+ 4,0
LINE Bank 81 500 thousand+ 3,9

(Ranks based on data per October 8th, 2021 on 4PM)

According to Bank Jago’s President Director, Kharim Siregar, Ribbit’s presence in the ranks of strategic investors shows two things. First, validation regarding the prospects for digital banks in Indonesia, especially for the future of Bank Jago products. Second, their interest in participating in increasing financial inclusion in this country.

“This is a form of investor appreciation for Bank Jago’s business model as a digital bank that serves the mass market, is embedded in the ecosystem and uses the latest technology. We are on the right track to take Bank Jago to a higher level,” he said.

Looking at the prospects for integration with portfolios, the situation is quite the opposite. In the wealthtech segment, currently Bank Jago has collaborated with Bibit – Ajaib’s direct competitor. Meanwhile, another shareholder, Gojek, through its venture unit also invested in Pluang.

However, in general, Ribbit’s experience with the world’s top fintech applications is expected to provide support for achieving a broad financial services ecosystem.

Enhancing integration

Kharim also said that his company’s focus this year was to develop strategic partnerships to expand the scope of its service ecosystem. The use case to do is, Bank Jago users are expected to be able to use various types of financial services without having to switch applications. In choosing a strategic partner, common vision and passion are the main consideration.

Bank Jago business model / Bank Jago

Going forward, Bank Jago will continue to improve application capabilities with various services that focus on lifestyle and financial management.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bank Mandiri Meluncurkan Platform Kopra, Memaksimalkan Potensi Layanan “Wholesale”

Usai memperkenalkan wajah baru aplikasi mobile banking, PT Bank Mandiri Tbk (IDX: BMRI) kini meluncurkan platform digital “Kopra by Mandiri” untuk layanan wholesale. Dengan mengusung konsep Whole Digital Super Platform, perusahaan berupaya menghadirkan solusi wholesale terintegrasi dengan single access.

Dalam keterangan resminya, Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, Bank Mandiri tengah fokus memaksimalkan potensi bisnis wholesale dan ritel dengan mentransformasikan solusinya ke digital, melakukan modernisasi channel, memperbaiki business process, dan meningkatkan kapabilitas core banking.

Ini upaya untuk menjaga momentum akselerasi digital dan mengakomodasi kebutuhan transaksi digital nasabah di segmen wholesale. “Berbeda dengan layanan digital di segmen ritel yang bersifat ‘one fit for all‘, kebutuhan wholesale terbilang lebih bervariatif dan luas. Saat ini, kebutuhan tersebut dilayani dengan multi produk/layanan yang diakses terpisah oleh nasabah wholesale,” ujar Panji.

Kopra by Mandiri dirancang sebagai Wholesale Digital Super Platform dengan menawarkan layanan komprehensif secara end-to-end sebagai pusat aktivitas informasi dan transaksi finansial bagi para pelaku bisnis. Ada tiga kategori akses yang disediakan, yaitu Kopra Portal, Kopra Host-to-Host, dan Kopra Partnership.

Adapun, Kopra Portal memberikan single access kepada nasabah untuk mengakses sejumlah layanan antara lain Mandiri Cash Management (MCM) 2.0, Mandiri Financial Supply Chain Management (MFSCM), Mandiri Global Trade (MGT), Mandiri e-FX, Mandiri Smart Account (MSA), dan Mandiri Online Custody.

Kemudian, Kopra Host-to-Host berbasis API (Application Programming Interface) menawarkan solusi terintegrasi bagi pelaku usaha di berbagai jenis dengan kompleksitas bisnis dan kebutuhan teknologi yang lebih maju. Pada kategori ini, nasabah dapat melakukan inisiasi, otorisasi, dan kontrol transaksi melalui sistem nasabah yang terhubung langsung dengan sistem bank.

Sementara Kopra Partnership menawarkan kemitraan dengan pihak eksternal yang punya kapabilitas sebagai business enabler pendukung layanan keuangan. Panji menilai konsep kemitraan ini dapat meningkatkan kemampuan bank dalam mengembangkan solusi yang tepat, efisien, dan terintegrasi. Terutama membantu pertumbuhan bisnis pelaku usaha yang didominasi segmen UMKM.

“Konsep single access memudahkan pelaku bisnis dalam menjalankan aktivitas transaksi keuangannya. Mereka dapat mengakses berbagai informasi produk, memantau funding dan lending di level entitas maupun grup usaha,” tambahnya.

Transformasi digital

Seperti diketahui, Bank Mandiri berupaya untuk bertransformasi digital secara penuh tanpa perlu mengonversi menjadi neobank. Strategi utama bank BUMN ini adalah fokus pada segmen perbankan ritel dan wholesale dengan mengembangkan platform Livin’ by Mandiri dan Kopra by Mandiri.

Dihubungi DailySocial.id beberapa waktu lalu, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menilai tak perlu menjadi bank digital, baik itu lewat skema akuisisi bank atau rebranding anak usaha dengan identitas baru. Menurutnya, saat ini Bank Mandiri sudah memiliki permodalan besar dan ekosistem perbankan yang mapan sehingga lebih memilih fokus pada pengembangan inovasi digital.

Beberapa digitalisasi layanan yang telah dikembangkan Bank Mandiri antara lain Mandiri e-Money, Mandiri Intelligent Assistant (MITA), pembukaan rekening online, Mandiri Cash Management (MCM), Mandiri Internet Bisnis (MIB), Mandiri Global Trade, Mandiri Financial Supply Chain Management (FSCM), dan Mandiri Application Programming Interface (API).

Berdasarkan publikasi yang diterbitkan McKinsey di 2019, sektor perbankan di segmen wholesale masih berpeluang untuk dapat meningkatkan value bisnisnya, terlepas dari tren transformasi di bidang operasional dan teknologi yang telah mereka lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Salah satu yang disoroti adalah bagaimana sebagian besar fungsi operasional dan teknologi masih mencari ragam inovasi untuk menghasilkan delivery dan hasil yang cepat, mencapai efisiensi, dan memastikan tetap dapat memenuhi regulatory dan compliance yang ada. McKinsey melaporkan sejumlah perusahaan menghabiskan 25% dari pendapatan untuk operasional dan teknologi, dan ini membuat strategi menuju profitabilitas menjadi terhambat.

“Ini menjadi kebutuhan mendesak bagi perusahaan yang memiliki kekurangan pada critical scale di bisnis wholesale, dan sulit untuk memanfaatkan investasinya untuk meningkatkan automasi, mengonsolidasikan platform, dan mentransformasikannya menjadi sebuah ekosistem modern.”

Application Information Will Show Up Here