Pendiri 42Geeks Chok Ooi Bicara tentang Potensi Startup hingga Talenta Digital di Asia Tenggara

Jaringan teknologi global 42Geeks menyambangi Jakarta dalam rangkaian turnya ke Asia Tenggara pada 21-24 Februari 2024. Dalam acara lawatannya hari ini (22/2), 42Geeks menggandeng Startupindonesia.co untuk mempertemukan para founder startup Indonesia dengan investor global.

Sebagai informasi, 42Geeks adalah jaringan bisnis teknologi berisikan investor terkemuka, pendiri unicorn, dan fasilitator ekosistem startup dari Silicon Valley. 42Geeks awalnya bernama Geeks on Plane (GOAP) yang didirikan Dave McClure, investor Silicon Valley yang juga pendiri 500 Startups) pada 2008, lalu di-reboot pada 2022.

DailySocial.id berkesempatan berbincang singkat dengan Chok Ooi, Co-Founder 42Geeks yang juga Co-Founder Agility.io dan Kenzie Academy, untuk mengulik perspektifnya terkait ekosistem digital Indonesia.

Potensi ekosistem digital ASEAN

Chok menyoroti beberapa hal terkait potensi di industri digital Indonesia. Pertama, suplai talenta engineering adalah salah satu faktor kunci di ekosistem digital Asia Tenggara. Menurutnya, Indonesia masih kekurangan jumlah talenta teknologi, apalagi jika dibandingkan Vietnam yang populasinya justru jauh lebih kecil.

“Jumlah talenta di Indonesia masih kurang mungkin ada kaitannya dengan pendidikan. Sementara di Vietnam, sistem pendidikannya banyak fokus pada teknologi, sains, hingga matematika. Mereka menghasilkan banyak talenta, lalu diekspor untuk bekerja pada berbagai startup di dunia.'”

Ia berujar Indonesia punya potensi untuk berkembang sebagai salah satu pusat teknologi yang kuat, tetapi untuk mencapai ke sana, pelatihan maupun pendidikan untuk menghasilkan talenta teknologi juga perlu diperbanyak.

Kemudian, Chok mengungkap sektor yang tengah dieksplorasinya di Asia Tenggara, terutama teknologi yang bersifat jangka panjang. Beberapa di antaranya adalah AI, healthtech, dan climate tech, yang mana diyakini akan menjadi sektor besar di dunia.

“Transportasi bersih, kawasan industri bersih, juga efisien, adalah sektor yang sedang kami eksplorasi. Kami harap ASEAN bisa dorong perkembangan inovasi di sektor ini dalam satu dekade berikutnya.”

Sebagai gambaran, sektor climate tech dan healthtech—juga biotech, tengah banyak dieksplorasi oleh pengembang inovasi, investor, hingga pemerintahan di Indonesia.

Startup sehat dengan valuasi masuk akal

Chok berbagi pandangannya terkait menurunnya iklim pendanaan startup di kawasan Asia Tenggara. Keringnya pendanaan di tengah gejolak pasar membuat investor makin berhati-hati dan selektif mengucurkan dana. Di sisi lain, gejolak pasar berdampak terhadap terkoreksinya valuasi sejumlah startup tahap akhir (late-stage), yang mana berlanjut dampaknya hingga startup tahap growth dan lanjutan (seri A, B, dan C).

Chok menilai situasi ini sangat sulit bagi para founder, tetapi hikmahnya valuasi menjadi turun ke angka yang masuk akal. Berbeda dengan tren investasi satu dekade silam yang membuat angka valuasi startup melambung tinggi. Di Indonesia, tantangannya justru ada pada banyak VC lokal yang mengalami dry powder karena valuasi berlebihan tersebut.

“Memang valuasi turun, tapi ini penting karena valuasi jadi lebih realistis. Saya harap ekosistem digital akan kembali tumbuh lebih baik dari situasi ini. Begitu [valuasi] terkoreksi, kita harusnya melihat banyak perusahaan yang sehat akan lahir. Dan startup tersebut, saya harap dalam 5-10 tahun ke depan akan menjadi unicorn terbesar atau perusahaan sukses selanjutnya.”

Investasi ke generasi founder berikutnya

Sebagai Co-Founder di sejumlah perusahaan, Chok mengaku memahami betul situasi sulit yang dihadapi para founder startup dalam menavigasi bisnis sampai mencari pendanaan.

Ia berpesan, “Jangan terlalu memikirkan investment winter atau lainnya—saat orang mau mengeluarkan uang untuk menggunakan produk kita, ini baru a real company. Investasi akan datang sendirinya. Fokus saja bangun produk, founder harus punya mindset jangka panjang untuk bangun sesuatu yang mungkin belum ada saat ini, tapi ada di masa depan,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti bagaimana Silicon Valley sering kali disebut sebagai kiblat dunia teknologi. Padahal, label itu muncul karena hub berbasis di San Fransisco tersebut sudah 2-3 dekade lebih dulu dimulai. Alhasil, banyak generasi founder sukses dari sana usai exit dari startup yang mereka dirikan.

“Indonesia sudah menyaksikan founder generasi pertama yang sukses. Saya dengar [kesuksesan generasi selanjutnya] akan terjadi, dan saya harap tidak hanya [kesuksesan] bagi founder saja, tetapi karyawannya. Founder sukses harus mendukung generasi selanjutnya, lalu ke generasi berikutnya, begitu seterusnya, Ini akan jadi snowball effect, kalian akan lihat momentumnya sendiri. Begitu cara kalian membangun ekosistem yang sustainable.”

Hal ini pula yang menjadi alasan 42Geeks memboyong grupnya ke Asia Tenggara untuk mentransfer ilmu dan pengalaman dalam membangun bisnis. Menurut Chok, 42Geeks memiliki berbagai koneksi dan sumber daya yang dapat dipertemukan secara inklusif dengan ekosistem digital di Indonesia.

Disclosure: DailySocial.id merupakan media partner acara 42Geeks di Indonesia

Fokus Nongsa Digital Park Jadi Pusat Data Center dan Talenta

Saat ini, pasar data center di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan dengan peningkatan minat dari cloud provider, seperti Google, AWS, dan Alibaba untuk membuka cloud region.

Penerapan layanan berbasis cloud akan menjadi pendorong utama bagi pasar dalam beberapa tahun mendatang. Sementara, peningkatan penetrasi internet kemungkinan akan mendukung penggunaan perangkat pintar di wilayah ini.

Salah satu lokasi yang tengah disiapkan sebagai data center hub di Indonesia adalah Nongsa Digital Park (NDP), proyek kerja sama antara Citramas Group dengan Sinar Mas Land melalui perusahaan konsorsium PT Citra Sinar Mas Global. NDP dibangun tidak hanya sebagai data center hub, tetapi juga digital talent pool di Indonesia.

Pusat data center Indonesia

Nongsa Digital Park (NDP) adalah pusat teknologi dan inovasi yang berlokasi di Semenanjung Nongsa, Batam, dan sangat berdekatan dengan Singapura. Lokasi ini dinilai strategis bagi perusahaan lokal maupun asing yang ingin mendirikan data center di Indonesia.

Dikembangkan oleh Citramas Group, NDP diresmikan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia dan Singapura pada 20 Maret 2018. Data center ini dibangun dengan total investasi sebesar $200 juta (setara Rp3 triliun) dengan luas lahan mencapai 10 ha dan total kapasitas daya 28 mw.

Batam dipilih sebagai penempatan data center karena alasan minimnya lahan di Singapura saat ini. Implementasi data center, terutama hyper-scale cloud, depannya akan beralih ke negara-negara tetangga lain di Asia Tenggara, seperti Indonesia dan India dalam 5-10 tahun mendatang.

Menurut data yang dihimpun oleh NDP, saat ini terdapat kurang dari 20 penyedia data center di Indonesia. Mereka terbagi dalam kategori penyedia jasa dengan fasilitas kurang dari 5MW (Ex: IDC, Elitery, Jupiter), operator telekomunikasi (Ex: Telkom Sigma, Indosat).

Ekosistem pemain data center di Indonesia dan negara lainnya / Sumber: NDP

Di NDP sudah ada beberapa perusahaan yang menempatkan data center mereka. Di antaranya adalah Princeton Digital Group (PDG) dan Gaw Capital Partners. PDG dikabarkan telah menyiapkan investasi sebesar $150 juta atau sebesar Rp2,1 triliun untuk memperkuat bisnis data center di Indonesia.

Jakarta dominasi pusat data center

Penempatan NDP di Batam berupaya menjawab persoalan data center yang saat ini kebanyakan berpusat di Jakarta dan Jawa Barat. Lokasi terbanyak saat ini adalah Jakarta. Pemain seperti LOGOS dan Pure Data Centres membangun pusat data di Jakarta.

Sebelumnya, Amazon Web Services (AWS) telah membuka Region Indonesia, yakni AWS Asia Pasifik (Jakarta) Region. Pembukaan Region ini sejalan dengan rencana AWS untuk berinvestasi sebesar $5 miliar (sekitar Rp71 triliun) dalam 15 tahun ke depan di Indonesia dengan estimasi kontribusi terhadap PDB Indonesia sebesar $10,9 miliar (sekitar Rp155 triliun).

Pemain lain yang juga telah membangun data center mereka di Indonesia di antaranya adalah Tencent Cloud yang berlokasi di kawasan CBD Jakarta. Saat ini perusahaan menyampaikan, infrastruktur layanan komputasi awan mereka telah mencakup 27 wilayah dengan 61 zona ketersediaan.

Jika dilihat dari potensi yang ada, tak hanya Batam, tetapi juga Jawa Timur juga berpotensi menjadi data center hub di Indonesia. Penyebaran data center yang tidak terpusat pada satu lokasi dapat terhindar dari bencana alam, pemadaman listrik, dan gangguan lainnya yang berisiko bagi industri yang membutuhkan data secara intensif.

Pusat talenta digital

Pusat pelatihan digital talent di NDP / NDP

NDP saat ini juga diposisikan sebagai digital talent hub untuk Indonesia. Bermitra dengan perusahaan, seperti IBM, Apple hingga Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT), Infinite Learning memberikan pelatihan hingga beasiswa kepada mahasiswa terpilih.

Melalui Infinite Learning, pelatihan seperti mobile development, web development, cybersecurity, cloud practitioner essential, digital business hingga digital supply chain bisa diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat umum lainnya dengan harga terjangkau.

Selain Infinite Learning, di NDP juga terdapat cabang ketiga Purwadhika Digital Technology School di Kota Batam sebagai pusat pembelajaran yang diharapkan dapat memicu lahirnya digital talent pool di kawasan tersebut.

Kepada media, Member of The Board & Senior Director NDP Marco Bardelli, mengungkapkan akan berkontribusi terhadap ekonomi digital. Dan yang penting adalah pergeseran mindset dari cara tradisional untuk mengukur sukses dalam hal investasi.

“Bagi kami yang penting adalah digital talent, bagaimana pekerjaan bisa disalurkan dengan adanya pembangunan ini. Saya lebih fokus kepada sisi manusia, yaitu membangun talenta muda Indonesia bisa bersaing dengan talenta digital lainnya dari berbagai negara,” kata Marco.

Nongsa Digital Park mengklaim telah menampung sekitar 1.000 tenaga kerja digital dari 100 perusahaan multinasional seperti Glints, R/GA, dan WebImp. Kawasan ini juga dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung dalam pengembangan talenta sesuai keahlian yang relevan dengan kebutuhan industri di bidang kreatif dan teknologi digital.

Startup Edtech Rakamin Raih Pendanaan, Fokus Hasilkan Talenta Digital Berkualitas

Indonesia tengah berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemimpin pasar teknologi global. Dengan populasi terbesar keempat di dunia, negara ini tengah menikmati bonus demografi — 69% penduduknya masuk kategori produktif. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, bonus ini dapat menjadi bumerang dan berujung jadi beban negara.

Dalam kategori “pekerja berpengetahuan”, Indonesia menempati peringkat ke-125 dari 131 negara menurut Global Innovation Index. Ini menunjukkan kelemahan yang jelas dalam menemukan talenta maju untuk inovasi. Maka dari itu, diperlukan metode pendidikan alternatif untuk bisa mengembangkan ekosistem talenta teknologi lokal.

Ada banyak inisiatif yang juga telah dikembangkan untuk bisa membenahi sektor pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah Rakamin Academy, sebuah platform pembelajaran yang memungkinkan pengguna untuk terkoneksi dan membangun karier di era digital. Platform ini bertujuan untuk membangun akses pendidikan yang lebih inklusif dan berdampak.

Rakamin didirikan oleh Andika Deni Prasetya pada Mei 2020, ia mulai menemukan passion-nya di bidang pendidikan sejak di bangku sekolah. Semasa kuliah, ia juga pernah membuat wadah diskusi minat dan bakat menggunakan platform sosial media LINE. Setelah itu, ia juga sempat membangun mesin pencari lokal yang mengemban misi sosial bernama Geevv.

Belum lama ini, Rakamin telah menerima pendanaan tahap awal dari VC asal Australia, Investible, dengan partisipasi dari akselerator Edutech, EduSpaze serta CVC yang didukung Alibaba, eWTP Capital. Tidak disebutkan berapa nilai investasi yang disalurkan pada putaran ini. Andika hanya menyampaikan bahwa “putaran ini sebenarnya sudah ditutup pada awal tahun ini.”

Dalam pemberitaan Investible, disebutkan bahwa permintaan yang semakin tinggi akan pekerja teknologi telah menguras armada sarjana teknik, utamanya engineer dan programmer dari universitas lokal. Lulusan non-STEM memasuki sektor ini untuk memenuhi permintaan, tetapi diperlukan metode alternatif untuk melatih mereka.

Disinilah peran Rakamin menjadi penting. Perusahaan edtech yang berkembang sudah mulai mempersiapkan karyawannya untuk mengambil peran teknologi di tubuh perusahaan menggunakan platform dan jalur pembelajaran mutakhir. Tujuan utamanya adalah menciptakan generasi pekerja untuk mengatasi kekurangan teknologi.

Terkait bisnis edtech, menurut Andika, tidak bisa sepenuhnya dikelola dengan mengandalkan teknologi untuk bisa dikomersilkan. Namun, banyak startup melakukan hal itu. “Rakamin fokus bukan hanya di skala, melainkan juga kualitas. Ini yang akan menjadi inovasi utama,” ungkap Andika dalam wawancara bersama DailySocial.

Solusi Rakamin

Salah satu alasan Andika mendirikan Rakamin adalah peningkatan kompetensi bangsa tidak hanya terbatas pada kemampuan tetapi harus diiringi dengan motivasi. Banyak pelajar yang masih memiliki isu terkait memilih jalur yang tepat dalam berkarier. Hal ini diduga menjadi salah satu penghambat meningkatnya kapasitas bangsa.

Rakamin memosisikan diri sebagai tech academy. “Sejak awal, Rakamin didesain untuk pengembangan karier secara menyeluruh. Dalam 2 minggu proses pembelajaran, peserta akan dibantu untuk bisa mengenali diri sendiri. Setelah itu, tim Rakamin juga akan membantu mengarahkan dan mengembangkan minat dan bakat,” jelas Andika.

Rakamin dirancang untuk melatih profesional muda tanpa latar belakang teknis untuk mengembangkan kompetensi ilmu dan teknologi komputer. Selain program intensif selama 4 bulan, siswa juga bisa berpartisipasi dalam program magang virtual berbayar dengan startup dan perusahaan teknologi lokal Indonesia ternama untuk membuat simulasi kerja dari tugas dunia nyata.

Sistem manajemen pembelajaran (LMS) milik Rakamin menawarkan jasa profesional industri sebagai instruktur, menyediakan alat-alat yang dibutuhkan serta wawasan kontemporer yang dipercaya relevan bagi pencari kerja untuk lebih unggul dalam karier teknologi pilihan mereka.

Setelah berhasil dalam proses magang, para profesional muda ini ditawari posisi jangka panjang di organisasi terkait. Kombinasi dari tugas-tugas simulasi, lingkungan kerja terintegrasi, dan peluang karier jangka panjang menciptakan akses yang terjangkau ke dunia teknologi untuk pekerja non-teknis.

Rencananya, Rakamin akan menggunakan dana segar ini untuk pengembangan sumber daya dan inovasi. Selain itu, perusahaan juga akan fokus untuk mengembangkan platform ini agar menjadi sebuah ekosistem. Andika juga mengungkapkan rencana perusahaan untuk merambah industri HRtech dengan mengembangkan platform B2B untuk menjembatani talenta dan perusahaan.

Melalui layanannya, hingga saat ini Rakamin telah melatih lebih dari 70.000 profesional Indonesia dengan melibatkan lebih dari 150 instruktur di platformnya. Pada Q1 2023 ini, sudah ada sekitar 40 kampus yang bergabung di ekosistem Rakamin, serta lebih dari 200 perusahaan yang bekerja sama untuk proses rekrutmen.

Tren Rekrutmen di Startup Tahun 2023

Pandemi berdampak signifikan pada industri talenta digital di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan yang menghadapi tantangan ekonomi, tidak sedikit dari mereka terpaksa mengurangi tenaga kerja yang dimiliki dengan dalih efisiensi, termasuk di sisi talenta digital.

Menurut laporan Asosiasi E-commerce Indonesia (iDEA), industri perdagangan digital pun juga mengalami peningkatan PHK yang signifikan akibat pandemi.

Dalam laporan yang dirilis oleh Glints dan Monk’s Hill Ventures bertajuk “Temuan Pergeseran Fokus Perekrutan ke Peran yang Lebih Menghasilkan Pendapatan bagi Startup di Indonesia”, terungkap bahwa krisis akan talenta teknologi terus berlanjut di Indonesia. Kebutuhan talenta teknologi tetap kuat, dengan penghasilan rata-rata 38% lebih tinggi daripada posisi non-teknologi lainnya.

“Terlepas dari PHK teknologi baru-baru ini, masih ada peluang untuk para pemain industri yang lebih tradisional karena mereka haus akan bakat. Untuk startup, mungkin ada beberapa tantangan, tetapi sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai dan mengembangkan bisnis dengan fokus pada profitabilitas,” kata Co-Founder dan Country Manager Glints Indonesia Steve Sutanto.

Laporan iterasi kedua ini memaparkan analisis mendalam tentang tren perekrutan, gaji, serta data ekuitas untuk pendiri, eksekutif C-suite, dan talenta startup dari 10.000 poin data dan melalui 30 wawancara dengan pendiri startup di Indonesia, Singapura, dan Vietnam.

Kebijakan perusahaan dan dan tunjangan

Terkait dengan tunjangan karyawan, banyak startup tampak mengurangi tunjangan dan fasilitas tambahan di luar gaji pokok (fringe benefit) guna memangkas biaya. Meski begitu, gaji ke-13, bonus berdasarkan kinerja, serta sistem kerja fleksibel (sudah makin umum di berbagai pasar) tetap dianggap wajib.

Pada kenyataannya, jika tunjangan yang diberikan hanya yang wajib saja, karyawan justru lebih memahami dan menghargai tunjangan yang diterimanya. Hal ini juga mengurangi ambiguitas dan keruwetan.

Dalam laporan tersebut juga terungkap, kebijakan sistem kerja di tahun 2023 yang menjadi opsi bagi pegawai di antaranya adalah, bekerja secara hybrid atau penggabungan kehadiran pegawai di kantor dan di rumah. Sebanyak 59%  responden di Indonesia memilih opsi tersebut.

Sementara sisanya seperti kembali bekerja di kantor hanya 33% saja, dan yang terakhir adalah kerja secara remote sebanyak 8%. Sebanyak 45% startup menawarkan opsi kerja hybrid dan 12% lain menawarkan remote working untuk karyawan di berbagai pasar.

Sementara itu terkait kompensasi ekuitas, lebih dari 86% startup di kawasan Asia Tenggara telah menawarkan ESOP, tetapi masih terkonsentrasi pada sepertiga talenta di perusahaan terkait. Sebagian besar ESOP baru diberikan kepada jajaran eksekutif dan talenta senior.

“Lingkungan startup memerlukan orang-orang dengan rasa kepemilikan yang tinggi. Kalau ingin orang-orang kita benar-benar merasa memiliki perusahaan, ya harus kita perlakukan sebagai pemilik perusahaan Karena itulah, kami meyakini bahwa semua orang di perusahaan harus menerima ESOP, tidak hanya sekelompok orang saja,” kata Co-founder dan CEO Glints Oswald Yeo.

Posisi strategis di startup

Untuk memenuhi kebutuhan pegawai yang relevan, beberapa perusahaan juga masih terus melakukan proses perekrutan pegawai. Sebanyak 86% pendiri perusahaan yang diwawancarai akan terus mengadakan perekrutan pada tahun 2023, meski tidak secara besar-besaran.

Dalam laporan tersebut terungkap, engineering masih merupakan fungsi dengan permintaan talenta tertinggi di Singapura, Indonesia, dan Vietnam. Ketiga pasar ini umumnya dianggap memiliki talenta fungsi engineering yang kuat oleh para pendiri perusahaan. Di antara semua peran di fungsi teknologi, peran di fungsi engineering juga masih berada di peringkat teratas dalam hal besaran gaji.

Dalam laporan tersebut juga disebutkan, DevOps tercatat menerima lonjakan gaji tertinggi (19%) di antara peran-peran di fungsi engineering lainnya di seluruh pasar. Peran DevOps kian penting karena startup baru hampir bisa dipastikan akan mengawali langkahnya dari komputasi awan.

Posisi lainnya yang juga akan makin populer tahun ini dicari oleh perusahaan adalah product. Fungsi product akan jadi prioritas startup yang berada di tahap awal, agar bisa cepat mencapai tahap product-market fit.

Setelah engineering dan product, data menyusul di posisi ketiga sebagai fungsi dengan permintaan tertinggi. Gaji peran-peran di fungsi data melonjak signifikan sejak laporan terakhir, seiring kian maraknya pemanfaatan ilmu data, pembelajaran mesin, dan AI oleh berbagai bisnis yang mendayagunakan teknologi dalam produknya (tech-enabled).

Sementara itu untuk posisi non-teknologi di startup yang juga semakin populer dicari tahun ini adalah, business development & sales. Di sisi lain, perekrutan di bidang marketing dan public relation (PR) kian populer karena pendiri perusahaan menggeser fokusnya ke pertumbuhan berkelanjutan.

Google Umumkan Inisiatif Baru untuk Cetak Talenta Digital Berkualitas di Indonesia

Selain mengumumkan pendanaan untuk pencegahan misinformasi, acara tahunan “Google for Indonesia 2022” mengangkat berbagai inisiatif baru untuk mencetak lebih banyak talenta digital agar dapat memenuhi kelangkaan talenta berkualitas di negara ini.

Inisiatif pertama adalah menumbuhkan kreator ekonomi di sektor game. Google akan mendanai Google Play x Unity Game Developer Training, program uji coba hasil kerja sama dengan Asosiasi Game Indonesia.

Program ini memberikan pelatihan dan sertifikasi Unity kepada 500 mahasiswa di 15 universitas dan 50 developer profesional. Pelatihan diberikan melalui kursus mandiri secara online dan gratis, dan developer dapat memilih sesi pelatihan online yang dipandu instruktur.

“Unity adalah salah satu mesin pengembang game terkemuka di dunia. Unity digunakan secara global, baik oleh developer besar maupun kecil, mulai dari studio game indie hingga studio game besar. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dan developer lokal melalui berbagai kursus dan pelatihan yang tersedia di Unity akan membekali mereka dengan ilmu membuat game kelas dunia,” ucap Director of Google Play Partnership untuk Asia Tenggara dan Australia Kunal Soni saat paparan di Google for Indonesia 2022, kemarin (7/12).

Berikutnya, membuka angkatan baru untuk program Bangkit, yakni pelatihan industri untuk mahasiswa, bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (di bawah program Kampus Merdeka), GoTo, Traveloka, DeepTech, dan beberapa universtas lain. Program ini akan menerima 9.000 mahasiswa untuk angkatan 2023, naik tiga kali lipat dari 2021.

Tak hanya mahasiswa, kali ini Google membuka kesempatan yang sama untuk pelajar SMK. Program berdurasi 900 jam ini mengajarkan ilmu tentang machine learning, mobile development, dan cloud computing, telah menghasilkan lebih dari 5.000 lulusan Bangkit. Jumlah mitra perusahaan teknologi yang akan menerima peserta kali ini juga lebih banyak, disebutkan ada 77 perusahaan.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengaku selalu bangga dan terinspirasi setiap bertemu dengan adik-adik lulusan Bangkit. Pihaknya menyadari kebutuhan talenta digital dalam negeri yang sangat besar, yaitu 600.000 talenta per tahunnya. Makanya, sangat dibutuhkan kolaborasi.

“Program Bangkit hadir sebagai inisiatif pengembangan kompetensi mahasiswa untuk berkarier di dunia teknologi global, dengan harapan melahirkan para pemimpin teknologi di Indonesia yang dapat berkontribusi dalam akselerasi ekonomi digital di tanah air,” ujar Nadiem.

Inisiatif hijau

Pada saat yang bersamaan, Google juga mengumumkan penandatanganan perjanjian non-komersial dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk menghadirkan Project Green Light di Jakarta. Proyek ini bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi lampu lalu lintas guna mengurangi kemacetan, konsumsi bahan bakar, dan emisi kendaraan.

Tim peneliti dari Google akan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah DKI Jakarta untuk mengoptimalkan pengaturan waktu lampu lalu lintas guna mengurangi lalu lintas yang tersendat, berdasarkan data lalu lintas anonim dan data mobilitas masyarakat berbasis Android.

VP of Engineering and Research Google Yossi Matias mengatakan inisiatif ini baru pertama kali diluncurkan di Asia Tenggara. Project Green Light menggunakan AI untuk mengoptimalkan lampu lalu lintas di persimpangan di seluruh dunia, guna membantu meminimalkan kemacetan dan polusi yang ditimbulkan. Kolaborasi ini nantinya memperlihatkan bagaimana teknologi AI menghadirkan solusi bermanfaat bagi masyarakat dengan sedikit investasi.

“Kami tidak perlu mengembangkan perangkat maupun ilmu baru karena kami menggunakan machine learning dan infrastruktur cloud yang sudah ada. Misalnya, AI memungkinkan Google menganalisis data tanpa sensor tambahan atau bahkan mengubah infrastruktur, sebelum mengirimkan rekomendasi ke dinas kota yang kemudian menerapkan cara-cara untuk mengoptimalkan pengaturan,” kata Matias.

Proyek ini akan dimulai pada 2023 melalui beberapa tahapan, yakni (1) analisis data lokasi anonim dari sistem navigasi, (2) pengukuran metrik arus lalu lintas persimpangan, (3) pemberian rekomendasi yang akan mengevaluasi perubahan bersama dengan kota.

Di India, proyek ini telah membantu kota mengoptimalkan pengaturan waktu lampu lalu lintas dengan lebih baik, mengurangi waktu tunggu di persimpangan, kemacetan jalan, dan emisi karbon. Pada 2022, khususnya di Bangalore, terlihat hasil awal dari pengurangan kemacetan sebesar 20%.

“Dengan menggunakan teknologi AI kami, diharapkan inisiatif ini akan meningkatkan efisiensi bahan bakar, mengurangi emisi, meningkatkan kualitas udara, dan membuat aktivitas berkendara jadi lebih aman dan menyenangkan di Jakarta,” kata dia.

Google yakin AI memiliki potensi untuk mentransformasi tantangan lingkungan di sejumlah area. Mitra, seperti World Resources Institute di India, menggunakan Google Earth Engine untuk menghasilkan peta dan jenis analisis yang diperlukan untuk merencanakan intervensi yang terencana.

Sementara itu, Environmental Insights Explorer tersedia di 17.000 kota di seluruh Asia-Pasifik, memungkinkan pemerintah mengukur sumber emisi karbon dan mengidentifikasi strategi yang tepat untuk menerapkan sumber daya energi yang lebih bersih.

Baru-baru ini, Google memperluas Open Buildings ke Asia Selatan dan Tenggara, menyediakan data untuk menginformasikan perencanaan kota, dan menggunakan AI dalam kemitraan dengan organisasi lokal seperti CSIRO Australia untuk mempelajari bagaimana lamun (seagrass) dapat melindungi ekosistem bawah laut dengan lebih baik di Indo-Pasifik.

Pentingnya Manajemen Talenta di Tengah Gejolak Industri Teknologi

Industri teknologi Indonesia sedang mengalami gejolak, terlihat dari pemberitaan layoff oleh sejumlah startup. Hal ini sering dikaitkan dengan proyeksi resesi global yang akan terjadi di tahun 2023. Perusahaan gencar melakukan efisiensi dan restrukturisasi demi menghindari dampak yang lebih besar serta memperpanjang runway.

Dalam tindak efisiensi ini, karyawan kerap menjadi salah satu yang paling terdampak. Sementara itu, people atau karyawan  sendiri merupakan aset,  bagian esensial dari operasional bisnis dari sebuah perusahaan. Manajemen karyawan yang baik dapat menentukan bagaimana karier perusahaan ke depannya.

Pada awal bulan ini, Alpha JWC Ventures, bekerja sama dengan Kearney dan GRIT, meluncurkan sebuah laporan bertajuk “ASEAN Growth & Scale Talent Playbook”. Survei dilakukan selama Agustus hingga September 2022, melibatkan lebih dari 600 karyawan di 34 perusahaan dari Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Laporan ini bertujuan untuk mengedukasi dan membantu para founder atau manajemen startup digital dalam menarik, mengelola, dan mengembangkan sumber daya manusia secara efektif dan berkelanjutan. Dengan persaingan yang ketat, pergeseran mindset, serta tantangan ekonomi yang berlangsung, penting bagi para pemangku kepentingan untuk memahami lanskap SDM ini.

Salah satu temuan yang menarik dari riset ini adalah, 9 dari 10 perusahaan teknologi mengalami kesulitan dalam merekrut karyawan berkualitas terutama yang memiliki kemampuan teknis dan non-teknis. Sebaliknya, 91% karyawan mengaku  terbuka untuk meninggalkan perusahaan mereka bila ada kesempatan baru.

Tantangan yang dihadapi

Laporan ini juga memaparkan beberapa alasan karyawan ingin meninggalkan perusahaan untuk mencari kesempatan baru. Sebanyak 32% responden mengungkapkan bahwa kompensasi, termasuk gaji dan benefit sangat mempengaruhi keputusan mereka. Disebutkan bahwa rata-rata karyawan mempertimbangkan pergi demi 15%-30% kenaikan gaji.

Hal ini menimbulkan tantangan baru bagi perusahaan rintisan, utamanya startup berskala kecil, jika harus bersaing dengan giant tech companies yang sudah melakukan ekspansi global dan menawarkan kompensasi yang sangat bersaing. Maka dari itu, perusahaan harus bisa menarik minat para talenta dengan hal lain, seperti kultur perusahaan.

Sumber: ASEAN’s Growth & Scale Talent Playbook

Sebanyak 25% responden mempertimbangkan keluar dari perusahaan karena ketidaksamaan visi dan ketidakcocokan budaya. Maka dari itu, kultur atau budaya kerja dalam sebuah perusahaan menjadi esensial ketika dikaitkan dengan loyalitas karyawannya. Di sisi lain, fleksibilitas juga menjadi salah satu aspek yang juga memengaruhi keputusan karyawan untuk bertahan atau pergi.

Selain itu, 24% responden merasa adanya kebutuhan akan kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam sebuah perusahaan. Tanpa hal itu, mereka akan merasa stagnan atau tidak berkembang, yang mendorong mereka untuk mencari kesempatan yang lebih baik di luar untuk mendukung pengembangan kemampuan mereka sendiri.

Manajemen talenta yang ideal

ASEAN’s Growth & Scale Talent Playbook ini diluncurkan sebagai buku panduan untuk membantu para startup dalam menghadapi isu di bidang manajemen tenaga kerja. Dalam laporan ini juga disebutkan enam pilar penting yang dapat digunakan perusahaan untuk menarik, membangun, dan mempertahankan tenaga kerja digital.

Sumber: ASEAN’s Growth & Scale Talent Playbook

Partner & President Director Kearney Shirley Santoso mengungkapkan, “Mengembangkan sumber daya manusia yang solid adalah salah satu prioritas terpenting dan kunci utama bagi perusahaan agar visi digital mereka dapat berhasil. Tentunya hal ini baru dapat dicapai dengan adanya usaha bersama antara pimpinan perusahaan dan jajaran lainnya dalam upaya yang berkelanjutan, juga mencakup seluruh tingkat organisasi.”

Turut hadir dalam diskusi panel peluncuran laporan ini, Co-founder dan CEO Bobobox Indra Gunawan. Ia mengungkapkan bahwa value perusahaan adalah sesuatu yang esensial untuk menjamin keberlangsungan bisnis. Di Bobobox sendiri, ada tiga value yang selalu dipegang erat, yaitu attitude, obsessive curiousity, serta overcommunicate. Menurutnya, tiga nilai ini  dapat menciptakan resistensi perusahaan terhadap berbagai pengaruh negatif yang mengancam.

Co-founder dan CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia yang juga menjadi salah satu pembicara dalam acara tersebut ikut membagikan opininya. Ia mengaku masih berjibaku untuk bisa mendapatkan talenta berkualitas, bahkan ia harus merekrut teman atau relasi yang sudah dipercaya untuk membantu di masa awal perusahaan.

Tidak mudah menemukan orang yang memiliki visi yang sama dengan perusahaan yang menjual produk bercita rasa ‘sehat’ dengan harga yang relatif lebih mahal. Hingga kini, perusahaan telah memutuskan untuk mempertahankan jumlah yang relatif kecil sampai beberapa putaran pendanaan ke depan.

Dengan total karyawan sekitar 250 orang, strategi ini terbukti menguntungkan baik bagi perusahaan maupun karyawan. “Kami ingin menjaga agar jumlah kami tetap kecil sehingga setiap keuntungan atau apapun yang dihasilkan perusahaan, semuanya kembali ke sejumlah kecil orang dan kami dapat memberi [karyawan] lebih baik,” ujarnya.

Algobash Bahas Potensi Talenta Digital Lokal di Indonesia

Riset McKinsey dan Bank Dunia mengatakan, untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, Indonesia membutuhkan sebanyak 9 juta talenta digital; atau 600 ribu talenta setiap tahun selama 2015 hingga 2030. Untuk itu diperlukan berbagai strategi dari hulu ke hilir untuk memastikan adanya pemenuhan kebutuhan tersebut.

Sejumlah startup akhirnya turun tangan mencoba menyelesaikan masalah tersebut, sebagian mencoba di sisi hulu dengan mengupayakan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Sebagian lainnya bermain di sisi hilir dengan mengupayakan penyaluran SDM terlatih kepada industri.

Salah satu yang bermain di hulu adalah Algobash. Layanan mereka didesain bukan hanya mampu melakukan proses assesment pegawai memanfaatkan teknologi, namun  juga menyediakan kompetisi dan kursus coding secara cuma-cuma bagi mereka yang terdampak dari PHK di startup hingga perusahaan teknologi.

Dalam sesi #Selasastartup Co-founder Algobash Elfino Sitompul menyampaikan cara cerdas bagi perusahaan dan calon developer untuk bisa mendapatkan peluang bekerja di korporasi di masa sulit seperti saat ini.

Peluang bekerja di perbankan

Salah satu fakta menarik yang dibagikan oleh Elfino, dulu penyerapan developer paling banyak dari industri e-commerce. Namun kini mulai banyak kalangan perbankan (termasuk bank digital) yang juga secara masif mencari talenta digital. Bukan hanya untuk developer saja, namun juga konsultan risiko dan posisi terkait teknologi lainnya.

Menurut Elfino peluang inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Algobash dan tim, untuk menyediakan talenta yang relevan. Di sisi lain mereka yang sedang mencari pekerjaan baru, juga bisa memanfaatkan kesempatan tersebut.

Proposisi nilai yang ditawarkan dalam platform Algobash adalah memastikan proses rekrutmen yang objektif, nonbias, dan masif melalui solusi coding test dan pre-employment assessment. Hal tersebut tidak hanya membantu perusahaan terhindar dari risiko bad hiring, tetapi juga memastikan kesempatan kerja yang setara dan rata untuk seluruh talenta yang ada.

“Namun demikian karena saat ini makin banyak talentanya, perbankan konvensional hingga bank digital juga menaikan standar assement mereka. Yang pada awalnya mungkin hanya 70 kini menjadi 75 untuk standar mereka,” kata Elfino.

Selain perbankan, perusahaan konsultan yang memiliki keterikatan kontrak dengan pemerintah dan kebanyakan adalah konsultan asing, juga banyak yang memanfaatkan Algobash untuk menemukan talenta digital lokal.

Meskipun saat ini sudah banyak platform asing yang menawarkan produk serupa dengan Algobash, namun dari sisi harga teknologi yang ditawarkan oleh Algobash menjadi lebih kompetitif. Sehingga ideal untuk dimanfaatkan oleh perbankan, perusahaan konvesional hingga startup.

Potensi talenta digital lokal

Terkait dengan potensi dari developer lokal saat ini, menurut Elfino saat ini sudah jauh lebih baik kualitasnya dan tidak kalah dengan talenta asing yang banyak mengisi posisi strategis di startup hingga perusahaan teknologi di Indonesia saat ini.

Namun dari sisi skill, akan lebih baik jika talenta lokal tidak hanya fokus kepada satu framework atau bahasa saja. Namun juga penting untuk bisa mencari ide atau menemukan solusi dari setiap masalah yang ada. Dengan demikian bisa meningkatkan kualitas mereka lebih baik lagi

Sebagai platform pembelajaran, Algobash juga ingin memberikan kesempatan kepada semua yang ingin meningkatkan karier atau ingin mencoba pekerjaan baru mereka di dunia teknologi. Tidak hanya mereka yang memiliki latar belakang pendidikan khusus, namun mereka yang tertarik dan menyukai coding, juga bisa memanfaatkan platform Algobash untuk mencari peluang bekerja di perusahaan yang sedang membutuhkan.

“Secara personal jika mereka belajar sendiri dari berbagai channel, akan jauh lebih menarik buat saya rekrut,” kata Elfino.

Menurut riset Microsoft dan LinkedIn, akan ada 98 juta pekerjaan yang membutuhkan talenta dengan skill digital di bidang software development pada tahun 2025. Pekerja dengan skill digital di bidang cloud atau komputasi awan juga akan semakin banyak dicari, dengan proyeksi 23 juta pekerjaan pada 2025.

Pendekatan Berbeda Startup HR-Tech Karun Tangani “Tech-Talent War”

Selama kesenjangan antara supply dan demand terus ada, talent war akan terus terjadi demi mendapatkan calon pekerja terbaik. Celah tersebut menjadi pekerjaan bersama seluruh stakeholder. Di saat yang sama, kesempatan buat para HR-tech masuk menawarkan berbagai solusi memudahkan kedua sisi, mulai dari rekrutmen, sortir, tes, hingga mendapatkan talenta yang dicari, dengan memanfaatkan teknologi digital.

Karun adalah pendatang baru di kalangan startup HR-tech. Startup yang dirintis William Jakfar ini punya ambisi turut serta menyelesaikan masalah “tech-talent war” ini dengan caranya sendiri. Meski William bukan berlatar belakang sebagai HR, ia punya semacam filosofi hidup yang ingin membantu orang lain dengan sesuai kemampuannya. Sebelumnya, ia punya pengalaman mendalam sebagai digital marketing dan bekerja di Bytedance dengan posisi SMB Partner Manager.

“Saya mendirikan Karun dan menjelajahi industri HR/recruitment untuk membantu talent yang merasa helplesss dengan semua keterbatasannya, namun punya daya juang yang tinggi,” ujarnya kepada DailySocial.id.

Karun sendiri diambil dari kata “karuna” dari Bahasa Sanskrit yang bermakna welas-asih (belas kasih/iba).

Platform ReviewKerja

Karun didirikan pada awal tahun ini, dengan menyediakan dua produk, yakni platform ReviewKerja dan services untuk employer branding. Platform ReviewKerja itu sendiri baru dirintis pada awal September ini, sebagai tempat untuk komparasi gaji, review, forum, dan lowongan pekerjaan, untuk talenta teknologi di Indonesia.

Perusahaan dapat memasukkan lowongan ke dalam platform dan maintain employer branding-nya melalui layanan agensi digital yang dikelola Karun. Bila mengenal platform Glassdoor, ReviewKerja punya konsep yang sama. “Layanan employer branding ini memastikan perusahaan tetap relevan dan menjadi pilihan utama para talent dengan strategi digital branding yang tepat.”

Inisiasi William dengan merilis ReviewKerja ingin menyelesaikan tiga hal, yakni “the great resignation”, tingginya turnover tech-talent dengan rata-rata global sebesar 21,35%, dan besarnya kebutuhan tech-talent untuk dukung ekonomi digital dalam satu dekade mendatang. Di industri sendiri, situs komparasi gaji dan review perusahaan secara umum sudah ada, namun ReviewKerja memosisikan diri khusus untuk talenta digital.

Platform ini dibuat khusus untuk mendukung karier di bidang teknologi, khususnya IT, data, dan product dengan mengakses gaji, review tempat kerja di startup dan korporat, sembari berjejaring lewat forum anonim secara aman. “Bayangkan Glassdor + Stack Overflow punya bayi di Indonesia” kata dia.

William melanjutkan, “Navigasi karier profesional IT yang baru maupun senior sangat tergantung dari informasi gaji dan review kerja, namun informasi ini terbatas dan hanya beredar dari mulut ke mulut saja.”

Dalam menjalankan monetisasinya, Karun memberlakukan fee untuk jasa pemasangan lowongan kerja, head-hunter tenaga IT, dan layanan custom employer branding services, termasuk digital branding agar perusahaan menjadi pilihan utama kandidat. Sementara, untuk forum komunitas di platform bersifat gratis untuk para profesional IT.

Perusahaan sudah didukung dengan pendanaan eksternal tahap pra-awal dengan nominal dirahasiakan pada April 2022. Dana tersebut datang dari VC asal Singapura bernama REAPRA. William menjelaskan dana tersebut digunakan untuk mendanai operasional perusahaan, sembari menemukan product-founder-market-fit. Dalam operasional Karun, William dibantu oleh tiga orang intern dan satu part timer.

Karun juga akan memfokuskan peningkatan jumlah pengguna dalam beberapa bulan ke depan, mengingat ReviewKerja baru dirilis bulan ini. “Kami telah menjajaki partnership untuk recruitment dan employer branding dengan beberapa perusahaan di Indonesia,” tutupnya.

Pelaku Industri, Akademisi, dan Pemerintah Bicara Masa Depan Talenta Digital

Pada acara “Peringatan 40 Tahun Pendidikan Informatika” yang diselenggarakan Ikatan Alumni Informatika (IAIF) ITB, para pemangku kepentingan (stakeholder) yang diwakili dari sektor industri, akademisi, dan pemerintah duduk bersama dan berdiskusi terkait masa depan talenta digital di Indonesia.

Dalam sambutannya Wakil Dekan Akademik STEI ITB Saiful Akbar menyoroti tentang bagaimana Indonesia dapat menghasilkan kualitas dan mutu talenta sesuai bidang lulusannya.

“Ini menjadi pertanyaan utama. Kebutuhan terhadap talenta besar, tetapi upaya untuk menumbuhkembangkan talenta mungkin tidak banyak. Informatika adalah disiplin ilmu yang tidak butuh kewarganegaraan, dari mana saja bisa didapatkan,” ujar Saiful.

Isu perihal ketimpangan talenta digital, baik dari sisi jumlah maupun kemampuan, bukanlah sebuah topik baru. Sejak bertumbuhnya ekonomi digital di tanah air, para stakeholder telah lama menyuarakan isu tersebut. Terlebih Indonesia diprediksi menjadi pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Langkah untuk memperkecil gap tersebut harus segera dilakukan.

Berdasarkan riset di 2019, Indonesia diperkirakan butuh 9 juta talenta digital di 2030 atau menghasilkan 600 ribu talenta per tahun. Di samping itu, Indonesia diprediksi mendapat bonus demografi, yakni 70% dari total jumlah penduduk berada dalam usia produktif di 2045. Kelompok usia produktif ini akan menjadi motor penggerak ekonomi negara.

Yang menjadi tantangan adalah jumlah tenaga kerja di usia produktif dinilai tidak seimbang dengan tingkat kualitas tenaga kerja, terutama di bidang teknologi. Padahal, Indonesia tengah ‘asyik’ mengecap akselerasi digital.

Sebagai gambaran tambahan, mengutip iNews, lulusan sarjana IT di Indonesia dari ratusan perguruan tinggi maupun sekolah kejuruan program studi IT tak kurang dari 400 ribu orang setiap tahunnya. Mayoritas lulusan ini dianggap belum memenuhi kualifikasi SDM yang dibutuhkan industri.

Koordinator Startup Digital Kementerian Kominfo Sonny Hendra Sudaryana menambahkan bahwa pemerintah telah menjalankan perannya dengan tugas utama menghubungkan masyarakat di Indonesia. Pemerintah mendorong pelaku industri membangun infrastruktur jaringan, salah satunya lewat program Palapa Ring.

Dari sisi pengembangan kemampuan, pemerintah juga berupaya mengakomodasi kebutuhan ini melalui sejumlah inisiatif melalui program Digital Literacy Academy, Startup Studio, 1000 Startup, dan Digital Literacy National Movement.

Inisiatif ini diambil untuk memfasilitasi dan mengakselerasi peningkatan kemampuan talenta digital, dari tahap dasar, menengah, hingga lebih lanjut. “Ekonomi digital Indonesia terbesar di Asia Tenggara. Dalam beberapa tahun ke depan, kita akan punya 5G, mobil listrik, maupun metaverse. Jadi kita harus siap-siap mengingat perkembangan teknologi terus berubah,” ungkapnya.

Kolaborasi

Sementara itu, Country Engineering Lead Microsoft Indonesia Irving Hutagalung lebih menyoroti fenomena skill gap pada talenta digital di Indonesia. Menurutnya, isu ini tak kalah penting daripada sekadar terpaku pada kuantitas talenta digital.

Menurutnya, isu ini juga sudah lama disuarakan oleh para customer dan partner Microsoft di Indonesia, yang menuntut kualitas talenta yang lebih baik. “Sepuluh tahun setelahnya, saya masih mendapat masukan yang sama, jadi tidak ada yang berbeda. Lembaga pendidikan pasti akan tetap mencetak lulusan. Jadi, skill tetap perlu ditingkatkan. Ini belum bicara soal soft skill,” tambahnya.

Di samping itu, Irving juga menyoroti pentingnya keterlibatan industri untuk menjembatani skill gap antara lulusan kampus dan apa yang diharapkan perusahaan. Menurutnya, kurang tepat apabila kampus bertujuan untuk mencetak lulusan yang siap bekerja, tetapi justru menyiapkan pondasi cara berpikir yang benar.

“Saya melihat saat ini Indonesia masih berada di tahap mempertanyakan apa saja peran pemerintah terhadap isu ini. Bagi saya, industri harus terlibat secara aktif, tidak hanya berharap pada kampus untuk memperbaiki semua,” ungkapnya.

Salah satu upaya yang dilakukan Microsoft adalah melakukan kolaborasi dengan sejumlah pemangku kepentingan untuk meningkatkan kemampuan talenta digital, yakni corporate, universitas, digital natives, dan komunitas yang diharapkan dapat menjangkau golongan underserved.

Disclosure: DailySocial.id merupakan media partner acara Peringatan 40 Tahun Pendidikan Informatika

Semangat Komerce Jadi Penghubung Digitalisasi UMKM dan Industri E-Commerce

Dari 514 kota di Indonesia, 15 area kota masuk kategori metropolitan yang menyumbang 50%-70% dari ekonomi digital Indonesia. Besarnya pengaruh kota metropolitan ini menimbulkan pertanyaan tentang peran dan potensi kota-kota yang tersisa di kancah ekonomi digital.

Banyak pihak berpandangan gelombang pertumbuhan digital berikutnya akan didorong oleh area non-metropolitan—terutama 177 kota tier-2 dan tier-3-nya. Dengan pendekatan dan kolaborasi yang tepat, ekonomi digital di kota-kota tingkat 2 dan tingkat 3 dapat meningkat tiga kali lipat pada 2025 dan menyumbang 30%-50% dari keseluruhan ekonomi digital, naik dari 20%-40% pada 2020. Namun, membuka potensi ekonomi digital di kota-kota tier 2 dan tier 3 Indonesia tidak akan mudah. Kota-kota ini berperilaku berbeda dan menghadapi serangkaian tantangan berbeda dalam mengadopsi perilaku digital.

Kesempatan tersebut tak disia-siakan Nofi Bayu Darmawan saat kembali ke tanah kelahirannya, Purbalingga. Awalnya Komerce berbentuk gerakan sosial yang memberikan pelatihan untuk anak-anak  Purbalingga mengenai industri e-commerce, bidang yang Bayu kuasai.

“Agar dampaknya tersistem dan luas, saya ubah yang awalnya social movement menjadi sebuah perusahaan. Dulu namanya Kampung Marketer. Dinamakan itu karena mimpi saya waktu itu ingin membuat internet marketers di daerah agar mereka dapat penghasilan dengan marketing barang-barang,” ujar Bayu kepada DailySocial.id.

Dengan visi ingin membentuk pola pikir seperti startup digital, Kampung Marketer rebranding menjadi Komerce pada awal 2021 kemarin. Momentum tersebut dimanfaatkan Bayu merekrut profesional sebagai mitra. Pilihannya tertuju pada Syaefullah Syeif. Sebelumnya, Syaefullah pernah bekerja di Grab sebagai Customer Experience Team Lead, sehingga dirasa tepat secara bersama memimpin Komerce yang fokus pada penyediaan talenta outsource untuk membantu bisnis UMKM go online.

Bisnis tersebut sejalan dengan ambisi Komerce untuk menjadi end-to-end e-commerce enabler untuk UMKM. Realisasinya adalah melalui kontribusi talenta digital yang sudah dijalankan sejak 2017 untuk membantu usaha kecil, memungkinkan direkrut secara remote (remote hiring) atau on site (UMKM membawa talenta ke kantor mereka) di industri e-commerce.

Solusi ini dinamai Komhire (talent-as-a-service), dengan peranan di tiga area: training, job matchmaking, dan monitoring performance.

Talenta-talenta ini memiliki spesifikasi keahlian sebagai customer service, advertiser, admin marketplace, dan admin media sosial. UMKM tinggal mencocokkan kebutuhan mereka tanpa biaya berlangganan dan ketentuan maksimal penggunaan jasa.

UMKM cukup membayarkan biaya bulanan untuk Komerce berupa biaya administrasi, sementara untuk talenta yang direkrut berupa gaji pokok bulanan dan bonus yang telah direkap dan dibayarkan langsung ke rekening talenta.

“Kami harus menjaga performa talent tetap bagus karena ekspektasi UMKM tentu ingin bisnisnya maju. Dalam arti lain produk ini adalah ‘menjual performance manusia’. Baik remote atau pun on site, kami menyediakan pelatihan rutin untuk me-maintain knowledge dan skill mereka agar tetap ready to hire.”

Saat ini, ada lebih dari ratusan pebisnis yang menjadi mitra Komerce dan memberdayakan lebih dari 1300 talenta muda yang mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Komerce. Mereka tidak hanya datang dari Purbalingga dan wilayah Jawa Tengah saja, tetapi juga dari Yogyakarta dan daerah lainnya. Diklaim Komerce telah menyalurkan pendapatan lebih dari Rp1 miliar setiap bulannya.

Rintis Komship

Tak berhenti di situ, Komerce mulai merintis produk lainnya, Komship, yang bergerak sebagai agregator layanan logistik untuk membantu bisnis mengelola proses pesanan dan pengiriman barang ke seluruh Indonesia. Bayu bercerita, Komship ini hadir dengan latar belakang isu yang muncul setelah transaksi harian yang berhasil dibukukan talenta di Komhire menembus angka ribuan hingga puluhan ribu transaksi.

“Dari situ muncul masalah baru. Ternyata pencatatan order dan pengiriman masih kurang seamless. Akhirnya dengan konsep ‘low hanging fruit’, kami eksekusi di segmen shipping dan management orders dengan connect ke ekspedisi besar dan mengintegrasikan teknologinya, sehingga UMKM dapat mengirim paket dengan terjangkau dan dapat dijemput di mana saja.”

Solusi tersebut sekaligus menjawab kebutuhan konsumer atas skema pembayaran COD (Cash on delivery) yang begitu tinggi. Pebisnis sampai sekarang masih menghadirkan solusi tersebut agar tetap mendapat pembeli. Melalui Komship, pebisnis bisa memilih opsi COD Payment dan reguler (non-COD) melalui situs, setelah memasukkan inpur order transaksi.

“Jika enabling COD, deal-deal-an dengan ekspedisi langsung biasanya pencairan dana dua sampai tiga kali seminggu, tapi kami punya value dana COD bisa cari setiap hari sehingga cash flow pebisnis tidak terganggu.”

Sebagai tahap awal, Komship telah diujicobakan ke pelaku UMKM yang berada di wilayah Barlingmascakeb (Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, Cilacap dan Kebumen) untuk pengiriman ke seluruh Indonesia. Komship telah menandatangani kerja sama dengan lebih dari 5 ekspedisi besar melalui integrasi teknologi (open API) dan menawarkan efisiensi ongkos pengiriman dimulai dari penghematan 25% ongkos kirim.

Komship hadir sebagai solusi berdiri sendiri di Komerce. UMKM yang bukan pengguna Komhire tetap bisa menggunakan jasa Komship, begitupun sebaliknya. Namun, jika konsumen mengakses semua produk Komerce, dashbornya akan saling terintegrasi dan ini menjadi benefit maksimal bagi UMKM.

Pengembangan berikutnya

“Rencana berikutnya kami akan meluncurkan Kompack, agregator fulfillment yang akan dirintis Mei mendatang. Kami ingin menjembatani orang-orang di kota besar yang punya ruangan luas dan terutilisasi dengan UMKM di daerah yang ingin drop barang ke sana sebagai last mile delivery. Kami eksekusi satu per satu hingga gol kami nanti dari hulu ke hilir dapat support UMKM buat digitalisasinya.”

Konsep Komerce berhasil menarik perhatian Co-founder Bukalapak Achmad Zaky untuk berinvestasi melalui Achmad Zaky Foundation (ZAF) bersama Indigo Telkom Acceleration Program. Tidak disebutkan nominal dalam putaran tahap awal ini.

Bayu menyebutkan dana tersebut digunakan perusahaan untuk merekrut talenta teknologi. “Karena startup daerah seperti kami memiliki tantangan tersendiri mendatangkan top tech talent. Tech talent ini sebagai implementasi atas fokus Komerce untuk mendigitalisasi UMKM agar di[daya guna menggunakan platform] e-commerce lebih maksimal,” tutupnya.