Corsair HS80 RGB Wireless Hadirkan Dukungan Spatial Audio Baik di PC Maupun PS5

Seberapa immersive suatu sesi gaming tidak melulu bergantung pada kualitas visual yang tersaji. Tidak jarang, audio turut memegang peranan yang tak kalah penting, dan pendapat ini semakin diperkuat oleh pesatnya perkembangan teknologi spatial audio, atau yang juga dikenal dengan istilah 3D audio.

Salah satu headset gaming terbaru dengan fokus pada spatial audio datang dari Corsair. Perangkat bernama Corsair HS80 RGB Wireless ini tidak hanya datang membawa dukungan Dolby Atmos, tapi juga sepenuhnya kompatibel dengan teknologi Tempest 3D AudioTech milik PlayStation 5.

HS80 hadir bersama dongle USB yang mendukung teknologi Slipstream Wireless, dan pengguna bebas menyambungkannya ke PC, PS5, maupun PS4. Kalau Anda punya keyboard dan mouse Corsair yang juga mendukung teknologi tersebut, keduanya pun bisa disambungkan dengan menggunakan satu dongle USB yang sama. Jadi total ada tiga periferal yang dapat terhubung secara nirkabel via satu unit receiver.

Alternatifnya, jika pengguna menginginkan kualitas audio yang lebih baik lagi, mereka dapat menyambungkan HS80 ke PC via kabel USB, dan dalam posisi tersebut, perangkat jadi bisa mengolah file audio dengan resolusi maksimum 24-bit/96 kHz. HS80 mengemas driver berdiameter 50 mm, dan secara teknis respon frekuensinya berada di kisaran 20 – 30.000 Hz.

Secara desain, HS80 kelihatan mengadopsi bahasa desain yang cukup mirip seperti seri Corsair Void, tapi dengan tampilan keseluruhan yang lebih kalem dan elegan, apalagi berkat penggunaan bahan aluminium. Juga berbeda adalah bentuk headband-nya yang mengandalkan karet elastis yang menggantung demi mengurangi beban pada kepala pengguna. Aspek kenyamanannya kian disempurnakan oleh bantalan telinga memory foam yang dibalut bahan kain yang breathable.

Di bagian belakang earcup sebelah kiri, pengguna dapat menemukan tombol power sekaligus kenop untuk mengatur volume. Bagaimana dengan tombol mute mikrofon? Well, lipat saja mic-nya ke atas untuk mute, lalu kembali turunkan untuk unmute. Pada bagian ujung mic, terdapat indikator LED yang akan menyala hijau saat unmute, merah saat mute.

Dalam sekali pengecasan, Corsair mengklaim baterai milik HS80 mampu bertahan sampai 20 jam pemakaian. Di Amerika Serikat, Corsair HS80 RGB Wireless saat ini telah dipasarkan dengan banderol resmi $150.

Sumber: Corsair.

 

Apple Music Segera Hadirkan Konten Lossless dan Dolby Atmos, Gratis untuk Semua Pelanggan

Februari lalu, Spotify mengumumkan Spotify HiFi, paket berlangganan baru yang disiapkan secara khusus bagi pengguna yang hendak menikmati audio dalam kualitas lossless. Tidak lama berselang, sekarang giliran Apple Music yang menyusul dengan pengumuman serupa.

Lewat sebuah siaran pers, Apple mengumumkan bahwa katalog musik berkualitas lossless bakal tersedia di Apple Music mulai bulan Juni mendatang. Menariknya, ketimbang menarik biaya ekstra, Apple justru menggratiskan katalog musik berkualitas lossless ini kepada semua pelanggan Apple Music. Jadi selama Anda sudah berlangganan Apple Music, Anda bisa langsung menikmati katalog musik lossless-nya dengan mengaktifkannya di menu pengaturan.

Di awal peluncurannya, Apple menargetkan sekitar 20 juta lagu yang tersedia dalam kualitas lossless. Jumlahnya akan terus bertambah sampai mencakup seluruh lagu yang tersedia (sekitar 75 juta lagu) sebelum pergantian tahun. Apple menggunakan ALAC (Apple Lossless Audio Codec), codec yang sudah mereka kembangkan sendiri sejak lama, dan yang sudah mereka jadikan open-source sekaligus royalty-free sejak tahun 2011.

Saat sudah tersedia nanti, pelanggan Apple Music dapat mengakses menu pengaturan untuk memilih resolusi buat masing-masing tipe koneksi (seluler, Wi-Fi, atau download). Pilihan resolusi lossless-nya sendiri dimulai dari 16-bit/44,1 kHz, lalu naik ke 24-bit/48 kHz, dan yang paling tinggi 24-bit/192 kHz. Untuk yang terakhir ini, Apple tidak lupa mengingatkan bahwa Anda butuh yang namanya USB DAC, alias digital-to-analog converter.

Selain katalog musik lossless, Apple juga bakal menghadirkan katalog khusus yang menawarkan efek spatial audio Dolby Atmos. Jumlah konten Dolby Atmos ini bakal jauh lebih sedikit daripada konten lossless — cuma ribuan lagu di awal peluncurannya — akan tetapi menurut saya perbedaannya akan jauh lebih mudah dirasakan daripada lossless tadi. Setidaknya buat saya pribadi, jauh lebih mudah menyadari suara yang datang dari segala arah (Dolby Atmos) daripada suara yang lebih detail (lossless).

Seperti halnya katalog lossless tadi, katalog Dolby Atmos di Apple Music juga akan tersedia secara cuma-cuma buat seluruh pelanggan. Untuk bisa menikmatinya, Anda butuh perangkat yang kompatibel. Secara default, Apple Music akan memutar konten Dolby Atmos (jika tersedia) di semua AirPods dan headphone beserta earphone Beats yang memiliki chip H1 atau W1, tidak ketinggalan pula di speaker bawaan beberapa versi terbaru iPhone (mulai iPhone 7), iPad, dan Mac.

Sumber: Apple.

Lucid Air Bakal Jadi Mobil Pertama yang Mengusung Integrasi Dolby Atmos

Ketika membicarakan mengenai mobil listrik, saya selalu mempunyai ekspektasi bahwa yang lebih modern bukan cuma sistem penggeraknya saja, melainkan juga sistem hiburan yang tertanam di dalam kabinnya. Kalau perlu contoh, kita bisa melihat Tesla Model S dan Model X versi terbaru yang sistem infotainment-nya mempunyai daya komputasi setara console next-gen.

Kedua mobil tersebut juga turut mengemas sistem audio yang sangat mumpuni, dengan 22 speaker dan total daya 960 watt, tidak ketinggalan pula teknologi active noise cancellation. Namun tentu saja Tesla bukan satu-satunya produsen mobil listrik yang serius perihal sistem hiburan. Contoh lainnya bisa kita lihat dari Lucid Motors.

Di ajang SXSW yang berlangsung secara online tahun ini, Lucid mengumumkan bahwa mobil perdananya, Lucid Air, bakal jadi mobil pertama yang dilengkapi sistem audio Dolby Atmos. Lucid menamai sistemnya dengan istilah Surreal Sound, dan nama tersebut merujuk pada pengalaman audio immersive yang mampu dihasilkan oleh 21 unit speaker yang tertanam di dalam kabin milik sedan mewah tersebut.

Integrasi teknologi Dolby Atmos berarti separasi suara tak hanya bisa dilakukan dari poros horizontal saja (depan ke belakang, atau kiri ke kanan), melainkan juga dari poros vertikal (atas ke bawah). Ini berarti distribusi suara bisa diarahkan lebih tinggi atau lebih rendah, baik itu musik maupun bunyi indikator dari beragam fungsi yang diaktifkan.

Ilustrasi integrasi Dolby Atmos pada sistem audio milik Lucid Air / Lucid Motors
Ilustrasi integrasi Dolby Atmos pada sistem audio milik Lucid Air / Lucid Motors

Dalam pengembangannya, tim engineering Lucid berkolaborasi langsung dengan Dolby guna memaksimalkan implementasi teknologi Atmos. Dengan begitu, Lucid pun mampu memikirkan skenario-skenario penggunaan yang spesifik, seperti misalnya ketika ada seorang penumpang yang duduk di belakang yang lupa mengenakan sabuk pengaman.

Berkat Atmos, bunyi peringatan yang terdengar bukan berasal dari dashboard, melainkan langsung dari tempat sang penumpang itu duduk di baris belakang. Skenario lainnya adalah ketika menyalakan mobil, di mana suara akan terdengar dari semua sudut ketimbang hanya dari depan sang pengemudi. Bahkan suara yang sesimpel bunyi indikator lampu sein pun juga akan terdengar berasal dari arah yang sesuai.

Seperti yang kita tahu, mobil listrik sangatlah hening jika dibandingkan dengan mobil bermesin bensin. Saking heningnya, sering kali suara yang terdengar di dalam kabin hanyalah suara gesekan ban dengan aspal saja. Mungkin itulah yang akhirnya mendorong produsen mobil listrik untuk berinvestasi lebih di bidang audio.

Saya berani berargumen seperti itu karena pada kenyataannya bukan cuma Lucid yang bermitra dengan perusahaan audio ternama dalam menggarap sound system untuk mobilnya. Belum lama ini, Audi dilaporkan telah bekerja sama dengan Sonos untuk mengembangkan sistem audio buat mobil listrik terbarunya, Q4 e-tron, yang akan menjalani debutnya pada bulan April mendatang.

Sumber: The Verge dan Lucid Motors.

Xbox Series X dan Series S Jadi Console Pertama yang Mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos

Xbox Series X dan Xbox Series S akan dipasarkan secara luas mulai 10 November 2020. Selain memulai era console next-gen secara resmi, keduanya bakal jadi game console pertama yang membawa dukungan teknologi Dolby Vision sekaligus Dolby Atmos untuk keperluan gaming.

Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Dolby sendiri. Dukungan terhadap Dolby Atmos akan hadir lebih awal, sedangkan Dolby Vision baru akan menyusul di tahun 2021. Atmos dirancang untuk menyuguhkan suara surround yang sangat optimal, sedangkan Vision didesain sebagai alternatif yang lebih superior ketimbang format HDR yang lebih umum seperti HDR10.

Dibandingkan dengan tampilan standar, Dolby Vision diklaim mampu menyajikan highlight 40x lebih terang, shadow 10x lebih gelap, dan color depth hingga 12-bit. Dari kacamata sederhana, bagian yang terang akan kelihatan lebih terang dengan teknologi Dolby Vision, dan bagian yang gelap kelihatan lebih gelap, semuanya tanpa mengorbankan tingkat detail pada gambar.

Ilustrasi perbedaan tampilan menggunakan Dolby Vision dan tidak / Dolby
Ilustrasi perbedaan tampilan menggunakan Dolby Vision dan tidak / Dolby

Tentu saja ini tidak berlaku untuk semua game. Sejauh ini baik Dolby maupun Microsoft belum punya daftar resminya, tapi setidaknya game seperti Mass Effect Andromeda maupun Battlefield 1 sudah sejak lama menawarkan dukungan Dolby Vision di PC. Andai koleksi game yang mendukung ternyata cuma sedikit, hal itu bisa dibilang wajar mengingat Dolby memang menarik biaya lisensi untuk Vision.

Ini juga bukan pertama kalinya kita mendengar nama Dolby Vision disebut-sebut bersama console Xbox. Sebelum ini, Xbox One X sebenarnya juga sudah mendukung teknologi Dolby Vision, akan tetapi implementasinya tidak pernah melebihi fase beta testing.

Untuk Dolby Atmos, beberapa judul game yang sudah dikonfirmasi bakal mendukung teknologi audio 3D tersebut mencakup Cyberpunk 2077, Gears 5, Call of Duty Warzone, Ori and the Will of the Wisps, dan F1 2020.

Di kubu lawan, sejauh ini belum ada kabar apakah PlayStation 5 juga bakal menawarkan dukungan yang sama. Untuk Dolby Atmos, sepertinya tidak mengingat Sony merancang teknologi audio 3D-nya sendiri yang bernama Tempest; sedangkan untuk Dolby Atmos, keputusan Sony untuk tidak mengadopsi teknologi yang bukan standar (seperti HDR10+ besutan Samsung) pada lini TV-nya bisa menjadi indikasi bahwa PS5 hanya akan mendukung HDR10 standar ketimbang Dolby Vision.

Sumber: TechRadar.

Lenovo Upgrade Legion Dengan Hardware Baru, Sediakan Pula Opsi yang Lebih Terjangkau

Perubahan karakter konsumen ialah faktor pendorong utama evolusi produk elektronik. Hal ini terjadi di hampir semua segmen, termasuk kategori yang dianggap niche seperti laptop gaming. Berbeda dari beberapa tahun lalu, sejumlah versi anyar dari perangkat berperforma tinggi itu kini punya penampilan lebih sederhana agar lebih mudah diterima pula oleh khalayak non-gamer.

Pandangan inilah yang mencetus konsep ‘Stylish on the outside, savage on the inside‘ di lini Lenovo Legion. Moto tersebut mungkin sudah sering Anda dengar dan terus dipegang oleh sang produsen hingga hari ini. Di tanggal 9 September 2019 kemarin, Lenovo mengumumkan update hardware dari perangkat Legion yang telah beredar sembari menyediakan varian mainstream jika Anda membutuhkan perangkat gaming di harga lebih terjangkau.

Legion 18

Lenovo menjelaskan bahwa banyak konsumennya yang menggunakan Legion tak hanya untuk bersenang-senang, tapi juga sebagai alat pendukung kegiatan produktif. Para gamer sekaligus profesional itu menyukai Legion karena menawarkan desain ramping dan elegan, tanpa mengorbankan faktor kinerja serta performa. Lenovo pun menyadari, Para ‘gamer Legion’ umumnya lebih mengutamakan kesederhanaan pemakaian. Mereka ingin bisa segera bermain tanpa perlu mengutak-atik setting terlebih dulu.

Legion 16

Ada empat model laptop ‘berkemampuan gaming‘ yang Lenovo presentasikan di acara pers kemarin, dan tiga menjadi primadonanya. Mereka adalah Legion Y740, Y540 dan IdeaPad L340 Gaming (serta Legion Y7000 edisi spesial). Selain itu beberapa periferal juga memeriahkan momen peluncuran notebook, yaitu monitor ultra-premium Legion Y44w dan Legion Y25f-10.

Legion 1

 

Legion Y740

Legion Y740 merupakan notebook gaming paling high-end yang Lenovo miliki di Indonesia. Produk ini telah dipasarkan sejak bulan Mei kemarin, dan kini perusahaan memutuskan untuk memperbaruinya dengan prosesor Intel Core i7 generasi kesembilan. Selain itu, Lenovo tak lupa menyematkan sejumlah fitur pendukung hiburan seperti Dolby Atmos dan Sound Radar. Dan menguliknya lebih jauh, saya juga menemukan kejutan menyenangkan yang uniknya tak banyak Lenovo bahas.

Legion 12

Versi refresh dari Y740 mempunyai wujud identik bertema industrial seperti model sebelumnya. Lenovo menempatkan engsel layar di atas chassis, memungkinkannya diretangkan sejauh 180 derajat, kemudian menaruh port-port fisik di sisi belakang laptop. Anda tetap dihidangkan sistem pencahayaan LED RGB baik pada keyboard, pada logo ‘Y’ Legion di punggung, serta di bagian dalam grille heat sink. Semuanya bisa dikustomisasi via software Corsair iCUE.

Legion 14

Selain Intel Core i7 9th-Gen, Lenovo membekali Y740 dengan kartu grafis Nvidia GeForce RTX 2060, RAM DDR4 2666MHz sampai 32GB, serta penyimpanan berbasis SSD PCIe NVMe sampai 1TB. Namun bagian paling menarik dari laptop terletak pada layar 15,6-inci 1080p berteknologi G-Sync 144Hz di sana. Akhirnya, Lenovo Indonesia tidak malu-malu lagi untuk bilang bahwa panel tersebut telah mengusung teknologi high dynamic range persembahan Dolby Vision.

 

Legion Y540

Meski sama-sama menyuguhkan layar berukuran 15,6-inci di resolusi full-HD, Legion Y540 disiapkan sebagai opsi yang lebih terjangkau dari Y740 – khususnya di Indonesia. Laptop mempunyai arahan desain serupa dari model high-end tersebut, termasuk pemanfaatan engsel di atas chassis dan penempatan port di sisi belakang. Bedanya, di sana tak ada pencahayaan RGB dan komposisi hardware-nya pun tak semutakhir Y740.

Legion 8

Walaupun begitu, tetap ada rentetan upgrade dan fitur anyar yang Lenovo implementasikan di sana. Dibanding tipe Y530, Y540 17 persen lebih ramping, 28 persen lebih ringan, dan 10 persen lebih hening. Lalu bagian keyboard-nya turut mendapat perhatian khusus: menyajikan key travel 1,7mm dengan sensasi tactile dan memiliki jarak antar keycap 4mm demi meminimalkan peluang salah ketik. Keyboard sanggup merespons input di kecepatan kurang dari 1-milidetik dan dibekali kapabilitas anti-ghosting.

Legion 5

Di dalam, kita akan menemukan prosesor Intel Core 9th-Gen, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1650, RAM 16GB dan penyimpanan SSD 512GB. Untuk mendinginkan komponen-komponen di dalam, Lenovo memanfaatkan solusi Legion Coldfront yang mengandalkan sistem kipas ganda.

 

IdeaPad L340 Gaming

Ketika Legion dirancang sebagai ‘notebook gaming pendukung produktivitas’, IdeaPad L340 Gaming punya konsep yang berkebalikan. Sejatinya, ia adalah laptop mainstream yang bisa pula menangani gaming jika Anda menginginkannya. IdeaPad L340 juga menghidangkan layar kelas IPS seluas 15,6-inci – tapi tidak secanggih Y540 apalagi Y740. Refresh rate-nya masih 60Hz dan color gamut-nya hanya 45 persen NTSC.

Legion 10

Spesifikasi hardware-nya pun berada di level menengah. Laptop diotaki prosesor Intel Core i5 generasi kesembilan, RAM 8GB, penyimpanan berupa SSD 512GB, serta kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1050 yang memperkenankannya menjalankan permainan-permainan esports populer di PC. Fitur-fitur seperti Dolby Audio tetap ada di sana, dan Lewat software Lenovo Vantage, Anda dipersilakan mengubah mode kipas: quick ketika ingin ber-gaming dan quiet saat mau kembali bekerja.

 

Harga dan ketersediaan

Ketiga model laptop anyar ini sudah hadir resmi di tanah air, bisa Anda beli di situs Lenovo.com atau lewat mitra resmi. PPerlu diketahui bahwa tipe Legion Y7000 cuma tersedia di Lenovo Exclusive Store. Ini dia harga dari masing-masing varian:

  • Legion Y740 – mulai Rp 28,25 juta
  • Legion Y540 – mulai Rp 14,5 juta
  • IdeaPad L340 Gaming – mulai Rp 11 juta
  • Legion Y7000 – mulai Rp 14,5 juta

Legion 17

Bang & Olufsen Luncurkan Soundbar Pertamanya, Beosound Stage

Meski sudah dipandang sangat senior di industri perangkat audio, Bang & Olufsen rupanya belum pernah bermain di kategori soundbar. Setelah sekian lama dinanti, pabrikan asal Denmark itu akhirnya menyingkap soundbar perdananya, Beosound Stage.

Sesuai tradisi B&O, Beosound Stage hadir dengan rancangan yang minimalis sekaligus elegan. Proses desainnya dibantu oleh tangan-tangan mahir NORM Architects, melibatkan bentuk-bentuk geometris dan material-material alami. Ada tiga tipe Beosound Stage yang ditawarkan, tergantung dari bahan yang membentuk rangkanya: aluminium, tembaga, atau kayu oak.

Beosound Stage

Dengan wujud balok pipih seberat 8 kg, Beosound Stage dapat dipasangkan ke tembok di bawah TV, atau diletakkan di rak bawah TV. Terdapat sejumlah tombol pengoperasian di sisi ujungnya sebagai alternatif dari aplikasi smartphone maupun remote TV. Ya, Beosound Stage mengandalkan sambungan HDMI ARC, sehingga ia bisa dioperasikan memakai remote bawaan TV.

Konektivitas lainnya mencakup Bluetooth dan Wi-Fi, integrasi Chromecast, serta dukungan atas AirPlay 2. Setup multi-room juga menjadi salah satu keunggulan Beosound Stage, dan ia memang dirancang agar tetap bisa beroperasi sebagai perangkat audio biasa meski TV yang tersambung sedang tidak menyala.

Beosound Stage

Namun jangan sekali-kali tertipu oleh penampilan simpelnya, sebab performanya terkesan sangat mumpuni di atas kertas. Total ada 11 unit driver yang tertanam, masing-masing disokong oleh amplifier berdaya 50 watt.

Dari 11 driver tersebut, empat di antaranya merupakan woofer berdiameter 4 inci, empat lainnya mid-range driver 1,5 inci, dan tiga sisanya adalah tweeter 3/4 inci. Menurut B&O, konfigurasi seperti ini diyakini juga membantu memaksimalkan sensasi 3D audio, dan ini penting mengingat Beosound Stage kompatibel dengan Dolby Atmos.

Rencananya, Beosound Stage bakal dipasarkan mulai akhir musim semi tahun ini. B&O mematok harga $1.750 untuk varian dengan rangka aluminium atau tembaga, sedangkan yang berangka kayu dihargai lebih mahal di angka $2.600.

Sumber: Engadget.

Mengupas Fitur-Fitur Andalan Lenovo di Laptop Gaming Legion Baru

Apapun pendapat Anda mengenai Nvidia, perusahaan teknologi grafis asal Santa Clara ini sangat piawai dalam membangun sensasi. Tren terbaru di ranah visual yang berhasil mereka angkat belakangan ialah real-time ray tracing, dihadirkan lewat kartu grafis anyar GeForce RTX. Begitu hebohnya ray tracing, bahkan studio first-party Sony seperti Polyphony Digital terpacu untuk turut mengembangkannya.

Persaingan perangkat gaming portable berkemampuan real-time ray tracing sendiri dimulai awal Januari ini dengan peluncuran laptop-laptop ber-GeForce RTX di CES 2019. Beberapa produsen yang memiliki brand gaming segera menyediakannya, antara lain Asus (ROG), Dell (Alienware), MSI, dan Lenovo lewat Legion. Namun, tentu saja kompetisi akan jadi membosankan jika pencipta hardware cuma menjual ray tracing.

Sebagai merek gaming yang tergolong muda, Lenovo perlu melakukan manuver ‘nekat’ agar Legion mampu menyusul ketenaran rival-rivalnya. Berbekal arahan baru pada desain produk, eksperimen-eksperimen berani, pelaksanaan turnamen esports secara konsisten, serta kolaborasi bersama tim spesialis gaming gear, perusahaan teknologi berusia 34 tahun asal Beijing tersebut sukses menjalankan misinya.

LOC 4 11

Lewat artikel ini, saya ingin mencoba menggali teknologi baru yang diusung di deretan notebook gaming Legion. Ada dua model yang jadi andalan Lenovo di tahun 2019, yaitu Y740 dan Y540. Mereka merupakan penerus dari seri Y, tersedia dalam opsi ukuran layar 15- dan 17-inci.

 

Desain industrial dengan chassis logam

Sempat saya bahas di artikel terdahulu, Legion tidak lagi tampak seperti laptop gaming pada umumnya. Penampilannya lebih elegan, simpel dan netral; dengan tubuh all-metal berwarna abu-abu gelap. Meski demikian, Lenovo tidak melupakan aspek-aspek krusial di sana, direalisasikan lewat penyuguhan keyboard anti-ghosting 100 persen plus waktu respons 1-milidetik serta penempatan sebagian besar port fisik di belakang agar lebih rapi.

LOC 4 12

Identitas gaming-nya sendiri ditunjukkan oleh branding Legion dengan logo Y menyala, dipadu bersama papan ketik RGB yang bisa dikustomisasi. Pencahayaan LED juga bisa ditemukan di lubang-lubang ventilasi pembuangan panas.

LOC 4 7

 

Panel berbingkai tipis, plus dukungan high-dynamic range

Dengan berpedoman pada prinsip minimalis, Lenovo tanpa ragu mengadopsi desain bingkai tipis yang belakangan populer. Frame bagian atas dan samping mempunyai ketebalan hanya 6,7mm. Efek sampingnya: produsen harus memindahkan webcam ke bawah. Apapun ukuran layarnya, 15- maupun 17-inci, kita tetap disuguhkan resolusi full-HD 1920x1080p. Tapi ada hal menarik tersembunyi di sana.

LOC 4 2

Ketika beberapa produsen laptop gaming masih menunjukkan keraguan, Lenovo tak enggan membubuhkan fitur high-dynamic range bersertifikasi Dolby Vision di produknya. Teknik HDR diramu untuk mensimulasikan cara mata manusia melihat, memungkinkan pengguna mendeteksi detail serta warna-warni pada objek secara jelas, terlepas dari gelap terangnya suatu area. Begitu terbiasa menikmati konten HDR, penyajian game di layar biasa terlihat lebih kusam.

LOC 4 5

Buat mendukung HDR, panel laptop gaming Legion mempunyai tingkat kecerahan yang tinggi, mencapai 500-nit. Selain itu, Lenovo turut melengkapi produk mereka dengan Nvidia G-Sync demi menyingkirkan efek screen tearing, serta kecepatan refresh 144Hz yang sangat bermanfaat di permainan-permainan bertempo cepat.

 

Sistem audio Dolby Atmos

Teknologi Dolby bukan hanya bisa ditemukan di layar, tapi juga pada sistem audio laptop. Eksistensi Dolby Atmos mendongkrak mutu output suara, sehingga gamer bisa lebih mudah mengetahui sumber bunyi. Model Legion Y740 sendiri dibekali unit sound bar gaming-grade, lengkap dengan subwoofer terintegrasi dan sistem Smart Amp. Itu artinya, audio bisa terhidang optimal tanpa memerlukan speaker eksternal ataupun headphone.

LOC 4 3

Legion juga menyimpan satu fitur ‘curang’ yang dapat membuat Anda unggul dalam permainan: overlay Sound Radar. Beroperasi layaknya radar, sistem ini bekerja untuk menangkap asal suara, kemudian informasi tersebut ditampilkan berupa notifikasi visual. Metodenya mirip Sound Tracker di software Nahimic yang digunakan MSI.

 

Sistem pendingin Legion Coldfront

Untuk menjinakkan panas, Lenovo meramu sistem pendinginnya sendiri yang mereka namai Legion Coldfront. Coldfront adalah solusi penanggulangan panas ‘dual-channel‘, terdiri dari dua kipas yang difokuskan pada GPU dan CPU secara terpisah. Agar aliran angin tetap optimal tanpa menyebabkan suara fan jadi bising saat berputar cepat, produsen memanfaatkan kipas 70 bilah buat meniupkan udara panas ke empat zona pembuangan.

LOC 4 4

 

Corsair iCUE

Dikembangkan oleh Corsair Components, iCUE ialah versi lebih canggih dari Corsair Utility Engine. Software ini bertugas untuk menyambungkan seluruh hardware serta periferal dalam satu wadah, agar mereka tersinkronisasi dan pengguna bisa mudah mengustomisasi masing-masing komponen. Dibanding aplikasi dari produsen lain, iCUE jauh lebih canggih dan komprehensif. Tidak heran mengapa Lenovo mengadopsinya.

LOC 4 10

Di laptop Legion baru, iCUE diterapkan pada sistem pencahayaan RGB di keyboard dan dapat segera membaca gaming gear Corsair ketika Anda memasangnya. Software juga telah didukung oleh game Far Cry 5. Begitu permainan dibuka, iCUE secara otomatis memodifikasi pola RGB dan akan menyesuaikan pencahayaan dengan kondisi permainan (oranye ketika karakter Anda tersulut api, atau menampilkan warna ala bendera Amerika di menu utama).

LOC 4 6

Lenovo sudah mengumumkan harga dari tiap-tiap model Legion Y740 dan Y540. Produk-produk anyar tersebut bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang antara US$ 1.100 sampai US$ 2.700. Saya pribadi menduga pendaratannya di Indonesia akan ditandai oleh acara peluncuran resmi.

LOC 4 13

Dolby Dimension Ibarat Sistem Audio Bioskop yang Dikemas dalam Headphone Wireless

Dolby adalah dedengkot di bidang audio yang cukup unik. Selama lebih dari 50 tahun, mereka membangun reputasinya tanpa memproduksi hardware sendiri untuk konsumen umum. Jadi ketika Dolby memutuskan untuk menggarap headphone-nya sendiri, kita patut menaruh perhatian ekstra.

Headphone tersebut bernama Dolby Dimension, dan seperti bioskop yang dilengkapi sistem audio bersertifikasi Dolby, ia diciptakan untuk menemani penggunanya menonton film. Suara surround menjadi fitur keunggulannya, dan ini dicapai berkat kombinasi sepasang driver 40 mm, chipset Qualcomm Snapdragon dengan prosesor quad-core, serta teknologi virtualization racikan Dolby sendiri.

Dolby Dimension

Hasilnya adalah efek suara tiga dimensi mirip seperti yang ditawarkan teknologi Dolby Atmos. Levelnya memang belum secanggih Atmos, tapi ini disebabkan oleh batasan konektivitas Bluetooth 4.2 yang ada pada Dimension.

Efek ini akan terasa semakin realistis berkat dukungan head tracking yang ditawarkan Dimension. Jadi ketika Anda sedang menonton dan menoleh ke kiri, suara yang tadinya terdengar dari depan bakal jadi terdengar dari samping kanan.

Dolby Dimension

Selain virtualization, Dimension juga menawarkan fitur bernama LifeMix, yang kalau dari cara kerjanya, mirip seperti fitur noise cancelling adaptif yang ada pada sejumlah headphone wireless premium. Supaya kinerja fitur ini bisa maksimal, lima mikrofon omnidirectional telah Dolby sematkan ke Dimension.

Performa audio yang superior ini turut dibarengi oleh desain fisik yang manis sekaligus ergonomis. Bantalan telinganya yang gemuk kelihatan nyaman, tapi di saat yang sama bobotnya ternyata cuma 330 gram, sehingga semestinya tidak akan membuat gerah setelah dipakai menonton selama berjam-jam.

Dolby Dimension

Dimension mengandalkan kombinasi tombol fisik dan panel sentuh pada earcup sebelah kanan sebagai input kontrolnya. Soal baterai, Dimension diklaim dapat beroperasi sampai 10 jam dengan semua fitur aktif, atau sampai 15 jam dalam mode irit daya. Fast charging pun turut tersedia; charging selama 15 – 20 menit cukup untuk pemakaian selama 2 jam.

Sebagai produk debutan, Dolby Dimension terkesan sangat menarik. Kalau disuruh menyebutkan kekurangannya, saya akan bilang harganya: $599, setara soundbar yang mendukung Dolby Atmos. Pemasarannya sudah berlangsung di Amerika Serikat.

Sumber: Engadget dan Nasdaq.

Lenovo Legion Siap Tantang Alienware, Asus ROG dan Lainnya di Ranah Gaming

Setelah bertahun-tahun sukses berjualan laptop, Lenovo akhirnya memutuskan sudah waktunya bagi mereka untuk menyeriusi ranah gaming. Seperti halnya Dell Alienware, HP Omen, Asus ROG dan Acer Predator, Lenovo memilih untuk menggunakan branding baru bernama Legion untuk semua perangkat gaming-nya ke depan.

Dua anggota pertama Lenovo Legion adalah sepasang laptop 15,6 inci, yaitu Y720 dan Y520. Keduanya punya desain tipikal laptop gaming; Y720 yang dibanderol lebih mahal dihiasi oleh backlight RGB pada keyboard-nya, sedangkan Y520 hanya backlight berwarna merah.

Lenovo Legion Y720 / Lenovo
Lenovo Legion Y720 / Lenovo

Soal spesifikasi, keduanya mengusung prosesor Intel generasi ketujuh yang dikenal dengan nama Kaby Lake, dimana varian teratas Y720 mengemas proesor quad-core i7-7700HQ. Di sektor grafik, konsumen bisa memilih opsi tertinggi Nvidia GeForce GTX 1060 untuk Y720, dan GTX 1050 untuk Y520.

Meski ukuran layar keduanya sama persis, Y720 dapat dikonfigurasikan dengan resolusi 4K, sedangkan Y520 hanya mentok di 1080p. Keduanya memang bukan laptop gaming dengan spesifikasi terganas yang ada di pasaran saat ini, namun setidaknya bisa memikat perhatian kalangan gamer mainstream.

Lenovo Legion Y520 / Lenovo
Lenovo Legion Y520 / Lenovo

Baik Y720 dan Y520 juga disebut-sebut sebagai laptop pertama yang membawa dukungan audio Dolby Atmos, dimana suara dalam game akan terdengar sesuai dengan posisi asalnya ketika menggunakan headphone. Pun begitu, sejauh ini belum banyak game yang juga mendukung Dolby Atmos, satu-satunya barulah Overwatch.

Spesifikasinya bukan yang terbaik, desainnya juga bukan yang paling premium, lalu apa yang bisa menjadi daya tarik terkuat dari kedua laptop Lenovo Legion ini? Jawabannya adalah harga, seperti yang bisa kita prediksi dari Lenovo. Y520 akan dilepas lebih dulu pada bulan Februari dengan harga mulai $900, sedangkan Y720 menyusul di bulan April dengan banderol mulai $1.400.

Bersamaan dengan itu, Lenovo juga memanfaatkan panggung CES 2017 untuk mengungkap prototipe VR headset-nya yang dirancang untuk platform Windows Holographic. Headset ini bukan bertipe wireless, namun dimensinya lebih ringkas ketimbang Oculus Rift maupun HTC Vive, dengan bobot berkisar 350 gram pada versi finalnya nanti.

Prototipe VR headset Lenovo untuk platform Windows Holographic / The Verge
Prototipe VR headset Lenovo untuk platform Windows Holographic / The Verge

Walaupun berukuran lebih kecil, VR headset yang belum diberi nama ini mengusung display yang lebih superior, mengandalkan sepasang panel OLED yang masing-masing beresolusi 1440 x 1440 pixel. Sistem tracking secara penuh juga terintegrasi ke dalam headset, sehingga konsumen nantinya tidak perlu mengandalkan aksesori tamabahan seperti kamera eksternal.

Perangkat ini rencananya akan dirilis tahun ini juga, meski belum ada kepastian kapan. Harganya diperkirakan berada di kisaran $300 – $400.

Sumber: 1, 2, 3.

Lewat X-Fi Sonic Carrier, Creative Resmi Bermain di Ranah Sound Bar Audiophile

Bagi user veteran, nama Creative Labs pasti pernah ‘singgah’ di PC. Dahulu mereka terkenal dalam produksi dan distribusi sound card Sound Blaster, hingga era Windows 95 tiba. Sekarang tiap sistem sudah memiliki kartu suara on-board, dan kualitasnya terus meningkat. Performa audio kini bergantung dari mutu speaker, dan belum lama Creative mengungkap sebuah kejutan.

Menggunakan CES 2016 sebagai batu lompatan, Creative mencoba menantang sejumlah brand home audio ternama melalui produk sound bar flagship pertama mereka. Sang produsen asal Singapura itu menamainya X-Fi Sonic Carrier. Produk diklaim mengusung sebuah konsep baru dalam bidang penyuguhan audio, mendukung segala macam platform hiburan, serta dikemas dalam kemudahan pemakaian.

Layaknya sound bar, X-Fi Sonic Carrier memiliki tubuh memanjang. Terdapat 11 speaker diarahkan ke depan dan samping untuk menciptakan surround, terdiri atas delapan buah midbass aluminium cone 2,75-inci dan tiga super tweeter titanium 0,75-inci. Mereka didukung motor dan sistem suspensi, demi memastikan output-nya rendah distorsi. Sistem disusun dengan konfigurasi 11.2.4, menghasilkan 800-watt.

Creative Labs X-Fi Sonic 01

Tentu saja tiap-tiap pemilihan bahan mempengaruhi perfoma. Cone aluminium yang kaku digunakan buat memproduksi midrange natural, dan memastikan detail tidak hilang. Super tweeter titanium sendiri mampu beroperasi di luar bandwithaudible‘, dimaksudkan supaya reproduksi suara berfrekuensi tinggi tetap bersih dan akurat. Ia memiliki respons frekuensi 40kHz, ideal buat memaksimalkan kinerja rekaman suara beresolusi tinggi.

X-Fi Sonic Carrier mengombinasi Dolby Atmos dan Creative EAX 15.2 Dimensional Audio. Lewat Dolby Atmos, user memperoleh sensasi jarak dari sumber suara, misalnya bunyi helikopter yang melesat di atas kepala. Creative EAX dimanfaatkan untuk mengekstrak, mengolah, dan meningkatkan mutu suara dari material-material legacy. Hasilnya, X-Fi Sonic Carrier sanggup menangani output konser musik klasik sampai film.

Creative Labs X-Fi Sonic 02

Buat engine audio dan video, sound bar ditenagai tujuh prosesor dengan total 14 core, menopang baik audio playback resolusi tinggi di channel 15.2 dan streaming video hingga 4K 60fps. X-Fi Sonic Carrier dilengkapi konektivitas Bluetooth, Wi-Fi, serta link speaker-to-speaker sampai 4 unit subwoofer. Sebagai solusi future-proof, sistem bisa di-upgrade di waktu ke depan.

Umumnya, Creative terkenal dengan speaker-speaker terjangkau. Tapi X-Fi Sonic Carrier merupakan produk audio istimewa, dan boleh dibilang merupakan barang kelas audiophile. Produsen membanderolnya seharga US$ 5.000, diperkirakan akan tersedia pada bulan September 2016.

Sumber: Creative.com.