Paparan Kinerja Perusahaan E-commerce Indonesia H1 2023

Tahun lalu, target nilai transaksi e-commerce di Indonesia tidak tercapai. Bank Indonesia (BI) mencatat realisasinya Rp476 triliun dari proyeksi awal sebesar Rp489 triliun. Pada 2023 dan 2024, BI memproyeksikan pertumbuhan nilai transaksinya tak lebih dari 20%, yakni masing-masing menjadi Rp572 triliun dan Rp689 triliun.

Menurut Deputi Gubernur BI Doni P. Joewono, pertumbuhan industri e-commerce melambat dikarenakan oleh sejumlah faktor. Pertama, mobilitas masyarakat sudah kembali normal sehingga mereka mulai berbelanja offline. Kedua, konsumen mulai terpikat untuk bertransaksi di platform social commerce, seperti live shopping di TikTok.

Selain itu, riset terbaru Hypefast terhadap 5000 brand lokal juga mengungkap bahwa konsumen kini cenderung enggan belanja online karena sejumlah platform e-commerce mulai menaikkan biaya platform dan mengurangi subsidi gratis ongkos kirim.

Diketahui, sejumlah platform e-commerce memang tengah melakukan penghematan biaya demi mengejar profitabilitas pada tahun ini. Beberapa pemain besar tercatat mengalami rugi yang signifikan di sepanjang 2022.

Kinerja e-commerce 1H23

DailySocial.id merangkum kinerja PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO), PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA), PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI), dan Sea Group (induk Shopee) pada segmen e-commerce di semester I 2023. Sebagai disclaimer, perusahaan berikut tidak menyajikan metrik kinerja yang sama.

Capaian bisnis unit e-commerce 2023 GoTo, Bukalapak, dan Blibli
Capaian bisnis unit e-commerce 2023 GoTo, Bukalapak, dan Blibli

GOTO mengalami penurunan 8% (YoY) menjadi Rp121 triliun pada Gross Transaction Revenue (GTV) e-commerce di semester I 2023. Namun, pendapatan kotornya naik 14% menjadi Rp4,4 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu. EBITDA disesuaikan di segmen e-commerce juga tercatat membaik dari minus Rp3,6 triliun menjadi minus Rp752 miliar. 

BELI mencatat pendapatan bersih dari ritel online naik 5% menjadi Rp5 triliun yang didorong dari pertumbuhan pendapatan Ritel 3P sebesar 710% menjadi Rp567 miliar. Pendapatan Ritel 1P turun 6% menjadi Rp3,9 triliun. Ritel 1P adalah transaksi B2C untuk produk/layanan dari pihak pertama (1P), sedangkan Ritel 3P adalah penjualan produk/layanan dari pihak ketiga (3P); mencakup platform e-commerce dan agen perjalanan online (OTA).

BUKA mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 75% dari marketplace dengan realisasi Rp1,2 triliun di enam bulan pertama 2023. Total Processing Value (TPV) marketplace meningkat 24% (YoY) menjadi Rp44,3 triliun.

Pendapatan unit e-commerce GoTo, Bukalapak, dan Blibli 2023
Pendapatan unit e-commerce GoTo, Bukalapak, dan Blibli 2023

Sementara, SEA Group juga melaporkan pendapatan dari Shopee secara keseluruhan naik 20% menjadi $2.1 miliar. Shopee juga tercatat mengalami perbaikan EBITDA disesuaikan. Untuk kontribusi dari pasar Asia, EBITDA disesuaikan yang sempat merugi kini berbalik untung $204.1 juta di semester I 2023. Dari pasar non-Asia, rugi EBITDA disesuaikan membaik dari -$332 juta menjadi -$53.7 juta.

Strategi

Alih-alih terus bakar uang untuk mengerek GMV, sejumlah platform e-commerce besar sejak tahun lalu fokus mengurangi insentif (promo, ongkos kirim, dll) dan mengambil pendekatan baru demi memperbaiki kinerja keuangan. Tokopedia dan Shopee, misalnya, menaikkan biaya layanan kepada pengguna dengan rentang Rp1.000-Rp3.000 per transaksi pada Mei 2023.

Pengurangan insentif ini cukup berdampak terhadap kinerja GOTO, di mana GTV mengalami penurunan di periode 2Q23 (YoY). Pihaknya menyebut bahwa pengurangan insentif membuat transaksi e-commerce dari low quality user ikut berkurang.

Tren live shopping yang digencarkan TikTok Shop mulai membayangi platform-platform e-commerce besar, terutama yang mengandalkan model berbasis pencarian produk. Dengan basis pengguna yang besar di Indonesia, mudah bagi TikTok untuk menarik pengguna baru lewat konten, subsidi harga, dan proses transaksi yang seamless. Di sepanjang 2022, TikTok Shop mengantongi transaksi sebesar $4,4 miliar atau naik empat kali lipat (YoY).

Direktur E-Commerce GOTO Melissa Siska Juminto mengatakan bahwa saat ini terdapat dua tipe e-commerce, yakni (1) model tradisional dengan pencarian produk dan (2) model berbasis konten lewat live streaming untuk menarik transaksi, terutama transaksi yang bersifat impulsif.

GOTO mulai menavigasi fokus e-commerce ke segmen pasar yang lebih terjangkau (budget customer) untuk mendorong pasar potensial. Salah satunya adalah memperbaiki pencarian produk di Tokopedia agar lebih meningkatkan ketertarikan pengguna. GOTO juga berupaya mendorong utilisasi logistik in-house untuk bisnis e-commerce karena biayanya lebih rendah.

“Kami terus fokus pada kekuatan core dan kapabilitas kami di traditional commerce. Kami lagi membangun product proposition agar lebih appeal buat budget customer,” ujarnya saat paparan kinerja beberapa waktu lalu.

Baik BUKA dan BELI juga memperkuat strateginya sebagaimana posisinya di pasar. BUKA sejak beberapa tahun terakhir lebih fokus mengutilisasi lini bisnis Mitra mengingat pangsa marketplace kini dikuasai oleh Tokopedia dan Shopee. BUKA juga sebetulnya telah mengecap keuntungan di tahun lalu, tetapi itu pun merupakan laba investasinya di Allo Bank.

Sementara, BELI yang baru saja melantai di bursa saham pada akhir 2022, masih solid untuk mengeksekusi strategi omnichannel untuk mengakomodasi kebutuhan pasar lewat berbagai kanal penjualan.

“Pasar e-commerce masih tumbuh. Kami tetap fokus untuk membangun ekosistem omnichannel dan memaksimalkan sinergi karena kebutuhan terhadap toko fisik tetap ada. Ini juga sejalan dengan kemitraan strategis kami dengan mitra prinsipal. Ekspansi di toko fisik semakin memperkuat posisi kami,” tutur Co-Founder dan CEO Blibli Kusumo Martanto saat sesi Earning Call beberapa waktu lalu. 

Ekosistem omnichannel yang dimiliki BELI tak hanya menghadirkan produk/jasa ritel, tetapi juga produk elektronik dan grocery. Terlepas dengan sulitnya mendorong penetrasi e-grocery, perusahaan mengaku terus mengevaluasi kategori produk yang memiliki stok suplai dan struktur biaya lebih baik untuk meningkatkan margin.

Platform Total Kunjungan (Juni 2023 – Similar Web)
Shopee 173,9 juta per bulan
Tokopedia  106 juta per bulan
Lazada 70,4 juta per bulan
Blibli 23,9 juta per bulan
Bukalapak 14 juta per bulan

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2022, e-commerce masih motor penggerak utama ekonomi digital di Indonesia yang totalnya bernilai $77 miliar di 2022. E-commerce diproyeksi menyumbang Gross Merchandise Value (GMV) sebesar $95 miliar di 2025 mendatang.

Transaksi TikTok Shop Diprediksi Tembus Rp230 Triliun, Siap Salip Lazada dan Tokopedia

Nilai transaksi bruto (Gross Merchandise Value/GMV) TikTok Shop di Asia Tenggara diprediksi bakal tembus $15 miliar (sekitar Rp230 triliun) pada tahun 2023. Angka tersebut akan membuatnya setara dengan Lazada dan Tokopedia yang sudah berdiri selama lebih dari satu dekade.

Menurut laporan Momentum Works dalam “The TikTok Shop Playbook”, merinci GMV yang dihasilkan TikTok Shop berturut-turut mencapai $600 juta pada 2021 dan $4,4 miliar pada 2022. Kenaikan didukung karena pada tahun tersebut platform social commerce tersebut ekspansi dari Indonesia hingga lima pasar utama di Asia Tenggara. Walau demikian, pangsa pasarnya tetap rendah, hanya satu digit di semua pasar tersebut.

Di Indonesia saja, TikTok Shop bertengger di urutan kelima (5%) berdasarkan pangsa pasarnya pada tahun lalu, sementara di lima negara lain, berada di kisaran 1%-4%. Shopee memiliki pangsa pasar sebesar 36%, diikuti Tokopedia (35%), Lazada (10%), Bukalapak (10%), dan Blibli (4%).

Secara regional, GMV yang disumbangkan Shopee masih jadi terbesar $47,9 miliar. Lalu disusul Lazada dengan GMV sebesar $20,1 miliar dan Tokopedia sebesar $18,4 miliar.

“Namun, penting untuk dicatat bahwa di sebagian besar pasar ini, TikTok Shop dimulai dari nol pada awal tahun – dan di Indonesia, TikTok Shop telah mencapai $10 juta setiap hari pada akhir tahun 2022. Pertumbuhan tersebut berlanjut pada tahun 2023, dengan indikasi terbaru bahwa di berbagai pasar, tingkat kinerja GMV Toko TikTok pada tahun 2023 mendekati tingkat kinerja Lazada,” tulis laporan tersebut.

Momentum Works

TikTok Shop kini hadir di sembilan negara, termasuk Asia Tenggara, Inggris, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Perusahaan tersebut menargetkan dapat mencapai GMV $20 miliar secara global pada tahun ini, sebanyak $15 miliar akan disumbangkan dari Asia Tenggara.

Momentum Works menyampaikan, banyak pakar yang skeptis dengan target tersebut. Namun jika dilihat di lapangan, setidaknya di Asia Tenggara saja, angka tersebut berada di jalur yang tepat untuk paruh pertama tahun ini. Tantangan dan beberapa masalah organisasi dalam prosesnya, namun upaya TikTok untuk mengonversinya terus berlanjut.

“Perkembangannya tampak kacau, dengan adanya keraguan dari ekosistem dan bahkan beberapa pemangku kepentingan utama (internal dan eksternal). Meskipun demikian, sejauh ini kepemimpinan dan organisasi dapat beradaptasi, dalam upaya mencapai e-commerce.”

Kategori produk

Adapun, produk yang paling banyak dibeli dari TikTok Shop adalah kategori kecantikan dan perawatan diri berdasarkan kinerja di kuartal I 2023. Dua merek yang paling laku terjual untuk pasar Indonesia saja adalah Skintific dan The Originote. Diestimasi GMV masing-masing sebesar $6 juta (volume penjualan di atas 200 ribu), dan $4,2 juta (volume penjualan di atas 360 ribu).

Kategori ini berdasarkan GMV memberikan kontribusi sebesar 70%, dibandingkan kategori lainnya seperti fesyen perempuan (9%), kuliner (5%), smartphone dan elektronik (4%), perabotan rumah tangga (5%), dan mainan dan hobi (7%).

Kategori ini juga paling mudah dan realistis untuk dipasarkan oleh penjual/key opinion leader (KOL), terutama dalam format video atau live streaming yang demonstrasinya dilakukan secara real time. Penjual dapat mendemonstrasikan produk dalam format yang menarik secara visual dan dapat dengan mudah direplikasi dalam skala besar, sehingga tingkat konversinya lebih baik.

Kesempatan monetisasi

Laporan ini juga menyampaikan, pada 2022, pengguna aktif bulanan (MAU) TikTok secara global melebihi 1 miliar, menghabiskan miliaran jam di platform tersebut. Cara monetisasi basis penggunanya jadi prioritas utama bagi TikTok dan induknya, ByteDance.

Berbeda dengan platform sosial & konten lainnya termasuk Meta (Facebook), ByteDance tampaknya sangat bertekad untuk menjadikan e-commerce sebagai pilar utama monetisasi, secara global.

Seperti diketahui, selama bertahun-tahun, platform e-commerce membangun ekosistem dan roda yang efisien. TikTok Shop memiliki keunggulan alami dalam lalu lintas pelanggan dan komitmen perusahaan untuk mengalokasikan sebagian besar kunjungan tersebut untuk belanja e-commerce.

“Seiring dengan berkembangnya TikTok Shop dan mulai mendapatkan lebih banyak pengaruh atas infrastruktur pembayaran/pemenuhan, TikTok Shop dapat dan harus mampu menjadi bisnis yang menguntungkan di pasar utama tempat ia beroperasi.”

Shopee telah menunjukkan bahwa bahkan di Asia Tenggara, dengan daya konsumsi yang relatif lebih rendah dibandingkan negara maju, keuntungan tetap bisa diraih.

Hanya saja, Momentum Works tidak dapat memprediksi seberapa besar volume atau pangsa pasar TikTok Shop di pasar-pasar utamanya, sebab sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk komitmen berkelanjutan dan evolusi organisasi TikTok Shop, serta faktor eksternal dalam politik, geopolitik, respons kompetitif dan tentu saja, kondisi ekonomi global.

Rugi Bersih GoTo Susut di Semester Pertama 2023, Kejar Profitabilitas Lewat Strategi Terjangkau

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) mencatat penurunan rugi bersih sebesar 49% (YoY) menjadi Rp7,2 triliun di semester I 2023. Dengan perbaikan adjusted EBITDA yang menyusut 69% menjadi -Rp2,8 triliun, GoTo masih optimistis dapat mencapai target profitabilitas di kuartal IV 2023.

Dalam ringkasan kinerja keuangan semester I 2023, perusahaan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp6,8 triliun atau tumbuh 102% dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya yang sekitar Rp3,39 triliun. GoTo menyebut bahwa pertumbuhan ini turut didorong oleh peningkatan monetisasi di seluruh lini bisnis dengan take rate keseluruhan mencapai 4,1% atau naik 40 bps (YoY).

Laporan keuangan GoTo H1 2023

Lini bisnis yang dirangkum dalam ringkasan kinerja ini antara lain on-demand, e-commerce, fintech, dan logistic. Secara umum, empat bisnis mencatatkan perbaikan pada adjusted EBITDA, terutama lini on-demand menyusut 87% menjadi -Rp410 miliar; serta e-commerce menyusut 80% menjadi -Rp752 miliar.

Dari sisi Gross Transaction Value (GTV), lini on-demand dan e-commerce mengalami penurunan masing-masing sebesar 7% menjadi Rp26 triliun dan 8% menjadi Rp121 triliun. Sementara, lini e-commerce mencatatkan pertumbuhan pendapatan bruto tertinggi sebanyak 14% menjadi Rp4,4 triliun.

“Produk Mode Hemat dan layanan Gojek terus mencetak pengguna baru, serta membawa kembali pengguna nonaktif. Langkah ini sejalan dengan strategi pertumbuhan inti unit bisnis on-demand untuk memperluas total pasar potensial (TAM) dengan menyasar konsumen yang memprioritaskan harga,” tulis manajemen GoTo dalam keterangan resminya.

Berdasarkan analisis internal, GoTo dapat menggandakan potensi pasar di bisnis on-demand (Gojek) apabila menjangkau lebih banyak kelompok konsumen yang memprioritaskan harga (budget customer). Maka itu, strategi ini tengah digenjot perusahaan pada layanan GoFood Hemat, GoCar Hemat, dan GoTransit Multimoda.

Pada lini e-commerce (Tokopedia), perusahaan mengklaim telah mengurangi 15% dari total biaya logistik e-commerce lewat layanan logistik in-house GoTo Logistics (GTL). Sementara di lini Financial Technology, perusahaan baru saja melepas (spin-off) aplikasi GoPay agar dapat memperluas basis pengguna secara inklusif di luar ekosistem Gojek dan Tokopedia.

Ketersediaan aplikasi GoPay juga menjadi langkah strategis GoTo untuk memperkenalkan layanan keuangan ke pengguna baru, misalnya pinjaman tunai dan kolaborasinya dengan Bank Jago dengan manajemen risiko kredit yang efektif. Pihaknya mencatat pinjaman konsumtif GoTo naik 21% (QoQ) menjadi Rp1 triliun di 2Q23

Pada lini logistic, GoTo mencatat telah melayani sekitar satu per lima pengiriman di Tokopedia. Subsidi biaya pengiriman per pesanan tercatat turun 15% sejak awal 2023. Dengan mengelola logistik secara in-house dan layanan fulfillment-nya, pihaknya dapat menurunkan biaya logistik lebih jauh.

Performa unit bisnis GoTo H1 2023

Paparan kinerja

Dalam sesi Earning Call Kinerja GoTo (16/8), Direktur Utama GoTo Patrick Walujo mengungkap bahwa cash burn masih menjadi tantangan utama mengejar profitabilitas, perusahaan telah memperketat biaya selama tiga kuartal terakhir.

Namun, GoTo mengklaim telah berhasil menekan biaya secara ekstensif, tercermin dari berkurangnya biaya insentif dan pemasaran produk sebesar 43% (YoY) atau setara dengan penghematan sebesar Rp2,7 triliun di 2Q23.

“Pemangkasan biaya berdampak positif terhadap pertumbuhan bisnis. Maka itu, kami tetap mengikuti guidance dengan target mencapai adjusted EBITDA positif di 4Q23. Ini bukan tujuan akhir kami, melainkan mencapai pertumbuhan profit yang berkelanjutan,” ungkap Patrick dalam sesi Q&A.

Wakil Direktur Utama GoTo Thomas Husted menambahkan bahwa perusahaan terus melakukan pemangkasan biaya yang tidak esensial bagi bisnis inti. “Kami akan fokus untuk menjadi tech independent dengan mengurangi ketergantungan pada penyedia solusi teknologi pihak ketiga. Kami sudah deep dive dan ternyata [spending-nya] besar. Kami akan deploy tim teknologi di internal dan mencari solusi untuk menjadi organisasi yang lean.”

GoTo menargetkan adjusted EBITDA di 2023 berada di kisaran -Rp3,8 triliun hingga -Rp4,5 triliun. Ini adalah revisi dari target sebelumnya, yakni antara -Rp4,6 triliun hingga -Rp5,3 triliun karena ada perbaikan kinerja di paruh pertama 2023.

Sejalan dengan perbaikan kinerja, lanjut Patrick, saat ini perusahaan tengah mengobservasi bisnis intinya, termasuk on-demand dan e-commerce. Berdasarkan hipotesis di lini on-demand, perusahaan mengobservasi produk Mode Hemat memiliki potensi profitabilitas lebih baik daripada produk existing. “Kami tengah memantau, jika hasilnya baik, kami akan berinvestasi lebih ke sana.”

Di lini e-commerce, perusahaan juga tengah memperbaiki assortment produk di platformnya untuk mendorong ketertarikan pengguna, terutama pada segmen budget customer. Dengan strategi tersebut, GoTo dapat meningkatkan penawaran layanan, misalnya melalui pinjaman (lending), dan mendorong total pasar potensial (TAM) untuk meningkatkan basis pelanggannya.

Affordability strategy menjadi fokus kami sekarang untuk membidik budget customer. Analisis kami menunjukkan strategi ini dapat mendorong pertumbuhan pasar. Mode Hemat telah terbukti hasilnya bagus. Kami akan terus mempertajam strategi agar layanan kami appealing bagi budget customer,” tambah Direktur E-Commerce GoTo Melissa Siska Juminto.

Hingga per 30 Juni 2023, GoTo memiliki posisi keuangan kas dan setara kas sebesar Rp25,4 triliun serta fasilitas kredit sekitar Rp4,65 triliun, di mana Rp3,1 triliun belum digunakan.

Application Information Will Show Up Here

Tjufoo Paparkan Peran Brand Aggregator dalam Mengakselerasi UMKM

Sebagai salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, Indonesia menawarkan peluang yang besar bagi brand aggregator untuk berperan penting dalam membentuk lanskap ritel. Salah satu platform yang berkecimpung dalam lanskap tersebut adalah Tjufoo. Menargetkan pelaku UMKM, Tjufoo memberikan dukungan dalam bentuk pendanaan hingga akselerasi bisnis.

Perkuat infrastruktur

Baik Amerika Serikat dan Tiongkok telah menyaksikan pertumbuhan yang pesat dalam layanan e-commerce selama bertahun-tahun. Perusahaan seperti Amazon dan Alibaba telah mendominasi pasar, yang secara signifikan memengaruhi perilaku konsumen dan dinamika pasar.

Di Indonesia, layanan e-commerce terus berkembang pesat, namun masih menghadapi tantangan seperti penetrasi internet yang terbatas di daerah pedesaan dan kendala infrastruktur logistik, menghambat penetrasi e-commerce secara penuh.

“Sampai kita bisa berada di posisi negara-negara tersebut, brand aggregator yang menyasar D2C saat ini harus membangun infrastruktur. Terutama untuk distribusi online dan offline, yang menurut saya saat ini masih susah untuk bisa mengelola kedua hal tersebut. Dan kami di Tjufoo sudah melakukan proses tersebut cukup baik, namun kami merasa bisa bekerja lebih baik lagi,” kata Founder & CEO Tjufoo TJ Tham.

Distribusi lokal juga berperan penting dalam membantu UMKM mengatasi berbagai tantangan dan membuka peluang pertumbuhan. UMKM sering menghadapi kendala sumber daya dan logistik, sehingga menyulitkan mereka untuk menjangkau basis pelanggan yang lebih luas dan memperluas pasar mereka. Dengan memanfaatkan keahlian dan jaringan distributor lokal, UMKM dapat fokus pada kekuatan inti mereka sekaligus mendapatkan wawasan pasar yang lebih baik.

“Menurut saya jika ingin melakukan scale-up untuk menjadi brand nasional masih sulit dan akan membutuhkan waktu agar infrastruktur lebih matang. Karena alasan itulah kebanyakan brand lebih memilih untuk bekerja sama dengan brand aggregator seperti Tjufoo, karena kami menyediakan infrastruktur tersebut dan keahlian khusus,” imbuh TJ.

Dalam perjalanan bisnisnya yang baru berusia satu tahun, Tjufoo mengklaim telah mencapai profitabilitas dan telah berinvestasi kepada 6 brand. Di antaranya ACMIC, Granova, Cypruz, Dew It, Muscle First, dan Dapur Cokelat. Perusahaan juga berencana untuk menambah sekitar 2 sampai 3 brand baru untuk diinvestasikan dan bergabung ke dalam ekosistem Tjufoo tahun ini.

Pengaruh tech winter

CEO Tjufoo TJ Tham bersama dua mitra brand / Tjufoo

Menurut TJ, brand aggregator dinilai dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar, menjaga hubungan yang kuat dengan brand mereka, dan terus memberikan nilai kepada konsumen selama masa-masa sulit. Faktor tersebut menjadi salah satu alasan mengapa kondisi tech winter, tidak terlalu terpengaruh kepada mereka.

Kebanyakan kondisi tersebut sangat berpengaruh kepada perusahaan yang masih melakukan kegiatan bakar uang dan memiliki runway terbatas. Sementara Tjufoo sejak awal sudah fokus untuk profitable. Selanjutnya fokus mereka membuat bisnis yang sustainable dan terus tumbuh.

Serupa dengan bisnis lainnya, menjaga stabilitas keuangan, mendiversifikasi sumber pendapatan, dan menerapkan praktik manajemen risiko yang baik menjadi penting untuk mengurangi dampak potensial dari fluktuasi ekonomi. Bagi brand aggregator yang fokus pada kategori niche atau menawarkan nilai unik kepada konsumen, berada pada posisi yang diuntungkan saat menghadapi tech winter atau krisis finansial.

“Secara teknikal seperti venture capital dan private equity, apa yang mereka inginkan dari portofolio mereka adalah certain return. Menurut saya memiliki startup yang sudah profitable, apakah itu brand aggregator atau industri lainnya, bisa memberikan value ke stakeholder terutama bagi investor menjadi diversifikasi yang baik dari portofolio mereka,” kata TJ.

Jika dulunya valuasi ditentukan oleh investasi senilai satu miliar dolar, menurut TJ kini memiliki portofolio startup yang sudah mencapai profitabilitas menjadi lebih berharga, dibandingkan dengan penilaian valuasi.

Dalam dunia bisnis, profitabilitas dan valuasi satu miliar dolar merupakan dua metrik penting yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan minat investor. Meskipun valuasi tinggi dapat membuka pintu bagi peluang pertumbuhan, namun hal tersebut tidak boleh mengesampingkan pentingnya profitabilitas. Menemukan keseimbangan antara profitabilitas dan valuasi merupakan kunci bagi pertumbuhan yang berkelanjutan dan kesuksesan secara jangka panjang.

Dalam perjalanan penggalangan dana yang telah dilakukan, tahun 2022 lalu Tjufoo telah mengantongi pendanaan pra seri A dengan nominal dirahasiakan dari TNB Aura dan dan Venturra Discovery. Tahun ini perusahaan berencana untuk bisa mendapatkan dana segar tahap seri A.

Dorong lebih banyak brand aggregator

Agar UMKM lebih banyak mendapat bantuan dan membangun infrastruktur yang lebih solid, kehadiran lebih banyak brand aggregator bisa mempercepat proses tersebut. Ketika ada beberapa brand aggregator yang beroperasi di pasar, hal tersebut akan mengarah pada peningkatan persaingan, yang dapat menguntungkan berbagai stakeholder, termasuk brand, konsumen, dan platform aggregator itu sendiri.

“Karena pengalaman saya sebelumnya di Grab bekerja secara dekat dengan orang lapangan (mitra pengemudi dan merchant) saya merasa ingin membantu mereka, dan saya belajar banyak dari mereka. Saya ingin membantu mereka scale-up. Menurut saya menjadi ideal untuk berinvestasi kepada UMKM, karena semakin banyak uang yang diberikan kepada mereka semakin besar potensi mereka untuk tumbuh,” kata TJ.

TJ berharap akan lebih banyak lagi pemain serupa. Dalam hal ini tidak harus menjadi kompetitor karena masih sangat luasnya potensi pasar terutama di ritel. Selain perusahaan ritel besar, ke depannya diprediksi akan lebih banyak lagi pelaku UMKM yang bakal hadir. Hal tersebut menurut TJ menjadi ideal bagi brand aggregator untuk berinvestasi kepada D2C brand agar bisa membesarkan industri bersama.

Saat ini selain Tjufoo, pemain yang sudah hadir di Indonesia menargetkan bisnis D2C dan menawarkan layanan serupa di antaranya adalah, Una Brands, Evo Commerce , USS Networks dan Hypefast.

Social Commerce akan Jadi Sorotan di Pembaruan Aturan E-commerce Kemendag

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkap empat poin utama pada revisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 yang akan diterbitkan dalam waktu dekat. Beberapa di antaranya akan mengatur perihal transaksi di platform social commerce dan larangan e-commerce menjadi produsen.

Hal ini disampaikan Zulhas di Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Selasa (1/8). “Kebijakan terbaru tersebut tengah dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) sejak 1 Agustus 2023. [Revisi] Permendag No. 50/2020 itu justru dari awal kita ambil inisiatif, tetapi pembahasannya antarkementerian,” ucapnya diberitakan oleh Bisnis.com.

Perlu diketahui, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 memuat Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Revisi ini dilakukan salah satunya untuk melindungi pelaku UMKM dalam negeri.

Berikut keempat poin utama revisinya:

    1. Larangan e-commerce jadi produsen.
      Pemerintah akan melarang Pelaku Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE), baik e-commerce maupun social commerce, untuk menjual produk sendiri atau sebagai wholesaler. Zulhas menilai aturan ini akan menciptakan keadilan dan kompetisi pasar yang sehat bagi pelaku UMKM.
    2. Kebijakan social commerce.
      Tren transaksi belanja online melalui platform media sosial mendorong pemerintah untuk memasukkannya sebagai salah satu PMSE. Nantinya, aturan baru ini akan memuat definisi mengenai social commerce. Adapun, platform social commerce yang dimaksud, misalnya TikTok Shop, Instagram, dan Facebook Marketplace.
    3. Pajak transaksi social commerce.
      Selain mendefinisikan social commerce, pemerintah juga akan mengenakan pajak pada setiap transaksi di platform ini. Pemberlakuan pajak dipicu oleh banyaknya produk yang dijual sangat murah di platform seperti TikTok, dan produk-produk ini belum dikenakan pajak.
    4. Larangan jual produk impor murah.
      Terakhir, pemerintah akan melarang produk impor di bawah Rp1,5 juta per unit yang diperdagangkan dan dikirim langsung ke Indonesia oleh penjual dari luar negeri (cross border).

Perhatian pada social commerce

Menurut data yang dihimpun oleh Statista, gross merchandise value (GMV) yang dibukukan oleh bisnis social commerce di Indonesia pada 2023 akan mencapai $8,22 miliar. Diproyeksikan akan terus bertumbuh mencapai $22,13 miliar pada 2028 mendatang.

Peluang besar ini dilatarbelakangi penetrasi media sosial yang cukup besar di Indonesia. Ditambah para pengembang platform kini membubuhkan fitur jual-beli yang lebih terintegrasi (termasuk dengan sistem pembayaran dan logistik), sehingga memudahkan konsumen akhir dan merchant untuk bertransaksi.

Beleid baru ini juga hadir sesaat setelah ramai tentang Project S dari TikTok. Pada intinya, melalui proyek ini TikTok akan memaksimalkan platformnya untuk menjual barang-barang yang diproduksi (atau dikelola) sendiri kepada para penggunanya.

Alih-alih sebagai perantara, di sini TikTok akan bertindak menjual barang yang disuplai sendiri. Dianggap mengancam UMKM, karena dengan basis data yang dimiliki (dari data transaksi TikTok Shop), mereka bisa mendapatkan insight penting tentang tren dan kebutuhan pasar (untuk menunjang proses produksi). Sebagai informasi, sepanjang 2022 TikTok Shop berhasil mencatat transaksi $4,4 miliar, naik 4x lipat dari tahun sebelumnya.

Salah satu poin yang menjadi sorotan di aturan baru e-commerce adalah larangan pemilik platform untuk ikut berjualan. Pemilik platform di sini termasuk pengembang social commerce, online marketplace, dan sejenisnya.

Dalam hal ini, termasuk TikTok atau perusahaan lain yang memfasilitasi kegiatan e-commerce dan social commerce, tidak boleh menjual barang produksinya sendiri. Memang belum ada detail yang disampaikan, sehingga belum tahu batasan-batasan seperti apa yang diberikan.

Selain social commerce, saat ini juga ada tren direct-to-consumer. Model bisnis ini membawa pengembang produk konsumer menjual langsung hasil produksinya melalui kanal digital—termasuk lewat kanal e-commerce yang dikembangkan sendiri.

Meski belum disampaikan secara mendalam, empat poin utama yang sudah disampaikan Mendag menunjukkan calon aturan baru ini memang dilandaskan untuk melindungi ekosistem UMKM di Indonesia.

Tren social commerce

Masyarakat Indonesia yang sangat terhubung dengan media sosial ikut mendorong tren belanja online melalui platform social commerce. Per Januari 2023, populasi pengguna media sosial di tanah air mencapai 167 juta orang atau mewakili 78% dari total pengguna internet yang mencapai 212,9 juta.

Tren social commerce sebetulnya telah dipopulerkan lewat platform Facebook dan Instagram. Namun, TikTok dilaporkan mulai memimpin tren social commerce karena menawarkan kemudahan untuk bertransaksi dalam satu aplikasi saja.

Dalam laporan berbeda oleh Populix, TikTok Shop (45%) menjadi platform yang paling sering digunakan pengguna untuk belanja online, diikuti WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%).

 

*Randi Eka Yonida ikut terlibat dalam penulisan artikel ini

Komerce Akuisisi Boostr, Perkaya Solusi E-commerce Enabler

Startup penyedia solusi e-commerce enabler Komerce mengumumkan telah merampungkan akuisisi terhadap startup omnichannel platform Boostr. Akuisisi ini menandai keseriusan Komerce dalam membantu lebih banyak UMKM di bidang e-commerce dengan solusi yang komprehensif.

“Kami sangat bersemangat terkait akuisisi ini dan potensi besarnya yang ada untuk Komerce dan pengguna kami. Fitur Boostr.id akan mendukung komitmen kami ke level yang lebih tinggi. Harapannya bisa menjajaki kesempatan-kesempatan baru untuk memberdayakan usaha di bidang e-commerce,” Co-Founder & CEO Komerce Nofi Bayu Darmawan.

Menurutnya, dengan Boostr, UMKM akan mendapatkan akses ke fitur-fitur unggulan untuk dapat mengelola tokonya secara efektif di berbagai marketplace. Beberapa di antaranya update stok secara real-time, pengelolaan chat dari berbagai platform secara terpusat, promosi produk otomatis, scrap produk dan toko, dan lain sebagainya.

“Komerce mengajak pengguna untuk mengambil kesempatan ini dan merasakan manfaat menggunakan Boostr.id agar UMKM dapat berkembang lebih baik lagi.”

Bayu juga memastikan bahwa akuisisi tidak akan berdampak buruk pada pengguna Komerce. “Sebaliknya, akuisisi ini akan memberikan layanan dan dukungan yang Komerce berikan. Komerce terus berkomitmen untuk memberikan layanan dan produk berkualitas kepada para penggunanya.”

Rencana perusahaan

Nantinya Komerce akan melakukan rebrand Boostr menjadi Komplace, melengkapi solusi-solusi yang sudah diluncurkan, yakni Komtim: penyedia tim remote untuk operasional UMKM e-commerce; Komship: agregator logistik; Kompack: last-mile delivery fulfillment.

Selain itu, perusahaan berencana untuk masuk ke fitur pembayaran dengan menyediakan virtual debit card khusus, platform CRM (consumer relationship management, dan form builder (checkout page). Seluruh fitur tersebut diharapkan dapat mempermudah pekerjaan para pengusaha online. Rencananya ketiga fitur ini akan dirilis jelang akhir tahun ini.

Sejak dirilis 2019, Komerce mengklaim telah mencapai EBITDA positif dengan pertumbuhan annual recurring revenue (ARR) sebesar empat kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Bayu juga menuturkan saat ini perusahaan sedang menggalang pendanaan tahap pra-seri A dengan salah satu investor yang berbasis di Silicon Valley. Sebelumnya, perusahaan berhasil menarik mantan pendiri Bukalapak, Achmad Zaky berinvestasi melalui Achmad Zaky Foundation (ZAF) bersama Indigo Telkom Acceleraton Program dalam putaran tahap awal.

Application Information Will Show Up Here

Pendapatan Bersih Blibli Naik 16%, Bukukan Rp7,7 Triliun di H12023

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI) atau Blibli membukukan total pendapatan bersih sebesar Rp7,7 triliun di semester I (H1) 2023. Perolehan ini tumbuh 16% dari Rp6,7 triliun pada periode yang sama tahun di sebelumnya. Transaksi lini B2C berkontribusi terbesar terhadap total pendapatan perusahaan.

Dalam siaran kinerja keuangan perusahaan, pendapatan Ritel 1P mengambil porsi terbesar dengan Rp3,9 triliun di semester I 2023, tetapi turun 6% (YoY) dari Rp4,1 triliun. Pertumbuhan tertinggi justru berasal dari segmen Ritel 3P sebesar 710% meski kontribusinya terendah dengan Rp567 miliar.

Total pendapatan Blibli juga didorong pertumbuhan tahunan dari segmen Institusi dan Toko Fisik, masing-masing sebesar 67% menjadi Rp1,2 triliun dan 18% menjadi Rp2 triliun. Secara keseluruhan, perusahaan menyebut pertumbuhan pendapatan bersih mendorong kenaikan marjin laba bruto konsolidasi sebanyak 690-bps (YoY) menjadi 15,3%.

Perlu diketahui, Ritel 1P adalah segmen platform perdagangan B2C untuk berbagai produk dan layanan dari pihak pertama (1P). Sementara, Ritel 3P adalah segmen penjualan produk dan layanan dari pihak ketiga (3P) mencakup platform e-commerce dan agen perjalanan online (OTA).

Alami rugi bersih Rp1,7 triliun, menyusut 29,7%

Blibli masih mengalami rugi sebesar Rp1,7 triliun di semester I 2023, tetapi menyusut 29,7% (YoY) dari rugi Rp2,4 triliun di periode sama tahun 2022. Adapun penyusutan ini terjadi karena ada penurunan beban penjualan dan struktur biaya membaik.

Total Processing Value (TPV) di semester I 2023 tercatat Rp36,7 triliun atau naik 52% dari Rp24,1 triliun di periode sama tahun sebelumnya. Segmen Ritel 3P menyumbang TPV terbesar dengan Rp25,8 triliun atau naik 81% (YoY) dari Rp14,2 triliun, diikuti Ritel 1P Rp4,4 triliun atau turun 3% (YoY).

Beban operasional terhadap TPV tercatat turun menjadi 7,9% (YoY) di semester I 2023. Penurunan ini mendorong kinerja EBITDA konsolidasi sebesar 520-bps (YoY) menjadi -4,3%.

Co-Founder dan CEO Blibli Kusumo Martanto mengungkap kinerja keuangan di semester I 2023 telah memperlihatkan tren positif. Namun, ia tetap memastikan akan terus mengimplementasikan berbagai strategis yang mengarah pada peningkatan kinerja profitabilitas.

“Peningkatan kinerja yang kuat pada kategori gaya hidup didukung dengan pemulihan bisnis perjalanan online setelah pembukaan kembali pembatasan akibat pandemi di Indonesia. Kami akan mengarahkan fokus pada kebutuhan pelanggan dengan pilihan kategori produk yang membedakan kami dari kompetitor,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Penguatan strategi omnichannel

Sejumlah faktor lain juga disebut berkontribusi terhadap perbaikan kinerja perusahaan yang baru IPO akhir 2022, di antaranya penguatan strategi omnichannel melalui penambahan 14 gerai consumer electronic selama paruh tahun 2023. Blibli juga memulai pembangunan gudang baru yang dirancang menjadi gudang all-in-one-tech-powered dalam mendukung manajemen rantai pasok dan logistik yang pintar.

Hingga sekarang, Blibli telah mengoperasikan  156 gerai consumer electronic dan 70 gerai supermarket premium. Jumlah pengguna yang menyelesaikan setidaknya satu transaksi pada platform Blibli dan/atau Tiket.com, mencapai 3 juta atau naik 9% dari 2,8 juta pengguna.

Blibli juga telah melepas kepemilikan sahamnya di Halodoc melalui PT Polinasi Iddea Investama agar dapat kembali fokus pada bisnis inti dan mempercepat target kinerja di tahun ini. Dengan aksi divestasi tersebut, perusahaan mengantongi nilai transaksi sebesar Rp538 miliar lewat PT Global Investama Andalan (GIA).

Ketatnya persaingan industri e-commerce mendorong sejumlah pemain besar untuk memperluas vertikal dan strateginya agar dapat memperkuat posisinya di pasar, mulai dari masuk ke segmen e-grocery, food delivery, hingga fulfillment. 

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2022, nilai industri e-commerce ditaksir mencapai $59 miliar di 2022 dan diperkirakan akan menjadi industri pendorong ekonomi digital di Indonesia. meski aktivitas belanja offline sudah mulai meningkat. Adapun. e-commerce menyumbang 77% dari keseluruhan ekonomi digital di tanah air.

Lazada Dikabarkan Dapat Dana Tambahan Rp12,6 Triliun dari Alibaba

Setelah memperoleh dana segar $353 juta (sekitar Rp5,2 triliun) pada April lalu, Lazada dikabarkan kembali mendapat dana tambahan sebesar $845 juta (sekitar Rp12,6 triliun) dari Alibaba.

Dilansir dari Bloomberg, informasi ini dimuat dalam laporan yang dikirimkan perusahaan ke regulator di Singapura pada Rabu (19/7). Pendanaan tersebut akan digunakan untuk memperkuat bisnis e-commerce Lazada di Asia Tenggara.

Dengan investasi terbaru ini, Alibaba telah menyuntik hingga miliaran dolar AS ke Lazada. Sejak didirikan pada 2012, Lazada Group tercatat telah mengumpulkan dana ratusan juta dolar AS dari berbagai investor, termasuk beberapa perusahaan teknologi terbesar di dunia.

Lazada diakuisisi Alibaba senilai $1 miliar pada 2016. Pada 2017, perusahaan mengantongi $1,1 miliar pada putaran pendanaan yang dipimpin oleh Alibaba dan Temasek dengan total pendanaan yang telah dikumpulkan mencapai lebih dari $3 miliar.

Pada 2022, Alibaba mengumumkan pemisahan (spin-off) Lazada menjadi entitas terpisah. Keputusan ini didorong oleh beberapa faktor kunci, termasuk menjadi lebih independen dan fokus. Alibaba berupaya mendorong Lazada lebih banyak otonomi dan kemandirian dalam mengejar jalur pertumbuhan di pasar Asia Tenggara.

Strategi pemisahan Lazada juga memungkinkan mereka memperkuat bisnis di Asia Tenggara dan mengonsolidasikan posisinya sebagai pemain utama dalam lanskap e-commerce global. Langkah ini juga dianggap mampu membuat Lazada untuk bersaing lebih baik dengan pesaing regional.

Perkuat posisi di Asia Tenggara

Alibaba kembali memberikan pendanaan kepada Lazada agar bisa mengungguli pemain yang menguasai pasar di Asia Tenggara saat ini, yaitu Sea Group melalui Shopee. Posisi Lazada di pasar e-commerce Indonesia dihadapkan pada sejumlah faktor, termasuk kompetitor, lokalitas yang terbatas, dan pengalaman pengguna yang kurang menarik.

Keberhasilan Shopee dan Tokopedia di Indonesia dapat dikaitkan pendekatan mereka yang berfokus pada penjual, dan strategi pemasaran yang efektif. Untuk mendapatkan kembali momentum dan meningkatkan posisinya di pasar Indonesia, dinilai perlu mengutamakan upaya lokalitas, meningkatkan pengalaman belanja secara online, dukungan kepada penjual dan layanan pemenuhan pesanan.

Memanfaatkan afiliasinya dengan Alibaba Group, Lazada juga dinilai masih bisa meraih pangsa pasar yang signifikan dan bersaing lebih efektif melawan Shopee dan Tokopedia.

Application Information Will Show Up Here

Shopingku Ramaikan Pasar Social Commerce di Indonesia

Tahun 2021 menjadi tahun yang berat bagi industri startup Indonesia. Beberapa perusahaan gulung tikar, banyak yang melakukan efisiensi, termasuk PHMomen ini menginspirasi bagi Harry Yohanes Karundeng untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan cara yang lebih sederhana melalui Shopingku.

Shopingku adalah platform marketplace yang menggunakan konsep social commerce, menghubungkan pemilik usaha dengan pembeli dan agen-agen penjual dalam satu ekosistem. Platform ini menyediakan fitur-fitur yang komprehensif, unik, dan lengkap untuk mendukung ekosistem dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan lebih.

Platform ini juga menggabungkan konsep penjualan baik secara konvensional maupun digital dengan memanfaatkan e-commerce, social media, dan sistem afiliasi, ditambah opsi penjualan tunai dan non-tunai, sehingga potensi pasar retail dapat bangkit selaras dengan perkembangan industri teknologi dan internet.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Founder dan CEO Shopingku Harry Karundeng mengungkapkan, “cita-cita saya, Shopingku bisa jadi satu ekosistem di mana orang-orang bisa bekerja dengan berjualan di Shopingku, lalu mendapat komisi, dan bisa kembali berbelanja di platform ini.”

Shopingku memiliki beberapa fungsi, yakni (1) sebagai katalog online yang dapat digunakan seluruh agen dalam proses berjualan dan (2) model afiliasi yang memungkinkan merchant memasarkan produknya secara luas dengan jaringan penjualan lewat agen.

Selanjutnya, Shopingku menerapkan konsep social commerce yang memungkinkan para agen memanfaatkan platform media sosial mereka untuk mendapatkan penghasilan. Sebagai marketplace, Shopingku memungkinkan masyarakat untuk membuka toko online tanpa modal.

Para merchant dan agen dapat memaksimalkan keuntungan dengan menggunakan fitur “create content” untuk membantu menarik pembeli dengan cara kreatif mereka yang menonjolkan keunggulan produk mereka. Konten tersebut juga bisa dibagikan ke media sosial favorit mereka sehingga dapat menaikkan performa penjualan mereka.

Harry telah memiliki pengalaman kerja lebih dari 25 tahun di industri IT, retail, dan perbankan, serta lebih dari 15 tahun memimpin di perusahaan terkemuka di Indonesia. Sebelumnya, Harry juga memiliki pengalaman dalam membangun situs jual beli online Mise.id.

Segera resmikan kehadiran, Shopingku sudah memiliki lebih dari 1000 agen yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia dan terus bertambah secara signifikan. Selain online, para agen juga melakukan penjualan secara konvensional dan door-to-door sehingga dapat menjangkau masyarakat yang minim akses internet.

Hingga saat ini, terdapat sekitar 5000+ SKU produk yang disediakan oleh ragam merchant di platform Shopingku. Untuk sistem pembayaran, platform juga menyediakan ragam opsi pembayaran, seperti OVO, DANA, QRIS, VA, dan rencananya akan segera menyediakan opsi paylater.

Target ke depan

Selama satu dekade terakhir e-commerce telah berhasil menjadi lokomotif yang mendorong inovasi digital di berbagai sektor. Namun, masih ada gap khususnya pemerataan jangkauan layanan. Gap tersebut dipicu berbagai faktor, misalnya terkait distribusi layanan di kota tier 3 atau 4 sampai literasi digital masyarakat rural yang belum maksimal.

Salah satu tantangan yang masih ditemui oleh platform social commerce saat ini adalah bagaimana meyakinkan produsen dan prinsipal untuk memberikan layanan ke luar kota tier 1. “Ke depannya, kita berharap bisa menjalin kerja sama dengan beberapa institusi seperti perbankan, untuk menyalurkan kredit bagi para agen,” ungkap Harry.

Harry menargetkan dapat mengumpulkan sekitar 15.000 agen hingga akhir 2023. “Kita juga menargetkan ekspansi ke luar Jawa. Kami harap bisa mendapat agen yang secara demografis tidak hanya terkumpul di pulau Jawa, tetapi bisa sampai Indonesia Timur. Dengan begitu kita juga bisa membantu pemerintah untuk pengembangan daerah timur,” ungkapnya.

Shopingku berupaya menciptakan ekosistem untuk menyejahterakan para agen, merchant, dan pemangku kepentingan lain. Shopingku memiliki misi untuk menjadi ekosistem baru yang bisa memajukan perekonomian di Indonesia.

Berdasarkan laporan “Social Commerce 2022” oleh DSInnovate, pasar social commerce Indonesia pada 2022 ditaksir mencapai US$8,6 miliar, dengan pertumbuhan tahunan sekitar 55 persen, dan diperkirakan terus tumbuh hingga mencapai US$86.7 miliar pada 2028.

Di Indonesia sudah ada beberapa pemain yang menyasar pasar serupa. Sebut saja Evermos, yang belum lama ini merampungkan pendanaan seri C senilai $39 juta, Dagangan, Woobiz, dan juga Mapan yang belum lama ini mengklaim telah mencetak 3x lipat pertumbuhan di 2022.

Strategi Renos Bersaing di Sektor Home & Living

Pemain startup home & living memang sudah ada beberapa yang muncul di Indonesia. Renos hadir menawarkan pendekatan yang berbeda dengan konsep marketplace, yang menjembatani produsen, penyedia layanan, dan pemilik rumah dengan teknologi AI.

Startup yang terafiliasi dengan dengan nocnoc (Thailand) ini beroperasi di Indonesia sejak Juli 2021 menerapkan model bisnis B2B dan B2C sebagai langkah agar menjadi perusahaan berkelanjutan. Tak hanya menjual produk furnitur, solusi Renos dinilai lebih komprehensif karena menyediakan kategori yang beragam, seperti material bangunan hingga solusi layanan rumah.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, CCO Renos Nathaniel Adi Putra menyampaikan pihaknya meyakini potensi yang ditawarkan dari bisnis home & living ini masih besar. Menurutnya, ada segmen pasar yang belum terpenuhi oleh pemain yang ada, sehingga dibutuhkan solusi yang lebih komprehensif.

“Kami melihat masyarakat Indonesia masih kesulitan untuk bisa mendapatkan layanan komprehensif untuk rumah mereka. Biasanya solusinya terpecah-pecah, tapi kami tawarkan end-to-end untuk home & living, dari home improvement hingga home service solution,” ujarnya.

Brand yang bergabung sebagai merchant di Renos pun beragam, di antaranya Vivere, Aqua, Courts, Bosch, HomeMaster, dan lainnya. Adapun untuk solusi home improvement ini, perusahaan bekerja sama dengan Siam Cement Group (SCG). Bila ditotal, terdapat ratusan merchant dari berbagai kategori home living yang sudah bergabung dengan puluhan ribu SKU.

“Kami menyediakan konsumen yang tertarik untuk renovasi rumah bisa dengan platform kami, bisa cari desain yang pas dan cocok, lalu didiskusikan dan diimplementasikan.”

Dalam menjaring merchant home & living, Nathan mengaku pihaknya mengkurasi selama proses onboarding. Merchant dilihat kualitas produknya, harga, dan kemampuan operasionalnya. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah kontrol, mengingat perusahaan menganut konsep marketplace.

Perusahaan selalu memantau setiap transaksi yang masuk, lalu memastikan setiap pesanan dan bagaimana merchant tersebut memenuhinya. “Kami juga menyiapkan call center kalau misalnya ada kendala, mau minta update order-nya, dan sebagainya.”

Ia menerangkan, perusahaan saat ini tidak memiliki gudang sendiri, alias seluruh penyimpanan stok barang disimpan dan pengadaannya dilakukan oleh merchant itu sendiri. “Produk home & living itu unik karena belum tentu diproduksi secara massal. Jadi solusi terbaik untuk saat ini adalah pakai warehouse seller.”

Tidak hanya kemudahan dalam memasarkan produk dan mendapatkan calon konsumen, didukung dengan teknologi AI, merchant dapat menganalisis kinerja penjualan, sehingga ada wawasan pasar yang lebih baik untuk mereka dalam mengembangkan bisnisnya.

Tim Renos

Strategi selanjutnya

Di tahun keduanya di Indonesia, perusahaan bakal memperkuat rangkaian SKU dan kemitraan dengan berbagai brand home & living agar dapat menjadi pilihan utama konsumen saat mencari produk furnitur dan aksesoris rumah. Peluncuran aplikasi mobile juga sedang direncanakan agar perusahaan semakin dekat dengan konsumen.

Perusahaan juga akan memperkuat teknologi terkini agar pengalaman konsumen semakin kaya saat berkunjung ke platform Renos. Lantaran, perjalanan awal konsumen sebelum memutuskan untuk beli barang furnitur dan sebagainya itu panjang.

Mereka butuh riset, cari tahu material yang dipakai, pilihan warna, hingga ukurannya apakah tepat atau tidak. Karena basis Renos adalah perusahaan teknologi, perusahaan akan memanfaatkan kapabilitasnya tersebut untuk meracik inovasi yang tepat.

Belakangan para pemain sejenis, seperti Dekoruma masuk ke showroom offline. Dekoruma Experience Center (DEC) hadir sejak 2019 dan kini sudah tersebar di 22 lokasi. Toko tersebut menyediakan berbagai macam furnitur dan aksesoris rumah yang bisa langsung dicoba sebelum membelinya. Alhasil, konsumen dapat menentukan mana produk yang paling tepat untuk huniannya.

Terdapat pula Mitraruma, startup yang disuntik SCG, yang menyediakan showroom di beberapa titik juga. Di luar itu, terdapat pemain besar seperti Informa dan IKEA dengan konsep serupa.

“Kalau masuk ke gerai offline, kami masih perlu melihat dinamikanya seperti apa. Saat ini banyak teknologi yang menarik untuk mempermudah konsumen mendapatkan experience, masih kita lihat inovasinya ke sana ketimbang buka gerai.”

Tidak hanya mengandalkan model bisnis B2C (marketplace), Nathan menjelaskan pihaknya juga punya bisnis B2B yang menyasar para korporasi. Solusi yang tersedia, seperti jasa servis dan konstruksi, bahkan kalau ada bug order untuk produk home & living di hunian mereka juga memungkinkan.

Selain memperkuat operasional dan inovasi bisnis, perusahaan melakukan strategi bakar duit melalui promosi diskon di kanal digital dan offline untuk meningkatkan awareness di kalangan konsumen ritel.