Edi Taslim Disebut Kini Menjadi CEO Kaskus

Edi Taslim, veteran di industri media digital, menurut sumber terpercaya disebut kini telah memegang tampuk kepemimpinan tertinggi Kaskus. Naiknya Edi menjadi CEO bakal mendukung strategi-strategi Kaskus supaya tetap relevan dan berkembang di industri teknologi saat ini. Edi masuk ke Kaskus setelah perusahaan adtech yang didirikannya, ProPS, mendapat investasi strategis di bulan November lalu.

Dalam laporan terdahulu disebutkan Edi bergabung dengan GDP Venture untuk membantu pengembangan bisnis Kaskus. Laman LinkedIn Edi mencantumkan posisi COO Kaskus diemban sejak bulan Desember 2017.

Pasca hengkangnya Ken Dean Lawadinata di tahun 2016, secara de facto Kaskus tidak memiliki pemimpin perusahaan tetap dan secara interim kepemimpinan dipegang On Lee yang juga menjadi CTO (baik untuk Kaskus maupun GDP Venture). Kaskus mendapatkan pendanaan strategis dari GDP Venture di tahun 2011.

Kehadiran Edi diharapkan menjadi nahkoda baru yang memahami arah perusahaan digital seperti ini. Kaskus sebagai layanan komunitas berbasis UGC mendapatkan persaingan keras di dua area, media/media sosial dan iklan baris (classified ads). Selain forum, Kaskus juga memiliki produk messaging (Kaskus Chat), platform pembayaran (Kaspay), dan platform periklanan digital (Kaskus Ads).

Edi sendiri telah lama malang melintang di dunia industri media. Sebelum mendirikan ProPS, Edi berkiprah bersama Kompas Gramedia Group dengan posisi terakhir Digital Group Director.

Kaskus Pours Strategic Investment at Adtech Startup ProPS

Kaskus, social commerce platform, announces strategic investment for ProPS (PT Promedia Punggawa Satu), an adtech company with unspecified investment value. This is a limited investment and Kaskus is a minority and passive shareholder.

ProPS CEO, Edi Taslim, to be joining GDP Venture, Kaskus majority shareholder, to assist Kaskus business development.

The main reason behind Kaskus investment in ProPS is its experienced founding team that make the company successfully market their products in a short time. It’s hoping that ProPS existence can complete Kaskus advertising technology.

“Data driven advertising initiatives and platform developed by ProPS play an important role in completing the digital advertising ecosystem. We believe ProPS can complete Kaskus’ advertising technology,” said Kaskus CEO, On Lee, in an official statement, Friday (17/11).

ProPS develops data management platform and publisher trading desk. The company was founded in March 2016 by Edi Taslim and Ilona Juwita.

Company’s mission is to advance publishers and advertisers by empowering ProPS to understand the audience. That includes maximize the use of 1st, 2nd, and 3rd party data for the purpose of audience buying and selling recommendation. Content recommendation and product experience is included.

“Since the very beginning, ProPS is already committed to support local publishers. Kaskus’ network and experience will provide ProPS an opportunity to strengthen technology services and to utilize audience data for digital advertising,” said Taslim.


Original article is in Indonesian, translated by Kristian Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kaskus Berinvestasi Strategis Ke Perusahaan Teknologi Periklanan ProPS

Kaskus, platform social commerce, mengumumkan investasi strategis ke ProPS (PT Promedia Punggawa Satu), perusahaan teknologi periklanan dengan nilai investasi yang tidak disebutkan. Investasi ini bersifat terbatas dan Kaskus menjadi pemegang saham minoritas dan pasif.

CEO ProPS Edi Taslim disebutkan akan bergabung ke dalam GDP Venture, investor pemilik saham mayoritas Kaskus, untuk membantu pengembangan bisnis di Kaskus.

Alasan Kaskus berinvestasi di ProPS karena founding team-nya yang sangat berpengalaman, sehingga produk yang dihasilkan membuat perusahaan berhasil memasarkan produknya dalam waktu singkat. Kehadiran ProPS diharapkan dapat melengkapi teknologi periklanan yang sudah dimiliki Kaskus.

“Inisiatif dan platform data driven advertising yang dikembangkan ProPS berperan penting dalam melengkapi ekosistem periklanan digital. Kami percaya ProPS dapat melengkapi teknologi periklanan yang dimiliki Kaskus,” ucap CEO Kaskus On Lee dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Jumat (17/11).

ProPS mengembangkan data management platform dan publisher trading desk. Perusahaan ini didirikan pada Maret 2016 oleh Edi Taslim dan Ilona Juwita.

Misi perusahaan adalam memajukan penerbit dan pengiklan dengan memberdayakan ProPS untuk memahami audience. Memaksimalkan penggunaan 1st, 2nd, dan 3rd party data untuk keperluan rekomendasi audience buying dan selling. Juga rekomendasi konten dan pengalaman produk.

“Sejak awal ProPS berkomitmen untuk mendukung publisher lokal. Jaringan dan pengalaman Kaskus akan memberikan ProPS kesempatan dalam memperkuat layanan teknologi dan pemanfaatan audience data untuk periklanan digital,” pungkas Edi.

Application Information Will Show Up Here

Distribusi Omni Channel Media Digital yang Efektif

Saat ini distribusi konten dengan metode omni dan multi channel sudah banyak digunakan oleh media untuk bisa memperluas kesempatan pengguna menikmati konten bukan hanya dari ‘rumah’ atau situs resmi. Lantas seperti apa perkembangan multi channel hingga kini? Seperti apa measurement ideal yang diterapkan? Apakah menggunakan cara ini bisa “membunuh” situs resmi yang merupakan source dari konten tersebut? Pembahasan tersebut dikupas secara tuntas dalam sesi diskusi yang diadakan Indonesia Digital Association dan Kurio.

“Dengan diadakannya diskusi ini diharapkan bisa memberikan pencerahan kepada content creator dan publisher untuk kemudian melakukan distribusi yang tepat dengan memanfaatkan multi channel atau omni channel, seperti yang telah banyak dilakukan oleh media saat ini,” kata Ketua Umum Indonesian Digital Association Edi Taslim.

Turut hadir dalam acara sesi diskusi tersebut CEO Kurio David Wayne Ika dan wartawan BBC Indonesia Rebecca Henschke. Sebagai media internasional yang dikenal cukup masif melakukan distribusi konten ke media lainnya hingga media sosial, BBC Indonesia turut berbagi tips dan pengalaman tentang cara yang tepat melakukan distribusi yang tepat dan tentunya sukses.

“Kita dari BBC Indonesia tentunya tidak ingin terlena memanfaatkan ragam distribusi channel konten yang ada, karena pada akhirnya kita ingin tetap situs utama adalah yang paling banyak dikunjungi bukan beragam channel yang kami gunakan,” kata Rebecca.

Omni channel dan “the next big thing”

Kebiasaan dari pengguna untuk menikmati konten merupakan alasan utama hingga akhirnya distribusi multi channel hingga omni channel banyak mengalami perubahan. Model smartphone yang semakin canggih juga membuat para developer hingga content creator harus beradaptasi membuat teknologi yang baru dan mudah.

“Dulu semua tampilan web direkomendasikan untuk web responsive untuk memudahkan pengguna membaca konten di berbagai perangkat, dengan makin banyaknya penggunaan video saat ini juga kemudian dituntut untuk bisa tampil lebih video responsive agar dengan mudah dinikmati di desktop, aplikasi hingga browser,” kata David.

Hal lain yang juga digarisbawahi David adalah kehadiran konten secara real time ternyata cukup ampuh untuk menarik perhatian pengguna yang ternyata cukup memiliki rasa ingin tahu terkait dengan informasi atau berita yang disukai.

“Kehadiran media sosial sudah merubah gaya pengguna saat menikmati konten yang ada, terutama untuk milenial yang bisa dipastikan tidak lagi membaca koran atau menonton televisi, dan lebih memilih Snapchat atau Facebook untuk melihat newsfeed yang ada,” kata David.

Menjadi krusial bagi media untuk memilih platform yang tepat sebelum proses distribusi dilakukan. Media sosial mana yang paling sesuai dengan konten dan analytics seperti apa yang ingin digunakan untuk mengukur kesuksesan konten yang dibagikan. Pada akhirnya tiga kunci kesuksesan dalam melakukan strategi omni channel terkait dengan model distribusi adalah reach, reputation dan revenue.

Kurio memprediksi teknologi yang bakal meramaikan proses distribusi konten dengan mengadopsi teknologi, di antaranya adalah kebangkitan Artificial Intelligence (AI), audio dan podcast, data science dan bots, dan data implementation yang digunakan di newsroom.

APMF 2016 Kuatkan Visi Bekraf Perkuat Ekosistem Startup dan Inovasi Dalam Negeri

Asia Pacific Media Forum (APMF) 2016 yang diadakan pekan lalu diikuti oleh lebih dari 1.000 pelaku industri media, pemasaran dan komunikasi dari perusahaan telah usai membahas berbagai strategi serta kisah sukses di tengah kondisi dunia yang seolah dijungkirbalikkan oleh teknologi. Sebagai bagian dari acara, yakni dalam sesi BIG BREAK, APMF tahun ini memilih lima startup Indonesia Avenu, Goers, HappyFresh, Kokiku, dan Telunjuk.

BIG BREAK adalah bagian dari rangkaian acara APMF yang menjadi wadah bagi startup terpilih dari industri terkait di Asia Pasifik untuk mengusung produk dan jasa mereka. Penilaian startup dalam BIG BREAK didasarkan pada pemaparan ide serta kemampuan para startup berkolaborasi dengan pihak brand, di depan para talenta terbaik dan pembuat keputusan dari industri media, pemasaran dan komunikasi.

“Kami bangga APMF BIG BREAK dapat melanjutkan kolaborasinya dengan BEKRAF untuk terus berkontribusi pada industri, dengan cara memberikan sebuah panggung bagi para pelopor channel komunikasi baru. Melalui APMF BIG BREAK, mereka dapat menunjukkan pada para peserta mengapa produk atau jasa mereka harus menjadi salah satu ‘persenjataan’ wajib para pemasar, serta mendapatkan umpan balik langsung dari para pakar yang menghadiri APMF,” ujar Edi Taslim selaku kepala tim penyeleksi.

Pada pidato penutupan APMF 2016, Kepala BEKRAF Triawan Munaf, mewakili badan yang berfokus pada perkembangan industri kreatif Indonesia turut menyampaikan:

“BEKRAF merancang lima inisiasi untuk mendukung perkembangan industri kreatif Indonesia, yaitu dengan cara (1) mempertegas posisi Indonesia di sektor ekonomi kreatif dunia, (2) menerobos hambatan yang manghalangi masuknya investasi ke industri kreatif Indonesia, (3) menghilangkan jarak antara perubahan perilaku konsumen dengan tren industri saat ini, (4) memperkuat perlindungan terhadap Hak-Hak Kekayaan Intelektual, serta (5) memberikan kemudahan akses informasi yang lengkap dan menyeluruh terkait Hak-Hak Kekayaan Intelektual.”

Diselenggarakan untuk yang ketujuh kalinya sejak 2005, APMF tahun ini juga menghadirkan sejumlah inovasi baru dari segi format acara dan wujud kontribusi bagi industri, salah satunya yaitu “APMFtech”, yang mencakup pameran dan beberapa Advance Class seputar teknologi serta solusi pemasaran terbaru yang dapat menjawab tantangan seputar pencapaian performa dan ROI (Return of Investment) yang lebih baik lewat berbagai inisiatif komunikasi maupun pemasaran digital.

Terobosan baru yang dihadirkan di APMF 2016 kali adalah diluncurkannya buku “APMF Perpetual Vision”. Buku tersebut merangkum berbagai pembelajaran yang disampaikan oleh para pembicara APMF dari penyelenggaraan pertamanya di tahun 2005 hingga sekarang, serta pandangan dan analisis para pelaku industri dan pakar terkait terhadap materi-materi tersebut. Buku ini juga menjadi jawaban atas terbatasnya ketersediaan buku yang dikemas dari kacamata pelaku industri kreatif Indonesia dan dapat menjadi referensi bagi para pengajar maupun pelajar di industri tersebut.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner APMF 2016

IDA, Bekraf, dan Baidu Rilis Studi Konsumsi Media Online di Indonesia

Indonesian Digital Association (IDA), Baidu, dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) hari ini meluncurkan riset “Studi Konsumsi Media Online” di kantor Kaskus Jakarta. Acara yang turut dihadiri oleh Ketua IDA Edi Taslim, Kepala Bekraf Triawan Munaf, dan Country Director Baidu Bao Jianlei mengupas semua tren serta tingkat konsumsi berita melalui smartphone yang ternyata merupakan perangkat tertinggi di perkotaan Indonesia.

“Saat ini masih kurang riset yang dikeluarkan terkait dengan konsumsi media terhadap pemberitaan secara online, tentunya dengan diluncurkannya hasil studi ini dapat membantu angoota IDA secara khsusus dalam hal memberikan konten yang menarik dan bermanfaat untuk publik,” kata Edi.

Sementara itu Bekraf menyambut baik adanya riset yang dikeluarkan khusus untuk memantau aktifitas yang terjadi oleh konsumen terkait pemberitaan di smartphone, dengan demikian Bekraf selaku lembaga yang menaungi banyak insan periklanan dan lainnya dapat menerapkan hasil riset ini dengan baik dan tentunya tepat sasaran.

“Kami mengajak para kreator untuk terus berkreasi dan pintar dalam memanfaatkan teknologi. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah menjadikan Indonesia sebagai kekuatan baru ekonomi digital di Asia,” kata Triawan Munaf.

Indonesia sebagai negara di Asia Tenggara yang dikenal sebagai Mobile-First Country, memiliki kebiasaan yang cukup unik dan tentunya berbeda dengan negara lainnya di Asia Tenggara. GfK selaku perusahaan market research terkemuka di Indonesia, melakukan riset di 5 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bodetabek, Surabaya, Bandung dan Semarang di penghujung tahun 2015 dan mencakup 1521 panelis serta 775 responden yang dilakukan wawancara langsung.

Mengupas potensi media dan pemasaran berdasarkan panel digital media

Keberadaan smartphone saat ini sudah banyak merubah kebiasaan masyarakat memanfaatkan informasi, mengkonsumsi barang dan lainnya. Semua hal tersebut biasa dilakukan secara multitask oleh sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia.

Dengan makin banyaknya konten yang ada di dunia digital saat ini, tentunya menjadikan tantangan untuk advertiser dan agency untuk menilai konten seperti apa yang sesuai, dimana lokasi, device apa yang ingin ditarget dan masih banyak lagi. Itulah perubahan yang dihasilkan berdasarkan makin maraknya konten digital saat ini.

Dalam hal ini, GfK melakukan pendekatan dengan cara multi approach untuk mendapatkan hasil studi yang relevan. Riset dikategorikan dalam 3 bagian, yaitu device behaviour, media behaviour (TV, radio, print, majalah) dan other data set (purchase data, demographic, lifestyle data)

Hasil studi menghasilkan bahwa pembaca berita online cenderung didominasi oleh kelompok usia 33-42 tahun dan lebih banyak dari kalangan pria daripada wanita. 60% di antaranya membaca berita secara rutin tiap minggu sementara 24% lainnya membaca berita setiap hari. Dari segi status sosial ekonomi lebih banyak didominasi oleh SES A dan B.

Konten yang paling banyak dibaca di smartphone di antaranya adalah berita hiburan, musik, dan film, disusul dengan isu sosial masing-masing mencapai 73% dan 70%. Sementara itu Detik merupakan portal berita favorit yang dipilih oleh responden disusul dengan BABE. Yang perlu diperhatikan oleh media online yang ada, terkait dengan pembuatan konten idealnya adalah buatlah konten yang bisa disesuaikan dengan target pasar yang ada, mulai dari kalangan millenial, pekerja hingga orang tua.

Sementara itu pembaca Indonesia lebih menyukai berkunjung ke situs yang menyuguhkan berbagai tipe konten sebanyak 83% dan sebanyak 17% lebih memilih untuk membaca di situs yang spesifik membahas kategori konten tertentu. Hal ini juga berhubungan dengan lanskap pemain lokal yang pada umumnya memang lebih banyak didominasi oleh situs berita umum. Sebagian besar responden menemukan berita melalui mesin pencari dengan persentase 31%, kanal di situs 28%, dan melalui media sosial sebanyak 24%, sementara hanya 10% saja yang langsung membuka dari halaman muka situs.

Snapchat, BBM, OLX, dan GO-JEK aplikasi favorit

GfK juga mencatat durasi pemakaian smartphone setiap harinya rata-rata sebanyak 5,5 jam, dan sebanyak 44 kali aplikasi dibuka oleh pengguna setiap harinya. Untuk platform chat messaging BBM dan WhatsApp masih mendominasi dan merupakan chat platform favorit di Indonesia. Sementara untuk media sosial, Facebook mengalami jumlah penurunan dan kenaikan yang kerap berubah sementara Instagram terus merangkak naik, mulai dari jumlah pengguna hingga engagement.

Untuk platform mobile, Android di Indonesia masih mendominasi dengan besar persentase 96%. Untuk aplikasi yang paling banyak diunduh oleh pengguna dalam smartphone adalah games/permainan, disusul dengan chat/messaging dan tentunya media sosial. Clash of Titans merupakan games paling banyak diunduh, Snapchat merupakan layanan pesan foto yang paling digemari, OLX menjadi aplikasi terkait e-commerce yang paling populer, dan GO-JEK merupakan aplikasi transportasi yang paling banyak diunduh oleh pengguna Android di Indonesia.

Yang menarik dalam hasil studi tersebut turut dibahas consumer behavior mengenai alasan konsumen mengunduh aplikasi, menghapus dan menjadikan aplikasi tersebut useful dan useless.

Secara keseluruhan hasil riset terbilang cukup lengkap dan tentunya rekevan dengan industri terkait, namun demikian hasil studi yang diluncurkan oleh IDA, Bekraf dan Baidu ini belum bisa dikonsumsi untuk publik dan hanya untuk kalangan terbatas. Seperti yang dijanjikan oleh Baidu, dalam waktu dekat Baidu juga akan merilis hasil studi penggunaan aplikasi mobile di Indonesia.

“Baidu sepenuhnya mendukung pengembangan ekosistem digital di Indonesia, pengadaan riset menjadi penting karena industri digital perlu didukung data industri untuk bisa berkembang. Kami berharap riset ini menjadi salah satu acuan bagi pemain digital di Indonesia dan mempelajari kebiasaan netizen di Indonesia,” ungkap Country Director Baidu Bao Jianlei.

Kompas Gramedia Appoints Brightcove for Cloud-Based Video Solution

Kompas Gramedia Group appoints Brightcove to optimize the video service on its online media. Brightcove has a collection of portfolio in cloud and video which will help Kompas managing online video content and applying its latest technology while attempting to provide better experience to its users. Continue reading Kompas Gramedia Appoints Brightcove for Cloud-Based Video Solution

Kompas Gramedia Gandeng Brightcove untuk Solusi Video Berbasis Cloud

Kompas bermitra dengan brightcove untuk berikan pengalaman terbaik memutar video bagi pembacanya / Shutterstock

Grup Kompas Gramedia menunjuk Brightcove untuk mengoptimalkan layanan video di media online Kompas. Brightcove yang mempunyai serentetan portofolio di bidang layanan cloud untuk video akan membantu Kompas mempermudah pengelolaan konten video online dan menerapkan teknologi barunya untuk mencoba memberikan pengalaman yang lebih baik bagi konsumennya. Continue reading Kompas Gramedia Gandeng Brightcove untuk Solusi Video Berbasis Cloud

Enam Asosiasi Kompak Tolak Praktik Intrusive Ads, Serukan Pemerintah Untuk Segera Turun Tangan

Polemik praktik penyusupan iklan tanpa izin (intrusive ads) yang dilakukan oleh dua operator telekomunikasi besar, XL Axiata dan Telkomsel terus bergulir. Hari ini (24/9), enam asosiasi terkait pelaku bisnis dan periklanan digital bergabung dalam satu meja menyerukan penolakan keras terhadap praktik intrusive ads yang rencananya jika tak kunjung mendapat respon positif dari pihak operator, bakal berujung pada pengambilan langkah hukum. Continue reading Enam Asosiasi Kompak Tolak Praktik Intrusive Ads, Serukan Pemerintah Untuk Segera Turun Tangan

Kompas Gramedia Mengganti Nama Gramedia.com Menjadi Grazera.com

Online store Gramedia.com telah mengganti nama domain menjadi Grazera.com. Salah satu unit usaha online dari Kompas Gramedia tersebut memutuskan mengganti nama domain-nya pekan ini dan mengumumkannya lewat pesan singkat kepada pelanggan dan juga anggota yang terdaftar di situs tersebut. Tepatnya pada 12 Juni 2013 kemarin, nama domain Gramedia.com telah dialihkan menjadi Grazera.com berikut dengan pengenalan logo baru yang mencerminkan kedua nama tersebut guna mengenalkannya kepada masyarakat. Continue reading Kompas Gramedia Mengganti Nama Gramedia.com Menjadi Grazera.com