Indocomtech 2018 Tawarkan Promo dan Program Menarik

Setiap tahun, Jakarta pasti ramai dengan berbagai pameran. Salah satunya yang masih eksis hingga tahun 2018 ini adalah Indocomtech. Mulai dari hari Rabu tanggal 31 Oktober 2018, Indocomtech pun resmi dibuka.

Indocomtech 2018

Walaupun tidak semegah tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi dengan banyaknya promo yang dibawa dari beberapa toko membuat Indocomtech 2018 menarik untuk dikunjungi. Diskon sampai 90% pun ditawarkan oleh salah satu eksebitor yang ikut dalam pameran kali ini.

Tema yang diangkat pada tahun 2018 ini adalah ”Technology for Everyone”. Hal ini menggambarkan apa yang sedang dialami oleh masyarakat saat ini, khususnya di Indonesia. Selain menjual barang dengan harga murah, pameran kali ini pun juga memperlihatkan teknologi terbaru yang ada.

Indocomtech 2018 - Ramai

Selain berjualan, Indocomtech 2018 kali ini juga mengundang beberapa sekolah dari luar kota untuk melihat teknologi apa saja yang sedang dipamerkan kali ini. Kami pun melihat beberapa orang berseragam sekolah yang mencoba perangkat yang dipamerkan kali ini. Hal tersebut seperti mencoba laptop gaming terbaru, mencoba Playstation 4 dengan Smart TV terbaru, dan lain sebagainya.

Acara yang cukup megah ini diadakan pada dua hall besar di Jakarta Convention Center. Acara yang berbarengan dengan Indonesian Motorcycle Show 2018 ini, sayangnya, tidak memiliki connecting door seperti tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, pengunjung harus keluar terlebih dahulu untuk berpindah pameran ke Indocomtech.

Indocomtech 2018 - Ramai 2

Dari pantauan kami di hari pertama, Hall A terlihat cukup penuh dikarenakan banyaknya promo yang diadakan. Promo besar oleh grup Erajaya memang mampu membuat Hall ini penuh sesak. Sebaliknya, Hall B terlihat tidak terlalu penuh. Biasanya, pengunjung bakal penuh pada saat hari libur.

Pada Hall B sendiri, Hybrid.co.id juga membuka booth, bekerja sama dengan Shinta VR. Jika Anda ingin merasakan bermain VR dengan menggunakan saber, silahkan datang ke booth kami di Hall B nomor 26G.

Kali ini, Indocomtech 2018 diikuti oleh 250 eksebitor dari berbagai vendor teknologi. Pameran yang berlangsung hingga tanggal 4 November 2018 ini dapat didatangi dengan membayar tiket masuk seharga Rp. 20.000 untuk hari biasa dan Rp. 30.000 untuk hari libur.

Disclosure: DailySocial.menjalin kerja sama dengan Indocomtech untuk mengisi booth dan acara di-main stage.

Layanan Edukasi “On Demand” Studilmu Target Pasar Karyawan

Kursus online atau belajar melalui media video on demand  bukan barang baru sekarang. Di Indonesia sudah ada beberapa penyedia layanan yang menyediakan sumber belajar dengan bentuk video on demand, Studilmu merupakan salah satu di antaranya. Membawa misi “Enlightening Indonesia Through Educational Technology”, Studilmu menyediakan akses ke sumber belajar secara online lengkap dengan sertifikat di bidangnya.

Salah satu segmen masyarakat yang menjadi target Studilmu adalah karyawan. Dengan beragam kategori, seperti Business English, Leadership, Customer Service, Communication, Coaching, Sales & Marketing, hingga Motivational & Inspirational, diharapkan karyawan bisa memperdalam kemampuan yang mereka miliki atau belajar kompetensi baru yang menunjang karier mereka.

“Kami memiliki misi memajukan Indonesia melalui kursus online, di mana semua karyawan di Indonesia bisa meningkatkan skill mereka melalui kursus online,” terang CEO & Founder Studilmu Berny Gomulya.

Ada tiga jenis berlangganan di sistem Studilmu, mulai dari gratis, basic membership, hingga premium membership. Ada fitur dan kursus yang bisa dinikmati secara gratis ada juga yang harus membutuhkan berlangganan. Biaya berlangganan dimulai dari Rp199.000 per bulan.

Untuk strategi mendapatkan pengguna, pihak Studilmu menjalin kerja sama dengan perusahaan dan lembaga pelatihan untuk mendaftarkan karyawan atau siswa di lembaga-lembaga pelatihan untuk bergabung.

“Kami membuat produk sesuai dengan masukan dari pengguna kami. Fitur-fitur yang dimiliki Studilmu sesuai dengan masukan-masukan tersebut, antara lain bisa nonton offline, sertifikat, forum diskusi, assignment, quiz, test, bookmark, dan lainnya,” terang Berny.

Saat ini sudah cukup banyak video yang diberikan Studilmu, baik yang gratis maupun yang hanya bisa dibuka member berbayar. Video pembelajaran juga diberikan instruktur berpengalaman di bidangnya dan juga memegang posisi penting di perusahaan-perusahaan ternama. Berny ikut terlibat langsung sebagai instruktur di beberapa video Studilmu.

Berny menjelaskan bahwa pihaknya akan melengkapi layanan mereka dengan fitur atau produk Career Advice dan membuka diri untuk bekerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki visi dan misi yang sama.

“Target kami adalah terus mengembangkan produk yang dicintai user kami. Selain produk Studilmu Course, kami juga akan meluncurkan Studilmu Career Advice, dan Studilmu for Business dalam waktu dekat. Kami juga memiliki target untuk bisa bekerja sama dari berbagai pihak yang memiliki misi yang sama bagi Indonesia, yang ingin membagikan ilmunya ke banyak orang,” tutup Berny.

Application Information Will Show Up Here

[Game Playlist] Assassin’s Creed Origins Simpan Begitu Banyak Potensi Edukasi

Ada banyak permainan yang mengangkat tema atau terinspirasi dari kejadian bersejarah, namun mungkin tak ada yang menyajikannya seunik Assassin’s Creed. Dalam meramu seri ini, Ubisoft memadukan elemen sejarah bersama latar belakang sci-fi, lalu mengemasnya sebagai permainan action-adventure open world yang mudah dinikmati oleh semua kalangan gamer.

Para penggemar terberatnya mungkin akan berargumen bahwa Assassin’s Creed II dan Assassin’s Creed IV: Black Flag merupakan game terbaik di franchise ini. Namun meski saya tidak terlalu mengikutinya, saya tidak akan sungkan-sungkan merekomendasikan Assassin’s Creed Origins bagi Anda yang menyukai sejarah kebudayaan kuno, khususnya di wilayah Mesir pada era Ptolemaic (tahun 49-47 sebelum Masehi).

ACO 7

Bahkan jika tidak terlalu familier dengan periode ini, Origins berpeluang untuk memukau Anda lewat aspek visual dan konten. Tak hanya Ubisoft berhasil menciptakan dunia yang indah, daratan kuno itu juga dihuni oleh ekosistem yang benar-benar hidup: pusat kota dan pasar terlihat begitu sibuk, orang-orang tampak fokus pada aktivitasnya. Lalu saat mengunjungi alam liar, tak jarang Anda akan menyaksikan kawanan macan tutul memburu kelompok rusa.

ACO 8

ACO 13

Ubisoft Montreal menjelaskan bahwa riset yang dilakukan untuk membangun dunia tersebut menghabiskan waktu bertahun-tahun. Mereka mengombinasikan beragam metode penelitian, dari mulai mempelajari ensiklopedia, buku, film, hingga merekrut pakar sejarah Mesir ke dalam tim pengembangan. Tetapi sudah pasti developer punya ketentuan yang harus dipenuhi: mereka ingin karakter-karakter penting seperti Cleopatra dan Caesar muncul di sana.

ACO 10

ACO 6

Satu hal yang saya sangat apresiasi adalah kepiawaian Ubisoft merekonstruksi bangunan-bangunan bersejarah seperti Piramida hingga kota Alexandria. Tiap bangunan dibuat ulang dengan begitu indah dan realistis, sehingga betul-betul membawa Anda kembali ke era kuno. Di Alexandria misalnya, kota ini terbagi dalam distrik berbeda, ada yang dihuni oleh penduduk Mesir asli dan juga warga Yunani. Lalu jika Anda tidak terlalu buru-buru, silakan nikmati pertunjukan drama di amphitheatre.

ACO 14

ACO 12

Beberapa aspek di sana juga segera memicu saya untuk mencari tahu lebih jauh: Siapa itu Ptolemy XIII yang membuat Mesir jadi berantakan? Apa sebetulnya peran Medjay? Kemudian apa latar belakang dibangunnya Piramida di Giza? Area Giza sendiri merupakan salah satu wilayah paling ikonis di game, dan Anda tentu saja dipersilakan menjelajahi isi Piramid hingga menguak rahasia Sphinx.

ACO 5

ACO 4

Ubisoft berhasil melebur elemen fakta dengan fiksi begitu mulus sehingga eksplorasi terasa mengagumkan. Bahkan walaupun Anda tahu Piramida tersebut tidak dihuni oleh manusia (kecuali beberapa jasad yang bersemayam di sana), ancaman kutukan Firaun di hieroglyph dalam ruang yang cuma diterangi cahaya obor terasa menakutkan.

ACO 11

ACO 2

Dilihat dari aspek gameplay, desain permainan (bukan ‘desain dunia game’) Assassin’s Creed Origins memang belum menyamai kelas judul open world besar lain seperti The Witcher 3. Untuk berjelajah, Anda harus menyelesaikan sesi intro terlebih dahulu, lalu tiap area juga baru nyaman dijelajahi jika Bayek – tokoh utama game ini – telah mencapai level tertentu. Hal tersebut membatasi proses eksplorasi.

ACO 3

ACO 9

Namun kekurangan ini tak jadi masalah besar jika edukasi menjadi perhatian utama Anda. Di bulan September lalu, Ubisoft sempat mengungkap rencana untuk membubuhkan mode pembelajaran di Assassin’s Creed Origins, berjudul Discovery Tour. Mode ini sama sekali tidak menyajikan pertempuran, gunanya ialah mengubah permainan jadi satu museum hidup yang interaktif. Di sana Anda bisa mengkaji beragam ilmu seperti proses mumifikasi hingga riwayat hidup Cleopatra.

ACO 1

Discovery Tour rencananya akan dibagikan secara gratis untuk seluruh pemilik Assassin’s Creed Origins, atau dapat dibeli terpisah via Steam atau Uplay seharga US$ 20, akan meluncur pada tanggal 20 Februari 2018.

Bukan Sembarang Toy Drone, Tello Dilengkapi Sistem Flight Stabilization Rancangan DJI

Drone adalah salah satu kategori produk teknologi yang punya peran paling bervariasi dalam kehidupan kita sehari-harinya. Selain menjadi alat bantu dokumentasi, drone juga digunakan untuk keperluan inspeksi di lapangan, mengirim barang – bahkan juga mengirim pizzakebutuhan militer, memudahkan pekerjaan regu penyelamat dan petani, sampai sekadar untuk balapan.

Begitu pesatnya perkembangan drone dan teknologi di baliknya, peran drone sebagai mainan anak-anak perlahan juga mulai terdengar masuk akal. Sebuah startup asal Tiongkok bernama Ryze Tech sedang mencoba untuk mewujudkan ide tersebut. Buah pemikirannya adalah Tello, yang mereka deskripsikan sebagai toy drone berotak cerdas.

Dalam hati Anda mungkin bertanya, apakah tidak bahaya membiarkan anak-anak bermain-main dengan drone? Tello bukan sembarang quadcopter, di balik tubuh mungil seberat 80 gramnya tersimpan teknologi yang amat canggih. Lebih spesifik lagi, secanggih drone ciptaan DJI.

Tello

Merupakan sebuah pencapaian bagi Ryze untuk menanamkan sistem flight stabilization DJI di dalam Tello, belum lagi sebuah VPU (vision processing unit) Intel Movidius Myriad 2 yang memungkinkan Tello untuk ‘melihat’ dunia di sekitarnya. Begitu stabil dan akuratnya kemampuan Tello mengudara, ia bahkan bisa didaratkan di atas telapak tangan.

Menerbangkannya juga semudah melemparnya ke atas, lalu gunakan aplikasi smartphone untuk mengendalikannya. Tello bisa mengudara selama sekitar 13 menit, dan ketika baterainya hampir habis atau saat koneksinya dengan smartphone terputus, Tello bakal mendarat dengan sendirinya.

Tubuh mungilnya turut mengemas sebuah kamera yang dapat mengambil foto 5 megapixel atau video HD. Pengguna pun juga bisa memantau hasil rekamannya secara live, atau menikmatinya dari sudut pandang orang pertama menggunakan FPV goggles yang kompatibel.

Tello

Di sisi lain, Tello juga ingin merealisasikan konsep belajar sambil bermain, utamanya belajar coding. Menggunakan program buatan MIT bernama Scratch, anak-anak bisa dengan mudah memprogram Tello, mulai dari merancang pola terbang tertentu sampai manuver-manuver akrobatik yang lebih kompleks.

Semua ini bisa didapat dengan modal tidak lebih dari $99. Rencananya Tello akan dipasarkan mulai akhir Januari ini di Tiongkok, lalu menyusul di negara-negara lain pada bulan Maret.

Sumber: PR Newswire.

Parrot dan Tynker Berkolaborasi Untuk Mengembangkan ‘Drone Edukasi’

Setelah belasan tahun fokus pada teknologi wireless dan pengenal suara, lepas landasnya AR.Drone secara perdana di CES 2010 menandai dimulainya langkah Parrot SA menyelami bidang unmanned aerial vehicle kelas konsumen. Buat memantapkan bisnisnya di ranah itu, Parrot juga bekerja sama dengan SenseFly dan Pix4D demi memantapkan sistem autopilot serta algoritma.

Kali ini, Parrot ingin memperluas pemanfaatan teknologi drone ke bidang pendidikan. Beberapa tahun ke belakang, kita sudah melihat penggunaan robot untuk mengajarkan pemrograman sejak dini pada anak-anak. Buat melakukannya, perusahaan teknologi asal Perancis itu menggandeng Tynker, tim developer spesialis software-software edukasi. Sasaran Parrot ialah menyediakan sarana belajar coding lewat UAV.

Faktor yang mendorong kolaborasi ini adalah meningkatnya pemanfaatan drone di institusi-institusi pendidikan sebagai sarana untuk mengajarkan ilmu robotik. Tynker sendiri berperan mendukung sisi piranti lunak. Software mereka kabarnya siap mendukung bermacam-macam drone milik Parrot, misalnya Mambo MiniDrone, Swing, Airborne Night, Airborne Cargo, termasuk Jumping Race, Jumping Night, Jumping Sumo serta Rolling Spider.

Software Tynker dirancang agar menyerupai latihan simulasi penerbangan, menantang siswa memprogram drone menggunakan tablet – bukan dengan unit controller standar. Berkat metode itu, pelajar bisa mengimplementasikan kode dan melihatnya memengaruhi drone secara langsung. Kode tersebut bukan sekedar software ‘mainan’ – sebetulnya dipakai dalam drone sungguhan. Fungsi-fungsi yang ada di sana memungkinkan anak-anak memberikan perintah atau sebagai sarana memecahkan masalah.

Pada Digital Trends, co-founder sekaligus CTO Tynker Srinivas Mandyam menjelaskan bahwa para siswa akan lebih mudah memahami ilmu pemrograman dengan mencobanya langsung. Lewat teknik tersebut, proses coding akan jadi jauh lebih menyenangkan. Dan sebagai bonusnya, hasil kolaborasi Parrot dan Tynker ini mendorong anak-anak untuk tetap aktif serta memicu anggota keluarga buat beraktivitas bersama.

Menariknya lagi, Tynker mendesain software agar juga mudah dimengerti orang tua atau pihak pengajar – termasuk user yang tidak mempunyai latar belakang ilmu pemrograman. Developer berjanji, kreasi mereka itu dapat mendongkrak kemampuan anak-anak dalam hitung-menghitung serta menyelesaikan masalah. Tynker yakin metode ini sangat efektif karena hampir semua anak suka menerbangkan drone.

Selanjutnya, setelah siswa memahami bahasa Tynker, mereka bisa mulai mempelajari JavaScript, Phyton dan Swift yang sudah tersedia di platform edukasi tersebut, sehingga proses belajarnya berlangsung mulus.

Sumber: Digital Trends.

Aplikasi Glicode Ajak Anak-Anak Belajar Coding Menggunakan Snack Pocky

Saya yakin tidak sedikit programmer yang lebih suka bekerja sambil ngemil. Entah itu keripik kentang, keripik singkong, atau snack berwujud stik berbalut coklat yang kita semua kenal dengan nama Pocky.

Namun siapa yang menyangka kalau kudapan yang terlahir di Jepang tersebut bisa dijadikan sebagai alat bantu belajar programming atau coding? Glico, yang tidak lain dari produsen Pocky, baru-baru ini ingin mewujudkan skenario tersebut melalui kampanye bertajuk “Glicode”.

Konsep yang dipakai sebenarnya bukanlah barang baru. Dikenal dengan istilah tangible programming, teknik ini lebih memfokuskan pada pengalaman fisik, serta sudah diterapkan oleh berbagai raksasa teknologi, termasuk halnya Google lewat Project Bloks.

Jadi ketimbang harus menghadap layar dan memahami baris demi baris kode, anak-anak bisa belajar coding dengan merangkai objek fisik di hadapannya. Objek tersebut bisa berupa balok-balok Lego, atau dalam kasus Glicode ini, stik Pocky.

Dalam Glicode, anak-anak akan diajak untuk menyusun stik Pocky maupun snack lain produksi Glico dalam posisi dan urutan yang benar supaya karakter di aplikasi pendampingnya dapat bergerak dan mencapai tujuannya.

Stik-stik Pocky yang sudah disusun di atas meja tersebut kemudian bisa difoto menggunakan ponsel, lalu aplikasi akan menerjemahkannya menjadi sederet instruksi seperti maju satu langkah, melompat atau mengulangi aksi sebelumnya.

Secara keseluruhan, Glicode bisa dilihat sebagai cara belajar programming atau coding yang mudah, menyenangkan sekaligus terjangkau. Namun yang mungkin menjadi halangan adalah ketersediaan snack produksi Glico selain Pocky yang mewakili instruksi-instruksi tertentu, serta dukungan bahasa yang sejauh ini baru Jepang saja.

Sumber: TheNextWeb.

Lenovo Siapkan ThinkPad dan ThinkCentre M Baru Untuk Pelaku Bisnis Sampai Praktisi Edukasi

Terkenal berkat ekspansi ke lini smartphone, bisnis dan enterprise sebetulnya merupakan ranah spesialis Lenovo semenjak mereka mengakuisisi ThinkPad dan ThinkCentre dari IBM. ThinkPad terkenal karena tangguh, sedangkan ThinkCentre ialah andalan mereka di kelas desktop. Lima bulan memasuki 2016, Lenovo memutuskan buat membawa varian terbarunya ke Indonesia.

Dalam melakukannya, Lenovo memang tak tanggung-tanggung. Mereka menghadirkan tidak kurang dari 17 varian ke tanah air, disiapkan demi memenuhi kebutuhan kelas konsumen berbeda: pelaku bisnis, pekerja profesional, praktisi edukasi, golongan pelajar, sampai khalayak umum. Tentu saja, ThinkPad dan ThinkCentre meliputi bermacam-macam model, dari mulai ultrabook, notebook multimode, PC desktop tower, small-form factor, thin client, sampai all-in-one.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 9
Erry Rahmantyo dan Azis Wonosari di sesi Q&A.

Puluhan tahun setelah ThinkPad pertama kali diperkenalkan, Lenovo memutuskan tetap mengusung desain khas yang terinspirasi dari kotak makan Bento kreasi Richard Sapper. Track point bisa Anda langsung temukan di tengah-tengah keyboard, dan ia masih merupakan device tangguh. Di sejumlah tipe, Lenovo bahkan mengusung material serat karbon serta menerapkan struktur ‘integrated roll cage‘ buat melindungi komponen internal dari benturan dan goncangan; tak lupa pula membubuhkan pelat proteksi listrik statis di hard drive.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 3
Tiga prinsip yang Lenovo pegang dalam menciptakan produk.

Khususnya di keluarga Yoga, Lenovo memastikan notebook mengeluarkan lebih sedikit panas, sangat membantu khususnya jika Anda biasa menggunakan laptop di atas pangkuan. Lalu display dibuat agar dapat aktif lebih lama, demi mendukung kegiatan browsing ataupun membaca. Uniknya lagi, bagian LED di papan ketik bisa beradaptasi terhadap tingkat kecerahan ruang.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 5
Technical Consultant Manager Azis Wonosari dalam presentasi.

Produk ThinkPad baru yang diluncurkan ialah:

  • ThinkPad Yoga 260 dan 460, perangkat multi-mode, dilengkapi layar multi-touch, ‘stylus pintar’ Pen Pro, dan teknologi Lift’n’Lock – mulai dari Rp 17 juta dan Rp 18,9 juta.
  • ThinkPad E460. Laptop bisnis yang terjangkau, ringan dan tipis – Rp 9,8 juta.
  • ThinkPad X260, yaitu ultrabook 12,5-inci berbobot cuma 1,5kg – Rp 15,5 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 4
Azis Wonosari menjelaskan penggunaan material serat karbon dan struktur roll cage di ThinkPad.
  • ThinkPad L460. Notebook yang dirancang agar memiliki performa layaknya PC desktop – Rp 10,6 juta.
  • ThinkPad T460, T460s, dan T460p. Ultrabook, menawarkan fungsionalitas dan portabilitas tinggi, baterainya diklaim dapat aktif sampai 16 jam – masing-masing Rp 16 juta, Rp 16,6 juta, Rp 21 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 1
Erry Rahmantyo dan Azis Wonosari dengan deretan produk ThinkPad.
  • ThinkPad 13. Laptop 13,3-inci pertama Lenovo, lulus uji coba kelas militer, tahan kelembapan, temperatur dan iklim ekstrim, guncangan, debu sampai radiasi matahari – Rp 9 juta.
  • ThinkPad 11e. Ditargetkan bagi institusi pendidikan dan pelajar, mudah digunakan serta lulus sertifikasi militer seperti ThinkPad 13 – Rp 10,6 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 10
Lenovo menyiapkan 10 device ThinkPad berbeda.

Untuk seri ThinkCentre sendiri, Lenovo fokus pada peningkatan keamanan baik secara software maupun hardware. Di sisi software, produsen menyiapkan sistem pemindai sidik jari, fitur USB Smart Protection yang dapat membedakan thumb drive dengan keyboard dan mouse USB, serta Lenovo Bluetooth Lock sebagai solusi pairing otomatis. Buat hardware-nya, ThinkCentre dibekali Kensington Lock, Touch Fingerprint Reader, serta kemudahan bongkar pasang hard disk.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 8
Azis di sesi presentasi ThinkCentre.

Variannya antara lain:

  • ThinkCentre M600 Tiny (thin client). PC desktop mungil bervolume satu-liter tanpa kipas – mulai Rp 5,5 juta.
  • ThinkCentre M700, M800, M900 tipe Tiny, small-form factor dan tower. M Series didesain sebagai PC desktop enterprise yang ringkas, bertenaga dan mudah dikelola. Mereka telah lulus tes militer dan mempunyai aksesori tambahan berupa Dust Shield buat meminimalisir akumulasi debu. Konektivitasnya luas demi mendukung produktivitas (enam USB 3.0, dua DisplayPort, LAN, audio, opsi VGA, sampai HDMI) – Rp 7,4 juta, Rp 5,6 juta dan Rp 10 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 11
Sebetulnya, varian ThinkCentre tidak kalah banyak karena disajikan dalam wujud beragam: thin client, SFF dan tower standar.
  • ThinkCentre M700z (20-inci), M800z (22-inci), dan M900z (24-inci) All-in-One. Desktop hemat tempat ini memiliki wujud 40 persen lebih tipis dari generasi sebelumnya. Mempunyai layar sentuh dengan port DisplayPort combo in-and-out pertama di dunia, tersertifikasi MIL-SPEC – masing-masing Rp 8,6 juta, Rp 9,6 juta serta Rp 11,6 juta.
Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 12
Chip Intel-lah yang mentenagai ThinkCentre.

Selain uji coba level militer, beberapa hal Lenovo terapkan pada ThinkPad dan ThinkCentre demi memastikan kualitasnya tetap tinggi. Mereka memilih material premium seperti emas dan menggunakan solid capasitor agar lebih stabil dan awet. Perangkat-perangkat ini diramu supaya bertahan selama mungkin, dan hasilnya, tingkat reparasi kerusakan merosot drastis sejak 2013, dan menurun lebih jauh dari rata-rata setahun setelahnya.

Rangkaian produk ThinkPad dan ThinkCentre M di atas sudah tersedia di seluruh mitra distribusi Lenovo dan siap dipesan.

Lenovo ThinkPad dan ThinkCenter M 2
Erry Rahmantyo dan Azis Wonosari memamerkan PC thin client ThinkCentre tipe Tiny.

Berukuran Setipis Kartu Kredit, µPeek Sulap Smartphone Jadi Mikroskop Profesional

Menghibur diri, bersosialisasi, mencari informasi, bekerja sampai belajar, semuanya bisa dilakukan lewat smartphone. Dan developer Scrona asal Swiss yakin, dengan sedikit modifikasi, perangkat bergerak dapat digunakan sebagai medium edukasi mutakhir, terutama untuk mendukung salah satu disiplin ilmu pengetahuan alam paling fundamental: ranah mikroskopis.

Melalui platform crowdfunding, Scrona mengungkap proyek µPeek. Ia adalah sebuah aksesori unik buat dipasangkan ke smartphone Anda, mengubahnya jadi mikroskop portable canggih. Bukankah aksesori sejenis sudah pernah ditawarkan pada konsumen? Memang benar, namun saat ini µPeek merupakan satu-satunya pelengkap smartphone dengan kapabilitas mikroskop kelas profesional sejati.

Dalam proses merancang µPeek, Scrona memutuskan untuk tidak menggunakan desain casing. Pendekatan mereka memastikan produk tetap minimalis, lebih fleksibel dan praktis. Ukurannya cuma sebesar kartu kredit – berdimensi 92x57x5mm, sangat mudah diselipkan ke kantong atau dimasukkan ke dompet. Ia terdiri dari dua komponen, yaitu mikroskop dan slide holder. Buat akses, developer telah menyiapkan app companion.

µPeek 2

Meskipun wujudnya begitu tipis, terdapat teknologi mutakhir bersemayam di dalam µPeek. Developer membenamkan lensa 4-elemen bermotor, dimaksudkan agar mampu menyajikan gambar berkualitas bebas distorsi dan menggantikan proses konfigurasi manual. Ia turut ditopang sistem optik canggih, supaya Anda melihat spesimen dengan level pencahayaan yang tepat. Semuanya diatur secara wireless lewat app.

Cara pemakaiannya sangat mudah dan sederhana: tinggal letakkan µPeek tepat di atas subjek. Dengan begini, platform tetap stabil dan pecarian fokusnya juga gampang. Jika Anda menaruh spesimen di slide, sebaiknya letakkan slide di holder terlebih dulu. Setelahnya, µPeek dapat digerakan atau diposisikan sesuai kehendak Anda, tanpa menyentuh sampel penelitian.

µPeek 3

µPeek tersusun atas tubuh anti-air bersertifikasi IP65, lensa diproteksi lapisan kaca Gorilla, ditopang kapabilitas iluminasi bright-field, dark-field dan fluorescence. Device ditenagai baterai internal, dapat diisi melalui port micro USB, serta dibekali konektivitas Bluetooth low energy. Anda dipersilakan memilih warna cover, antara kuning, merah muda, hitam, biru dan hijau. Aplikasinya sendiri telah disiapkan untuk device Android maupun iOS.

Saat ini Scrona sedang melangsungkan kampanye penggalangan dana di Kickstarter, dan Anda sudah bisa memesan µPeek . Di sana µPeek White (versi standard) ditawarkan seharga US$ 135 dan µPeek Blue (dengan pencahayaan fluorescence) seharga US$ 176.

Pesawat Mainan Volta Flyer Cuma Butuh Sinar Matahari Untuk Terbang Berjam-Jam

Berkat mengusung konsep kesederhanaan serta kepraktisan dalam proses desain, kini muncullah berbagai macam drone dan mainan pesawat terbang ekonomis yang bisa dinikmati semua orang. Gagasan tersebut turut dipakai oleh tim ToyLabs demi mengerjakan karya terbaru mereka: sebuah perangkat unik, diramu sebagai medium edukasi buat anak-anak, orang tua dan juga para pengajar.

Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan drone terkecil di dunia, atau modul yang dapat mengubah pesawat kertas jadi drone. Meski ranah drone begitu menggoda, tim developer dari San Carlos itu tidak berupaya ikut-ikutan melangkah ke sana. Mereka memperkenalkan Volta Flyer, yaitu sebuah proyek sains untuk siswa-siswi berupa mainan pesawat terbang DIY bertenaga matahari pertama di dunia.

Premis Volta Flyer sangat unik. Ia benar-benar cuma memanfaatkan sinar matahari melalui lapisan solar (photovoltaic) cell tanpa didukung baterai, dan sanggup terbang selama berjam-jam. Kit do-it-yourself-nya terdiri dari bagian-bagian yang mudah dirakit, tidak memerlukan alat potong dan lem, pengerjaannya diklaim hanya menghabiskan waktu kurang dari 20 menit. Ia dirancang untuk mengajarkan dasar teknik mesin, ilmu penerbangan, elektronik dan pemanfaatan sumber daya renewable.

Volta Flyer 02

Volta Flyer memiliki lapisan film tipis nan fleksibel (0,025mm) berbahan silikon di sisi atas. Material tubuhnya super-ringan dan ramah lingkungan. Komponen elektronik ditanamkan sedemikian rupa tanpa memberi dampak pada kapabilitas terbang, dan tentu saja ia dilengkapi sepasang sayap serta vertical stabilizer. Sistem pendorong sendiri menggunakan sebuah baling-baling di belakang. Rancangan ini memungkinkan Volta Flyer untuk memaksimalkan pasokan energi matahari, memastikannya melayang dalam waktu yang lama.

Cara mengoperasikannya sangat mudah. Pertama, sudah pasti Anda harus merakitnya terlebih dulu. Setelah itu, cukup arahkan solar panel ke matahari selama 90 detik. Untuk memberikan energi ekstra, tinggal bantu dorong baling-baling dengan jari. Kemudian, luncurkan Volta Flyer layaknya menerbangkan pesawat kertas. Flyer dapat dikonfigurasi supaya melesat di pola lingkaran berbeda.

Sebelum Volta Flyer dikembangkan dan dipresentasikan via platform crowdfunding Kickstarter, ToyLabs melakukan debut perdana mereka lewat Volta Racer – mainan mobil balap bertenaga matahari, sempat memenangkan penghargaan Good Design Award.

Sayang sekali, buat sekarang Volta Flyer baru bisa dipesan oleh konsumen di Amerika Serikat. Khusus para backer, satu paketnya dibanderol dengan harga US$ 40.

Chemic Puzzle: Belajar Kimia Sambil Bermain

Belajar sering menjadi momok yang menyeramkan untuk anak-anak. Apalagi pelajaran yang memerlukan hapalan yang banyak. Namun tidak usah khawatir karena kini telah hadir Chemic Puzzle, sebuah aplikasi mobile untuk membantu anak belajar kimia. Aplikasi ini dikembangkan oleh Run Run Mobile.

Game edukasi ini bercerita tentang sebuah laboratorium milik profesor Sun. Budi merupakan asisten laboratorium yang sedang magang di tempat tersebut. Budi diminta untuk membantu penelitian profesor Sun dengan menjawab pertanyaan dan misteri terkait penelitian di bidang kimia. Chemic Puzzle akan mengajak pengguna untuk membantu Budi menyelesaikan tiap persoalan kimia yang dihadapinya.

Screenshot_2015-10-31-20-54-58

Dalam game Chemic Puzzle, Anak akan bermain sambil belajar tentang pelajaran kimia. Ada beberapa level yang bisa dimainkan. Namun untuk masuk ke level terbaru, pengguna harus menyelesaikan dulu soal yang ada di level sebelumnya.

Info menarik: GiveVision Berikan Kemampuan ‘Melihat’ Bagi Tunanetra

Contoh pertanyaan yang harus diselesaikan untuk membantu Budi adalah tentang mengenal unsur-unsur kimia. Tabel periodik di pelajaran kimia sering menjadi materi yang cukup sulit untuk dihafalkan oleh siswa. Dengan permainan di level unsur, anak akan coba mengidentifikasi suatu unsur dari petunjuk yang diberikan. Budi akan memberikan informasi unsur kimia yang dibutuhkan, lalu tugas pengguna adalah mencari unsur tersebut dan memberikannya kepada Budi.

Screenshot_2015-10-31-20-55-41

Game Chemic Puzzle akan mencoba menjadikan belajar kimia menjadi menyenangkan. Game ini sudah tersedia untuk diunduh di Google Play secara gratis.