OJK Batalkan Tanda Terdaftar untuk DANAdidik, EmpatKali, dan 4 Pemain Fintech Lending Lainnya

Menurut data statistik terbaru yang diterbitkan OJK pada 17 Juni 2021, saat ini ada 125 perusahaan fintech lending yang berstatus “terdaftar”. Sebanyak 65 di antaranya sudah mendapatkan status berizin, dengan 5 di antaranya menyajikan usaha pinjaman berjenis syariah. Dibandingkan statistik sebelumnya, ada penambahan 8 pemain yang mendapatkan status berizin dari otoritas.

Selain itu OJK turut mengumumkan bahwa terdapat 6 pembatalan tanda terbukti terdaftar fintech lending. PT Mikro Kapital Indonesia (Mikro Kapital), PT Pasar Dana Teknologi (DANAdidik), PT Teknologi Finansial Asia (PiNBee), dan PT Artha Simo Indonesia (Cankul) dibatalkan karena belum menyampaikan pemenuhan persyaratan perizinan sehingga penyelenggara tidak memenuhi ketentuan Pasal 10 POJK nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.

Serta pembatalan tanda terdaftar PT Empat Kali Indonesia (EmpatKali) dan PT Indo Fintek Digital (ModalUsaha.id) dikarenakan ketidakmampuan penyelenggara meneruskan kegiatan operasional.

Menurut Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B OJK Bambang W. Budiawan, para pemain di atas memang memiliki kinerja yang kurang memuaskan. “Pengembalian tanda daftar tersebut juga tidak dilakukan secara tiba-tiba, melainkan melalui proses yang OJK juga turut melakukan analisis dan penilaian,” ujarnya seperti dikutip Kontan.

Seperti diketahui, sebelumnya regulasi pemain fintech lending memang sebatas harus terdaftar di OJK. Seiring dengan perkembangannya, para platform terdaftar harus meningkatkan statusnya menjadi berizin dengan memenuhi beberapa syarat. Peralihan status itu diberikan tenggat waktu hingga satu untuk semua pemain.

Menurut Bambang apa yang disyaratkan POJK terkait aturan berizin fintech lending dinilai memberatkan. Terbukti dengan banyaknya pemain yang berhasil lolos. Beberapa aspek memang dinilai untuk kelayakan, meliputi model bisnis, sistem elektronik, skoring kredit, kepatuhan, dan aspek mekanisme perlindungan konsumen.

Kami mencoba menghubungi founder dari salah satu startup yang disebutkan di atas, namun mereka masih enggan memberikan respons terkait hal tersebut. Dari pantauan kami beberapa situs juga masih bisa diakses normal setelah pengumuman tersebut. Hanya DANAdidik menginformasikan di situsnya bahwa saat ini operasional mereka terbatas dan sementara tidak dapat menyalurkan pembiayaan baru.

DANAdidik sendiri adalah salah satu fintech lending yang fokus di sektor pendidikan. Untuk bisnisnya, mereka didukung sejumlah pemodal ventura di pendanaan tahap awal, termasuk oleh Garden Impact Investments dan GK-Plug and Play. Tahun 2018 The Vanderes Foundation juga bergabung menjadi lender institusi mereka untuk meningkatkan partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia. Sejak ini mereka telah menyalurkan 781 pinjaman senilai 9,4 miliar Rupiah.

Sementara pemain lainnya EmpatKali merupakan fintech lokal yang diakuisisi Afterpay asal Australia. Konsep layanannya memberikan pembiayaan paylater dengan empat kali cicilan. Kemungkinan konsep ini kurang diterima di kultur Indonesia. Model pembayaran empat kali cicilan efektif di Australia karena sebagian besar di sana gaji diberikan per minggu, sementara di Indonesia per bulan.

Sebelumnya juga diketahui, bahwa OJK sedang menggodok beleid baru untuk menggantikan POJK 77/2016. Akan ada sejumlah penyesuaian, mulai peningkatan persyaratan ekuitas hingga fit & proper test.  Dengan dominasi [ditinjau dari jumlah dana disalurkan] hanya beberapa pemain saja, berbagai pihak menilai bahwa ini menjadi salah satu langkah untuk mendorong konsolidasi antarpemain.

Fintech lending yang menjadi pemimpin pasar saat ini gencar membuka skema lender institusi. Tidak hanya melibatkan perusahaan lokal, mereka juga mendapat dukungan institusi finansial global dengan nilai ratusan miliar hingga triliunan Rupiah. Untuk tahun ini, hingga Juni 2021 sudah ada 4 pemain yang mendapatkan fasilitas debt funding, meliputi:

Perusahaan Institusi Pendukung Nilai Investasi (Debt Funding)
Kredivo Rp1,4 triliun Victory Park Capital
Amartha Rp808 miliar Lendable, Norfund
Alami Rp283 miliar AC Ventures, Golden Gate Ventures, Quona Capital [sebagian berbentuk ekuitas]
Pintek Rp298 miliar Accial Capital

Gambar Header: Depositphotos.com

PayLater Fintech Startup EmpatKali Is Acquired by Similar Service, to Expand Payment Segment

The fintech lending startup EmpatKali is entirely acquired by a similar player from Australia, Afterpay. This corporate action also marks the official entry of Afterpay to Indonesia, as one of the countries on their list.

In DailySocial’s interview with EmpatKali’s CEO Jamie Camidge, he said he could not reveal the value of this transaction. However, he confirmed that Afterpay LTD had acquired the shareholder of PT Empat Kali Indonesia, effectively taking over the controlling interest in EmpatKali.

In terms of management, it is also certain that there is no change in structure, such as placing Afterpay representatives into the company internals. “Afterpay requires existing directors to continue to build businesses in the future. We are very excited to continue to lead this business through the next stage of growth,” he explained, Monday (8/31).

The interest of Afterpay with EmpatKali is supported by the similarities of each other’s business. Both of them do not take service fees charged to consumers as interest, but rather charge merchants in the form of commissions for every transaction using EmpatKali as a payment method.

“We think this model is much more attractive to consumers because it is interest-free for up to 90 days. This approach is quite unique and in our opinion, suitable for Indonesian consumers, especially those who want to avoid usury. ”

Afterpay was founded in 2014 and is one of the leading players in the world with 10 million active users, majorly coming from Australia and the United States. Afterpay takes interest in Indonesia, apart from having lucrative potential, of course as more expansive business development through EmpatKali.

Not only EmpatKali, but Afterpay also acquired similar companies in the target country, such as Pagantis which based in Europe.

Future plans

Camidge continued, the company will continue to innovate with features and services to reach more merchants in the future. When you look at the official website, the company has partnered with more than 100 local merchants engaged in fashion and accessories.

The company focuses on supporting premium local brands, such as Brodo, Aleza, and Deuce ex Machina that design, build and sell their own products. “These small and medium-sized partners are truly world-class and have the added value of generating economy across their supply chains in Indonesia.”

For the next step, he admitted that EmpatKali would form partnerships with international brands. Then expand the installment segment for medical, dental, insurance, aviation, hotel, and gadget needs.

“We really believe in focus. We want to be preferred by Indonesians to pay for their favorite goods without interest. ”

Regarding the impact of the pandemic, he admitted that the company gains quite a positive impact. As sales have now shifted from offline to online stores, growth has remained stable. Unfortunately, Camidge is reluctant to back up his statement with numbers.

“We have been monitoring our loss rate and are now adjusting our risk machine to ensure risk management is maintained because we want to grow in a sustainable manner,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Diakusisi Pemain Sejenis, Startup Fintech PayLater EmpatKali Perluas Segmen Pembiayaan

Startup fintech lending EmpatKali resmi diakuisisi sepenuhnya oleh pemain sejenis dari Australia, Afterpay. Aksi korporasi ini sekaligus menandakan resmi masuknya Afterpay ke Indonesia, sebagai salah satu negara yang mereka sasar.

Dari hasil wawancara DailySocial bersama CEO EmpatKali Jamie Camidge, dia menuturkan tidak bisa mengungkapkan nilai transaksi ini. Namun dia mengonfirmasi bahwa Afterpay LTD telah mengakuisisi saham pemilik PT Empat Kali Indonesia, yang secara efektif mengambil alih kepentingan pengendali di EmpatKali.

Dari sisi manajemen, juga dipastikan tidak ada perubahan struktur, semisal menaruh perwakilan Afterpay ke dalam internal perusahaan. “Afterpay mensyaratkan direksi yang ada untuk tetap dan terus membangun bisnis di masa depan. Kami sangat bersemangat untuk terus memimpin bisnis ini melalui tahap pertumbuhan berikutnya,” terangnya, Senin (31/8).

Ketertarikan Afterpay dan EmpatKali sebenarnya didukung oleh kesamaan bisnis satu sama lain. Keduanya tidak mengambil biaya layanan yang dibebankan ke konsumen sebagai bunga, melainkan membebankan merchant dalam bentuk komisi untuk setiap transaksi yang menggunakan EmpatKali sebagai metode pembayaran.

“Kami berpikir model ini jauh lebih atraktif untuk konsumen karena tanpa bunga selama jangka waktu hingga 90 hari. Pendekatan ini cukup unik dan menurut kami cocok untuk konsumen Indonesia, terutama mereka yang ingin menghindari riba.”

Afterpay berdiri sejak 2014 dan merupakan salah satu pemain terdepan di dunia dengan jumlah pengguna aktif sebanyak 10 juta, mayoritas datang dari Australia dan Amerika Serikat. Afterpay tertarik dengan Indonesia, selain karena punya potensi yang menggiurkan, tentunya sebagai pengembangan bisnis berikutnya yang lebih ekspansif melalui EmpatKali.

Bukan hanya EmpatKali, Afterpay juga mengakuisisi perusahaan sejenisnya di negara yang akan mereka sasar, seperti Pagantis yang berasal di Eropa.

Rencana ke depannya

Camidge melanjutkan, ke depannya perusahaan akan terus berinovasi dengan fitur dan layanan untuk menjangkau lebih banyak merchant. Bila melihat dari situs resminya, perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 100 merchant lokal yang bergerak di bidang fesyen dan aksesoris.

Perusahaan fokus mendukung merek lokal premium, seperti Brodo, Aleza, dan Deuce ex Machina yang mendesain, membangun, dan menjual produk mereka sendiri. “Mitra kecil dan menengah ini benar-benar kelas dunia dan memiliki manfaat tambahan dalam menghasilkan nilai ekonomi di seluruh rantai pasokan mereka di Indonesia.”

Untuk pengembangan berikutnya, dia mengaku EmpatKali akan menambah kemitraan dengan merek dari luar negeri. Kemudian memperluas segmen cicilan untuk kebutuhan medis, gigi, asuransi, penerbangan, hotel, dan gadget.

“Kami sangat percaya pada fokus. Kami ingin menjadi pilihan orang Indonesia untuk membayar barang-barang favorit mereka tanpa harus membayar bunga.”

Terkait dampak pandemi, dia mengaku perusahaan turut ikut merasakan dampak positif. Karena penjualan kini beralih dari toko offline ke online, maka pertumbuhan tetap terjaga stabil. Sayangnya, Camidge enggan mendukung pernyataannya tersebut dengan angka.

“Kami telah memantau tingkat kerugian kami dan sekarang menyesuaikan mesin risiko kami untuk memastikan pengelolaan risiko tetap terjaga karena kami ingin tumbuh secara berkelanjutan,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

EmpatKali Hadirkan Konsep Cicilan Empat Kali Tanpa Bunga

Bertujuan memberikan kemudahan kepada pembeli melakukan pembayaran produk secara online, platform fintech lending EmpatKali meluncurkan layanan mereka secara resmi di Indonesia. Startup fintech yang didirikan Jamie Camidge dan Hadi Tanzil ini fokus ke produk fesyen, gaya hidup, dan kecantikan.

Terdaftar di OJK per 8 April 2019, EmpatKali mengklaim memiliki konsep unik dibanding platform p2p lending lainnya.

“Dengan konsep tersebut memudahkan kami untuk memberikan layanan pembayaran cicilan tanpa bunga, karena pendanaan yang kami berikan bukan dengan konsep umum. Kami saat ini juga telah mengumpulkan 100 mitra lokal dan menargetkan hingga tahun 2020 bisa merangkul sekitar 1000 brand,” kata CEO EmpatKali Jamie Camidge.

Karena tidak mengenakan bunga cicilan, saat ini EmpatKali mengenakan komisi secara flat ke semua merchant yang berhasil menjual produk mereka di dalam platform sebagai sumber pendapatan.

Model bisnis yang ditawarkan EmpatKali sudah hadir di Australia, negeri asal Jamie. Melihat potensi dan tren pasar saat ini di Indonesia, model bisnis ini dianggap cukup ideal untuk dihadirkan. Selain telah terdaftar di OJK, Empat Kali juga masuk dalam Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

Cicilan tiap dua minggu

Berbeda dengan kebiasaan umum di Indonesia, EmpatKali memperlakukan tenor cicilan dengan cara yang berbeda. Pengguna yang telah dinyatakan lolos verifikasi bisa menikmati pembayaran cicilan empat kali dalam waktu kurang lebih 2 bulan atau setiap dua minggu kepada pengguna. Jumlah pinjaman yang diberikan mulai dari Rp1,5 juta. Jumlah tersebut bisa bertambah menyesuaikan  rekam jejak pembayaran.

Disinggung apakah konsep tersebut sudah relevan dengan pasar Indonesia, Jamie menegaskan sudah waktunya masyarakat Indonesiamenerapkan konsep tersebut. Saat ini EmpatKali mengklaim telah memiliki sekitar 1000 pengguna. Selain pembayaran menggunakan akun virtual perbankan, EmpatKali juga menyediakan alternatif pembayaran melalui dompet digital seperti Dana.

“Saya menyadari di Indonesia konsep pembayaran cicilan adalah per bulan, untuk itu kami masih terus melakukan edukasi kepada pengguna kami yang tertarik untuk menikmati layanan pembayaran cicilan di EmpatKali.”

Selain membantu pengguna untuk melakukan pembayaran, konsep ini diklaim bisa meningkatkan penjualan dari pihak merchant yang bergabung. Pihak EmpatKali menanggung pengelolaan risiko kredit dan penipuan yang mungkin terjadi.

Rencana penggalangan dana

Untuk mengembangkan teknologi dan memperkuat posisi perusahaan sebagai bisnis manajemen risiko, EmpatKali berencana melakukan penggalangan dana. Masih dalam tahapan penjajakan, disebutkan sudah ada dua startup fintech Australia yang tertarik berinvestasi di EmpatKali.

Meski enggan menyebutkan detailnya, dilihat dari perkembangan perusahaan saat ini perusahaan sudah memasuki tahapan Seri A. Pendanaan yang diperoleh rencananya akan digunakan untuk mengakselerasi jumlah merchant dan menambah anggota tim lokal.

“Saat ini aplikasi EmpatKali sudah bisa diunduh di Android dan iOS. Kami berkomitmen untuk membantu para pelanggan dalam mengambil keputusan berbelanja yang sesuai dengan kemampuan finansial, serta mencegah akumulasi beban utang yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan dan emosional,” kata Jamie.

Application Information Will Show Up Here