Layanan Pembayaran DANA Tambah Kemitraan dengan TIXid, Reservasi, dan Ramayana

Layanan pembayaran yang mengusung sistem open platform, DANA, kembali menambah kemitraan. Setelah sebelumnya sudah disematkan di aplikasi Bukalapak, BBM, dan Cinema XXI, kini DANA sudah hadir di aplikasi TIXid, Reservasi dan Ramayana Dept Store. Sesuai dengan komitmen awal mereka untuk memanfaatkan ekosistem yang ada di Emtek Group, kerja sama yang terjalin dengan Reservasi dan TIXid, diharapkan bisa memudahkan pengguna untuk mendapatkan pilihan baru untuk pembayaran online.

“Saat ini kami memang sengaja fokus kepada group yang berada dalam naungan Emtek Group, namun secara perlahan kami mulai menambah kemitraan, salah satunya dengan Ramayana,” kata CEO DANA Vincent Iswara.

Disinggung berapa jumlah pengguna terdaftar dan pengguna aktif DANA, sejak diluncurkan bulan Maret 2018 lalu, Vincent mengungkapkan masih belum bisa memberikan informasi tersebut. Masih fokus kepada pengembangan dan finalisasi penambahan jumlah mitra, DANA menghadirkan promo menarik dengan mitra yang sudah ada saat ini.

“Untuk saat ini promo yang kami hadirkan masih dengan TIXid dan Ramayana. Bagi pengguna yang sudah mengunduh kedua aplikasi tersebut, bisa menikmati promo dari DANA,” kata Direktur Marketing DANA Timothius (Timo) Martin.

Layanan ini telah ditanamkan di aplikasi mitra dan bisa langsung digunakan oleh pengguna. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pihak DANA meluncurkan aplikasinya sendiri meski belum diungkapkan realisasinya.

“Dalam menggunakan DANA pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi terpisah untuk melakukan pembayaran. DANA juga memberikan kemudahan Top Up Saldo di masing-masing aplikasi mitra. Hal tersebut memberikan kemudahan yang optimal kepada pengguna, tanpa menghiraukan faktor keamanan,” kata Timo.

Menargetkan kalangan millennial untuk target pasar, tampilan DANA yang baru saja diperbarui diharapkan bisa memudahkan pengguna menikmatinya di berbagai aplikasi mitra DANA saat ini.

Menerapkan kultur “agile

Untuk menampung 150 pegawai saat ini, kantor baru DANA dengan konsep Modern Indonesia dan Digital Jungle diresmikan kehadirannya. Kepada DailySocial, CEO DANA Vincent Iswara mengungkapkan, DANA mengusung konsep agile untuk kultur perusahaan.

Mengedepankan kolaborasi dan bekerja bersama dengan tidak memberlakukan tempat kerja untuk masing-masing pegawai secara permanen. Hal ini diklaim memudahkan pegawai untuk melakukan kolaborasi dan menciptakan inovasi yang lebih kreatif.

“Dengan menerapkan konsep agile, semua pegawai di DANA bebas untuk memilih meja kerjanya dan menikmati semua fasilitas yang disediakan perusahaan. Dengan demikian kolaborasi bisa lebih terasa di lingkungan kerja kreatif.”

Terletak di gedung Capital Palace Jakarta Selatan, kantor pusat DANA memiliki tema khas Indonesia. Dengan tema ruangan pegunungan, sawah dan lainnya. Ruangan kerja DANA juga dilengkapi dengan lounge dan kursi santai, yang bisa dinikmati pegawai untuk bersantai sambil bekerja.

Sabar Menanti Transaksi “Cashless” yang Mulus di Indonesia

“Zaman sekarang lebih khawatir enggak bawa ponsel daripada bawa dompet.”

Tuturan ini sering dilontarkan oleh orang-orang urban saat dihadapkan pada pilihan barang apa yang mereka selalu bawa sebelum beraktivitas di luar rumah.

Wajar saja mereka berkata demikian karena di dalam ponsel berisi berbagai aplikasi pendukung kegiatan keuangan yang semuanya hanya cukup dilakukan lewat genggaman jari saja. Semuanya berkat produk keuangan yang bermunculan dari berbagai perusahaan, dengan variasi layanan yang ditawarkan memberi andil besar sebagai upaya dukung program pemerintah gerakan nasional non tunai.

Akan tetapi, apakah pilihan dari orang urban ini berlaku juga untuk yang berada di daerah rural? Saya menyangsikan itu. Transaksi tunai masih menjadi raja di Indonesia. Bank Indonesia mencatat sepanjang tahun 2017 peredaran uang mencapai Rp694,8 triliun atau naik 13,4% dari tahun sebelumnya.

“Kita tahu kemajuan pembayaran nontunai pesat namun data menunjukkan kebutuhan untuk memenuhi tunai tidak berkurang,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Suhaedi dikutip dari Okezone.

Mata uang Indonesia / Pixabay
Mata uang Indonesia / Pixabay

BI memprediksi kebutuhan uang tunai akan meningkat 10%-12% pada tahun ini lantaran sudah memasuki tahun politik, sehingga banyak agenda politik yang akan menstimulus kegiatan ekonomi, khususnya konsumsi.

“Kami perkirakan di rentang 10-12 persen, tapi kami akan lihat terus karena semuanya bergantung pada faktor pertumbuhan ekonomi,” terangnya.

Tentunya, kondisi tersebut menjadi kontradiktif dengan program pemerintah yang sudah digadang-gadang sejak 2014 silam. Kendati secara perlahan porsi transaksi dengan uang elektronik mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Dari statistik BI, volume transaksi uang elektronik di 2017 mencapai 943,31 juta transaksi dan nominalnya Rp12,37 triliun. Sementara pada 2016, volumenya mencapai 683,13 juta transaksi dengan nominal Rp7,06 triliun.

Ketika transaksi tunai masih merajai di Indonesia, orang urban mau tak mau harus tetap memiliki cadangan uang tunai di sakunya untuk berjaga-jaga bila terjadi suatu. Entah mereka tiba-tiba ingin jajan di kaki lima, membayar mikrolet, membeli minum di minimarket, atau sebagainya.

Masalah cashless di Singapura

Indonesia tidak sendiri saat harus menghadapi fakta bahwa tunai masih jadi raja. Negara terdekat kita, Singapura juga mengalami masalah serupa. Meski mereka adalah negara maju, dijuluki sebagai negara dengan biaya hidup termahal di dunia. Negara tersebut belum bisa move on dari transaksi tunai.

Dikutip dari The Straits Times, Singapura memiliki terlalu banyak skema sistem pembayaran. Hal ini membuat warganya jadi bingung hingga pada akhirnya kembali beralih ke transaksi tunai. Lagipula, untuk mendapatkan uang tunai konsumen cukup mudah menemukan mesin ATM minimal radius 500 meter di manapun mereka berada.

Belum lagi, ketika beralih ke non tunai, konsumen dikenakan biaya layanan. Besarannya bervariasi, ketika bayar taksi dengan kartu kredit konsumen dikenakan biaya tambahan 10%. Bahkan ketika menggunakan kartu e-money EZ Link untuk membayar MRT, LRT, bus, dan beberapa outlet lainnya, konsumen dikenakan biaya 25 sen Dollar Singapura untuk tiap transaksi.

Untuk naik transportasi umum di Singapura cukup memakai kartu e-money EZ Link / Pixabay
Untuk naik transportasi umum di Singapura cukup memakai kartu e-money EZ Link / Pixabay

Tak hanya konsumen yang mengeluh karena tambahan biaya, merchant pun demikian. Mereka dikenakan biaya MDR sebesar 3% ketika menerima pembayaran via Visa, Mastercard, ataupun platform e-money seperti Apple Pay, Samsung Pay, dan Google Pay.

Ditambah lagi dengan kondisi settlement terhitung cukup lambat ketika konsumen membayar ke merchant secara elektronik. Bisa satu sampai dua hari pembayaran dicairkan ke rekening merchant.

Kondisi yang dialami Singapura ini menjadikan negara tersebut ketinggalan jauh dengan Tiongkok.

“Merana” membayar di Tiongkok

Ketika jadi turis di Singapura, tipsnya cukup beli kartu EZ Link dan uang tunai secukupnya, Anda semua sudah bisa berkeliling seantero negara dengan puas. Apalagi, sudah ada bank lokal yang buka cabang di Singapura, seperti BCA, Bank Mandiri, BNI, BRI, dan Bank Panin meski tidak banyak.

Turis Indonesia bisa dengan leluasa belanja tanpa khawatir uang tunainya habis. Bila punya cadangan kartu kredit, bisa pakai dulu. Toh, money changer juga banyak bertebaran di sana.

Kondisi tersebut hampir 360 derajat berbeda ketika turis Indonesia mengunjungi Tiongkok. Hampir semua kota besar di sana sudah mengimplementasi transaksi uang non tunai. Pemain besar di sana adalah dua platform yang sering terpampang di berbagai outlet, yakni Alipay dan WeChat Pay.

Transaksi digital menggunakan Alipay di minimarket di Tiongkok / Ant Financial
Transaksi digital menggunakan Alipay di minimarket di Tiongkok / Ant Financial

Baik WeChat Pay dan Alipay memiliki jaringan merchant dan pengguna yang luas. Hampir setiap outlet menerima metode pembayaran dari kedua perusahaan tersebut. Penetrasinya yang kuat di Tiongkok menjadikan warganya sudah terbiasa untuk membayar apapun dengan cara online. Belanja di kaki lima, memberi uang ke pengemis, pengamen saja cukup scan pakai QR Code saja.

Bisa saja sebenarnya ketika meminta opsi pembayaran dengan tunai, namun sebaiknya perlu sediakan uang pas. Karena kondisinya saat ini merchant jarang sekali menyediakan uang tunai sebagai kembaliannya.

Itu yang saya alami ketika berkunjung ke salah satu mall di Hangzhou, di sela-sela undangan Alibaba untuk sejumlah media asal Indonesia. Kami memesan taksi online dari aplikasi Didi Chuxing. Pengemudi tetap meminta kami untuk membayar via Alipay, meski sebelum memesan sudah menandai bahwa kami membayar dengan tunai. Akhirnya dia tetap menerima uang tunai kami, dengan ekspresi yang sedikit kecewa.

Begitu pun saat membeli makanan cepat saji di bandara, pramuniaga terlihat kerepotan mencari uang kembalian. Hal itu menyebabkan lini antrian kami sedikit terganggu.

Akibat berbagai kesulitan tersebut, kami akhirnya jadi malas berbelanja. Lantaran hanya bisa menerima Alipay ataupun WeChat Pay, kartu bertanda Visa ataupun Mastercard saja jarang sekali kami temukan.

Keinginan untuk terdaftar sebagai pengguna Alipay timbul, hanya saja kita perlu rekening bank asal Tiongkok dengan memakai identitas paspor. Itu bisa memakan waktu. Belum lagi harus proses verifikasi saat mendaftar di Alipay.

Kami pun bertemu dengan pelajar Indonesia yang sedang menetap di sana untuk studi bernama Feby. Dia menuturkan dalam kesehariannya dirinya tidak perlu lagi bawa dompet karena semua transaksi dilakukan lewat Alipay.

“Ini lagi bawa dompet aja karena mau ketemu kalian (kami rombongan dari Alibaba), tapi sehari-hari sih enggak bawa dompet. Cukup bawa hape aja kalau mau kemana-mana. Disini juga aman banget,” ujar Feby.

Dia bilang untuk mendaftar sebagai pengguna Alipay, prosesnya cukup mudah. Banyak bank di Tiongkok yang sudah mendukung Alipay. Tinggal pilih saja bank yang diinginkan, ketika verifikasi selesai tinggal hubungkan saja dengan aplikasi.

Nanti rekening bank akan otomatis terhubung dengan Alipay. Semua pembayaran akan terpotong dari saldo rekening bank. Tinggal scan QR Code atau pakai facial recognition untuk pembayarannya.

Membawa pengalaman ke negara lain

Alipay dan WeChat Pay sadar bahwa agar terus berkembang, perlu inovasi tak henti-henti demi menjaring pengguna baru sebanyak-banyaknya. Untuk itu kedua perusahaan memboyong layanannya tersebut ke berbagai negara.

Alipay sudah merilis aplikasi versi spin-off untuk menyasar pengguna baru dari Hong Kong, AlipayHK. Sebelum merilis aplikasi tersebut, sebenarnya Alipay sudah hadir di sana. Dengan AlipayHK, untuk pertama kalinya mereka menerima mata uang di luar Renmimbi.

WeChat Pay tak mau kalah. Kini ia bisa digunakan para ekspat yang tinggal di Tiongkok dan warga Hong Kong, Macau, dan Taiwan. Cukup menghubungkan kartu berlogo JCB, Mastercard, dan Visa.

Inovasi tersebut memang sifatnya masih terbatas, namun menjadi sinyal bahwa kedua perusahaan tidak bisa selamanya menganut sistem closed loop untuk jadi yang terdepan.

Indonesia pun ikut jadi sasaran Alipay. Induk usahanya Ant Finansial telah membentuk aliansi strategis dengan Grup Emtek untuk mendirikan perusahaan patungan DANA. Aplikasi ini sudah meresmikan kehadirannya, meski masih beta, dengan mengusung pendekatan open platform sehingga pengguna tidak perlu mengunduh DANA secara terpisah.

DANA dalam platform BBM

Sementara ini DANA baru tersedia di dalam platform BBM. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pihak DANA akan meluncurkan aplikasinya secara tersendiri meski belum diungkapkan realisasinya.

Mengingat masih beta, pengalaman yang diberikan DANA belum secanggih dan se-seamless Alipay. Layanan yang baru tersedia adalah pembelian pulsa, membayar tagihan listrik, air, dan telepon, BPJS, dan pembayaran beberapa jenis cicilan. Untuk pengisian saldo, pihaknya masih menggunakan transfer bank.

Dalam rencananya, DANA sedang mempersiapkan implementasi pembayaran non tunai untuk segmen offline dengan memanfaatkan teknologi QR code. Perusahaan akan menggandeng warung tradisional sebagai mitranya. Rencana tersebut kan direalisasikan setelah Bank Indonesia membuat aturan standarisasi pembayaran dengan QR code yang masih digodok.

“Kami akan terus perkenalkan teknologi baru yang semuanya dilakukan secara in-house. Dalam tim kami, rasio engineer cukup mendominasi sekitar 70%-80%,” ucap CEO DANA Vincent Iswara.

Mudahnya berbelanja dengan Alipay

Selama perjalanan di Tiongkok, kami diajak berkeliling pihak Alibaba bagaimana konsep new retail dimanfaatkan, termasuk kemudahan pembayaran lewat Alipay.

Ada toko bacang tradisional bernama Wu Fang Zhai yang berdiri sejak 1999, kemudian bertransformasi penuh secara digital. Jadi setiap pesanan dan pembayarannya bisa dilakukan secara online.

Toko perdananya meluncur pada awal Januari 2018. Kini mereka sudah memiliki enam toko digital dari total 400 outlet yang mereka miliki seantero Tiongkok.

Konon Jack Ma hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja untuk berbicara langsung dengan pemilik toko bacang saat mengajak mitra perdana Alibaba. Sang pemilik langsung mengangguk menyetujui ajakan Ma ketika jam makan siang selesai.

“Dulu perlu 13 orang jaga toko, kini hanya satu orang saja. Itupun tugasnya hanya mengajarkan pengunjung bagaimana cara memesan makanan. Secara umum sales setelah bulan pertama diresmikan naik 40%,” ucap Kubei Business Catering Trade Operator Advisor Ant Financial Service Group Liszt.

Setelah implementasi ini, setiap pesanan mampu dilayani maksimal 15 menit tanpa restoran perlu menaikkan harga produknya sama sekali. Padahal sebelumnya membutuhkan waktu sampai 30 menit. Setiap harinya restoran digital tersebut menerima 300 pengunjung.

Tak hanya Wu Fai Zhang, toko lainnya juga mengimplementasi teknologi Alibaba seperti toko furnitur HomeTimes di Incity Mall, Hangzhou. Toko ini menyediakan barang-barang yang paling banyak dibeli warga sekitar dan tersedia di Taobao berdasarkan analisis big data.

Pengunjung bisa memilih mau beli barang secara online atau offline dari toko tersebut. Bila ingin belanja online, cukup scan QR Code dari barang yang diinginkan lewat Taobao untuk diarahkan ke katalog produk tersebut. Nanti barang akan dikirimkan ke alamat tujuan.

Jika ingin berbelanja secara offline, cukup ambil barang yang diinginkan nanti pengunjung cukup masuk ke kasir digital. Pengunjung berdiri di depan mesin sensor kasir, mesin akan menghitung barang yang masuk ke dalam keranjang. Daftar belanjaan akan muncul beserta total uang yang harus dibayarkan.

Berikutnya, pengunjung cukup scan QR Code untuk membayarnya dengan Alipay. Setelah sukses, pengunjung bisa keluar dari mesin sensor.

“Cara ini baru kami terapkan hari Senin lalu (16/4) hasilnya cukup menggembirakan karena lebih efisien, tidak perlu antre lagi,” ucap petugas HomeTimes.

Berikutnya kami juga diajak mengunjungi HEMA, toko supermarket milik Alibaba. Di supermarket tersebut, beberapa cabang di antaranya mengggunakan metode pembayaran dengan facial recognition, tak lagi dengan QR code.

Metode tersebut hanya berlaku ketika pengunjung sudah memverifikasi wajah mereka ke dalam sistem di Alipay. Dalam beberapa detik, mesin akan mengenali wajah dan secara otomatis saldo di Alipay akan terpotong sesuai total belanjaan.

Jika memutuskan untuk belanja online, pengguna hanya cukup memesan via aplikasi HEMA. Pengiriman akan dilakukan untuk pemesanan dengan radius maksimal 3 km saja dengan lama pengiriman 30 menit.

Dalam ekosistem HEMA, terdapat gabungan berbagai lini Alibaba seperti Tmall, bike sharing Ofo, dan penyedia layanan navigasi Autonavi, untuk memberikan pengalaman yang terbaik.

Sabar menanti

Lambang Ant Financial Services / DailySocial
Lambang Ant Financial Services / DailySocial

Teknologi mutakhir yang ditawarkan Alibaba lewat Alipay dan berbagai integrasi dengan anak-anak usahanya, merupakan pengalaman baru yang bisa dijadikan inspirasi untuk Indonesia. Bahwa integrasi layanan untuk menciptakan pengalaman transaksi yang seamless adalah sebuah kunci.

Kapan itu akan terjadi? Belum tahu, yang pasti harus perpanjang kesabaran kita semua. Ada banyak tahapan yang perlu diselesaikan, seperti Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang kini masih dalam tahap proses integrasi. BI menargetkan proses tersebut bisa selesai pada tahun depan.

Sejauh ini BI mencatat implementasi GPN sudah berjalan sesuai rencana, seperti standar nasional teknologi chip kartu ATM/debit atau National Standard Indonesian Chip Card Specification (NSICCS). BI juga sudah membentuk lembaga servis dan standar. Aturan soal QR Code targetnya bisa selesai sebelum Juni 2018 berbarengan dengan gerbang pembayaran nasional bagian kartu debit.

Menurut pihak BI, sebentar lagi juga ada implementasi single line dan multiline free flow. Beberapa bank mengaku juga mulai menyiapkan finalisasi terkait implementasi GPN kartu debit dan mulai mengedarkan kartu barunya tersebut ke publik.

Proses transaksi yang seamless itu masih panjang untuk bisa diterapkan di Indonesia. Untuk sementara, kita bisa menggunakan aplikasi yang sudah ada dan memanfaatkannya dalam pembayaran di berbagai merchant. Memang sudah ada yang bisa pakai dengan QR code, tapi pengalamannya belum sepadan dengan yang ditawarkan Alipay.

Kendati demikian, hal tersebut perlu diapresasi.  Suatu saat akan ada Alipay dan WeChat Pay versi Indonesia yang bisa menawarkan pengalaman seamless saat transaksi online. Sabar sabar saja dulu.

Layanan E-Wallet DANA Resmi Hadir, Unggulkan Sistem “Open Platform”

Layanan dompet digital DANA, perusahaan patungan Emtek Group dan Ant Financial, resmi hadir untuk publik dalam versi beta. Di awal kehadirannya ini, DANA mengusung sistem open platform, sehingga pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi secara terpisah.

Layanan ini telah ditanamkan di aplikasi mitra dan bisa langsung digunakan oleh pengguna. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pihak DANA meluncurkan aplikasinya sendiri meski belum diungkapkan realisasinya.

“Dibandingkan pemain sejenis, yang kebanyakan adalah closed loop sehingga tidak bisa keluar dari ekosistem. Ketika pengguna sudah terdaftar di DANA maka seluruh data mereka akan tersimpan dengan aman dan bisa di-carry over ke aplikasi lainnya,” ucap CEO DANA Vincent Iswara, Rabu (21/3).

Selain menganut open platform, dia menjelaskan DANA juga menggunakan machine learning yang dapat menganalisis pola konsumsi pengguna berdasarkan rekam jejak transaksinya. Teknologi ini dimanfaatkan sebagai langkah otentikasi otomatis, sehingga pengguna tidak perlu menempuh proses OTP secara manual dengan memasukkan nomor verifikasi yang dikirimkan lewat SMS atau email.

Pihaknya meyakini metode seperti itu membuat success rate naik hingga 90% dengan loss rate bisa berkurang sampai 1%. Metode OTP manual diklaim success rate-nya hanya mencapai 50%-70% dengan drop off rate 30%-50%.

Dia mencontohkan, ketika pengguna sudah terbaca kebiasaan membeli pulsa seminggu sekali. Maka DANA tidak akan meminta konfirmasi ulang dengan memasukkan kode OTP. Namun, apabila pengguna yang sama tiba-tiba membeli pulsa hingga tiga kali dalam seminggu, maka sistem akan meminta memasukkan kode OTP.

“Lewat analisis ini, kami ingin jadikan DANA sebagai dompet digital yang aman dan pintar. Umumnya platform yang ada selalu butuh OTP, tapi ini tidak optimal karena bisa menimbulkan drop off rate mencapai 30%-50%.”

Teknologi terkini lainnya juga dibenamkan dalam sistem DANA, seperti facial recognition untuk memudahkan proses otentikasi secara otomatis di luar metode lewat SMS.

Ingin jadi pemain tiga besar

DANA dalam platform BBM

Meski baru hadir, Vincent menargetkan DANA dapat menjadi pemain tiga besar dari jumlah pengguna sampai akhir tahun ini. Strategi yang akan dilakukan adalah melalui dorongan aplikasi mitra besar yang sudah digandengnya. Setidaknya, DANA ingin meraup pangsa pasar sekitar 10%-20% dari total opsi pembayaran yang tersedia dari aplikasi mitra.

“Dari rekan merchant dengan populasi pengguna yang besar dari Bukalapak dan BBM, kemungkinan bisa kita gaet dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat.”

Pihaknya juga akan menambah jumlah mitra demi meningkatkan penggunaan DANA. Terhitung saat ini, DANA telah tersedia di BBM dan Bukalapak, dengan total 40 mitra yang bergerak di berbagai segmen bisnis. Hanya saja, proses roll out fitur DANA akan dilakukan secara bertahap mulai dari hari ini (21/3) sampai akhir bulan Maret 2017.

Untuk jamin keamanan transaksi, DANA juga telah mengantongi sertifikat PCI DSS (Payment Card Industry Data Security Standard). Sertifikasi ini adalah standar keamanan yang biasa dipakai oleh perusahaan keuangan untuk jamin keamanan transaksi keuangan lewat kartu debit dan kredit.

DANA juga memanfaatkan pengamanan data pengguna dengan memakai data center (Tier III dan IV) dan data recovery berbasis di Jakarta dan Cibitung.

Adapun fitur yang bisa dilayani DANA, mulai dari pembelian pulsa, tagihan listrik, telepon, tagihan PDAM, BPJS, cicilan, serta transfer dana antar pengguna. Sedangkan top up dana di dalam BBM masih memanfaatkan Virtual Account (VA) untuk transfer dananya.

Untuk mendukung ambisinya sebagai pemain tiga besar, DANA sedang mempersiapkan implementasi pembayaran non tunai untuk segmen offline dengan memanfaatkan teknologi QR code. Rencananya, perusahaan akan menggandeng warung tradisional sebagai mitranya. Rencana tersebut baru akan direalisasikan setelah Bank Indonesia membuat aturan standarisasi untuk pembayaran dengan QR code yang masih digodok.

“Kami akan terus perkenalkan teknologi baru yang semuanya dilakukan secara in-house. Dalam tim kami, rasio engineer cukup mendominasi sekitar 70%-80%.”

Agar dapat menjaring lebih banyak talenta, DANA akan berekspansi ke lokasi baru. Saat ini, DANA memiliki kantor yang tersebar di Jakarta, Bandung, Bali, dan Surabaya. Untuk operasional bisnis dompet digital ini, DANA memanfaatkan lisensi dari PT Espay Debit Indonesia, yang diakuisisi Emtek tahun lalu.

Emtek Group Confirms Acquisition Over KapanLagi Network

Emtek Group, through its subsidiary PT Kreatif Media Karya (KMK), confirmed to have acquired majority of KapanLagi Network (KLN) shares, as well to announce business unit synergy for both companies.

KMK will enter KLN with 50% (plus 1) shares to be fully absorbed by KMK. There will be a business unit synergy between two companies in this transaction. KLN will own 99.9% shares of Liputan6.com, a digital media under KMK.

This is KLN’s second time of ownership changing in the last three years. Earlier in April 2015, the company sold a major share (52%) to MediaCorp Singapore. Reportedly, MediaCorp still holds minority shares in KLN after KMK acquisition.

Quoted from Katadata and CNN Indonesia, the impact of this synergy has changed the organizational structure. KLN’s Founder Steve Christian will serve as Chief Operating Officer. Meanwhile, the President Director of KMK Digital Media Group Karaniya Dharmasaputra will be the Deputy COO.

“The transfer is being processed legally with the current law and regulation, and soon to be effective upon approval of Liputan6.com and KLN Shareholders’ General Meeting,” KMK’s CEO Adi Sariaatmadja said.

He said that the company will keep the commitment to develop media business line by adding some digital media under KLN. Those are Kapanlagi.com, Merdeka.com, Bola.net, Vemale.com, Fimela.com, Brilio.net, Famous.id, and Dream.co.id.

As for now, Emtek Group has owned some media such as Liputan6.com, Bola.com, Bintang.com, also television media as SCTV, Indosiar, and O Channel.

The company sees a strong synergy between TV and digital media in the future. Therefore, this partnership is expected to help KMK to be a digital media group with the complete vertical media in various segments. Along with the anticipated increase of internet users by millennials.

KLN’s CEO Steve Christian said further that this acquisition is a form of both companies’ anticipation to compete with media that has been presenting false and imbalance news.

“We unite to be the first in reaching more than 100 internet users in Indonesia. Supported by a combined team of more than 1,000 people,” he said.

He also confirmed that the success will depend on the due diligence process which on progress by both parties. The process deals with terms negotiation and transaction needs of the acquisition.

Before the announcement, Emtek Group acquisition over KLN has been rumored since October 2017. DailySocial reported the leading media from both companies such as KapanLagi and Merdeka will become independent properties. While others that intersect with Emtek Group will be merged.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Grup Emtek Konfirmasi Akuisisi terhadap KapanLagi Network

Grup Emtek, lewat anak usahanya PT Kreatif Media Karya (KMK), mengonfirmasi pihaknya bakal menguasai saham KapanLagi Network (KLN), sekaligus mengumumkan sinergi unit usaha antara keduanya.

KMK akan masuk ke KLN lewat penerbitan saham baru sebanyak 50 persen dan 1 lembar yang sepenuhnya akan diserap KMK. Dalam transaksi ini juga akan ada sinergi unit usaha antara kedua perusahaan. KLN akan memiliki 99,9 persen saham Liputan6.com, media digital di bawah KMK.

Ini adalah kali kedua dalam tiga tahun terakhir KLN berpindah kepemilikan. Sebelumnya di bulan April 2015 pihaknya menjual saham mayoritas (52%) ke MediaCorp Singapura. Dikabarkan MediaCorp masih memegang saham minoritas di KLN pasca akuisisi oleh KMK ini.

Dikutip dari Katadata dan CNN Indonesia, dampak sinergi bisnis ini turut mengubah struktur organisasi. Pendiri KLN, Steve Christian, akan menjabat sebagai Chief Operating Officer. Sementara Presiden Direktur KMK Digital Media Group Karaniya Dharmasaputra menjabat sebagai Deputi COO.

“Pengalihan ini sedang diproses sesuai hukum dan ketentuan yang berlaku di Indonesia dan akan efektif setelah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Liputan 6.com dan KLN,” kata CEO KMK Adi Sariaatmadja.

Dia mengatakan perusahaan terus berkomitmen mengembangkan kegiatan lini usaha media dengan menambah beberapa media digital yang berada di bawah KLN. Adapun beberapa media tersebut seperti Kapanlagi.com, Merdeka.com, Bola.net, Vemale.com, Fimela.com, Brilio.net, Famous.id, dan Dream.co.id

Adapun saat ini, Grup Emtek memiliki beberapa media di bawahnya seperti Liputan6.com, Bola.com, Bintang.com, dan media televisi SCTV, Indosiar, dan O Channel.

Pihaknya melihat ada sinergi yang cukup kuat antara TV dan media digital pada masa depan. Untuk itu, diharapkan kemitraan ini membuat KMK akan menjadi grup media digital dengan media vertikal terlengkap dari berbagi segmen pemberitaan. Seiring antisipasi jumlah pengguna internet dari kaum milenial yang terus meningkat.

CEO KLN Steve Christian menambahkan rencana akuisisi ini adalah bentuk antisipasi kedua perusahaan dalam menghadapi persaingan dengan media yang selama ini menyajikan berita palsu dan tidak berimbang.

“Kami menjadi satu untuk menjadi nomor satu dengan menjangkau lebih dari 100 juta pengguna internet di Indonesia. Apalagi dengan tim gabungan dengan jumlah lebih dari 1.000 orang,” katanya.

Dia pun menegaskan kembali, keberhasilan ini akan bergantung pada proses due dilligence yang sebenarnya masih dalam proses kedua belah pihak. Proses ini membicarakan negosiasi berbagai syarat dan kebutuhan transaksi akuisisi.

Sebelum pengumuman ini beredar, kabar Grup Emtek mengakuisisi KLN sudah berhembus sejak Oktober 2017. DailySocial memberitakan media unggulan dari kedua perusahaan seperti KapanLagi dan Merdeka akan menjadi properti independen. Sementara properti yang memiliki irisan dengan Grup Emtek akan digabung.

Girnar Software dan EMTEK Luncurkan Portal Otomotif Oto.com di Indonesia

Girnar Software, melalui anak perusahannya CarBay Pte Ltd, dan KMK Online, anak perusahaan grup EMTEK, meluncurkan portal otomotif Oto.com di Indonesia. CarBay mengintegrasikan portal berita dan situs penjualan mobil, yang lebih dulu hadir, dalam satu tempat. Dalam acara peluncuran Oto.com, CEO EMTEK Group Sutanto Hartono menyebutkan dipilihnya Girnar Software sebagai partner merupakan penantian panjang EMTEK untuk bisa melengkapi portofolio di bidang otomotif.

“Bagi kami di EMTEK, kerja sama ini merupakan proses pencarian yang cukup panjang untuk bisa bermain di bidang otomotif. Diharapkan ke depannya Oto.com bisa menjadi portal otomotif terdepan di Indonesia,” kata Sutanto.

Girnar Software sendiri telah berdiri sejak tahun 2007 dan telah memiliki sejumlah portofolio produk teknologi di bidang otomotif. Melalui kerja sama ini CarBay memiliki 70% saham perusahaan dan KMK Online akan memiliki 30%. Untuk investasi sendiri Emtek mengeluarkan investasi sekitar $25 juta (sekitar Rp 320 miliar) untuk teknologi, pemasaran, akuisisi pelanggan dan lainnya.

“Dengan investasi yang telah digelontorkan kami percaya Oto.com dapat menjadi besar dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia yang ingin mencari alternatif lain dalam hal mencari mobil atau motor baru dan bekas,” kata Presiden Direktur KMK Online Adi Satriaatmadja.

Kehadiran Oto.com di Indonesia nantinya akan bersaing langsung dengan Carmudi, Mobil123, dan iCarAsia.

Bukan sekedar platform otomotif biasa

Dalam acara peluncuran Oto.com tersebut, turut hadir CEO Oto.com Mohit Yadav yang menjelaskan perbedaan Oto.com dengan pemain lainnya secara detil. Dengn latar belakang pengalaman yang dimiliki dan teknologi yang diterapkan, Oto.com mengklaim sebagai aplikasi mobile paling lengkap dan komprehensif di Indonesia.

“Kami memiliki success story sekitar 80% penjualan mobil dan motor di dealer dari pengguna yang melihat rekomendasi serta informasi mobil dari CarBay di India, hal tersebut membuktikan potensi mobile untuk menarik lebih banyak pengguna secara online untuk membeli mobil di dealer,” kata Mohit.

Aplikasi mobile yang saat ini sudah bisa diunduh di platform Android dan iOS memiliki ragam feature yang bisa digunakan oleh pengguna untuk mendapatkan rekomendasi mobil dan motor baru atau bekas, mulai dari harga, spesifikasi, fitur, gambar, ulasan, hasil uji jalan, jenis dan merek mobil, dan panduan mobil secara online. Yang diklaim merupakan inovasi yang hanya dimiliki oleh Oto.com adalah virtual reality fitur yang bernama Exclusive Feel the Car.

“Kami dengan bangga menghadirkan teknologi VR dalam aplikasi untuk pengguna yang ingin melihat mobil dari luar hingga ke dalam dengan gambar HD dan jelas,” kata Mohit.

Sebagai aplikasi yang berperan sebagai perantara yang menghubungkan konsumen dengan perusahaan otomotif, Oto.com mengklaim telah menggandeng 1500 dealer di Indonesia, dengan jumlah dealer mobil terbanyak di Jakarta.

“Selain Jakarta, dealer terbanyak yang kami miliki saat ini ada di kota Medan dan Surabaya. Diharapkan hingga akhir tahun nanti kami bisa mendapatkan lebih banyak dealer yang menjual mobil atau motor baru dan bekas.” kata Mohit.

Mohit juga menambahkan saat ini pencarian rekomendasi mobil baru masih yang terbanyak sementara untuk mobil bekas masih sedikit jumlahnya. Untuk penggunaan platform yang terbanyak Oto.com mencatat masih melalui browser disusul dengan desktop dan aplikasi.

“Untuk pemasaran kami juga terus melancarkan kampanye digital ads dan platform lainnya yang diharapkan bisa mengakuisisi lebih banyak pengguna Oto.com,” kata Mohit.

Layanan lebih untuk dealer mobil

Layanan terpadu yang diberikan oleh Oto.com bukan hanya berguna bagi pengguna yang ingin merasakan pengalaman lebih dalam hal melakukan pencarian mobil secara online, namun juga kepada dealer mobil yang saat ini belum mengadopsi teknologi digital untuk mengembangkan usaha. Terkait dengan dealer, Oto.com tidak melakukan kurasi atau penyaringan secara khusus kepada dealer dan mengajak lebih banyak dealer untuk memanfaatkan teknologi yang dimiliki oleh Oto.com.

“Secara keseluruhan kami memberikan teknologi terkini kepada pihak dealer dengan fitur dashboard lengkap dan additional service yang bisa membantu meningkatkan penjualan mobil. Itulah monetisasi yang dilancarkan oleh Oto.com lebih kepada dealer, bukan kepada pengguna,” kata Mohit.

Untuk pengguna tidak dikenakan biaya dan harga khusus, semua proses pencarian bahkan mengunduh buku panduan mobil secara online bisa dilakukan langsung melalui aplikasi secara gratis. Oto.com juga memberikan keleluasan bagi penggunanya untuk membandingkan model kendaraan dan menyediakan informasi terkini tentang mobil dan motor yang baru diluncurkan, penyesuaian harga dan berbagai update dari industri otomotif.

“Dengan keahlian teknologi kami dan jaringan luas Emtek kami yakin Oto.com bisa memimpin pasar portal otomotif di Indonesia,” kata Mohit.

Emtek Group Joins the Investment Round for PropertyGuru

PropertyGuru Group announced that they’ve just sealed S$175 million from a strategic consortium consists of TGP, Emtek Group, and Square Peg Capital. The investment becomes the biggest among tech startups in Southeast Asia this year. In its release, the investment will be allocated to support PropertyGuru’s innovation, including marketing strategy development and marketing area expansion. Continue reading Emtek Group Joins the Investment Round for PropertyGuru

Kudo Secured Funding from Emtek Group

Only a month after securing a funding from GREE Ventures, East Ventures, 500 Startups, and IMJ Partners for expansion to other cities, Kudo sealed an undisclosed investment from Emtek Group. This time, it’s in form of strategic partnership with Emtek’s broad access in numerous media and a network of e-commerce services. Continue reading Kudo Secured Funding from Emtek Group

Bobobobo Secured Series A Funding from EMTEK Group

Bobobobo has just announced that it successfully sealed an undisclosed Series A Funding from EMTEK Group’s subsidiary, PT. Kreatif Media Karya (KMK). The funding will be allocated to the development of its customer base as well as online marketing. The startup will also better up its collaboration with partnering merchants and improve its mobile initiative performance. Continue reading Bobobobo Secured Series A Funding from EMTEK Group

Singapore’s MediaCorp Is Rumoured to Acquire KapanLagi Network

Rumour had it that Singapore’s largest media network MediaCorp has signed a MoU upon signing KapanLagi Network (KLN). KLN’s CEO Steve Christian when asked for confirmation said he’s not giving comment on rumor. Continue reading Singapore’s MediaCorp Is Rumoured to Acquire KapanLagi Network