Aplikasi Jasa Keamanan Mytra Guard Resmi Meluncur di Jakarta

Untuk memperluas bisnisnya, PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) yang merupakan anak perusahaan PT Astra Graphia Tbk, hari ini meluncurkan layanan produk on-demand yang diciptakan oleh Owned Solutions, salah satu divisi pengembangan produk di AGIT yang bernama Mytra.

Produk pertama dari Mytra yang diluncurkan adalah Mytra Guard yang berbasis digital, merupakan layanan pertama di bidang jasa sekuriti milik AGIT. Masih fokus hanya di Jakarta, Mytra Guard diklaim memiliki aplikasi yang menarik dengan fitur yang mudah untuk digunakan.

Kepada media VP Direktur AGIT, Wanny Wijaya menegaskan layanan Mytra Guard ini merupakan yang pertama diluncurkan, ke depannya akan diluncurkan pula layanan berbasis teknologi lainnya dari AGIT.

“Berdasarkan pengalaman kami yang selalu berkecimpung dengan korporasi, Mytra Guard kami hadirkan untuk korporasi hingga kalangan individu. Kami ingin memberikan layanan keamanan yang terjamin dan mudah untuk digunakan melalui aplikasi.”

Saat ini Mytra Guard sudah bisa diunduh di platform Android, sementara untuk iOS akan menyusul dalam waktu dekat.

Pilihan keamanan rumah dan acara khusus

Saat ini Mytra Guard hanya menyediakan dua layanan khusus, yaitu petugas keamanan untuk menjaga rumah atau tempat tinggal dan petugas keamanan untuk menjaga acara khusus. Dengan pilihan dua shift waktu yaitu 8 dan 12 jam, pengguna akan dikenakan biaya mulai dari Rp 500 ribu rupiah untuk satu kali penggunaan layanan.

“Saat ini kami memang belum menyediakan layanan keamanan mobile, hal tersebut terkait dengan regulasi yang ditetapkan oleh kepolisian, yaitu hanya menyediakan layanan keamanan di tempat saja. Namun ke depannya jika memang sudah mengantongi izin, pilihan keamanan secara mobile juga bakal dihadirkan,” kata Wanny.

Dengan harga yang ditetapkan oleh Mytra Guard, secara khusus target pengguna yang disasar adalah kalangan middle-up. Namun demikian jika memang pada akhirnya makin banyak permintaan dari kalangan lain untuk jasa keamanan Mytra Guard, tidak menutup kemungkinan pilihan harga dan pilihan layanan akan ditambah.

“Untuk pemesanan kami masih menyediakan dua shift saja saat ini, sementara untuk waktu pemesanan kami hanya bisa memberikan estimasi waktu 2-3 jam ke depan,” kata Business Leader Mytra Gina Permana.

Saat ini Mytra Guard sudah diunduh oleh lebih dari 100 orang. Untuk pilihan pembayaran Mytra Guard menyediakan layanan bank transfer, sementara untuk memudahkan komunikasi dengan pengguna, Mytra Guard juga menyediakan layanan pelanggan dan in-app message.

Bermitra dengan jasa keamanan profesional

Sebagai langkah awal, Mytra Guard menggandeng jasa keamanan yang sudah berpengalaman dan profesional dalam bidangnya yaitu PT Sigap Prima Astrea. Dipilihnya PT Sigap Prima Astrea sebagai mitra, berdasarkan latar belakang dan track record yang baik dari para tim sekuriti dan keamanan yang tergabung dalam Sigap. Untuk saat ini Mytra Guard masih memiliki kontrak dengan Sigap, namun tidak menutup kemungkinan ke depannya kemitraan dengan layanan serupa akan terbuka.

“Saat ini Sigap telah memiliki sekitar seratus ribu lebih petugas keamanan yang dilengkapi dengan gadget dan dashboard khusus dari Mytra Guard. Memudahkan Sigap untuk melakukan komunikasi sekaligus konfirmasi melalui aplikasi,” kata Direktur PT Sigap Prima Astrea Agus Pramono.

Kemitraan strategis ini dilancarkan oleh Mytra Guard dan Sigap untuk memudahkan koordinasi dan penanganan tim sekuriti. Mulai dari pemberian gaji hingga asuransi petugas keamanan.

“Untuk lebih mempermudah ketentuan asuransi pengguna ke depannya, Mytra Guard akan menghadirkan fitur khusus yang bisa digunakan oleh pengguna yang ingin memilih asuransi sendiri,” kata Wanny.

Layanan Mytra Guard dari AGIT secara langsung akan berkompetisi dengan layanan aplikasi serupa yaitu Sekuritiku, yang sudah hadir sejak bulan Maret 2017 lalu.

Application Information Will Show Up Here

Telkomtelstra dan Microsoft Kolaborasi Hadirkan Layanan Hybrid Cloud di Indonesia

Bekerja sama dengan Microsoft, Telkomtelstra yang merupakan perusahaan patungan antara Telkom dengan operator telekomunikasi Australia, menghadirkan layanan hybrid cloud. Telkomtelstra sendiri dikenal dengan salah satu layanannya berupa managed services, dipadukan dengan produk komputasi awan dari Microsoft Azure.

Keduanya memiliki visi untuk memperkuat penetrasi ke pasar cloud yang tengah berkembang di Indonesia dan membantu perusahaan dalam mematuhi kebijakan residensi data lokal, latensi yang lebih rendah, serta akses kinerja yang lebih baik. Untuk itu Azure Hybrid Cloud dengan Azure Stack dihadirkan.

Mekanisme hybrid cloud memungkinkan pengguna untuk menyimpan aplikasi dan data secara hybrid, ada yang terletak di lingkungan non-virtual (on-premise) ada pula yang diletakkan di layanan private cloud, sesuai dengan kebijakan yang dimiliki.

“Agar bisa selalu memenuhi permintaan pasar, maka di era digital ini semua bisnis harus didukung dengan teknologi cloud, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya, menciptakan inovasi dengan meningkatkan pendapatan dan aset yang tersedia, serta mentransformasi bisnis dengan model bisnis baru,” sambut Presiden Direktur Telkomtelstra Erik Meijer.

Tingkat adopsi teknologi cloud di Indonesia terpantau terus meningkat dan menjadi suatu sistem bagi perusahaan untuk membangun, mengelola dan menciptakan nilai bisnis baru bagi pelanggannya. Menurut Tony Seno Hartono selaku National Technology Officer Microsoft Indonesia, para pemimpin teknologi dalam bisnis tengah melangkah pasti untuk melakukan transformasi digital di organisasi mereka masing-masing.

Kendati demikian, di saat yang bersamaan mereka juga harus mengelola infrastruktur teknologi warisan yang terdahulu. Oleh sebab itu 48% di antaranya lebih mengutamakan hybrid cloud dibandingkan public atau private cloud untuk perusahaan mereka dalam kurun waktu singkat ke depan.

“Beberapa tahun ke depan merupakan masa-masa penting bagi para pemimpin TI, di mana mereka harus melakukan transisi menuju infrastruktur TI modern berbasis cloud yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bisnis digital mereka,” ujar Toni.

Lebih lanjut, kerja sama antara Telkomtelstra dan Microsoft Indonesia juga akan menawarkan solusi menyeluruh dari Azure Public Cloud kepada para pelanggan di Indonesia.

Melihat Potensi Social Entrepreneurship di Indonesia

Dalam risetnya Asian Venture Philanthropy Network melakukan kajian terhadap tren serta potensi ekonomi sosial di Indonesia, yang mulai didomonasi oleh platform crowdfunding serta sumber dana dari investor. Berikut adalah rangkuman tren social entrepreneurship, kontribusi pengusaha lokal dan maraknya investor lokal hingga asing, yang ingin memberikan kontribusi dalam hal ekonomi sosial di Indonesia.

Bangkitnya tren crowdfunding dan crowdlending

Sejak dua tahun terakhir Indonesia mulai diramaikan dengan crowdfunding platform yang berfungsi untuk menampung dan mengumpulkan dana untuk pengguna yang membutuhkan. Salah satu crowdfunding lokal yang cukup populer di tanah air adalah Kitabisa yang menyasar program sosial dan berinvestasi kepada ekonomi sosial.

Pada akhir tahun 2016 yang lalu Kitabisa mengumumkan telah berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 61 miliar, naik tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 7,2 miliar. Adapun rincian pengelolaan dana tersebut Kitabisa mewadahi 3.227 kampanye dan menghubungkan 192 ribu donatur, dengan rata-rata donasi per orang sebesar Rp 289 ribu.

Penggalangan dana terbesar yang berhasil dihimpun oleh Kitabisa adalah masjid Chiba Jepang dengan nilai mencapai Rp 3,2 miliar. Untuk kampanye populer lainnya, seperti bencana dan kemanusiaan di Garut ketika banjir bandang sebesar Rp 883 juta dan banjir Sumedang Rp 203 juta. Ada juga untuk bantuan medis perjuangan tumor otak di perantauan sebesar Rp 471 juta.

Kemudian terkait isu nasional misalnya donasi untuk dukungan Rio Haryanto sebesar Rp 273 juta, dan kegiatan lain seperti Shelter Garda Satwa Indonesia sebesar Rp 285 juta.

Platform lain yang juga cukup aktif di Indonesia adalah GandengTangan. GandengTangan menawarkan alternatif solusi untuk membantu pelaku usaha dan gerakan-gerakan sosial untuk menggalang dana pinjaman tanpa bunga (crowdlending) melalui situs mereka GandengTangan.org.

Berbeda dengan crowdfunding, konsep crowdlending yang diusung oleh GandengTangan memberikan lebih banyak kesempatan setiap orang yang ingin berperan dan meminjamkan dana mereka, minimal Rp 50 ribu, dengan bunga 0%.

Selain Kitabisa dan Gandengtangan, iGrow juga hadir sebagai platform untuk agrikultur, yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan pendanaan untuk pertanian dari investor. iGrow didirikan oleh Muhaimin Iqbal, Andreas Sanjaya, dan Jim Oklahoma untuk menghubungkan sponsor/investor, petani, pemilik lahan, dan pembeli hasil pertanian secara bersamaan. iGrow adalah jebolan program akselerasi 500 Startups Batch 16.

Sebagai platform yang merangkul banyak pihak, iGrow mengedukasi pasar dengan memberikan bukti nyata keuntungan yang bisa dibuat dengan menanam. iGrow juga membentuk komunitas yang memperoleh asupan info-info terbaru soal program yang dilakukan.

Investor lokal dan asing mendukung social enterprise

Sepanjang tahun 2015-2016 sudah banyak investor asing dan lokal yang turut memberikan pendanaan kepada startup social enterprise. Mulai dari pertanian, kesehatan hingga UMKM, para investor tersebut cukup agresif menanamkan modalnya di tanah air. Beberapa social enterprise yang sempat mendapatkan pendanaan tersebut adalah, m-clinica dari investor Unitus Impact serta Amartha dari BEENEXT dan Mandiri Capital.

Keberadaan ekonomi sosial juga saat ini sudah banyak didukung oleh jaringan angel investor seperti ANGIN hingga organisasi internasional seperti Omidyar, Kinara, dan YCAB Ventures yang bisa membantu ekosistem untuk social impact di Indonesia.

Di akhir riset tersebut disebutkan, tantangan selanjutnya yang bakal dihadapi oleh investor dan entrepreneur adalah terkait dengan aturan dari regulator dalam hal ini pemerintah, dan bagaimana para pengusaha, investor bisa bekerja sama dengan pemerintah. Tantangan lain adalah, bagaimana para pengusaha dan investor bisa memperluas jangkauan wilayah layanan bukan hanya di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, namun juga di pelosok kota di Indonesia.

Tentang Trivio, Pergantian Nama dan Sejumlah Fitur Pelengkap

Salah satu cara sukses startup dikenal adalah dengan memiliki nama atau brand yang kuat. Tim Zanada paham betul hal ini. Setelah menjalani diskusi dan beberapa pertimbangan, Zanada akhirnya berubah nama menjadi Trivio. Nama Zanada ditinggalkan karena banyak yang mengira Zanada merupakan bagian dari Zalora, Lazada bahkan Panada. Trivo akhirnya dipilih sebagai pengganti Zanada karena dinilai lebih mudah diingat dan dilafalkan.

Trivio sendiri diakui salah satu penggagasnya Ibnu Rizal sebagai penyempurnaan dari Zanada. Trivo mendapatkan sejumlah penambahan fitur yang membuatnya bisa bekerja optimal untuk operasional pekerja di lapangan yang menggunakan perangkat mobile.

“Zanada kala itu masih prematur dan hanya punya aplikasi berbasis web saja, kurang powerful untuk operasional di lapangan memakai handset. Trivio memiliki fitur sesuai dengan apa yang saya harapkan saat membangun Zanada, yakni aplikasi yang terintegrasi antara web based untuk manager/director, serta native Android apps untuk para salesman,” terang Rizal.

Dari penuturan Rizal, Trivio dirancang untuk mengedepankan kontrol proses penjualan yang terukur dan transparan bagi para manager, pemilik bisnis dan salesman sendiri. Ada pun fitur-fitur yang menjadi unggulan antara lain, Absensi Online melalui aplikasi yang terintegrasi, Pipeline yang digunakan untuk melihat proses, Check in – Check out untuk update penjualan dan lokasi pertemuan, Photo Geo-tagging untuk laporan keberadaan lokasi, Region Based Salesman, dan beberapa lainnya.

Selain itu Trivio juga menyediakan fitur untuk memantau kondisi GPS, sehingga penggunaan GPS palsu akan terdeteksi. Demikian juga status baterai dari perangkat yang digunakan.

“Selain memosisikan diri untuk manager/business owner, kami juga memosisikan diri untuk tenaga lapangan. Trivio punya fitur untuk mendeteksi pengaktifan Fake GPS sehingga di laporan manager jika salesman mengaktifkan Fake GPS maka akan muncul notifikasi Fake di laporan. Status baterai pun telah ada di Trivio sehingga manager pun bisa tahu berapa persen baterai yang terpakai oleh handset si Salesman saat itu,” papar Rizal lebih lanjut.

Saat ini Trivio yang sudah digunakan salah satu perusahaan distribusi medical di Indonesia, dan terus berupaya untuk menambah jumlah pengguna mereka. Rizal menuturkan pihaknya menargetkan setidaknya ada sepuluh perusahaan yang menggunakan layanannya di penghujung akhir tahun ini.

“Pangsa pasar solusi ini sangat besar mengingat banyaknya distributor di Indonesia maupun worldwide (mengingat flow sales secara overall itu tidak jauh beda di setiap negara). Kami yakin dalam dua tahun ke depan dapat menembus minimal pasar Asia Tenggara,” tutup Rizal.

BRI Tunjuk Indra Utoyo sebagai Direksi, Kuatkan Unsur Fintech di Tubuh Perusahaan

Direktur Innovation & Strategic Portofolio PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom) Indra Utoyo resmi terpilih menjadi direksi di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menggantikan Zulhelfi Abidin‎. Pemilihan pejabat Telkom tersebut tak lain untuk memperkuat bisnis digital BRI. Dalam pernyataannya, Wakil Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa kini perusahaan memahami betul urgensi untuk masuk ke ranah fintech, termasuk melakukan transformasi digital menyesuaikan laju kebutuhan konsumen modern.

Sebelumnya sempat mencuat salah satu target pengembangan bisnis BRI. Menganggarkan Rp2 triliun, selain untuk menguatkan sektor dan komponen perbankan itu sendiri, BRI berencana mendirikan sub-bisnis berupa modal ventura untuk melanjutkan keterlibatannya dalam mendorong bisnis UMKM di Indonesia. BRI juga tengah membidik perusahaan ventura untuk merelaisasikan tujuan tersebut.

Terkait dengan tantangan fintech, direktur BRI saat ini Asmawi Syam sempat menjelaskan strateginya, yakni dengan membangun sistem digital banking. BRI sadar betul bahwa sasaran fintech merupakan generasi muda, kalangan paling konsumtif yang terus menggerus angka mayoritas transaksi keuangan.

“Tantangan perbankan ke depan ini akan lebih berat lagi. Kita akan berhadapan dengan fintech. Kita harus berpikir sebaik mungkin,” terang Asmawi.

Berbicara soal pengalaman, bersama Telkom, Indra Utoyo dikenal sebagai sosok penggiat ekonomi kreatif digital. Beberapa program pembinaan startup dipimpin langsung dalam kendalinya, termasuk program Indigo Creative Nation yang terus bergulir menyasar startup terbaik di Indonesia hingga saat ini. Selain duduk di kursi direktur Telkom, Indra Utoyo juga menjabat sebagai Ketua Umum Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi & Komunikasi Indonesia (MIKTI).

Kiprah Indra Utoyo mungkin dinilai akan mampu bersinergi dengan tuntutan bank BRI go digital dalam lanskap fintech nasional, sekaligus memaksimalkan sistem permodalan yang ditargetkan akan siap saji di tahun ini (modal ventura BRI). Terlebih beberapa waktu belakangan, upaya peluncuran satelit juga digaungkan menjadi salah satu landasan layanan teknologi yang akan dimaksimalkan oleh BRI.

Layanan Komputasi Awan ibizCloud Hadir untuk Segmen Pasar Korporasi

Hutchison Global Communications Limited bekerja sama dengan PT Centrin Online Prima mengumumkan peluncuran ibizCloud di Jakarta. Sebuah layanan komputasi awan yang ditujukan untuk kalangan korporasi, baik dengan cakupan lokal ataupun global. Dengan kapabilitas teknologi dan desain layanan terkustomisasi, Hutchison menyajikan konektivitas internasional dengan disandingkan konektivitas lokal yang dimiliki Centrin Online sebagai ISP (Internet Service Provider).

Adanya konektivitas internasional dan lokal tersebut dinilai mampu memudahkan perusahaan untuk melakukan pertukaran data, antara kantor di luar negeri dengan perwakilan yang terdapat di Indonesia. ibizCloud juga fokus pada teknologi cloud storage untuk mendukung realisasi big data di lingkungan bisnis. Setidaknya tiga varian model layanan yang ditawarkan, yaitu Infrastructure as a Service (IaaS), Bandwidth as a Service (BaaS) dan Dedicated Bandwidth as a Service (DBaaS).

“Menghadirkan ibizCloud di Jakarta menjadi awalan yang baik untuk tahun 2017 bagi Hutchison. Inisiatif ini turut memperkuat kehadiran kami di Asia, setelah sebelumnya melakukan peluncuran juga di Hanoi pada Desember lalu,” ujar President of International and Carrier Business Hutchison Andrew Kwok dalam rilisnya.

Centrin Online sendiri sebelumnya dikenal sebagai perusahaan di balik PrimaNET. Sebagai ISP untuk korporasi dan ritel kalangan menengah ke atas, saat ini Centrin Online telah memiliki wilayah operasi di Jakarta, Bandung, Denpasar, Medan dan Surabaya. Terakhir manuvernya adalah menyajikan layanan triple play, menyatukan paket layanan internet, dengan paket telepon dan TV berbayar.

“Kami bangga dengan kerja sama antara Centrin Online dan Hutchison untuk membawa ibizCloud ke Indonesia. Langkah ini menawarkan kesempatan menarik untuk memberikan layanan cloud yang cepat dan andal berkelas dunia yang disesuaikan dengan pasar ISP yang mana kami telah berpengalaman lebih dari 25 tahun di dalamnya,” sambut CEO Centrin Online Ismail Hirawan.

Gandeng Ericsson, Indosat Ooredoo Hadirkan “Cloud-Ready Revenue Management”

Untuk memberikan penawaran baru terkait dengan charge billing yang lebih cepat kepada publik, Indosat Ooredoo menjalin kemitraan selama 5 tahun ke depan dengan  Ericsson. Nantinya akan diterapkan sistem Revenue Management System, bernama Ericsson Revenue Manager, yang memungkinkan pihak Indosat Ooredoo untuk memberikan layanan produk dan paket sesuai dengan permintaan pelanggan di Indonesia.

“Indosat Ooredoo adalah pemimpin Data Experience, yang mana kami akan memberikan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Seiring kerja sama dengan Ericsson, kami akan secara cepat memberikan penawaran berupa produk data terbaru serta layanan yang mendukung pertumbuhan portofolio layanan Digital, yang pada akhirnya akan memungkinkannya ‘Internet of Things’,” kata President Director & CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli dalam rilisnya.

Konfigurasi sederhana Ericsson Revenue Manager diklaim mengurangi dependensi pada Departemen Teknis, mempermudah dan mempercepat peluncuran layanan baru, dan mendukung future-proof operations dalam menghadapi perubahan permintaan dari pelanggan serta gangguan teknologi.

“Kami bangga bisa bekerja sama dengan Indosat Ooredoo dalam strategi transformasi digital di Indonesia. Kolaborasi ini membuktikan inovasi Ericsson Revenue Manager memberikan pengalaman berbeda bagi pelanggan. Perjanjian kerja sama ini menjadi sorotan utama kami dalam proses transformasi pelanggan kami dalam membentuk dan mempercepat Network Society di Indonesia,” kata Head of Ericsson Indonesia and Timor Leste Thomas Jul.

SAP Digital Boardroom Sederhanakan Pelaporan Kerja Secara “Real Time”

Perusahaan perangkat lunak aplikasi enterprise, SAP, meluncurkan SAP Digital Boardroom di Jakarta yang bertujuan untuk menyederhanakan pelaporan kinerja di semua bidang usaha secara real-time, terutama pebisnis yang dituntut mengambil keputusan bisnis secara cepat dan akurat.

SAP Digital Boardroom dikembangkan dari solusi SAP BusinessObjects Cloud dengan menghadirkan data SAP S/4HANA Suite dan SAP HANA Cloud Platfrom. Kedua data ini dihadirkan untuk memaparkan laporan dan metrik yang dibutuhkan perusahaan sebagai “single source of truth.”

Segala data dari berbagai industri bisa ditampilkan di SAP Digital Boardroom, tinggal di kostumisasi saja sesuai kebutuhan. Pendekatan seperti ini dinilai penting untuk membantu perusahaan bergerak secara lincah dalam mengikuti kecepatan perubahan di era digital ekonomi.

“SAP Digital Boardroom menyediakan kemudahan analisa bagi para C-Level dalam mengakses informasi bisnis seperti kinerja keuangan, jumlah pelanggan, sistem rantai pemasok, dan lainnnya secara real-time. Hal ini akan membuat pengambilan keputusan jadi lebih cepat dan akurat,” ucap Megawaty Khie, VP dan Managing Director SAP Indonesia, dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Dia melanjutkan, transformasi digital yang terus berkembang di Indonesia jelas memerlukan manajemen data terpadu bagi semua perusahaan, terlepas dari skalanya. SAP Digital Boardroom dilengkapi dengan kemampuan bisnis yang cerdas, dirancang secara khusus membantuk pebisnis eksekutif mencapai pelaporan data yang real-time, mengidentifikasi risiko bisnis, dan melihat peluangnya.

Menurutnya, ada tiga keuntungan yang ditawarkan SAP Digital Boardroom. Mulai dari transparansi total ditampilkan real-time tanpa duplikasi data. Wawasan instan berbasis data, di mana fungsi eksplorasi analisis yang tajam menggunakan tampilan antar pengguna yang sederhana dalam menjawab pertanyaan mendadak.

Terakhir, proses ruang rapat yang disederhanakan, di mana pengguna yang intuitif dengan pengalaman layar tunggal dan layar sentuh modern, menggunakan proyektor dan laptop. Sehingga, visualisasi data secara live menghilangkan presentasi statis.

Bidik Pasar Enterprise, Bornevia Tambah Pilihan Paket Produk dan Siap Sematkan Fitur-Fitur Baru

Bertempat di D.LAB by SMDV, Jakarta, hari ini (1/12) startup Indonesia penyedia layanan CRM Bornevia mengumumkan kehadiran dua paket produk terbarunya, Enterprise Plan dan Lite Plan. Bersamaan dengan itu, berbagai fitur baru juga mulai disematkan dalam layanan Bornevia seperti Personal Messages dan 360 degree review yang lebih ditujukan untuk pasar enterprise. Ke depannya, selain mengejar target untuk profitable dan menggelar event offline rutin, Bornevia juga berencana untuk menambah kanal yang dapat terintegrasi seperti Facebook Messenger dan LINE.

CEO Bornevia Benny Tjia mengatakan bahwa salah satu alasan dari diluncurkannya paket Enterprise adalah karena melihat adanya kebutuhan Brands dan Digital Agency dalam menangani jumlah akun media sosial yang banyak dalam satu waktu. Sementara itu paket Lite Plan diluncurkan untuk membidik pasar startup yang masih baru meluncur dan tanpa modal pendanaan. Lite Plan sendiri ditawarkan gratis dan tanpa batasan waktu, tetapi terbatas untuk satu mailbox, satu widget, dan tiga pengguna.

Paket layanan baru Bornevia / DailySocial
Paket layanan baru Bornevia / DailySocial

“Kami meluncurkan Lite Plan ini karena melihat ada banyak startup baru yang masih kecil dan belum mampu menggunakan software dengan harga $10 per user per month [Standard Plan Bornevia],  sedangkan mereka butuh untuk menaikkan trafik layanan. [Di sisi lain] Live chat itu terbukti bisa menaikkan conversion, jadi kami gratiskan itu [layanan Live Chat Bornevia]. Namun, kami tetap batasi hanya untuk satu mailbox, satu widget, dan tiga user,” jelas Benny.

Benny menambahkan, “Sebelum memutuskan untuk memasuki pasar Enterprise, tim kami melakukan riset terlebih dahulu. […] Kami temukan bahwa memang Brand dan Digital Agency [besar] yang terbiasa menangani banyak akun media sosial memiliki tantangan dalam memberikan social customer service yang berkualitas di saat traffic media sosial mereka sangat tinggi. Tentu menerima dan membalas semua pesan di satu platform akan lebih efisien dan meningkatkan produktivitas perusahaan.”

Peningkatan back end dan penyematan fitur-fitur baru

Dengan membidik pasar yang lebih luar, enterprise skala besar, Benny mengungkapkan bahwa mereka juga melakukan pembenahan dari sisi back – end agar platform yang ditawarkan dapat menangani trafik yang masuk dengan cost yang terjangkau. Ini demi memperoleh margin yang tinggi dan membuat platform menjadi lebih andal.

Benny menjelaskan, “Jadi di produk baru ini kami melakukan peningkatan di sisi reliability untuk [target pasar] enterprise-nya, terutama yang memiliki banyak akun media sosial untuk brand-nya [20 ke atas]. Kami harus make sure trafik yang masuk itu bisa tertahan dengan cost yang terjangkau. Meski terlihat simple, tinggal connect akun-akun tersebut dan balas pesan yang masuk, tetapi ini sebenarnya berat untuk server.”

“Untuk handle trafik API media sosial dan pesan yang masuk dari akun-akun media sosial brand itu cost-nya bisa hampir 7000 dollar. Kemarin cost kami juga sempat melambung tinggi untuk handle semua klien enterprise, trial dan yang sudah bayar. Namun, kami sudah menemukan caranya. […] Jadi, yang kami lakukan itu optimize berbagai query yang datang dari media sosial, distribute ke server, dan macam-macam lagi sih. Ini agar kami bisa mendapat margin yang tinggi,” lanjut Benny.

Jadi, menurut Benny, inovasi yang dilakukan Bornevia sebagai sebuah perusahaan itu tidak harus berada di produk depan yang terlihat oleh konsumen, tetapi juga di sisi back – end  atau infrastruktur server juga. Sementara itu dari sisi front – end sendiri, menurut Benny ada dua fitur baru yang cukup signifikan dan sudah tersemat di Bornevia.

Dashboard Bornevia / DailySocial
Dashboard Bornevia / DailySocial

Fitur pertama adalah Personal Messages yang memberikan kemudahan bagi klien Bornevia untuk membalas pesan customer yang masuk melalui kanal publik atau yang lebih personal seperti private message dan direct message.

Fitur kedua adalah 360 degree yang memungkinkan Bornevia untuk mendeteksi consumer yang mengirim pesan ke brand adalah sorang public figure dengan follower yang banyak atau bukan. Ini akan membuat brand menjadi lebih berhati-hati dalam membalas pesan nantinya.

Rencana lainnya yang diungkapkan oleh Benny adalah penambahan kanal yang dapat terintegrasi. Benny mengungkapkan bahwa Bornevia sedang menjajaki kemungkinan untuk bisa terintegrasi dengan berbagai platform messenger seperti Facebook Messenger, LINE, Kik, dan lainnya. Paling dekat, menurut Benny, yang memiliki kemungkinan terbesar untuk terintegrasi terlebih dahulu adalah Facebook Messenger karena menyediakan API terbuka.

Mengenai rencana untuk tahun depan, Benny hanya mengungkapkan bahwa pihanya masih mengejar target untuk bisa profitable. Baru setelah itu akan mencoba untuk maju ke putaran pendanaan berikutnya.

Di samping itu, Bornevia juga berencana untuk menggelar berbagai event offline ke depannya. Tujuannya, selain memberi edukasi klien yang baru bergabung, juga untuk menggaet klien-klien potensial.

Saat ini, Bornevia sendiri mengklaim telah memiliki lebih dari 3000 perusahaan yang menggunakan platform mereka secara global. Dari 3000 perusahaan tersebut, hampir 50 persennya adalah perusahaan lokal.

Sementara untuk pelanggan enterprise, Benny mengungkapkan sudah ada empat enterprise yang bergabung dan dua dintaranya adalah yang sudah menjadi klien berbayar, yaitu Kalbe Nutritionals dan Bounche. Dua enterprise lainnya saat ini masih dalam masa trial. Satu enterprise bergerak di sektor FMCG (Fast-Moving Consumer Goods) dan satu lagi bergerak di sektor penerbangan.

Optimalkan Potensi Pasar Di Asia Tenggara, Experian Tunjuk Nick Boyle Sebagai Managing Director

Experian salah satu perusahaan yang bergerak di bidang data dan analisis asal Inggris Raya baru saja mengumumkan penunjukkan Nick Boyle sebagai Managing Director of Southeast Asia and Emerging Markets. Selanjutnya di bawah kepemimpinan Boyle Ezperian akan fokus pada pengembangan pelanggan di Asia Tenggara di tengah kebutuhan permintaan analisis data yang kian meningkat.

Boyle yang sudah lebih dari 15 tahun mengecap pengalaman di bidang perangkat lunak, data, dan analisis data. Dengan pengalamannya tersebut Boyle diharapkan mampu mendongkrak kinerja Experian terutama untuk mendulang banyak pengguna di pasar Asia Tenggara.

Boyle sendiri menanggapi pengangkatannya ini dengan menyebutkan bahwa bisnis sekarang lebih menyadari praktek manajemen data dibandingkan dengan sebelumnya. Experian dengan pengalamannya selama ini berusaha memberikan keuntungan dari analisis data bagi para pelanggan mereka.

Selain mengoptimalkan potensi dan peluang pertumbuhan big data dan analisis yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir di Asia Tenggara Boyle juga diharapkan mampu menghubungkan perusahaan telekomunikasi dengan lembaga keuangan melalui analisis data dan mikro analisis. Terutama untuk manajemen pelanggan dan solusi akuisisi yang merupakan prioritas utama bagi perbankan dan operator telekomunikasi.

Experian di Asia Tenggara juga disebutkan berusaha menjembatani kesenjangan inklusi keuangan bekerja sama dengan operator telekomunikasi dan lembaga keuangan untuk mengumpulkan menganalisis data untuk mencapai segmen pengguna baru dengan biaya yang dikurangi.

Salah satu faktor utamanya yang mendorong transformasi saat ini adalah pertumbuhan e-commerce di Asia Tenggara yang didorong oleh adopsi smartphone. Hal ini mengakibatkan lebih banyak orang yang memiliki smartphone daripada memiliki rekening bank.

“Experian menghubungkan lembaga keuangan dan operator telekomunikasi melalui teknologi didirikan pada analisis data dan mikroanalisis. Hal ini memungkinkan mereka untuk melayani pelanggan dengan biaya lebih rendah dan karena segmen yang lebih besar dari populasi. Tujuannya adalah untuk setiap pengguna smartphone untuk memiliki akses ke keuangan produk dan layanan,” terang Boyle menjelaskan.