Sembilan Tahun Dirilis, Team Fortress 2 Segera Dapatkan Mode Kompetitif

Ketika disebutkan, nama Team Fortress 2 pasti akan mengembalikan kenangan manis di benak gamer. Ia merupakan bagian dari bundel The Orange Box, dirilis bersama Half-Life 2: Episode 2 dan Portal. Sembilan tahun setelah pelepasannya, TF2 masih dinikmati oleh puluhan ribu pemain. Dan dari laporan terkini, Valve tampaknya ‘mencoba mengarahkan’ Team Fortress 2 ke ranah esport.

Melalui laman Steam Community, Valve membuat sebuah pengumuman singkat. Mereka menyingkap program Team Fortress 2 Competitive Beta, sembari mengabarkan bahwa grup itu akan digunakan Valve Corp. untuk merilis informasi terkait beta kompetitif, termasuk undangan bagi user yang ingin berpartisipasi. Buat sekarang, belum ada rincian apapun dari developer, namun info lebih lanjut bisa dipastikan akan segera mengalir begitu gamer mulai mencicipi beta.

Sebetulnya rencana Valve untuk membubuhkan bumbu kompetitif di Team Fortress 2 telah terdengar sejak sembilan bulan silam. Beberapa aspek yang jadi agenda mereka meliputi penambahan fitur stream list ala CS:GO, matchmaking, serta perbaikan di sejumlah aspek permainan. Pertanyaannya kini adalah, apakah mode kompetitif tersebut juga Valve terapkan pada versi non-Windows?

Team Fortress 2 sangat disukai karena developer terus-menerus memberikan update konten, berupa item, mode serta map baru. Ia dipuji kritik terkait art direction, humor, dan gameplay yang cenderung ringan. Meski berawal sebagai judul premium, ia berubah menjadi permainan free-to-play di tahun 2011, ditopang microtransaction. Supaya user free tetap berkesempatan untuk mendapatkan item baru, Valve menyediakan sistem drop acak.

Menariknya, terdapat spekulasi bahwa strategi ‘kompetitif’ ini diambil Valve buat merespons kehadiran Overwatch. Game baru Blizzard Entertainment itu kabarnya akan dilepas antara triwulan satu atau dua tahun ini. Banyak orang melihat kesamaan di antara kedua judul, contohnya pemanfaatan sistem kelas, dan penggunaan karakter-karakter unik serta visual yang penuh warna.

Tersedianya mode kompetitif belum tentu serta-merta mengubah Team Fortress 2 menjadi permainan esport; tapi berbicara olahraga elektronik, Valve berada di atas Blizzard dari sisi pengalaman, penerapan dan fanbase. Blizzard sendiri cukup gamblang ingin mengembangkan Overwatch sebagai judul kompetitif, namun TF2 dapat jadi penghalang terbesar buat mereka.

Jika belum familier dengan Team Fortress 2, saya sangat menyarankan Anda untuk mencobanya sendiri. Game bisa dimainkan gratis melalui layanan Steam.

Via GameSpot. Sumber: Reddit.

Lewat Street Fighter V, Capcom Akan Lebih Menyeriusi Esport

Lewat Street Fighter, Capcom memiliki warisan gaming kompetitif yang jauh lebih tua dari judul-judul esport populer saat ini. Sayang entah bagaimana, ia tidak sesignifikan Dota 2 atau League of Legends, dan organisasi seperti MLG saja malah memilih Mortal Kombat. Tapi menjelang kehadiran game terbarunya, publisher mengambil sebuah arahan baru pula.

Kepada Games Industry, director of brand marketing Capcom Matt Dahlgren mengungkap strategi mereka selanjutnya dalam menyuguhkan gaming kompetitif secara lebih serius. Langkah tersebut diambil bertepatan dengan momentum pelepasan Street Fighter V yang segera tiba tidak lama lagi, sekaligus menjelaskan alasan mengapa Capcom memutuskan untuk merilis permainan hanya di PlayStation 4 dan PC.

Capcom Street Fighter Esport 01

Capcom memang sudah melihat kendala yang menghentikan Street Fighter masuk lebih dalam ke ranah esport. Judul-judul terdahulu seolah-olah disajikan untuk satu komunitas khusus. Pada dasarnya, gamer susah buat bermain bersama-sama, kemudian sistem leaderboard online juga tersegmentasi. Dengan begitu, Capcom kesulitan dalam mencari dan mengkomparasi kemampuan pemain-pemain terbaik.

Penandatanganan perjanjian eksklusif bersama Sony tentu mempunyai maksud. Banyak gamer tidak sadar, perbedaan platform menyimpan sejumlah problem. Ambil contohnya Street Fighter IV. Tingkat input lag versi Xbox 360 terhitung lebih kecil dari PlayStation 3. Artinya, tiap tekanan pada tombol mempunyai selisih respons ke action sepersekian detik. Pemain casual mungkin tidak menyadarinya, tetapi hal tersebut sangat dirasakan para veteran.

Capcom Street Fighter Esport 02

Melalui standarisasi platform, masalah input lag bisa teratasi. Dahlgren tidak banyak membahas soal versi Windows, namun kita tahu Street Fighter V menawarkan fitur cross-platform play, memungkinkan gamer di Windows, PS4 dan Linux bermain bersama. Dengan cara ini, Capcom dapat menciptakan sebuah standar turnamen. Keuntungan lain bagi IP klasik semisal Street Fighter adalah komunitasnya dibangun oleh para fans sendiri.

Kekuatan Street Fighter dibanding genre MOBA atau game berbasis tim ialah, ia merupakan kompetisi satu lawan satu murni. Hanya akan ada satu pemenang, dan khalayak juga lebih mudah menikmati pertandingannya. Menariknya lagi, Capcom mengubah cara mereka menyikapi Street Fighter sebagai esport. Dahulu sang publisher enggan ber-partner karena banyak dari perusahaan memperlakukan esport layaknya bisnis.

Capcom Street Fighter Esport 03

Jadi bukannya berkolaborasi bersama MLG atau ESL, Capcom menggandeng Twitch dan mendirikan liga Pro Tour di tahun lalu. Publisher turut mengadopsi elemen free-to-play, karena formula ini terbukti populer dalam game-game esport, seperti penggunaan in-game currency dan update konten berkala – meski Street Fighter V tetap bukanlah permainan F2P. Capcom bilang, tidak ada versi ‘Super’ atau ‘Ultra’ di waktu ke depan.

Street Fighter V akan meluncur pada tanggal 16 Februari besok di PlayStation 4 dan PC.

Gambar header: StreetFighter.com.

Ekspansi ke Ranah Gaming, AOC Perkenalkan Monitor Spesialis Esport G2460PF

Ketika merakit PC, mayoritas gamer akan segera menentukan hardware-hardware utama yang memengaruhi performa – contohnya GPU, CPU dan motherboard. Tapi pada prakteknya, display terbukti sebagai investasi jangka panjang karena umurnya lebih awet dibanding komponen internal. Dan saat ini, konsumen dimanjakan dengan bermacam-macam pilihan monitor gaming.

Merupakan pemain besar dalam penyediaan display untuk individu dan bisnis, AOC mengumumkan ekspansi ke pasar gaming. Sebagai langkah awal mereka, AOC fokus pada segmen esport, salah satunya melalui monitor G2460PF. Berdasarkan penuturan dari produsen asal Taiwan itu, beberapa tahun terakhir ini permintaan produk pendukung performa gaming meningkat pesat, khususnya di lini kompetitif. AOC dengan sigap menjawabnya.

AOC G2460PF

AOC G2460PF hanyalah satu dari sejumlah monitor yang mereka sediakan untuk gamer. Ia mempunyai panel seluas 24-inci dengan penampilan khas gaming: frame hitam ber-finishing brushed, dipadu garis merah melintang di sisi bawah monitor. Tombol-tombol setting diposisikan di tempat familier, dan kita turut disuguhkan dua speaker 2-watt. Jika Anda menginginkannya, G2460PF bisa dimiringkan 90 derajat.

Elemen andalan di G2460PF adalah kehadiran AMD FreeSync dan refresh rate 144Hz. Teknologi FreeSync diramu untuk menyingkirkan efek stuttering atau kesan tidak lancar akibat frame rate yang rendah atau tidak stabil. Via kombinasi software dan hardware, FreeSync memungkinkan GPU (atau APU) mengendalikan langsung update rate ke monitor. Jadi walaupun cuma menikmati 40fps, permainan tetap berjalan mulus.

AOC G2460PF 01

Faktor kenyamanan juga terbantu melalui refresh rate 144Hz, dan dukungan teknologi flicker-free, sangat berjasa mengurangi rasa lelah pada mata. AOC G2460PF memiliki rasio aspek 16:9, dengan level kecerahan 350-cd/m2, rasio kontras 80,000,000:1, waktu respons 1-milidetik, dan menyuguhkan resolusi maksimal 1920×1080-pixel. Mungkin Anda mengharapkan angka yang lebih tinggi, tapi full-HD masih jadi resolusi paling optimal di kelas esport.

AOC tak lupa menyematkan konektivitas-konektivitas fisik, antara lain satu port HDMI, sepasang port USB 3.0, dua buah USB 2.0, serta satu DP in. Sayangnya tidak ada port audio di sana.

“Tidak sedikit tim-tim esport Indonesia yang berprestasi hingga skala Internasional, [hal] ini berdampak bagus pada kebutuhan terhadap produk-produk IT khusus Gaming yang mendukung skill pemainnya, salah satunya [ialah] monitor gaming.” ucap Ray Dimas dari AOC Monitor Indonesia melalui press release.

Rencananya jajaran monitor gaming AOC akan masuk ke nusantara di bulan Maret 2016, termasuk AOC G2460PF.

AOC G2460PF 02

ESPN Luncurkan Portal Resmi Esport

Bagi banyak orang, nama ESPN selalu lekat dengan penayangan beragam program dan pertandingan olahraga. Sebagai pionir di bidang itu, ESPN sempat mengungkap kegembiraan dan sedikit ketertarikan pada esport berkat suksesnya The International 2014. Tapi upaya menciptakan ‘ESPN-nya esport‘ malah terdengar dari Activision Blizzard saat mereka mengakuisisi MLG.

Mengejutkannya, Activision malah didahului oleh ESPN sendiri. Channel spesialis acara olahraga yang oleh dimiliki Disney tersebut meluncurkan portal esport resmi mereka. ESPN Esport saat ini fokus pada tiga judul permainan, yaitu League of Legends, Dota 2 dan Hearthstone. Di sana, Anda bisa menyimak artikel-artikel serta video feature dan rekaman pertandingan.

Langkah ini terbilang menarik karena presiden ESPN John Skipper dahulu pernah bilang bahwa esport bukanlah olahraga. Ia menjelaskan, seperti pertandingan catur dan checkers, esport lebih cocok dikategorikan sebagai kompetisi. Skipper juga menuturkan, dirinya lebih tertarik pada ‘olahraga sungguhan’. Tanpa memberi aba-aba, langkah tersebut dieksekusi ESPN kurang dari dua minggu setelah Activision membeli Major League Gaming.

Di sebuah artikel, senior writer Darren Rovell menjelaskan, perhatian publik pada esport telah melambung tinggi dari mulai penyebarannya di Asia dan Eropa hingga tiba di Amerika. Ia mengambil contoh dari penjualan tiket final League of Legends World Championship 2013 yang ludes cuma dalam tiga menit, ditambah selalu habisnya tiket Dota 2 The International selama dua tahun berturut-turut.

Hebatnya lagi, esport juga tidak kalah seru jika disaksikan secara online. Berdasarkan pengakuan Riot Games, final League of Legends antara SKT dan Koo Tigers beberapa bulan silam ditonton oleh 14 juta pasang mata bersama-sama. Saat ini, terhitung ada 200 gamer profesional berpartisipasi di ranah tersebut, dengan pemasukan minimal sekitar US$ 40.000. Buat perbandingan, uang sebanyak itu dihasilkan oleh pemain tennis urutan ke-150 atau pegolf urutan ke-330 dunia selama satu tahun.

Aspek lain yang memperkuat argumentasi bahwa esport sangat mirip olahraga sejati ialah tiap-tiap tim gamer memiliki pelatih, manager, analis, serta psikolog sendiri. Gamer profesional tidak perlu memikirkan hal apapun kecuali pertandingan.

Untuk sekarang, ESPN baru mengonfirmasi dukungan pada tiga judul game di atas. Namun di bagian bawah website, kita dapat menyaksikan video recap dari final WCS StarCraft 2 2015 di BlizzCon. Ada kemungkinan ESPN akan merangkul lebih banyak permainan kompetitif, termasuk Smash Bros. berdasarkan info dari tweet general editor.

iBuyPower Ramu Gaming PC Spesialis Esport, Revolt 2

Berbeda dari gamer hardcore, menyediakan perangkat yang tepat bagi atlet esport memerlukan sentuhan khusus. Mereka memang sangat menuntut produk berperforma tinggi, tapi tak seperti para antusias hardware, kebanyakan gamer profesional tak mau ambil pusing dalam menyiapkannya. Hal ini mendorong iBuyPower memperkenalkan generasi kedua PC small form factor mereka.

Dinamai Revolt 2, ia sudah mulai menampakkan diri di penghujung 2015. Sang produsen asal Amerika itu menghadirkannya sebagai solusi dari kendala umum pemakaian PC desktop: komponen-komponen penting tertutup dan sulit dijangkau. Revolt 2 didesain agar kompatibel dengan hardware berukuran penuh, tapi tetap berprinsip pada pengoptimalan penggunaan ruang.

iBuyPower Revolt 2 01

Lalu apa hubungannya hal tersebut dengan esport? Tyrone Wang selaku manager of esports development iBuyPower memberikan penjelasan pada Polygon, “Masalah besar [saat turnamen atau streaming] adalah para pemain menggunakan setting sendiri. Kadang mereka perlu membongkar-pasang SSD. Artinya, sekrup dan panel samping harus dilepas. Kami mendapatkan ide untuk menaruhnya di depan [via fitur SSD Swapping] supaya proses hanya memakan waktu 20 detik.”

Rancangan Revolt 2 sendiri fokus pada kartu grafis. Di website, iBuyPower menyatakan bahwa PC SFF tersebut memastikan GPU Anda jadi pusat perhatian. Sebagai bumbu penampilan, produsen turut membubuhkan fitur smart light RGB. Saat sistem aktif, kita bisa melihat komponen itu bekerja, dipadu efek-efek pencahayaan – warna-warni dapat berubah, berputar-putar atau mengeluarkan pola pulsing.

iBuyPower Revolt 2 03

Untuk panel penutup hardware, iBuyPower menggunakan jenis plastik non-transparan. Bagian ini dapat dijadikan wadah branding, memungkinkan kita untuk membubuhkan logo tim esport atau sekedar menyesuaikannya warna luar dengan jeroan di dalam. Lighting sendiri bisa dikonfigurasi melalui app. Di sana terdapat pilihan 16 juta warna.

Penempatan kartu grafis di sisi atas membuat ruang di dalamnya lapang. Revolt 2 mendukung motherboard jenis mini-ITX serta sistem pendingin ‘full-sized‘. Ia mempunyai dimensi 45,7×22,9×38,1cm, mampu menyimpan dua buah SSD di depan dan satu hard drive 3,5-inci di dalam, serta cocok ke hampir semua tipe GPU Nvidia maupun Radeon (kecuali PowerColor Devil 13).

iBuyPower Revolt 2 02

Tersedia tiga model Revolt 2, yaitu varian standard, Pro serta Extreme dalam dua opsi warna – hitam dan putih. Tentu saja konsumen dipersilakan mengkustomisasi susunan hardware-nya sesuai kebutuhan. Revolt 2 dijajakan seharga mulai dari US$ 900 sampai US$ 1.900.

Sumber: iBuyPower.com.

[Review] Notebook Acer Aspire E5-552G

Signifikansi AMD di dunia gaming sangat unik. Teknologi APU mereka mentenagai puluhan juta console yang kini berada di tangan gamer. Dan baru beberapa bulan silam, mereka meluncurkan GPU R7 dan R9 demi menandingi rival besarnya. Namun jika kita masuk ke ranah gaming notebook, sang kompetitor tampak mendominasi produk kelas menengah sampai high-end.

Ruang bermanuver masih terbuka lebar, dan AMD melihat celah peluang di sana. Mereka memutuskan menggandeng Acer untuk meramu Aspire E5-552G, sebuah laptop bertenaga accelerated processing unit generasi keenam, diberi codename Carrizo. Ketika notebook ber-GPU GeForce kental dengan kesan mewah, E5-552G ditargetkan untuk khalayak pecinta esport populer, misalnya Dota 2, League of Legends dan CS:GO.

Selain gaming kompetitif mumpuni, AMD menjanjikan keunggulan dalam multitasking serta video 4K melalui High Efficiency Video Coding yang tertanam di Carrizo. Selama beberapa minggu, saya berkesempatan untuk menjajal Aspire E5-552G. Apakah laptop ini sesuai dengan klaim sang produsen, atau Acer dan AMD seharusnya bisa meraciknya lebih baik lagi? Ayo simak ulasannya.

Design & build quality

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 14

Meski tidak bisa dipukul rata, kebanyakan gamer cenderung menyukai perpaduan hitam dan merah saat memilih device gaming, dan unit review Aspire E5-552G ini turut mengusung komposisi tersebut. Hampir seluruh body mengunakan material plastik, perbedaan terletak pada warna serta tipe tekstur. Untuk punggung layar dan bagian bawah, produsen membalutnya dengan warna hitam. Pola bergaris mirip serat kain di sana menjaga notebook dari bekas sidik jari, dan tim desainer membubuhkan logo Acer di pinggir.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 11

Ketika dibuka, warna merah tua tampak mengisi sisi dalam notebook; termasuk palm rest, touchpad, serta membingkai layar 15,6-incinya. Ia memang tidak kelihatan mewah, tetapi bahan plastik mempunyai kelebihan: tidak ada sengatan listrik statis, tidak panas dan membuat bobotnya tetap ringan. Dengan optical drive, berat E5-552G hanya 2,4-kilogram. Ukuran totalnya ialah 381,6x256x24,9mm (29,2mm di area paling tebal), memberi ilusi ultra-thin.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 03

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 07

Jangan biarkan material plastik mengaburkan peniliaian Anda. Kualitas produksi Aspire E5-552G sangat baik untuk notebook sekelasnya. Layar dapat ditutup-buka dengan satu tangan, dan LCD baru terlihat bergelombang jika area panel diberi tekanan tinggi. Struktur plastik dan desain bertekstur tersebut meminimalisir baret dan penyok seandainya terjadi insiden dalam penggunaan.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 06

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 10

Seluruh konektivitas ditaruh di sisi samping, dan heat sink berada di bagian kiri. Meskipun seharusnya tidak ada komponen yang menghalangi engsel, layar tidak bisa dibuka 180 derajat. Sayang sekali tidak ada akses langsung ke baterai, dan bagi saya, penampilan akan lebih baik seandainya pola tekstur di bawah berbeda dari atas. Dilihat lebih rinci, impresi ‘ekonomis’ dan ‘laptop budget‘ sulit dihilangkan dari Aspire E5-552G.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 02

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 09

 

Connectivity

Konekvitas adalah salah satu aspek yang memastikan E5-552G berada di depan. Ia memang belum mengadopsi port ‘masa depan’ semisal USB Type-C, namun Acer fokus pada fungsionalitas saat ini. Ada port HDMI, VGA, Gigabit Ethernet dan sepasang USB 3.0 di kiri, SD card reader di depan, serta satu USB 2.0 di kanan. Ada pula sambungan Bluetooth 4.0 dan 802.11b/g/n wireless LAN.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 27

Di Indonesia, banyak orang belum siap dengan sistem distribusi digital, dan masih mengandalkan kepingan CD/DVD. Di sanalah pentingnya keberadaan optical drive DVD-Super Multi. Pelajar, mahasiswa dan kalangan pekerja akan sangat berterimakasih karena Acer tidak melupakan faktor ini.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 04

 

Display

Acer Aspire E5-552G menyajikan layar LCD TFT Active Matrix glossy berteknologi ComfyView dengan resolusi maksimal 1366×768-pixel. Di masa ini, mungkin Anda mengharapkan resolusi setidaknya 1080p, namun mungkin panel tersebut dipilih dan disesuaikan dengan hardware. Acer menyampaikan bahwa ia turut ditopang Blueshield Technology agar mata Anda tidak cepat lelah.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 12

Kendalanya ialah mutu dari panel tersebut. Bahkan saat saya naikkan level brightness setinggi mungkin, kecerahannya mengecewakan, sangat redup seandainya dikomparasi dengan Asus BU201LA. Saya tidak merekomendasikan memakainya di bawah sinar matahari langsung.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 20

Backgroud putih jadi kebiruan, dan rasio kontrasnya rendah, efeknya langsung dirasakan begitu Anda melihat objek dan ikon-ikon cerah – warna tampak sangat washout. Untungnya, teks masih bisa terbaca jika dilihat dari pinggir secara horisontal.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 13

 

Keyboard & touchpad

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 15

Ruang selebar 381,6×256-milimeter dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Acer demi meracik periferal input. Keyboard chiclet E5-552G turut dilengkapi keypad. Tuts abjad berukuran kira-kira 1,5×1,5-sentimeter dan gap hampir 4-milimeter. Layout-nya familier, cukup nyaman, hanya saja jangan harap ia se-tactile keyboard produk profesional ataupun gaming high-end.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 16

Acer menempatkan touchpad hampir sejajar dengan tombol spasi, luasnya adalah 100,6×77,5-milimeter. Posisi ini menyebabkannya terlalu condong ke kiri, hanya menyisakan ruang tidak sampai 9cm untuk telapak tangan kiri Anda. Setelah pemakaian lama, palm rest sebelah kanan akan terasa lebih hangat, dan boleh jadi membuat tangan berkeringat. Tapi sewaktu telapak tangan mulai lembab, palm rest plastik bertekstur itu terasa lebih nyaman dibanding jenis logam.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 17

 

Hardware & performance

APU AMD memang terkenal cukup ampuh dalam menangani game tertentu contohnya judul-judul ber-engine Frostbite ciptaan DICE. Di unit review ini telah terinstal Battlefield 4 dan Need for Speed Rivals. Saya tidak ragu akan kesanggupan Aspire E5-552G menjalankan permainan-permainan online kompetitif, namun saya ingin mengajak notebook keluar dari zona nyaman.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 18

Aspire E5-552G dipersenjatai chip AMD FX-880P berkecepatan hingga 3,4GHz dengan GPU Radeon R8 M365DX. Selain itu ia dibekali RAM DDR3 8GB dual channel, dan penyimpanan berbasis hard drive 1TB. Tanpa tersambung ke sumber listrik, baterainya diklaim sanggup bertahan hingga lima jam, tapi Anda harus kustomisasi power plan ke ‘power saver‘ terlebih dulu. Laptop ini beroperasi di platform Microsoft Windows 8.1 64-bit.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 21

Buat uji coba performa, saya memanfaatkan software benchmark PCMark 8.0. Unigine Valley 1.0, dan Heaven 4.0, serta game Tomb Raider, Fallout 4, The Witcher 3.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 22

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 23

Lewat tes PCMark 8 Professional Edition, E5-552G menghasilkan nilai 2103, dan casual gaming terpantau berada rata-rata di 28,3fps. Angka terbaik yang saya peroleh melalui software Valley 1.0 ialah 647, dengan rata-rata 15,5fps (maksimal 26,6fps, minimal 8,1fps). Di Heaven 4.0, E5-552G mendapatkan skor 501 dan rata-rata 19,9fps (maksimal 34,7fps, minimal 6,5fps).

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 24

Laptop sama sekali tidak bermasalah untuk menjalankan Tomb Raider, mengingat game tersebut sudah berusia dua tahun. Di adegan dengan efek grafis paling intens, frame rate tidak pernah turun dari angka 25 dan beberapa kali melampaui 40. Tapi bagaimana kemampuannya menghadapi judul-judul blockbuster terkini?

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 26

Di Fallout 4, prospek E5-552G kurang menjanjikan. Sebelum masuk ke permainan, opsi grafis telah saya konfigurasi agar tidak terlalu mencekik. Antialiasing di-set di FXAA, dan saya matikan anisotropic filtering. Sepertinya saya harus menurunkan setup lebih jauh lagi dan mengorbankan efek visual serta ketajaman tekstur karena di level ini, Fallout 4 cuma sanggup menyuguhkan 9-14fps.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 28

Nasib The Witcher 3 juga hampir tidak berbeda. Walau slider kualitas air, tekstur, jarak pandang digeser ke tingkat terendah, lalu Nvidia Hairworks turut dimatikan; saya cuma memperoleh 11-14fps. Frame rate jadi anjlok ke 5 atau 7 begitu Geralt saya pandu ke daerah pedesaan. Saya khawatir, Anda harus setting seluruh slider ke kiri agar permainan dapat layak dimainkan.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 25

 

DS verdict

Walaupun AMD dan Acer memasarkan notebook ini dengan bumbu gaming (termasuk melangsungkan program bundel permainan original gratis sampai tanggal 31 Desember 2015 nanti) dan premis kapabilitas mengoperasikan judul-judul esport, gaming bukanlah spesialisasi utama Aspire E5-552G. Perspektif tersebut harus digeser: ia adalah notebook multimedia berkemampuan gaming entry-level.

Seperti penjelasan saya sebelumnya, E5-552G sangat cocok buat pelajar, mahasiswa dan profesional yang dituntut untuk selalu mobile. Kata mobile perlu digarisbawahi karena dengan jumlah uang ini, Anda dapat merakit gaming PC dedicated berperforma jauh lebih tinggi.

Versi Acer Aspire E5-552G ini dibanderol seharga Rp 8 juta.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 19

Berbekal Pengalaman di Esport, Tim Fnatic Luncurkan Produk Gaming Gear

Dengan premis ketenaran dan kekayaan melalui video game, jutaan pasang mata kini melirik ranah esport. Ia tumbuh begitu besar, mendorong para pemain di industri untuk menciptakan produk berstandard tinggi. Banyak tim mendapatkan sponsor dari nama-nama seperti Razer dan SteelSeries, dan kita telah melihat beragam gaming gear edisi khusus diciptakan demi memuaskan fans.

Jika beruntung terpilih menjadi anggota salah satu tim gamer profesional terkenal di dunia, sudah pasti Anda akan selalu dimanjakan oleh hardware serta aksesori tercanggih. Tapi ada berita menarik datang dari Fnatic. Organisasi esport yang bermarkaskan di London itu belum lama mengumumkan proyek baru mereka, memperkenalkan sederetan aksesori dan periferal gaming bernama Fnatic Gear.

Setelah berkiprah selama 11 tahun, Alasan Fnatic melangkah ke bidang aksesori sangat menarik. Dengan gamblang (dibumbui sedikit sindiran) mereka bilang, “Tidak ada lampu berwarna hijau yang bisa membantu Anda mendapatkan pentakill. Kipas angin di mouse juga tak banyak menolong buat memperoleh headshot. Kesederhanaan, kenyamanan dan reliabilitas ialah faktor terpenting dari aksesori esport.”

Fnatic Gear 02

Buat sekarang, Fnatic Gear terdiri dari sebuah mouse Flick, keyoard mekanik Rush, dan dua mouse pad – Focus, terbuat dari bahan kain; dan Boost, bermaterial polikarbonat. Produsen menjanjikan produk yang istimewa, terinspirasi dari pengalaman para pemain di bawah panji Fnatic, tanpa menyertakan ‘teknologi tidak berguna dan omong kosong marketing‘.

Mouse Fnatic Flick diramu sedemikian rupa demi memastikan akurasi serta kendali tetap tinggi, ditopang sensor optik Pixart3310 dan memori onboard untuk menyimpan setting profile. Coating karet lembut melapisi bagian luar, kemudian Flick tersambung ke komputer melalui kabel USB. Pixart3310 sendiri dikhususkan buat permainan-permainan shooter, mengutamakan performa dan presisi tinggi di level sensitivitas rendah.

Untuk Rush, Fnatic Gear memanfaatkan switch Cherry MX dengan pilihan warna merah, biru dan coklat. Perancangan berpedoman pada prinsip ergonomi, termasuk di bagian wrist rest yang bisa dilepas. Tuts ber-backlight-nya dapat dikustomisasi, lalu Rush didukung memori buat menyimpan setup tombol macro. Melengkapi faktor konektivitas, produsen turut membubuhkan dua port USB tambahan di sana.

Saat ini Fnatic sedang menjalankan kampanye crowdfunding di Indie Gogo, dan pemesanan sudah bisa dilakukan. Harga khusus backer adalah sebagai berikut:

  • Mouse pad Boost & Focus – US$ 20.
  • Fnatic Gear Flick – US$ 50
  • Fnatic Gear Rush – US$ 120

Asus Perkuat Kembali Cengkeraman RoG di Indonesia, G752 Turut Menampakkan Diri

Di bulan Maret lalu, Asus melangsungkan peluncuran notebook secara  besar-besaran. Sayang event tersebut terasa sedikit mengecewakan bagi gamer, karena meski Asus memamerkan unit-unit RoG baru, gaming tampaknya belum menjadi fokus utama. Tapi sang produsen PC dan komponen asal Taipei itu berhasil menebusnya dengan ‘RoG Media Gathering 2015’.
Continue reading Asus Perkuat Kembali Cengkeraman RoG di Indonesia, G752 Turut Menampakkan Diri

Ingin Pertandingan Dota 2 Ditayangkan di TV Lokal? Paraf Petisi Ini

Shigeru Miyamoto pernah bilang, “Gamer adalah seniman yang menciptakan realitanya sendiri dalam permainan.” Namun bagi jutaan penggemarnya, Dota 2 bukanlah sekedar kanvas imajinasi. Ia merupakan dunia nyata tempat mereka menghabiskan sebagian waktu. Dan sejak The International pertama kali dilangsungkan, event memberikan inspirasi buat banyak pihak. Continue reading Ingin Pertandingan Dota 2 Ditayangkan di TV Lokal? Paraf Petisi Ini

Berbincang Dengan Nixia, Gamer Girl Berprestasi dari Indonesia

Gamer. Julukan ini masih menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak orang, termasuk tokoh terkemuka, melihatnya sebagai buang-buang waktu. Tapi di sisi lain, Anda mungkin sudah menyaksikan bagaimana esport membuka jalan untuk berkarier. Dengan ketekunan, gaming dapat membawa seseorang menuju sukses dan masa depan yang cerah. Continue reading Berbincang Dengan Nixia, Gamer Girl Berprestasi dari Indonesia