Apa itu Ethereum, Salah Satu Trobosan Teknologi Keuangan Digital Masa Depan

Ethereum adalah platform blockchain terkemuka,,proyek kripto yang sukses yang telah mengembangkan berbagai fitur yang sangat mudah digunakan, menampung ribuan aplikasi terdesentralisasi (DApps), dan saat ini merupakan satu-satunya mata uang kripto yang bersaing dengan Bitcoin. Untuk pembahasan lebih detail tentang apa itu Ethereum, simak penjelasan berikut ini.

Sejarah Etehereum

Ethereum adalah token Aset Kripto yang mirip dengan bitcoin karena dapat digunakan dalam transaksi peer-to-peer, atau dibeli dan dijual di bursa dengan nilai spekulatif. Ether memiliki banyak aplikasi di luar penggunaannya sebagai token atau mata uang virtual, dan ada banyak proyek menarik sedang dibangun di jaringan Ethereum.

Ethereum pertama kali diciptakan oleh Vitalik Buterin, yang sebelumnya bekerja di Bitcoin Magazine – sebuah media terkemuka di-antara pecinta cryptocurrency. Dana project Ethereum didapatkan dari sebuah crowdsale yang menjual saham berbentuk Ether. Proses ini juga disebut dengan nama ICO (Initial Coin Offering).

Resmi diluncurkan pada 30 Juli 2015, Ethereum memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi online dan pembayaran global, mendapatkan bunga dari kepemilikan mereka melalui staking, mengeksekusi smart contact, dan menukar token standar ERC-20, menggunakan dan menyimpan non-fungible token (NFT).

Banyak yang melihat Ethereum sebagai langkah selanjutnya untuk Internet. Faktanya, platform ini mendukung banyak aplikasi terdesentralisasi terkemuka seperti Uniswap, MakerDAO, Aave, 1Inch, Curve Finance, The Sandbox, Decentraland, Chainlink, Axie Infinity, Chromia.

Mengutip data dari Ethereum.org, Ethereum dapat memiliki 2.970 proyek, akun dompet dengan 71 juta saldo ETH, dan 50,5 juta kontrak pintar.

Setelah membahas mengenai apa itu Ethereum, maka selanjutnya mari simak penjelasan mengenai apa itu Ether atau ETH.

Sama seperti Bitcoin, Ethereum juga memiliki native cryptocurrency yang disebut Ether (ETH). Aset ini dapat digunakan untuk beberapa hal-hal, seperti:

  • Biaya transaksi: Setiap tindakan di jaringan Ethereum, mulai dari pembayaran hingga penggunaan DApps, membutuhkan sejumlah biayai. Biaya ini dibayarkan dalam bentuk ETH.
  • Pembayaran: Seperti Bitcoin, Ether juga dapat digunakan untuk pembayaran. Pengguna dapat mengirim ether ke pengguna lain dan, seperti halnya uang tunai, pembayaran tidak memerlukan pihak ketiga untuk memproses atau menyetujuinya.
  • Mendukung DApps: Ether diperlukan untuk menggunakan decentralized application(dapps) yang dibangun di atas Ethereum, mulai dari staking token ERC-20 untuk yield farming hingga menyelesaikan fungsi seperti pemungutan suara pada tata kelola jaringan.

Selain itu, pasokan ETH  juga tidak dikendalikan oleh pemerintah atau perusahaan mana pun, aset terdesentralisasi dan sepenuhnya transparan. Ketika artikel ini ditulis, ETH memiliki pasokan beredar yang beredar mencapai 121.496.621.

Fungsi atau Kegunaan Ethereum

Lantas, apa yang bisa Ethereum lakukan? Berikut adalah detail penjelasan fungsi atau kegunaan Ethereum.

  • Perbankan untuk semua orang: Tidak semua orang memiliki akses langsung ke berbagai layanan keuangan. Tetapi dengan Ethereum, kamu bisa mengakses berbagai layanan keuangan yang platform milik, dari mulai staking, pembayaran global, investasi, dan masih banyak lagi.
  • Jaringan peer-to-peer: Ethereum memungkinkan kamu untuk memindahkan uang atau membuat perjanjian langsung dengan orang lain, tanpa melalui perusahaan perantara.
  • Smart contract : Smart contract adalah sebuah program yang berjalan di blockchain Ethereum. Mereka tidak dapat dikendalikan oleh penggunanya, dan dikembangkan menggunakan bahasa asli Ethereum, yakni Solidity.
  • Decentralized application (Dapps): Ethereum memungkinkan kamu untuk membuat aplikasi terkonsolidasi, yang disebut DApps.
  • Decentralized autonomous organization (DAO): Ethereum memungkinkan kamu untuk membuat DAO, dalam pengambilan keputusan yang demokratis.
  • Membuat aset kripto baru melalui penggunaan standar token ERC-20.
  • Blockchainnya juga memanfaatkan non-fungible token (NFT) melalui standar token ERC-721.

Cara Kerja Ethereum

Etehereum menggunakan konsep transaksi yang terdesentralisasi (decentralized application/DApps). Ethereum bekerja sebagai platform di mana semua orang dapat mengunggah kode yang disebut smart contacts.

Siapapun dapat menerbitkan smart contact  atau mengirim transaksi. Seluruh kode dapat berjalan di blockchain. Misalnya jika seseorang membuat sebuah aplikasi lalu orang lain juga membuat aplikasi, maka kedua aplikasi dapat berinteraksi.

Lingkungan Ethereum terinterkoneksi sehingga semakin banyak orang yang bergabung, semakin luas jaringannya.

Sederhananya, cara kerja Ethereum dengan smart contact serupa dengan program komputer yang berjalan otomatis sesuai dengan perintah di dalma kontrak. Karena di program, tidak ada pengawas yang dibutuhkan. Fitur smart contact lebih efisien untuk dieksekusi dan cenderung lebih aman.

Sebagaimana mata uang kripto lainnya, Ethereum menggunakna teknologi blockchain. Teknologi blockchain digunakan untuk memverifikasi seluruh transaksi. Aktivitas tersebut dicatta pada public ledger atau buku besar publik yang transparan dan aman serta langsung dikenali.

Agar dapat diperdagangkan, mata uang Ethereum yang disebut Ether harus melui proses mining, yaitu tindakan menambahkan transaksi ke blockchain sehingga semua orangd apat menyetujui rangkaian transaksi yang sama.

Ether dapat digunakan sebagai mata uang digital dalam transaksi keuangan atau sebagai investasi.

Referensi:

https://ethereum.org/en/what-is-ethereum/

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

Mendalami Seluk Beluk Mata Uang Kripto untuk Pemula

Dimulai dengan Bitcoin, lalu diiringi dengan Ethereum dan Solana. Mata uang kripto mungkin bukan merupakan sesuatu yang mudah dicerna pada awal kemunculannya. Bagi seseorang yang awam dalam dunia blockchain dan crypto, mata uang ini akan semakin sulit dikenali karena keberadaannya yang hanya berbentuk virtual.

Apa saja mata uang kripto yang beredar pada masyarakat? Pada artikel ini, kita akan membahas di mana perbedaan dari mata uang kripto dan fiat serta mengenal Ethereum dan Solana sebagai inovator dalam decentralized finance.

Kripto vs Fiat

Ilustrasi mengenal mata uang kripto | Unsplash
Ilustrasi mengenal mata uang kripto | Unsplash

Bicara mengenai uang, rasanya tidak akan ada habisnya. Kita (hampir) selalu membutuhkan uang untuk mendapatkan hal yang kita inginkan. Oleh karena itu, uang menjadi salah satu solusi pertukaran nilai terbesar di dunia. Dewasa ini, inovasi teknologi terus menerus memudahkan seseorang dalam bertransaksi.

Dimulai dari uang kertas sebagai mata uang standar, sampai dengan aplikasi mobile banking yang tidak hanya memudahkan transaksi, akan tetapi juga aspek investasi masyarakat.  Salah satu inovasi radikal yang bisa kita temukan saat ini adalah mata uang yang bersirkulasi di dalam ekosistem blockchain yaitu cryptocurrency atau yang dapat kita sebut dengan “mata uang kripto”.

Fiat, mata uang yang diterbitkan oleh pemerintah (seperti Rupiah, Dolar, Yen, dan mata uang lainnya), memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan mata uang kripto. Salah satu perbedaan tersebut adalah mata uang kripto tidak dikelola oleh pemerintah atau terdesentralisasi (decentralized finance).

Lantas, apa saja contoh mata uang kripto yang tidak hanya menjadi pionir tetapi juga inovator di perkembangan blockchain ini? Berikut dua kategori dari koin kripto, Stablecoins dan Altcoins.

Stablecoins, Koin-koin Kripto Bernilai Stabil

Stablecoin adalah mata uang kripto yang nilainya sudah dipatok –atau diikat– dengan mata uang seperti Rupiah atau instrumen keuangan lain seperti emas. Mata uang kripto ini –Stablecoin– dapat dikatakan sebagai solusi bagi investor yang mencari alternatif dari mata uang kripto yang populer lain yakni Bitcoin.

Mata uang Bitcoin terkenal dengan volatilitasnya yang tinggi, hingga mungkin tidak cocok dijadikan instrumen investasi untuk investor yang kurang suka akan risiko. Beberapa Stablecoins yang populer antara lain adalah Tether (USDT), USD Coin (USDC), Binance USD (BUSD). Ada juga mata uang kripto dengan kearifan lokal berdenominasi Rupiah yang dihadirkan oleh StraitsX, yaitu XIDR.

Kombinasi dari stabilitas aset tradisional dengan fleksibilitas aset digital ini akhirnya terbukti menjadi ide yang sangat populer dan digandrungi banyak kalangan. Kita dapat melihat dari valuasi masing-masing Stablecoin populer. Miliaran dolar US telah mengalir ke Stablecoin seperti USD Coin (USDC). Hal ini menjadi bukti bahwa Stablecoin menjadi alternatif sehat untuk menyimpan nilai dolar US dan memperdagangkan nilainya di dalam ekosistem kripto.

Altcoins, koin-koin kripto yang gemar berinovasi

Alternative coins, disingkat Altcoins, secara sederhana adalah koin kripto yang beredar selain Bitcoin. Salah satu mata uang Altcoin yang paling populer adalah Ethereum. Selain Ethereum yang kaya fungsi dan utility, ada juga koin kripto yang sensasional yakni Dogecoin.

Mata uang kripto lainnya lagi adalah Solana. Saat ini, Solana –secara diam-diam menghanyutkan– dengan segala potensinya merebut mahkota Altcoin dengan valuasi yang lebih tinggi dari Ethereum.

Ethereum

Ilustrasi Ethereum | Unsplash
Ilustrasi Ethereum | Unsplash

Ada alasan khusus mengapa kita sering mendengar Ethereum, walaupun kamu mungkin tidak terus menerus catch-up dengan dunia cryptocurrency. Selain nilainya yang cukup stabil (di luar bear market) dan perkembangan yang konsisten dalam finansialnya, Ethereum berkembang dengan sangat cepat di sisi inovasinya. Jaringan Ethereum mempunyai koin dengan kode mata uang terdaftar ETH, atau sering dipanggil ‘ether’, singkatan dari Ethereum.

OpenSea sebagai marketplace NFT terbesar di dunia merupakan marketplace eksklusif yang memperdagangkan token menggunakan mata uang Ethereum. Mekanisme tersebut telah lama ada sebelum koin kripto Solana masuk menjadi pesaing di platform tersebut beberapa bulan silam.

Ethereum lahir pada tahun 2013 oleh programmer bernama Vitalik Buterin. Jaringan Ethereum ini kemudian melakukan penggalangan dana dan memulai pengembangannya sebelum akhirnya mulai beroperasi pada 30 Juli 2015. Ethereum terus menjadi pionir dalam pembuatan smart contract dan penentuan standar paling mutakhir dalam pembuatan dan perdagangan NFT. Salah satu standar yang paling populer, memperbolehkan pengguna Ethereum untuk memberikan dan membuat token voting, fitur staking atau mata uang virtual, adalah ERC-20.

Baru baru ini, Ethereum bahkan sempat menyetujui permintaan dari ERC-4907 menjadi EIP-4907. Token standar ini memperbolehkan pengguna untuk merentalkan aset digital mereka dalam waktu tertentu kepada pengguna lainnya. Final standard Ethereum ini sangat menjanjikan dalam bidang DeFi, Gaming, dan banyak ranah lainnya yang sangat membutuhkan inovasi pada aspek rental. Untuk ulasan lengkap token standard ini, kamu dapat membaca ulasan dari Artpedia di sini.

Solana

Seperti Ethereum, Solana adalah mata uang kripto dan platform yang fleksibel untuk menjalankan aplikasi terdesentralisasi (dapps) lain. Solana dapat digunakan untuk mulai dari perdagangan NFT hingga exchange Serum (DEX). Inovasi paripurna dari Solana, yang menjadi pembeda dengan Ethereum, misalnya adalah kecepatan transaksi yang mata uang ini tawarkan.

Solana menawarkan kecepatan transaksi melalui teknologi baru dan mutakhir yang disebut Proof of History (PoH). Solana mampu memproses kurang lebih 50.000 transaksi per detik, perbedaan kecepatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan Ethereum yang membutuhkan 15 detik atau kurang. Ethereum Merge –jenis Ethereum yang akan datang– dilansir akan menambah kecepatan secara besar daripada sekarang.

Karena Solana sangat cepat, kemacetan pada transaksi dan gas fees dari mata uang ini ada pada angka yang cenderung rendah. Fitur kecepatan transaksi ini lah yang menjadi kunci kepercayaan para pengguna jaringan Solana dan koin SOL. Tidak heran Solana mampu menyalip ekosistem jaringan dan koin seperti Ethereum dalam segi porsi pasar.

Dalam perdagangan dan penukaran NFT, Solana banyak bermain di Magic Eden, marketplace NFT eksklusif pengguna ekosistem Solana; jaringan Solana dan koin SOL. Salah satu proyek NFT yang populer, telah diliput banyak media mainstream adalah Okay Bears.

Proyek NFT Okay Bears | okaybears com
Proyek NFT Okay Bears | okaybears com

Kemunculan dan popularitas dari proyek ini pun menjadi bahan gunjingan pengguna ekosistem Ethereum di marketplace OpenSea. Alih-alih memunculkan proyek sukses lagi seperti Cool Cats atau Azuki, beberapa programmer/pengembang Ethereum membuat jiplakan yang sangat mirip bernama Not Okay Bears yang dijual di OpenSea.

Pengembang Okay Bears pun tentunya tidak terima hingga drama dimulai. Kamu dapat membaca cerita lengkap dari polemik dua ekosistem NFT ini di sini. OpenSea akhir akhir ini telah membuka pintu untuk mengintegrasikan ekosistem Solana, termasuk berdagang NFT menggunakan mata uang SOL ke dalam platformnya. Dengan keputusan ini, akankah perkubuan antar kedua ekosistem Ethereum dan Solana berakhir? We’ll just have to wait and see.

Membahas terkait kripto, blockchain, NFT, serta istilah-istilah mutakhir lainnya mungkin adalah hal yang cukup rumit bagi kamu yang kurang familier dengan adopsi Web3. Web3 adalah suatu ekosistem internet yang terdesentralisasi dan akan sangat terhubung dengan konsep blockchain serta token-based economics.

Jika kamu tertarik dengan pembahasan seputar Web3, kripto, blockchain, metaverse dan topik terkait ekosistem digital terkini lainnya, kamu dapat mengikuti Web3 Developer Bootcamp yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Sinar Mas Land dan WIR nih!

Dengan mengusung tema “Building Builder of the Future”, Web3 Developer Bootcamp akan diisi oleh keynotes yang sudah ahli dalam bidangnya seperti Antonny Liem (GDP Venture), Intan Wibisono (ArtPop Up, Indo NFT Festiverse), On Lee (GDP Labs), Yohanes Adhi (DailySocial.id), dan para trainers serta expertise seperti Muqorrobin Marufi (Ansvia), Tata Tricipta (Exclusor), Reza Anwar (Inamart).

Selengkapya kamu dapat mendaftarkan diri pada Web3 Developer Bootcamp pada tautan ini. Selain itu, kamu juga dapat bergabung bersama Artpedia NFT Marketplace untuk berdiskusi seputar ekosistem teknologi Web2 serta Web3 melalui tautan berikut ini.

Penulis: Faisal Mujaddid dari Artpedia – L2 Ethereum NFT Marketplace 

Editor: Nandang Ary Pangesti

Kantongi Pendanaan Pra-Awal, Marketplace NFT Lokal “Artpedia” Segera Meluncur

Bertujuan untuk memberikan opsi lebih kepada masyarakat Indonesia yang ingin menjual karya seni mereka dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token), platform Artpedia akan segera meluncur dalam versi beta pada bulan Juli mendatang.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Artpedia Arjuna Sky Kok mengungkapkan, meskipun saat ini di Indonesia pasar NFT masih terbilang niche, namun melalui Artpedia harapannya kreator secara global juga bisa memanfaatkan platform mereka untuk bertransaksi.

Dipilihnya Ethereum L2s sebagai settlement mereka, diharapkan bisa mempermudah masyarakat untuk menjual karya seni mereka melalui Artpedia. Arjuna mengklaim, Etherium merupakan teknologi yang paling banyak yang digunakan oleh pengguna NFT secara global.

“Sekilas konsep Artpedia serupa dengan OpenSea, namun Artpedia memiliki value proposition yang berbeda dengan OpenSea. Selain Indonesia, Artpedia juga bisa digunakan oleh pasar global,” kata Arjuna.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Artpedia telah mengantongi pendanaan tahapan pra-awal dari sejumlah angel investor dengan nilai investasi senilai $100 ribu atu setara 1,5 mliar Rupiah. Beberapa investor yang terlibat di antaranya Windy Natriavi, (Co-founder AwanTunai), Jim Geovedi (CTO Koinworks), Dendi Suhubdy (CEO Bitwyre), dan Indira Widjonarko (Founder Sebangsa).

Dana segar tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengembangkan teknologi. Nantinya jika platform sudah diluncurkan, mereka memiliki rencana untuk menggalang dana tahapan seed — direncanakan tahun ini.

“Kami juga memiliki rencana untuk mengembangkan teknologi dan merekrut talenta baru hingga membangun on-ramp company yang nantinya bisa mengelola opsi pembayaran memanfaatkan e-wallet dan lainnya. Dengan dana segar dari putaran seed tersebut diharapkan rencana bisa kami lancarkan,” kata Arjuna.

Selain Artpedia, yang menawarkan layanan serupa dan menyasar NFT adalah TokoMall dari Tokocrypto. TokoMall menghadirkan konsep digital meets reality. Platform digital dan karya seni dalam bentuk NFT dapat menjadi jawaban atas permasalahan di dunia nyata. Dengan beralih ke NFT dan menjadikannya mainstream, kreator lokal tidak hanya bisa memasarkan karyanya ke pasar lebih luas.

Model bisnis dan strategi monetisasi

Bagi kreator yang ingin memanfaatkan layanan Artpedia, bisa menggunakan wallet yang telah dimiliki. Bagi yang belum memiliki wallet, platform menawarkan pilihan kustodian. Semua proses unggahan hingga pembayaran dikelola oleh Artpedia. Kreator cukup memberikan nomor telepon dan rekening bank, untuk mendapatkan royalty setiap bulan, bagi mereka yang ingin menjual karya seni melalui Artpedia.

“Untuk strategi monetisasi yang dikenakan adalah market fee, kepada kreator. Untuk opsi kustodian ini, Artpedia tidak mengenakan biaya tambahan kepada kreator. Pilihan kustodian ini merupakan solusi sementara yang kami tawarkan, untuk para kreator yang belum memiliki wallet,” kata Arjuna.

Meskipun untuk fase awal masih fokus kepada karya seni dalam bentuk gambar, ke depannya mereka juga ingin menjadikan Artpedia sebagai ‘token gate’ untuk berbagai komunitas. Apakah itu komunitas yoga, diving, dan lainnya. NFT berupa sertifikat nantinya bisa menjadi opsi bagi komunitas untuk memulai.

“Kami melihat nilainya lebih kepada kolektibel. Namun ke depannya kita ingin Artpedia lebih dari sekedar kolektibel. Untuk bisa menyasar dunia metaverse, kami juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada designer merancang busana yang kemudian mereka bisa jual kepada pengguna di dunia metaverse,” kata Arjuna.

Dengan relasi yang cukup solid dengan beberapa komunitas, diharapkan saat platform meluncur bulan depan bisa didapatkan kreator NFT secara langsung.

“Secara khusus kami menargetkan kalangan milenial, karena kami melihat kalangan tersebut yang sangat terbuka dengan NFT. Berbeda halnya dengan Gen Z, yang kami lihat tidak terlalu tertarik untuk bermain NFT,” kata Arjuna.

[Tekno] Browser Brave Hadirkan Crypto Wallet Terintegrasi, Lebih Aman daripada yang Berbentuk Extension

Brave, browser yang dikenal akan prioritasnya terhadap aspek privasi, mengumumkan ketersediaan integrasi fitur cryptocurrency wallet. Dinamai Brave Wallet, ia agak berbeda dari crypto wallet pada umumnya, sebab ia dapat digunakan tanpa perlu mengandalkan browser extension sama sekali.

Menurut tim pengembang Brave, integrasi bersifat native ini bakal berpengaruh langsung pada aspek keamanan, sebab pengguna jadi bisa dijauhkan dari phishing scam yang menyamar sebagai extension palsu. Di samping itu, resource CPU dan memori yang dikonsumsi juga tidak sebesar wallet yang berbentuk extension, sehingga performa perangkat tidak akan terdampak.

Brave Wallet merupakan sebuah self-custody wallet, dan itu berarti pengguna bisa menghubungkannya ke wallet lain yang sudah mereka pakai sebelumnya, macam MetaMask misalnya, atau ke hardware wallet seperti besutan Trezor maupun Ledger.

Brave Wallet dapat dipakai untuk menyimpan dan bertransaksi menggunakan hampir semua aset crypto (tergantung jenis blockchain yang digunakan). Yang didukung sejauh ini baru Ethereum dan blockchain lain yang berbasis Ethereum, akan tetapi Brave sudah berencana untuk menambah dukungan terhadap lebih banyak jenis blockchain ke depannya, seperti Solana misalnya.

Selain mata uang crypto, Brave Wallet juga bisa difungsikan untuk menyimpan dan bertukar aset NFT, serta dihubungkan ke berbagai Web3 dapp (decentralized app). Sebagai pemanis, pengguna Brave Wallet juga dapat memantau fluktuasi pasar crypto secara real-time via data dari CoinGecko.

Brave Wallet saat ini sudah tersedia di versi terbaru browser Brave (versi 1.32). Fitur ini dapat digunakan sepenuhnya secara cuma-cuma, akan tetapi pengguna tetap perlu membayar gas fee setiap melakukan transaksi. Tarif gas fee-nya sendiri dipastikan setara dengan yang diberlakukan oleh sebagian besar crypto wallet lain.

Untuk sekarang Brave Wallet baru tersedia di Brave versi desktop, akan tetapi tim pengembangnya berharap bisa segera menghadirkan integrasi fitur ini ke Brave versi Android dan iOS dalam waktu dekat.

Dengan adanya integrasi Brave Wallet, browser Brave sekarang punya satu daya tarik ekstra untuk memikat lebih banyak konsumen di luar 42 juta pengguna loyalnya. Selain dapat diandalkan oleh tipe konsumen yang sangat peduli terhadap privasinya masing-masing, Brave kini juga bisa menjadi pertimbangan bagi yang getol menggeluti dunia crypto.

Sumber: The Verge dan Brave.

Treasury Gold Investment Platform Provides Crypto Asset Trading Service

Treasury digital gold investment platform officially provides crypto asset trading services. Treasury collaborates with Tokocrypto to offer crypto assets as an alternative investment besides gold.

In a virtual press conference today (03/6), Treasury’s CEO, Dian Supolo said that Indonesian people’s interest in digital assets has experienced significant growth in recent years. The Commodity Futures Trading Regulatory Agency (BAPPEBTI) noted that the Indonesian crypto asset investors has reached 4.45 million as of March 2021.

In addition, through this new service, his team wants to drive financial balance in digital asset transactions. He said, the concept of financial balance in asset diversification is the basic principle of financial management.

“We don’t just make crypto [investment] services because we don’t want users to only think about money. We also want to educate the public through our products,” Dian said.

Treasury partners with Tokocrypto because it is considered to have the same frequency, not only investing for the sake of profits, but also being responsible for creating a balanced investment culture.

On the same occasion, Tokocrypto’s Co-founder & CEO, Pang Xue Kai also said that this collaboration is expected to improve the crypto asset ecosystem as a better and safer alternative asset class in Indonesia.

“Many still assume that crypto trading is illegal in Indonesia, even though the government has unlocked the access. We encourage a safe crypto trading ecosystem here as we are trying to avoid potential money laundering,” Kai said.

In a general note, Tokocrypto is the first crypto platform in Indonesia to have a license from BAPPEBTI. In April 2021, Tokocrypto officially introduces Toko Token (TKO) which is the first local crypto project with a hybrid model (CeFi and DeFi) in Indonesia.

Previously, Pluang, which started as a gold investment application which later also diversified into crypto instruments. Pluang partners with Zipmex for strategic collaboration.

Crypto investment starts from Rp5,000

Treasury users can now buy and sell crypto assets starting at IDR 5,000. Currently, there are five options, including Bitcoin (BTS), Ethereum (ETH), Binance Coin (BNB), and Tether (USDT), while Toko Token (TKO) can be purchased in multiples of one token.

Dian said that Rp5,000 to start crypto investments are the ideal price for the Indonesian people. He said, this price should not interfere with the user’s money management for other needs, especially emergency funds.

Furthermore, his team currently offers five options as the Indonesian market enthusiasm for crypto is quite large. However, Dian added that there will be more options in the future. “We don’t want instant and rush to analyze data [on the market], everything has a process,” he said.

Just like other investments, users can buy and sell crypto assets through a piggy bank balance that can be top up via various available payment methods. Treasury also provides some features where users can check the total asset value or the details of each asset to an easy-to-understand profit/loss estimation.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform Investasi Emas Treasury Hadirkan Layanan Jual-Beli Aset Kripto

Platform investasi emas digital Treasury resmi menghadirkan layanan jual-beli aset kripto. Treasury turut menggandeng Tokocrypto untuk menawarkan aset kripto sebagai alternatif investasi selain emas.

Dalam konferensi pers yang digelar virtual hari ini (03/6), CEO Treasury Dian Supolo mengatakan bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap aset digital mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) mencatat terdapat 4,45 juta investor aset kripto di Indonesia per Maret 2021.

Di samping itu, lewat layanan baru ini, pihaknya ingin mendorong penerapan konsep keseimbangan keuangan dalam bertransaksi aset digital. Menurutnya, konsep keseimbangan keuangan pada diversifikasi aset menjadi prinsip dasar pengelolaan keuangan.

“Kami tidak sekadar buat layanan [investasi] kripto karena kami tidak ingin pengguna hanya berpikir soal cuan. Kami juga ingin edukasi masyarakat lewat produk kami,” ungkap Dian.

Treasury menggandeng Tokocrypto karena dinilai memiliki frekuensi yang sama, yakni tak hanya sekadar berinvestasi untuk menikmati keuntungan, tetapi bertanggung jawab dalam menciptakan kultur investasi yang seimbang.

Pada kesempatan sama, Co-founder & CEO Tokocrypto Pang Xue Kai juga mengatakan, kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan ekosistem aset kripto sebagai alternatif asset class yang lebih baik dan aman di Indonesia.

“Masih banyak yang berasumsi kalau crypto trading itu ilegal di Indonesia, padahal pemerintah sudah membuka akses. We encourage safe crypto trading ecosystem di sini karena kami berupaya menghindari potensi money laundring,” kata Kai.

Sekadar informasi, Tokocrypto merupakan platform kripto pertama di Indonesia yang mengantongi izin dari BAPPEBTI. Pada April 2021, Tokocrypto resmi memperdagangkan Toko Token (TKO) yang merupakan proyek kripto lokal pertama dengan model hybrid (CeFi dan DeFi) di Indonesia.

Sebelumnya ada Pluang, yang berawal dari aplikasi investasi emas yang kemudian juga melakukan diversifikasi ke instrumen kripto. Pluang menggandeng Zipmex sebagai mitra stratgis.

Investasi kripto mulai dari Rp5.000

Pengguna Treasury kini dapat melakukan jual-beli aset kripto mulai dari harga Rp5.000. Saat ini, baru terdapat lima pilihan koin, antara lain Bitcoin (BTS), Ethereum (ETH), Binance Coin (BNB), dan Tether (USDT), sedangkan Toko Token (TKO) dapat dibeli dengan kelipatan satu token.

Dian menilai, investasi kripto mulai dari Rp5.000 menjadi harga ideal yang dapat dijangkau oleh masyarakat Indonesia. Menurutnya, investasi di harga tersebut juga diharapkan tidak sampai mengganggu pengelolaan uang pengguna untuk kebutuhan lain, terutama dana darurat.

Lebih lanjut, saat ini pihaknya baru menghadirkan lima koin karena antusiasme pasar Indonesia terhadap kripto tersebut terbilang besar. Namun, Dian menambahkan akan ada lebih banyak pilihan koin ke depannya. “Kami tidak mau instan dan tidak mau terburu-buru menganalisis data [di pasar], semua ada prosesnya,” tuturnya.

Sama seperti investasi lainnya, pengguna dapat melakukan jual-beli aset kripto melalui saldo Celengan yang dapat di-top up lewat berbagai metode pembayaran yang tersedia. Treasury juga menghadirkan sejumlah fitur di mana pengguna dapat mengecek nilai aset total atau rincian dari setiap aset hingga estimasi profit/loss dengan persentase yang mudah dipahami.

Application Information Will Show Up Here

Nvidia Luncurkan GPU Khusus untuk Crypto Mining

Seperti yang sudah kita ketahui, dunia sedang dilanda krisis kartu grafis. Begitu langkanya stok kartu grafis di pasaran, Nvidia sampai harus memproduksi kembali GPU lawas demi memenuhi demand.

Namun langkah tersebut jelas tidak bisa dijadikan satu-satunya solusi, dan Nvidia sadar betul soal itu. Berhubung salah satu alasan di balik kelangkaan stok kartu grafis adalah diborongnya produk tersebut oleh para penambang cryptocurrency, Nvidia pun memutuskan untuk membuat GPU khusus mining.

Nvidia CMP (Cryptocurrency Mining Processor), demikian nama dari GPU kategori khusus ini. Ada empat model yang ditawarkan: CMP 90HX, 50HX, 40HX, dan 30HX. Dua digit angka tersebut menggambarkan efisiensi masing-masing kartu dalam menambang cryptocurrency, spesifiknya Ethereum yang sedang naik daun belakangan ini.

Lebih jelasnya mengenai spesifikasi masing-masing model bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Nvidia CMP

Kalau kita perhatikan, spesifikasi tersebut rupanya cukup mirip dengan yang ditawarkan oleh lini GeForce. Kita ambil CMP 90HX sebagai contoh, yang memiliki hash rate 86 MH/s untuk Ethereum, dengan TDP 320 W dan memory sebesar 10 GB. Angka TDP dan memory-nya ini sama persis seperti GeForce RTX 3080, dan kartu tersebut juga tercatat memiliki Ethereum hash rate 86 MH/s atau lebih.

Bisa jadi itu hanya suatu kebetulan, sebab Nvidia memastikan bahwa eksistensi lini CMP ini tidak akan mempengaruhi suplai lini GeForce untuk kalangan gamer. Bisa jadi yang mereka gunakan untuk lini CMP adalah chip GeForce yang tidak lolos quality control, dan yang mengemas tipe memory di bawah GDDR6.

Yang mungkin bisa menjadi problem adalah, lini kartu Nvidia CMP ini tidak memiliki output video sama sekali, dan itu bisa berarti harga jual kembalinya rendah karena sudah pasti tidak akan laku jika ditawarkan ke kalangan gamer. Kemungkinan Nvidia bakal mengantisipasi hal ini dengan mematok harga yang sangat menggiurkan buat lini CMP.

Menariknya, Nvidia masih belum selesai. Mereka masih punya satu ‘jurus’ lagi untuk mencegah para crypto miner memborong habis stok kartu grafis yang sebenarnya ditujukan buat para gamer: kartu grafis anyar yang bakal mereka rilis dalam waktu dekat, RTX 3060, telah dimanipulasi demi menekan efisiensinya ketika dipakai untuk menambang Ethereum.

Caranya adalah dengan merancang software driver RTX 3060 agar dapat mendeteksi atribut spesifik dari algoritma yang digunakan untuk menambang Ethereum. Ketika terdeteksi, hash rate-nya otomatis akan dibatasi hingga 50%. Dengan kata lain, penambang yang menggunakan RTX 3060 hanya bisa meraup separuh keuntungan dari potensi aslinya, membuat kartu ini jadi kurang menarik untuk keperluan crypto mining.

Sumber: Nvidia.

CEO Indodax Oscar Darmawan Optimis Popularitas Aset Kripto Kembali Meningkat

Pada bulan Desember 2017, harga aset kripto Bitcoin mencapai angka tertinggi, US$17.549 per koinnya. Fluktuasi tersebut membuat mata uang kripto (cryptocurrency) menjadi perbincangan hangat di berbagai forum. Seiring perkembangannya, berbagai kalangan masyarakat turut menjadikannya sebagai opsi berinvestasi.

Melihat minat pasar yang terus meningkat, berbagai koin baru pun terus diperkenalkan ke publik, termasuk melalui inisiatif penggalangan dana ICO (Initial Coin Offering) untuk sebuah proyek. Di Indonesia ada beberapa startup yang turut meramaikan, seperti Playgame (dengan koin PXG).

Pada akhir tahun 2018, nilai Bitcoin turun tajam di angka US$3.625, dan terus bergejolak hingga pada 13 Januari 2020 nilainya tercatat US$8.740. Diskusi di kalangan masyarakat tentang aset kripto pun cenderung menurut — di tengah perkembangan platform investasi lain seperti reksa dana, saham, hingga emas.

Untuk mendalami tentang perkembangan aset kripto di Indonesia, DailySocial berbincang dengan Founder & CEO Indodax Oscar Darmawan. Perusahaan rintisan yang sebelumnya bernama Bitcoin.co.id ini merupakan salah satu pionir platform perdagangan aset kripto. Saat ini mereka sudah memiliki sekitar 1,8 juta pengguna dengan puluhan jenis aset kripto yang diperjualbelikan.

Akui penurunan minat

Mengawali perbincangan, Oscar memaparkan data volume perdagangan aset kripto dunia dari tahun ke tahun. Ada penurunan signifikan sepanjang tahun 2019, terlebih jika dibandingkan dengan puncak popularitas di tahun 2017. Kendati demikian, nilai kapitalisasinya dinilai masih memiliki performa yang tertinggi dibanding dengan aset investasi lainnya.

Oscar masih sangat optimis kalau aset kripto akan kembali menanjak popularitasnya. Ada beberapa alasan, salah satunya dampak dari dinamika global yang mulai terjadi di tahun 2020. Bitcoin sebagai aset investasi yang tergolong “safe haven” (cenderung lebih aman untuk dimiliki) dinilai akan diminati lebih banyak orang, karena secara komoditas tidak terhubung langsung dengan ekonomi global, fluktuasinya lebih terkontrol di tengah konflik.

“Dengan tidak terhubungnya Bitcoin dengan sistem ekonomi dunia, membuatnya jadi aset yang aman dan mampu untuk terus mengalami peningkatan meskipun krisis terjadi. Misalnya di tengah konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan Iran, justru mengalami efek yang positif untuk nilai Bitcoin. Saat ini harga Bitcoin di Iran naik hingga $25.000. Hal ini serupa dengan perseturuan Amerika Serikat dan Korea Utara tahun lalu yang juga ikut mendorong harga Bitcoin,” terang Oscar.

Cryptocurrency dari sudut pandang investasi / DailySocial

Di samping itu, faktor lain, menurut Oscar, adalah hadirnya kebijakan pelonggaran moneter oleh sebagian bank sentral dalam upaya pengentasan perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat serta berkurangnya persediaan Bitcoin akibat “Halving Day 2020” akan membuat permintaan meningkat.

Seperti diketahui, jumlah peredaran aset kripto seperti Bitcoin memiliki batasan sampai titik nilai tertentu. Tidak seperti mata uang konvensional yang bisa ditambah-cetak setiap tahun.

Perkembangannya di Indonesia

Presiden Joko Widodo dalam sebuah kesempatan menyampaikan, anak muda didorong untuk mengetahui tren teknologi global, tak terkecuali mengenai aset kripto seperti Bitcoin. Pernyataan tersebut disambut optimis oleh pemain industri terkait seperti Indodax.

Melalui asosiasi, komunikasi dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia (Bappebti) terus digalakkan. Salah satunya menelurkan peraturan No. 5 Tahun 2019 tentang ketentuan teknis penyelenggaraan pasar fisik aset kripto di bursa berjangka. Aturan ini ditandatangani pada 8 Februari 2019.

Adanya beleid yang mengatur, baik dari sisi komoditas dan industri, membuat masa depan perdagangan aset kripto semakin cerah. Payung hukum memberikan dampak keyakinan kepada masyarakat, sembari mengurangi risiko kecurangan bisnis yang mungkin bisa terjadi di tengah proses edukasi pasar.

“Kami sendiri di Indodax akan terus bekerja dengan Bappebti untuk menciptakan ekosistem dan industri yang positif di Indonesia. Awal tahun ini kami berharap bisa mengantongi izin resmi dari Bappebti (sebagai penyelenggara platform),” ujar Oscar.

Proyek blockchain dan eliminasi industri

Blokchain sebagai teknologi fundamental yang menghasilkan produk mata uang kripto makin banyak dieksplorasi oleh perusahaan untuk mendukung sistem yang lebih transparan. Bahkan banyak lembaga pemerintah di dunia yang mulai mendalami riset implementasi blockchain di sektor publik.

Menurut Oscar, sepanjang tahun 2016 hingga 2017 belum banyak perusahaan yang membutuhkan blockchain. Kebanyakan baru dimanfaatkan untuk keperluan ICO. Namun memasuki tahun 2018 hingga awal tahun 2020, mulai banyak proyek blockchain yang memiliki kredibilitas baik dan relevan. Di sisi lain, ia juga melihat kalangan investor saat ini sudah lebih dewasa sehingga mereka lebih skeptis terhadap rumor atau berita miring yang beredar tanpa dasar.

Hingga saat ini token yang paling populer masih sedikit jumlahnya. Merek seperti Ethereum dan Bitcoin masih menjadi pilihan utama. Namun dalam dua tahun terakhir banyak pemain seperti startup yang merilis token milik mereka sendiri.

Faktanya tidak mudah untuk mengelola sebuah token, sehingga selama dua tahun terakhir banyak token-token yang terbilang tidak jelas fungsinya mulai tereliminasi. Efek dari eliminasi tersebut akhirnya menjadikan beberapa di antara pemain token untuk kemudian melakukan merger dan mendirikan sebuah entitas yang baru.

Menurut Oscar, langkah seperti sah-sah saja untuk diambil, karena pada akhirnya untuk bisa memperbesar industri ini, ekosistem harus diciptakan dan semua pemain yang terlibat tidak bisa menjalankan bisnis secara independen.

Survei TNS: Bitcoin Masih Diminati di Indonesia, Volatilitas Harga Jadi Kekhawatiran Utama

Dalam survei yang dilakukan TNS, salah satu agensi riset pasar terbesar di dunia, pada Juni 2018 disebutkan sebanyak 63% masyarakat di Indonesia telah mengetahui apa itu cryptocurrency, bitcoin, dan sejenisnya.

Namun faktanya hingga kini masih sedikit jumlah orang yang tertarik untuk berinvestasi di bitcoin. Di Indonesia sendiri bitcoin diregulasi sebagai komoditas, bukan sebagai alat pembayaran atau untuk bertransaksi jual beli.

Menurut Country Manager Luno Indonesia Kanta Nandana, masih ada persepsi di kalangan masyarakat yang menganggap bitcoin masih sangat premium harganya. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa hingga kini masih sedikit jumlah orang yang berinvestasi di Bitcoin.

“Alasan lainnya adalah masih sedikit orang yang mengetahui platform apa yang ideal untuk membeli bitcoin serta prosesnya yang terlihat merepotkan dan panjang. Menjadikan investasi bitcoin masih minim dilakukan orang banyak,” kata Kanta.

Dalam survei yang dilakukan kepada 1000 responden disebutkan kalangan milenial menjadi target pasar yang saat ini diincar Luno dan marketplace cryptocurrency lainnya. Hal ini menilik pada kesadaran dan pemahaman mereka menggunakan smartphone dan teknologi.

“Hasil riset ini membuktikan bahwa cryptocurrency memiliki potensi yang besar untuk diadopsi di Indonesia, sehingga Luno mendukung cryptocurrency untuk menjadi alat investasi menarik dan instrumen untuk menyimpan dan transfer dana dengan mudah dan aman,” kata Kanta.

Jaminan keamanan dan pilihan investasi

Secara keseluruhan, jumlah responden yang mendukung cryptocurrency ini dianggap masih dapat meningkat apabila harga cryptocurrency menjadi lebih stabil, karena volatilitas harga adalah alasan utama (42%) yang mendasari kekhawatiran masyarakat Indonesia terhadap cryptocurrency.

Sementara itu, jenis cryptocurrency yang paling banyak dimiliki orang Indonesia adalah bitcoin dan tercatat sebanyak 83% responden sudah memiliki aset ini. Selain di Indonesia, bitcoin juga mendominasi pasar di negara-negara lain. Jenis aset kripto lainnya yang populer di Indonesia adalah Ethereum (36%).

Hal lain yang menjadi sorotan dalam survei tersebut adalah kekhawatiran keamanan transaksi.

Di Indonesia, cryptocurrency sudah ditetapkan sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan di bursa perdagangan berjangka yang diregulasi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Application Information Will Show Up Here

Layanan “E-Wallet Crypto” Coinhako Umumkan Kehadiran di Indonesia

Coinhako, layanan dompet digital khusus mata uang digital, mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Sebelumnya layanan ini telah hadir di Malaysia. Perusahaan berbasis di Singapura ini menyambangi Indonesia karena telah memiliki lebih dari satu juta orang Indonesia yang memperdagangkan Bitcoin. Rupiah masuk ke dalam urutan 20 besar negara sedunia yang paling banyak diperdagangkan untuk Bitcoin.

Co-Founder dan CEO Coinhako Yusho Liu menuturkan, Coinhako memosisikan diri sebagai layanan e-wallet crypto yang simpel dan biaya transaksi yang rendah. Pendekatan tersebut diambil dalam rangka mengakuisisi pengguna baru, sekaligus diferensiasi dengan kompetitor.

“Kami menggunakan harga terendah di pasar. Kisarannya bisa beda 2%-5% dari harga kompetitor tergantung kondisi pasar pada saat itu. Biaya yang kami bebankan ke pengguna hanya 1% dari tiap pembelian/penjualan krypto. Harga rendah ini jadi kekuatan kami untuk menangkap loyalitas pengguna baru,” terang Yusho kepada DailySocial.

Tampilan muka UI/UX, baik di aplikasi maupun situs Coinhako, didesain seringkas mungkin, sehingga untuk kalangan pemula pun bisa menggunakannya. Pengguna dapat membeli Bitcoin dengan rekening bank lokal, transaksi akan diproses pada saat itu juga.

Saat ini mata uang digital yang tersedia adalah Bitcoin dan Ethereum. Pengguna bisa mentransfer, jual, atau beli mata uang di dalam Coinhako. Pesaingnya di Indonesia termasuk Indodax dan Luno.

Target bisnis Coinhako

Ekspansi ke Indonesia menjadi target ambisius Coinhako dalam menggenjot jumlah pengguna. Yusho menuturkan siap mengucurkan sejumlah dana investasi khusus untuk Indonesia, kendati dia enggan menyebutkan angka detailnya.

“Investasi secara berkelanjutan pasti akan kami lakukan untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Yang sedang kami persiapkan adalah bangun tim lokal.”

Untuk sementara, operasional Coinhako di Indonesia masih dilakukan di kantor pusat Singapura. Pihaknya masih membentuk tim lokal, minimal terdiri dari tiga orang. Gan Kapital sudah dipersiapkan Coinhako sebagai mitra lokal. Mereka akan membantu operasional platform.

Dia menargetkan sampai tahun depan Coinhako dapat menjaring 500 ribu pengguna baru. Perusahaan membidik kalangan penggiat teknologi yang rentang usia 18 sampai 40 tahun. Agar capai target, pihaknya akan melakukan sejumlah inisiatif untuk meningkatkan penetrasi masyarakat soal mata uang digital.

Perusahaan berkomitmen untuk meningkatkan keamanan layanan dompet digital dengan standar tinggi praktik terbaik industri dan menerapkan protokol keamanan yang lebih baik melalui blockhain.

Dengan adanya hal ini, Yusho berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh terhadap keputusan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia (BAPPETI) untuk mengklasifikasikan mata uang digital sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan.

Coinhako didirikan di Singapura sejak 2014. Dalam perjalanannya, layanan telah menerima sejumlah investasi dari Tim Draper (Draper Associates), Josh Jones (Dreamhost), Yang Ventures, dan Boost VC. Perusahaan berencana melakukan ekspansi ke Vietnam dalam tahun ini, juga Filipina pada 2019 mendatang.

Application Information Will Show Up Here