Cerita Ekspansi Startup Lokal ke Kawasan Regional

Berbagai hasil survei ataupun riset menyatakan Indonesia adalah pasar yang tepat untuk memulai bisnis startup. Dari sisi populasi, Indonesia adalah terbanyak setelah India. Sedangkan dari sisi penetrasi internet, Indonesia kini sudah tidak kalah jauh dari negara tetangga Malaysia.

Peluang Indonesia untuk terus tumbuh memang besar, makanya negara ini sangat pas bila pemain startup mulai bermunculan entah dari lokal maupun yang baru masuk dari luar negeri. Pemerintah pun mulai turut andil dengan menerbitkan berbagai aturan demi menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Dalam berbisnis, pemilik usaha sebenarnya sangat haram untuk cepat puas jadi pemenang di salah satu bidang saja, apalagi kalau skalanya masih lokal. Sekiranya, mereka perlu agresif berbisnis sembari mawas diri dengan kondisi pasar yang senantiasa cepat berubah.

Untuk bermain ke kancah internasional, sebenarnya hal itu sangat mungkin dilakukan oleh pemain startup lokal di Indonesia. Mereka memiliki kapasitas yang memadai dan tidak kalah dengan pemain startup dari luar negeri yang masuk ke pasar Indonesia.

Ditambah lagi, budaya Indonesia tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang berada di Asia Tenggara, atau di Asia. Makanya sangat memungkinkan bila pemain startup mulai menimbang-nimbang untuk ekspansi ke Asia Tenggara sebagai tahap awalnya.

Beberapa startup lokal akhir-akhir ini mulai mengumumkan rencananya ingin memperluas kawasan bisnisnya ke negara tetangga bahkan sebagian diantaranya sudah meresmikannya. Di antaranya, Traveloka telah sukses mengembangkan bisnisnya ke lima negara di kawasan ASEAN yakni Singapura, Malaysia, Thailand. Filipina, dan Vietnam. Tak sampai disitu, Traveloka juga mengincar pembukaan kantor perwakilannya di Brunei, Laos, dan Myanmar.

Sonar, aplikasi platform analitik dan monitoring media sosial asal Indonesia, juga mengumumkan rencana ekspansi ke Filipina, Singapura, Malaysia, dan Australia pada tahun depan. Bridestory, portal informasi vendor pernikahan, meresmikan ekspansinya ke Singapura, Filipina, dan Australia.

“Ekspansi kami ke Filipina tidak berbasiskan kerja sama khusus dengan partner lokal. Kami pilih Filipina sebagai rangkaian awal ekspansi karena memiliki pasar yang mirip dengan Indonesia,” terang Kevin Mintaraga, CEO Bridestory.

Selain itu, Heritage.id juga berencana ekspansi ke beberapa negara di ASEAN. Pihak Heritage.id mengungkapkan saat ini masih berusaha mempelajari regulasi yang ditetapkan oleh sejumlah negara.

“Kami ingin melakukan cara serupa yang dilakukan Etsy.com, marketplace yang bisa dinikmati secara global dengan produk pilihan original dan harga terjangkau,” ujar Muhammad Taufiq, CMO Heritage.id.

Ekspansi Modalku

Modalku, startup fintech P2P lending asal Indonesia, juga mengumumkan telah resmi beroperasi di Malaysia, setelah beberapa waktu lalu resmi berada di Singapura. Dengan demikian, kini Modalku sudah resmi beroperasi di tiga negara.

Pihak Modalku menerangkan, pada dasarnya para founder startup fintech ini memang terdiri dari tiga orang dengan perbedaan kewarganegaraan, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Makanya, sudah sejak awal menargetkan Modalku bakal beroperasi penuh di tiga negara tersebut.

Hanya saja, pihaknya lebih memilih Indonesia sebagai base camp untuk Modalku lantaran jumlah populasi di negara ini lebih besar ketimbang dua negara lainnya.

“Selain itu, kami juga lebih ke arah tujuan awal pendirian Modalku yakni mau sukses dan do something good for our country. Tapi base-nya Modalku tetap di Indonesia, dan co-founder Modalku juga ingin berbakti ke negara mereka masing-masing,” ujar Reynold Wijaya, CEO dan Co-Founder Modalku.

Modalku melihat, persamaan yang ada di tiga negara utamanya ini adalah keterbatasan aset UKM sehingga pelaku usaha seringkali tidak masuk dalam kriteria jaminan bank dan lembaga keuangan lainnya. Proses aplikasi juga memakan waktu, pasalnya dana baru cair setelah dua hingga tiga bulan kemudian.

Sejak diluncurkan 17 bulan yang lalu, Modalku telah mencairkan Rp 156 miliar dalam pinjaman jangka pendek dan invoice financing untuk mengembangkan lebih dari 200 UKM berpotensi.

Online Marketplace Heritage.id Akan Melakukan Ekspansi ke Mancanegara Tahun Depan

Jelang akhir tahun 2016 layanan online marketplace Heritage.id mengklaim telah mengalami peningkatan jumlah merchant dan pengguna yang cukup memuaskan. Tepatnya sejak diluncurkan pada bulan Agustus 2016 lalu, Heritage.id mencatat telah memiliki sekitar 500 merchant dan kini telah meluncurkan aplikasi mobile. Makin banyaknya fashion commerce yang bermunculan saat ini di tanah air ternyata tidak menjadikan Heritage.id kehilangan pelanggan lokal hingga mancanegara. Rencananya pada tahun 2017 nanti Heritage.id akan melakukan ekspansi ke luar negeri.

“Kami terus fokus melakukan akuisisi pengguna sekaligus melakukan proses pencarian merchant yang memiliki produk yang unik dan one of a kind. Sesuai dengan visi dari Heritage.id yaitu menghadirkan koleksi lengkap produk buatan Indonesia,” kata CMO Heritage.id Muhammad Taufiq kepada DailySocial.

Saat ini tim dari Heritage.id masih berusaha untuk mempelajari peraturan serta regulasi yang ditetapkan oleh beberapa negara. Dengan demikian ketika waktunya tepat serta persiapan telah menyeluruh, proses ekspor ke negara lain bisa berjalan dengan lancar.

“Kami ingin melakukan cara serupa yang dilakukan oleh Etsy.com, yaitu marketplace yang bisa dinikmati secara global dengan produk pilihan original dan harga yang terjangkau,” kata Taufiq.

Kategori merchant lokal di Heritage.id

Selama menjalankan bisnisnya ada hal-hal menarik yang dicatat oleh Heritage.id, terkait dengan kebiasaan dari merchant yang bergabung. Saat ini merchant di Heritage.id terbagi menjadi dua ketgori yaitu merchant yang berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan merchant profesional yang menargetkan profit.

“Untuk kota seperti Bali dan Yogjakarta pada umumnya telah mengetahui dengan jelas bagaimana menjalankan bisnis marketplace, namun berbeda dengan merchant yang tinggal di kawasan timur Indonesia, masih kurangnya pengetahuan tentang berjualan secara online serta minimnya infrastruktur yang ada, menjadikan alasan mereka berjualan dengan niat berbeda dengan merchant di pulau Jawa-Bali,” kata Taufiq.

Untuk mengatasi tantangan tersebut tim Heritage.id selanjutnya akan melakukan edukasi kepada merchant dikawasan timur Indonesia, di sisi lain juga berniat memperluas kemitraan dengan merchant yang berada di kawasan Jawa-Bali.

Kesulitan mendapatkan investor yang sesuai

Untuk mendukung rencana melakukan ekspansi, akuisisi pengguna dan merchant, Heritage.id masih terus melancarkan kegiatan penggalangan dana. Hal tersebut diakui cukup menyulitkan karena hingga kini masih belum menemukan investor yang sesuai dengan visi dan misi dri Heritage.id.

“Kami masih kesulitan menemukan investor yang cocok dengan Heritage.id karena alasan itulah hingga kini kami masih terus melakukan fundraising, untuk melancarkan rencana-rencana di tahun 2017 mendatang,” kata Taufiq.

Application Information Will Show Up Here

Platform Pencarian Kerja Wantedly Mempersiapkan Peluncuran Ulang di Indonesia

Sempat mengumumkan ekspansinya di Indonesia pada tahun 2015, platform perekrutan berbasis media sosial asal Jepang Wantedly kini sedang mempersiapkan diri untuk melakukan re-launch (peluncuran ulang) bisnisnya yang akan dilaksanakan pada tahun depan. Langkah re-launch dipilih oleh pihak Wantedly lantaran perkembangan bisnis sebelumnya dinilai belum begitu memuaskan, mengingat operasional di tangani bukan dari tim lokal melainkan dari tim Wantedly dari negara asal.

CEO dan Founder Wantedly Akiko Naka menjelaskan saat ini pihaknya sedang mengumpulkan orang-orang lokal untuk bergabung. Terhitung saat ini Wantedly sudah memiliki pengguna di Indonesia sebanyak 10 ribu orang dan 500 klien bisnis. Di Jepang Wantedly sudah beroperasi kurang lebih selama lima tahun. Kini platform tersebut memiliki 10 juta pengguna dengan total klien hingga 20 ribu.

“Kami akan re-launch Wantedly di Indonesia, rencananya tahun depan sudah resmi kembali beroperasi. Sebelumnya, kinerja Wantedly di Indonesia tidak begitu memuaskan karena operasionalnya dikerjakan bukan dari lokal. Namun sekarang kami sudah memiliki tim lokal dan sedang mencari orang untuk menjabat sebagai Country Head,” terang Naka kepada DailySocial.

Tak hanya di Indonesia, Wantedly rencananya juga sedang mempersiapkan tim barunya untuk ekspansinya di Singapura. Menurut Naka, dengan adanya tim lokal proses bisnis dirasa akan lebih berjalan mulus. Pasalnya, pasar Indonesia menjadi salah satu fokus utama Wantedly setelah Jepang, mengingat jumlah pengguna internet mencapai 132 juta menurut survei dari APJII.

Tak hanya itu, geliat pertumbuhan startup juga terbilang masif. Menurut Naka karena banyaknya startup digital, cara pencarian kerja jadi tidak bisa diterapkan secara tradisional. Mengingat nilai yang dijual oleh startup adalah misi dan value, bukan berapa besar gaji yang ditawarkan.

Hal inilah yang sejalan dengan model bisnis Wantedly, membedakan dengan platform pencari kerja lainnya semisal Jobstreet atau LinkedIn. Dalam Wantedly tidak diterangkan berapa gaji yang ditawarkan perusahaan, melainkan apa ide, misi dan value yang mereka tawarkan.

Pencari kerja juga dapat menelusuri profil perusahaan yang sedang membuka rekrutmen, siapa saja orang-orang yang bekerja di sana, dan bagaimana review dari mereka, sekaligus mengirim pesan singkat. Tujuan akhirnya, menghubungkan pencari kerja dengan pekerjaan yang sesuai passion, seiring dengan visi yang mereka hendak capai.

“Model bisnis kami menyesuaikan dengan target usia pencari kerja saat ini rata-rata adalah generasi millennial rentang usia 20-30 tahun. Kami ingin membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai passion, bukan hanya lihat dari gaji yang ditawarkan tapi apa saja visi dan misi yang hendak dicapai bila dilakukan secara bersama.”

Wantedly memiliki lima aplikasi yang saling terintegrasi satu sama lain, yakni Wantedly, Wantedly Chat, Wantedly Contact, Wantedly People, dan Wantedly Siori. Masing-masing aplikasi memiliki fungsi yang berbeda. Misalnya Wantedly sebagai main core aplikasi yang digunakan oleh pencari kerja menelusuri peluang pekerjaan atau magang apa saja yang sedang tersedia.

Atau Wantedly Chat digunakan untuk saling berkirim pesan antar pengguna, transfer dokumen, undangan, atau lainnya. Sementara Wantedly People adalah aplikasi pencatat kartu nama otomatis dari hasil jepretan kamera. Rata-rata aplikasi tersebut baru tersedia untuk Jepang saja, rencananya untuk Indonesia aplikasi yang bakal tersedia adalah produk utama Wantedly.

Application Information Will Show Up Here

Dapatkan Pendanaan Rp 28,2 Miliar, Layanan Pencari “Pekerja Kasar” Helpster Ekspansi ke Indonesia

Startup asal Thailand penyedia layanan pencari kerja yang spesifik ditargetkan untuk blue collar worker (tipe pekerja kasar, seperti buruh pabrik, office boy, penjaga gudang dll) bernama Helpster baru-baru ini mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $2,1 juta (atau senilai Rp 28,2 miliar) yang dipimpin oleh Convergence Ventures dengan partisipasi Wavemaker Partners dan beberapa investor strategis lainnya. Pendanaan ini akan difokuskan Helpster untuk mengembangkan produk guna melakukan ekspansi ke Indonesia.

Helpster sendiri saat ini belum genap berumur satu tahun, didirikan pada Januari 2016 oleh Mathew Ward dan John Srivorakul, layanan ini ingin menghubungkan bisnis di kategori industri F&B, Hospitality, Events, dan Logistics kepada jaringan pekerja, baik untuk diperkerjakan secara tetap ataupun temporer. Layanan ini juga didesain untuk menyiasati kebutuhan perusahaan untuk pemenuhan tugas jangka pendek yang mendesak, misalnya untuk membantu menyukseskan sebuah pagelaran dan sebagainya.

Dari riset yang dilakukan Helpster, setidaknya ada sekitar 100 juta orang dengan perputaran uang mencapai $200 miliar untuk sektor tersebut di Asia Tenggara. Pertumbuhan pengguna internet dan smartphone yang signifikan dinilai menjadi kesempatan untuk menyusun kembali cara baru dalam memenuhi kebutuhan pencarian “pekerja kasar” tersebut.

Tantangan ekspansi ke Indonesia –edukasi pengguna untuk menjangkau blue collar worker

Kendati persentase pengguna internet di Indonesia sudah melebihi 125 juta, namun dapat diprediksikan secara kasat mata bahwa umumnya internet digunakan untuk kebutuhan hiburan dan komunikasi informal, seperti mengakses media sosial atau mobile messenger. Beberapa layanan khusus di internet dinilai baru menjangkau segmentasi pengguna tertentu, umumnya well-educated users.

Ketika berbicara mengenai membawa layanan untuk blue collar worker, maka tantangannya justru pada cara untuk menjangkau kalangan tersebut secara menyeluruh. Namun yang dilakukan Helpster juga unik, karena mereka mencoba melakukan pendekatan dari kedua sisi, dari pekerja dan dari perusahaan yang membutuhkan jasa tersebut.

Situs Helpster kini telah tersaji dalam Bahasa Indonesia
Situs Helpster kini telah tersaji dalam Bahasa Indonesia

“Kami memulai Helpster setelah berbicara panjang-lebar dengan beragam bisnis yang masih menjadikan proses perekrutan sebagai tantangan dalam proses bisnis. Mereka mencari solusi yang memungkinkan untuk mendapatkan pasokan tenaga kerja yang besar dengan cepat dan biaya efisien. Metode tradisional seperti informasi di selebaran atau melalui lembaga penyalur tenaga kerja dinilai kurang memuaskan dari sisi kualitas tenaga kerja yang diperolah. Misi Helpster adalah mengubah cara tersebut,” ujar Co-Founder Helpster Mathew Ward.

Tak mudah memang mengubah cara manual ke arah yang lebih digital. Dari situ Helpster mulai melakukan berbagai strategi serius untuk percepatan adopsi pengguna. Setelah resmi meluncur di Thailand pada April lalu, saat ini sudah terdapat 35 staf di Bangkok dan Jakarta. Perekrutan Pear Moskwa (sebelumnya sebagai Head of GrabTaxi Thailand) sebagai CEO juga didorong untuk menjadi gebrakan yang dapat mencerahkan.

Menurut Adrial Li selaku Managing Partner Convergence Ventures, dengan pertumbuhan bisnis F&B dan Hospitality di Indonesia memberikan kesempatan besar kepada aplikasi Helpster untuk berkembang di wilayah ini.

Helpster sendiri saat ini sudah menyajikan situs berbahasa Indonesia. Pengguna disajikan dalam dua jenis akses, melalui portal web dan aplikasi (Android dan iOS).

Application Information Will Show Up Here

Media Muda VICE Hadir di Indonesia untuk Ekspansi Pertamanya di Asia Tenggara

Pengembang konten global yang fokus untuk kalangan muda VICE resmi mengumumkan akan segera hadir di Indonesia. Tepatnya pada 1 November 2016 mendatang, dan Indonesia menjadi tempat singgahnya pertama di Indonesia. Dengan brand Vice Indonesia, media ini akan memfokuskan pada pengembangan konten yang mengangkat talenta baru, seni, serta cerita-cerita tersembunyi yang berbicara mengenai keragaman di negara ini.

Inisiatif media barat untuk membuat basis di Asia Tenggara dan menempatkan timnya di sini bukan pertama kali ini saja, sebelumnya ada Mashable yang dikabarkan telah membentuk tim editorial dan bisnis di sini. Sebelumnya Business Insider juga sempat dikabarkan telah membangun bisnis di Indonesia, hanya saja sampai saat ini belum ada tim lokal yang mengerjakan secara intensif.

Pemilihan basis Indonesia dan target fantastis kalangan muda

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per tahun 2015 jumlah penduduk usia muda di Indonesia mencapai 62,4 juta atau setara 25 persen dari total penduduk. Angka ini menjadi target fantastis untuk diupayakan oleh Vice, terlebih kaum millennials di Indonesia tergolong cukup konsumtif dan mengagumi konten-konten “muda”. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Direktur Pelaksana Vice Indonesia Mo Morris.

Dalam sambutannya Morris mengatakan:

“Indonesia merupakan lokasi yang tepat untuk kantor pertama Vice di Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara yang menarik dengan kehidupannya yang dinamis. Negara ini memiliki kelas menengah yang tumbuh pesat dan populasi anak muda yang besar, kelompok yang sangat terkait dengan konten-konten kami.”

Vice Indonesia akan mengusung dua bahasa dalam konten-kontennya, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

“Vice akan menghadirkan pandangan segar yang mempertanyakan kearifan konvensional, sehingga sajian konten lokal akan lebih mendalam, menegaskan ciri dan gaya khas tulisan-tulisan Vice yang kerap hilang dari pusaran media yang hiruk-pikuk,” kata Morris.

Mendongkrak melalui komunitas dan konten populer

Melalui pemberitaannya, Vice sering kali menyajikan bahasan yang cukup tegang, tak sedikit pula yang mengundang kontroversial. Namun nyatanya konten seperti itu yang laris di media sosial, bahasan kritis yang membelah kelompok pro dan kontra. Dalam kedatangannya di Indonesia pun Vice mencoba menggunakan pendekatan yang matang untuk kalangan muda, termasuk dengan melibatkan selebriti ternama untuk membangun komunitas penikmat Vice Indonesia.

Vice akan segera menghadirkan basis bisnis di Indonesia
Vice akan segera menghadirkan basis bisnis di Indonesia

Kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, dan Medan akan menjadi sasaran utama di awal kehadirannya di Indonesia. VICE yang dikenal memiliki gaya jurnalisme yang mampu bercerita secara mendalam dan berani, mengawali bisnis di Montreal, Canada pada tahun 1994. Dengan pengalamannya berekspansi di lebih dari 25 negara, Vice kini telah membukukan pendanaan total senilai $770 juta.

Persaingan di ranah lokal merebut pangsa pasar kaum muda

Vice Indonesia akan dihadapkan langsung dengan puluhan situs populer yang biasa diakses kalangan muda di Indonesia. Selain memang situs spesifik ala MalesBanget, Hipwee atau KapanLagi, media berbentuk forum seperti Kaskus juga menjadi penantang yang siap berebut trafik kalangan muda pengakses internet. Kuncinya tentang bagaimana mereka menciptakan tren, dan tentu membangun kepercayaan, terlebih apa yang sering disampaikan berupa berita aktual.

Tantangannya bagaimana mereka mampu mengukur kepekatan unsur lokal pada setiap konten yang disajikan. Bagaimanapun karakteristik penikmat konten di Indonesia memiliki standar berbeda dengan negara-negara lain yang pernah menjadi basis Vice.

UberMOTOR Ekspansi ke Bandung, Surabaya, dan Bali

UberMOTOR mengumumkan ketersediaan armadanya di Bandung, Surabaya, dan Bali. Langkah ini hanya berselang beberapa hari setelah Grab mengumumkan ketersediaan GrabBike dan GrabExpress di Bali. Go-Jek sendiri sudah cukup merajai di kota-kota tersebut dan kini mendapat tantangan baru di luar kawasan Jadetabek.

Sejauh ini belum ada data berapa banyak mitra pengemudi UberMOTOR secara nasional. Saya sendiri sempat melihat bagaimana UberMOTOR bergerilya ke kantong-kantong ojek pangkalan untuk merekrut mitra baru. Memang kalau dilihat di jalanan Jadetabek, jumlahnya masih kalah jauh jika Go-Jek dan GrabBike yang lebih dulu hadir. Langkahnya berekspansi ke Bandung, Surabaya, dan Bali diharapkan bisa membantu meningkatkan tingkat kompetisi di kota-kota lain.

UberMOTOR di Indonesia merupakan satu-satunya layanan Uber berbasis motor yang bertahan. Layanan serupa, dengan nama UberMOTO yang digelar di Thailand dan India, tak mampu bersaing dengan pemain lokal. Mengingat sebentar lagi Uber bakal menggelar layanan pemesanan makanan UberEATS, sebaiknya mereka sudah memiliki armada pengantaran yang cukup untuk bersaing dengan Go-Food.

Application Information Will Show Up Here

Hadirnya WeShop dan Realitas Panasnya Persaingan Bisnis E-Commerce Lokal

Dalam laporan startup digital yang diterbitkan DailySocial, baik di tahun 2014 dan 2015, sektor e-commerce diprediksikan akan tetap menjadi tren yang terus diburu oleh para pemain bisnis. Benar saja, penguatan pemain lama dan hadirnya pemain baru terus bergeliat di sektor ini. Baru-baru ini salah satu penyedia jasa e-commerce asal Singapura bernama WeShop Global Group tengah mempersiapkan diri untuk bermanuver di Indonesia.

Bersama investasi $5 juta yang baru saja digenggam, WeShop akan menyediakan alternatif belanja online bagi konsumen yang menginginkan produk-produk impor dengan harga terjangkau. Saat ini situs Weshop Indonesia sudah dapat diakses. Dengan memastikan produk yang dijual asli, WeShop yakin akan berhasil memikat dengan spesialisasinya.

Founder dan CEO WeShop Global Group Emme Dao dalam sebuah kesempatan mengatakan bahwa di lanskap bisnis e-commerce saat ini belanja lintas negara sedang menuju puncak tren. Dari analisis yang dilakukan WeShop peminatnya telah tumbuh dua kali lebih cepat di pasar B2C (Business to Consumer) dunia. Diprediksi pertumbuhannya akan mencapai lima kali lipat di tahun 2020 mendatang. Tak lain karena terbukanya jalur dagang global yang semakin mudah diakses.

Visi WeShop ingin menghadirkan mode penjualan yang memudahkan konsumen dengan efisiensi pada biaya logistik, sistem pembayaran dan risiko yang mungkin terjadi. Simpelnya WeShop ingin menjadikan transaksi belanja di luar negeri seperti belanja di dalam negeri.

Kurasi dari produk online shop ternama

WeShop mengaku saat ini telah memiliki lebih dari 200 juta daftar produk yang bersumber dari berbagai situs e-commerce populer dunia, tak terkecuali Amazon dan eBay. Salah satu hal yang dinilai memudahkan adalah terkait pembayaran, karena kurs mata uang akan disesuaikan dengan rupiah. Sistem transaksinya pun demikian, dihadirkan dengan model yang umum digunakan oleh layanan lokal.

Layanan WeShop kini telah bisa diakses di Indonesia
Layanan WeShop kini telah bisa diakses di Indonesia

Salah satu tantangan yang coba ingin dipecahkan juga terkait dengan perpajakan. Di WeShop pelanggan harus membayarkan secara terpisah biaya pajak dan biaya lainnya (jika ada) sebelum proses pengiriman berlangsung.

Tren layanan e-concierge di Indonesia

Di Indonesia saat ini ada banyak sekali layanan yang menyuguhkan jasa sejenis, salah satu yang cukup tampak adalah HargaDunia. Sistem yang ditawarkan mirip, melakukan kurasi produk dan bertindak sebagai perantara proses transaksi penjualan dari situs e-commerce di luar negeri. Ada juga yang secara khusus menghadirkan layanan e-concierge (perantara pembelian online), salah satunya Uskoop, keberadaannya di pasar Indonesia didukung oleh Bhinneka.

Namun di tengah tren belanja online yang sering dikatakan masih dalam tahap pertumbuhan, layanan e-commerce dan marketplace lokal masih sangat mendominasi. E-concierge di Indonesia bisa dikatakan lebih menyasar segmentasi konsumen tertentu. Melihat hal tersebut nyatanya beberapa layanan e-commerce internasional dikabarkan tengah bersiap untuk melakukan ekspansi ke Indonesia, baik dalam bentuk kerja sama dengan rekanan lokal, ataupun berniat mendirikan brand sendiri.

Gejolak persaingan bisnis e-commerce belum usai

Dengan kompensasi jumlah konsumen yang luar biasa besar (dan terus bertumbuh), dengan berbagai cara layanan e-commerce terus menguatkan cengkeramannya di Indonesia. Layanan lokal terus mendulang investasi, dan layanan luar pun terus datang bersinggah. Amazon salah satunya, beberapa waktu terakhir sempat dikabarkan tengah bersiap hadir ke Indonesia, walaupun sampai saat ini belum terkabar bentuknya. Di tengah persaingan sengit ini pun tak sedikit yang pada akhirnya memilih untuk menyerah.

Rasanya konsumen di Indonesia saat ini sudah tidak lagi terpaku pada penawaran fitur seperti mudahnya pembayaran ataupun logistik. Persaingan antar pemain e-commerce sudah tidak lagi bisa mengandalkan platform, karena hal tersebut kini menjadi fundamental yang tidak diindahkan lagi, kendati performa tetap menjadi harga mati sebuah layanan. Belum ada pola jelas dari konsumen yang masih berkembang saat ini. Di titik kenyamanan tertentu konsumen terhadap layanan, masih sangat mudah goyah jika inovasi dari layanan lain dimunculkan.

Yang paling umum model “perang harga” yang dilakukan untuk akuisisi pengguna, tapi nyatanya hal tersebut tidak membawa sektor tersebut sehat. Formula ini yang kini harus terus dianalisis oleh para pemain e-commerce untuk bisa menundukkan gaya konsumtif jutaan konsumen prospektif di Indonesia. Tidak mudah memang.

Rayakan HUT Pertama, Go-Box Ekspansi ke Enam Kota Baru

Tidak terasa layanan logistik yang menargetkan konsumen perorangan dan UKM milik Go-Jek yaitu Go-Box telah menginjak usia satu tahun. Layanan ini resmi diluncurkan oleh CEO Go-Jek Nadiem Makarim dan Head of Go-Box Raditya Wibowo bulan Oktober tahun 2015 silam.

Merayakan HUT-nya yang pertama secara resmi Go-Box kembali melakukan ekspansi ke kota besar di Indonesia. Kali ini kota yang disasar adalah Medan, Palembang, Solo, Malang, Balikpapan, dan Makassar. Ekspansi tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pengiriman logistik di kota-kota tersebut.

“Ekspansi ini kami lakukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan logistik publik dan pebisnis di pulau Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan. Saat ini, armada kami telah siap untuk memenuhi kebutuhan pengiriman barang Anda di 12 kota,” kata Head of GO-BOX Raditya Wibowo.

Sebelumnya Go-Box telah melayani kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Semarang, Yogyakarta, dan telah memiliki lebih dari 5300 mitra di 12 kota.

Dengan layanan Go-Box, pengguna juga dapat mengirimkan barang hanya dengan menggunakan satu armada hingga ke 15 titik pengiriman sekaligus hanya dengan memanfaatkan aplikasi mobile yang bisa diakses di aplikasi Go-Jek.

Pengguna bisa dengan mudah melakukan pemesanan, memonitor jalannya barang yang dikirim hingga mendapatkan asuransi. Untuk memastikan barang sampai di tujuan dengan aman, Go-Box juga telah bekerja sama dengan pihak penyedia asuransi untuk mengganti kerusakan atau kehilangan barang hingga maksimal Rp 500,000,000.

Selain pengguna dari kalangan individu, Go-Box juga telah melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan ternama dalam membantu kebutuhan logistik.

Application Information Will Show Up Here

Terus Berekspansi secara Regional, Aplikasi Traveloka Sudah Memperoleh 7 Juta Unduhan

Sebagai penyedia layanan online travel agent (OTA), posisi Traveloka saat ini cukup cemerlang. Tidak hanya erada pada posisi teratas di pasar akomodasi dan perjalanan wisata, Traveloka dengan ekspansi internasionalnya terbilang cukup diterima dengan baik di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Dalam berita yang dikutip dari Indotelko, Traveloka segera menyambangi Brunei, Laos, dan Myanmar.

“Bagi kami, bisa melebarkan sayap ke luar Indonesia dalam kurun waktu 4 tahun merupakan sebuah capaian positif karena hal ini membuktikan bahwa perusahaan internet Indonesia memiliki potensi untuk bersaing di pasar global. Selain di Jakarta, saat ini kami telah memiliki kantor yang berada di Kuala Lumpur, Bangkok, Ho Chi Minh City, Singapura dan Manila dengan fokus untuk melayani pengguna kami di kawasan Asia Tenggara,” kata Head of Marketing Traveloka Dannis Muhammad kepada DailySocial.

“Hingga saat ini kami masih menggunakan strategi yang sama, yakni fokus pada pengembangan produk dan layanan terbaik. Hanya saja, eksekusinya berbeda-beda tergantung dari ekspektasi pengguna di masing masing negara dan juga media bergantung pada apa yang mereka konsumsi,” lanjutnya.

Peningkatan jumlah pengguna aktif di aplikasi

Hal menarik lain yang diungkapkan Dannis kepada DailySocial adalah saat ini aplikasi Traveloka telah diunduh lebih dari 7 juta kali oleh pengguna di kawasan Asia Tenggara. Selain itu diklaim lebih dari 50% pengunduh aplikasi Traveloka tergolong sebagai active user.

“Dengan dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), mobilitas masyarakat akan semakin tinggi karena semakin banyak user yang akan melakukan perjalanan lintas negara sehingga kami optimis bisa menjaga pertumbuhan yang positif hingga akhir tahun 2016,” tutup Dannis.

Application Information Will Show Up Here

Enam Hal yang Perlu Dilakukan Startup Sebelum Ekspansi Internasional

Ketika startup telah diluncurkan secara langsung bisa menembus pasar internasional dengan bantuan promosi dan buzzword yang muncul di awal usaha. Namun demikian keuntungan lebih yang didapatkan di masa awal akan mustahil mengalami perkembangan yang baik untuk startup Anda jika memutuskan untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan sebuah ekspansi, yang merupakan bagian dari tahap skalabilitas yang bisa berakhir dengan fantastis jika diterapkan dengan tepat.

Perusahaan yang telah sukses melakukan ekspansi ke mancanegara mengetahui dengan jelas metrik apa yang menjadi prioritas untuk kemudian menentukan roadmap untuk rencana melebarkan usaha ke negara lainnya. Faktanya sekitar 25% atau lebih keuntungan bisa dihasilkan perusahaan jika mampu melakukan proses ekspansi dengan mulus. Untuk itu diperlukan langkah yang tepat dan tim yang solid untuk bisa melancarkan rencana tersebut. Artikel berikut ini mengupas enam hal penting jika startup Anda berencana untuk melakukan ekspansi ke luar negeri.

Kerangka ekspansi internasional

Langkah awal yang harus Anda lakukan jika berencana untuk ekspansi internasional adalah membuat kerangka yang tepat. Cermati tiga aspek krusial berikut ini yang merupakan hal yang wajib dilakukan untuk bisa menerapkan rencana yang ada ke depannya.

  • Dasar Penilaian: Memahami pasar dan di mana produk Anda cocok (kekuatan/kelemahan, set kompetitif regional).
  • Kesenjangan produk : Pasar Internasional membutuhkan modifikasi produk (dinamika pengguna, desain, komunikasi).
  • Visi : Apa yang “menjadi internasional” artinya untuk perusahaan Anda harus (menyamakan visi di dewan manajemen, pendiri, tim pimpinan, dan karyawan).

Pasar mana yang paling menarik dan memilih prioritas yang tepat

Sebelum Anda menentukan negara pertama mana yang baiknya dituju, coba cermati terlebih dahulu soal penetrasi mobile, sosial ekonomi yang menguntungkan, lingkungan politik yang stabil, infrastruktur pembayaran yang mudah diakses, regulasi dan pajak (terutama pasar yang familiar dengan bahasa inggris), pendapatan per kapita, dan penetrasi internet di suatu negara. Perhatikan juga populasi yang nantinya bisa menjadi potensi pasar yang menguntungkan untuk layanan atau produk yang akan Anda hadirkan di negara tersebut.

Mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal

Pada akhirnya Anda ingin mulai melebarkan usaha di negara yang memiliki regulasi yang tidak terlalu rumit dan industri yang lebih dinamis, akan menjadi sia-sia dan cenderung berakhir sulit untuk berkembang jika Anda memaksakan melakukan ekspansi di negara yang ‘kurang mendukung’ baik dari sisi pemerintah maupun dari sisi pasar. Negara seperti Tiongkok, India, Brasil adalah negara yang cukup sulit untuk menjadi pilihan ekspansi internasional. Cara lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan mengadopsi kearifan lokal dan memperkerjakan pegawai lokal sebagai pimpinan atau Country Manager. Dengan demikian mereka bisa menjadi perwakilan yang tepat untuk perusahaan Anda. Hal tersebut biasanya banyak terjadi di negara Asia seperti Jepang termasuk Indonesia.

Promosi dan branding

Setelah Anda mempelajari seperti apa gaya penjualan dan consumer behaviour di suatu negara, langkah selanjutnya yang bisa diambil adalah memilih tim yang tepat untuk mulai melakukan pemasaran hingga penjualan. Pilihlah orang lokal yang telah terbiasa dan pastinya berbicara fasih dengan bahasa setempat yang nantinya bisa menjadi wakil dari perusahaan Anda. Yang perlu diperhatikan adalah, orang tersebut merupakan perwakilan langsung dari perusahaan, untuk itu terapkan dengan benar pendekatan yang kasual demi mempromosikan perusahaan dan hindari pendekatan yang langsung menitikberatkan kepada monetisasi.

Memilih tim yang solid

Pada umumnya perusahaan atau startup yang kemudian sukses melakukan ekspansi internasional mengirimkan hanya beberapa orang penting saja dari kantor pusat dalam jumlah yang kecil untuk mulai melakukan kegiatan awal ekspansi. Dengan demikian sebagai langkah awal semua bisa dikerjakan secara multitask hingga waktunya untuk mulai memperkerjakan anggota tim lokal untuk melakukan kegiatan oprasional. Perusahaan harus strategis terkait dengan skala sistematis dari daerah setempat ke sejumlah pasar internasional.

Bersabar dan perkuat model bisnis

Meskipun startup Anda terbilang populer dan sukses di negara asal bukan berarti bisnis model yang saat ini telah dijalankan bakal berakhir sukses di negara lain. Pelajari dengan benar dan yang paling penting bersabarlah ketika waktunya melakukan ekspansi internasional. Jika diperlukan coba teliti kembali kebiasaan serta tren yang terjadi di negara yang dituju, apakah sudah sesuai dengan layanan yang ada. Diperlukan beberapa penyesuaian yang nampaknya diperlukan untuk rencana ekspansi. Ketika waktunya tiba, Anda telah siap untuk semua aspek dan bisa langsung melancarkan rencana ekspansi internasional.