MSI Ajak Anda Persenjatai PC Dengan Kartu Grafis dan Gaming Gear Mutakhir

Pengunjung Computex 2018 kembali menjadi saksi persaingan panas dua produsen chip ternama. Di hari Selasa, Intel mengungkap prosesor 28-core 8086K yang sanggup berlari di 5GHz; lalu sehari sesudahnya, AMD mengumumkan Threadripper 2, prosesor dengan 32-core dan 64-thread. Namun di segmen grafis, Nvidia malah belum menyingkap GPU ‘Turing’ yang begitu dinanti-nanti.

Sebagai salah satu pemain utama di bidang penyediaan GPU, produk-produk ‘current-gen‘ MSI masih menjadi andalan mereka di Computex Taipei 2018. Di sana, produsen memamerkan GeForce GTX 1080 Ti Gaming X Trio serta deretan GTX 1070 Ti custom yang diungkap perdana di bulan Oktober silam. Kemudian buat memperkuat lineup ‘kubu merah’, MSI menjagokan seri baru berbasis chipset AMD Polaris: Radeon RX Mech.

MSI2 14

 

Kartu grafis

GeForce GTX 1080 Ti Gaming X Trio merupakan kartu grafis Nvidia top-end ciptaan MSI. Kata ‘trio’ merepresentasikan penggunaan desain kipas Tri-Frozr yang sudah disempurnakan serta sistem pencahayaan RGB Mystic Light di tiga zona berbeda. Tri-Frozr memiliki sepasang dua kipas berdiameter 10cm dan sebuah kipas Torx 2.0 9cm buat menghasilkan aliran udara lebih kencang. Produsen juga mengimplementasikan dua SuperPipes 8mm agar proses transfer panas ke bagian sirip berjalan lebih cepat.

MSI2 15

MSI GeForce GTX 1070 Ti Titanium 8G dan GTX 1070 Ti GAMING 8G sendiri dipersenjatai pendingin Twin Frozer VI sehingga core bisa berlari di kecepatan lebih tinggi secara stabil. Tersedia pula GeForce GTX 1070 Ti ‘Duke’ yang dilengkapi tiga fan raksasa, GeForce GTX 1070 Ti Armor 8G dengan warna hitam-putihnya dan sistem pendingin Twin Frozr V, serta GeForce GTX 1070 Ti AERO 8G yang mengandalkan kipas radial.

MSI2 16

MSI2 17

Seri Radeon RX Mech, salah satunya Radeon RX580 MECH 2 8G OC, ialah alternatif jika Anda lebih memfavoritkan chip grafis racikan AMD. Agar tidak kalah saing dari GPU ‘si hijau’, MSI memanfaatkan rancangan PCB custom yang dipadu komponen-komponen Military Class 4 serta teknologi pengendali aliran udara dan pipa thermal SuperSU. Semua ini dikemas dalam desain merah-hitam garang yang turut dihias LED RGB.

MSI2 18

 

Gaming gear

Computex 2018 juga menjadi panggung bagi MSI dalam memperluas pengaruhnya di ranah gaming gear. Di pameran IT tahunan terbesar di Asia itu, produsen memamerkan keyboard Vigor GK80 dan varian tenkeyless-nya, Vigor GK70; headset Immerse GH70 serta GH60 (varian wired); serta mouse Clutch GM70 dan GM60 (merupakan model berkonektivitas kabel).

MSI2 6

MSI2 8

Vigor GK80 dan GK70 mempunyai karakteristik serta fitur hampir serupa. Perbedaan mereka hanya terletak di layout tombol dan pada penerapan LED RGB Mystic Light. Anda ditawarkan opsi switch mekanis Cherry MX Red atau Silver Speed, tubuh berkonstruksi aluminium, kemampuan anti-ghosting N-Key Rollover, empat keycap logam premium serta tambahan 12 keycap karet dengan permukaan anti-slip.

MSI2 9

MSI2 7

Model Vigor GK80 dilengkapi oleh wrist rest berpermukaan karet terpisah. Di bagian bawahnya terdapat celah untuk menempatkan keycap-keycap tambahan sehingga tidak gampang tercecer dan memudahkan kita buat menggantinya.

MSI2 12

MSI2 13

Dan untuk pertama kalinya, MSI memperkenalkan mouse gaming Clutch GM50 di computex 2018. Clutch GM50 mengisi celah antara varian GM40 dengan Clutch GM70/60 yang menjadi model high-end sang produsen. Berbeda dari para pendahulunya yang memanfaatkan rancangan ambidextrous, Clutch GM50 mengusung arahan desain ergonomis, ideal digenggam oleh tangan kanan.

MSI2 10

MSI2 11

Sang produsen hardware gaming Taiwan itu belum mengungkap secara rinci kapabilitasnya, namun saya menerka spesifikasi Clutch GM50 berada di atas GM40. Selain itu, mouse juga telah dihias oleh sistem pencahayaan RGB Mystic Light yang bisa disinkronkan dengan periferal gaming lain; lalu tersambung ke PC melalui kabel braided.

Mayoritas produk yang MSI pamerkan tersebut sudah dipasarkan, kecuali sejumlah perangkat yang melangsungkan debutnya di Computex 2018 seperti Clutch GM50. Biasanya, perilisan resmi produk MSI ditandai dengan dipublikasikannya rilis pers. Tebakan saya, semua komponen dan periferal tersebut akan segera tersedia sebelum tahun 2018 berakhir.

Alienware Luncurkan Headset Gaming Wireless Pertamanya Beserta Mouse Gaming Baru

Mungkin tidak banyak dari yang kita tahu, akan tetapi Alienware sebenarnya sempat punya headset gaming-nya sendiri di tahun 2009 lalu. Usai vakum begitu lama di segmen ini, Alienware memutuskan untuk bersaing kembali lewat sebuah headset gaming wireless perdananya, yang diberi nama sesimpel Alienware Wireless Headset.

Seperti halnya mayoritas headset gaming lain di pasaran, virtual surround 7.1 menjadi salah satu fitur unggulan Alienware, plus dentuman bass yang mantap katanya. Kinerjanya dalam mereproduksi suara ini ditunjang oleh driver Neodymium berdiameter 40 mm yang tertanam di masing-masing earcup.

Alienware Wireless Headset

Soal desain, ia tampak sangat, well, sangat Alienware. Bantalan telinganya terbuat dari bahan fabric, yang diyakini lebih efektif menjaga telinga tidak terlalu panas dalam durasi yang lama. Sebuah mikrofon noise cancelling telah tersedia, dan bisa disingkirkan saat tidak diperlukan.

Sebagai produk gaming yang keluar di tahun 2018, mustahil perangkat ini tidak dilengkapi sistem pencahayaan warna-warni, dan headset ini pun kompatibel dengan sistem pencahayaan AlienFX. Rencananya Alienware Wireless Headset bakal dipasarkan secara global mulai 11 Juni, dengan banderol harga $229.

Alienware Elite Gaming Mouse / Alienware
Alienware Elite Gaming Mouse / Alienware

Di samping headset, Alienware juga menyingkap versi baru dari Elite Gaming Mouse. Kustomisasi masih menjadi fitur unggulan, dan versi barunya bahkan lebih lengkap lagi, dengan total empat ‘sayap’ yang bisa dilepas-pasang sesuai kebutuhan.

Dari keempat side wing itu, dua mengemas dua tombol ekstra, sedangkan dua lainnya mengemas empat tombol ekstra, jadi pengguna tinggal menyesuaikan dengan gaya bermainnya. Selain itu, pengguna juga dibebaskan mengadaptasikan bentuknya lewat kombinasi side wing ini; bisa ambidextrous atau ergonomis.

Alienware Elite Gaming Mouse

Untuk menyesuaikan bobot mouse, tersedia empat pemberat yang masing-masing berbobot 5 gram. Sistem pencahayaan AlienFX pastinya tidak ketinggalan, demikian pula tombol pengaturan DPI sampai lima tingkatan. Di Amerika Serikat, mouse ini akan dijual seharga $90 mulai akhir Juli mendatang.

Sumber: Engadget dan Wccftech.

Demi Memberikan Kendali Penuh, Mouse Gaming Lexip Dibekali 2 Joystick Terintegrasi

Mouse ialah salah satu perangkat gaming paling andal karena mampu menerjemahkan seluruh gerakan tangan sebagai input, serta diposisikan di bidang ‘dua dimensi’, sehingga membuat gerakan dalam permainan lebih presisi. Tapi tak semua konten bisa ditangani oleh mouse. Bayangkan canggungnya menikmati game-game simulasi menggunakan periferal ini.

Di sejumlah genre permainan, tak jarang Anda harus beralih ke gamepad, joystick atau bahkan setir simulator. Termotivasi untuk mempersempit celah kelemahan mouse, Lionel Chataignier menghimpun satu tim inovator untuk mengembangkan Lexip, yaitu mouse yang disiapkan sebagai solusi all-in-one dalam menangani beragam jenis game, serta didesain agar siap mendukung segala tipe gamer.

Lexip.

Rahasia kemampuan Lexip terletak pada penggunaan dua joystick untuk menyempurnakan kendali. Joysitck pertama ditanamkan pada ‘akar’ mouse, memungkinkan Anda memiringkan tubuh Lexip ke segala arah seperti berinteraksi dengan unit control column. Bagian itu mempunyai sudut kemiringan -/+ 20 derajat, serta dapat membaca lebih dari 300.000 titik posisi, memastikan tiap gerakan terdeteksi secara presisi.

Joystick kedua berukuran lebih kecil, berada di sisi samping di jangkauan jempol. Dengannya, Anda bisa mengontrol kamera di MOBA tanpa mengubah posisi mouse, mengakses menu radial (jika permainan menyajikannya), menggonta-ganti perlengkapan dalam Minecraft, atau menaruh objek secara ringkas di Fortnite. Semuanya dapat dilakukan tanpa perlu menekan tombol keyboard.

Tentu saja bagian sensor juga mendapatkan perhatian dari tim Lexip Gaming. Mereka membenamkan sensor laser PixArt ADNS-9800 dengan DPI maksimal 8.200. Untuk desainnya sendiri, Lexip memanfaatkan pendekatan tradisional yang berpedoman pada prinsip ergonomis. Selanjutnya, tombol utama, thumb button, scroll-wheel dan switch DPI berada di area-area familier. Mouse tersambung ke PC via kabel, lalu produsen tak lupa menyediakan opsi buat gamer kidal.

Lexip siap mendukung banyak permainan, tetapi kompatibilitas yang membuat saya takjub adalah kesiapannya menangani judul-judul simulator semisal Project CARS, Microsoft Flight Simulator X, sampai Space Citizen. Kombinasi dua joystick plus gerakan mouse memungkinkan Anda melakukan manuver-manuver kompleks berbekal satu tangan.

Lexip Gaming tengah melangsungkan kampanye crowdfunding di Kickstarter. Berkat premis unik produk ini, produsen berhasil mengumpulkan modal berkali-kali lipat dari target awal mereka. Lexip bisa Anda pesan sekarang seharga mulai dari € 100 (US$ 120-an), akan didistribusikan di bulan Juni 2018 nanti.

Lexip 2

Saya adalah salah satu gamer keras kepala yang hampir selalu memaksakan pemakaian keyboard dan mouse di hampir semua game. Belakangan, Project CARS 2 membuat saya menyerah, memaksa saya beralih ke controller Xbox One. Namun jika Lexip betul-betul seintuitif yang produsen janjikan, saya tidak segan untuk mengucapkan selamat tinggal pada gamepad Microsoft tersebut.

Mouse Gaming Terbaru SteelSeries Mengemas Sensor Optik Ganda

Agustus tahun lalu, SteelSeries memperkenalkan dua mouse gaming baru dengan sensor inovatif bernama TrueMove3. Keunggulannya adalah kinerja tracking satu banding satu, yang berarti jarak yang ditempuh mouse di atas mousepad bakal sama persis dengan jarak yang ditempuh kursor di layar.

Tahun ini, mereka siap membawa teknologi tersebut ke level yang lebih tinggi lewat mouse SteelSeries Rival 600 dan teknologi TrueMove3+. Sistem baru ini melibatkan sebuah sensor optik ekstra yang bertugas memonitor pergerakan mouse selama terangkat dari permukaan.

SteelSeries Rival 600

SteelSeries menjelaskan bahwa dengan sensor konvensional, kursor terkadang bisa ‘melompat’ dan ‘berlarian’ ketika mouse diangkat dan diletakkan kembali di atas permukaan. Sensor ekstra pada Rival 600 akan mengeliminasi pergerakan ekstra tersebut, memastikan kursor tetap berada di posisi yang sama ketika mouse kembali diletakkan.

Pengguna juga bebas mengatur kapan sensor kedua ini akan aktif berdasarkan jarak antara mouse dan permukaan. SteelSeries tak lupa menambahkan bahwa sensor ekstranya ini masih bisa bekerja secara presisi bahkan dalam jarak sedekat 0,5 mm.

SteelSeries Rival 600

Beralih ke bagian yang kelihatan secara kasat mata, Rival 600 mengadopsi desain ergonomis untuk pengguna tangan kanan. Bobotnya cuma 96 gram, akan tetapi pengguna bisa menambahkan hingga delapan pemberat yang masing-masing berbobot 4 gram.

Tombol-tombolnya mengandalkan switch mekanis yang diyakini bisa tahan hingga 60 juta klik. Layaknya mouse gaming lain, tentu saja tombol-tombolnya ini bisa diprogram sesuka hati, dan sistem pencahayaan RGB pun sudah pasti tidak terlewatkan. Buat yang tertarik, Rival 600 sudah bisa dibeli seharga $80.

Sumber: SteelSeries.

[Review] Rapoo VPro V25s, Mouse Gaming Terjangkau yang Dibekali Beragam Kejutan Unik

Namanya memang tak setenar brand-brand periferal PC lain di tanah air, tapi Rapoo sebetulnya telah menyelami ranah aksesori komputer sejak 2002. Kabarnya ia sempat masuk di Indonesia pada tahun 2012, namun tenggelam di tengah hiruk-pikuk kehebohan gaming gear. Agar lebih mudah dikenal khalayak, Rapoo menyiapkan sub-brand gaming mereka: VPro.

Produsen periferal Shenzhen itu mulai mencoba menginvasi kembali segmen gaming gear nusantara di akhir 2017 ini. Beberapa minggu lalu, perwakilan Rapoo memberikan saya kesempatan untuk  menjajal mouse gaming mid-range terbaru mereka secara lebih personal, sebuah produk bernama VPro V25s. Ia menjelaskan bahwa V25s merupakan satu dari sejumlah produk anyar yang Rapoo siapkan buat menyaingi merek aksesori PC populer asal Swiss lewat kombinasi duet harga dan performa.

Dari sedikit riset, spesifikasi VPro V25s tak berada jauh dari Logitech G102 Prodigy. Namun hal yang membuatnya istimewa ialah presentasi tema ‘gaming’ yang diusung V25s: pencahayaan LED RGB menari tanpa henti, lalu desain simetris yang familier ternyata nyaman untuk menangani beragam tugas berbeda. Silakan simak ulasan lengkap VPro V25s di bawah ini.

 

Packaging

Rapoo bermaksud buat menjaga bundel penjualan VPro V25s tetap sederhana. Di dalam bungkusnya yang tak terlalu besar, Anda hanya akan menemukan unit mouse, kabel yang tersusun rapi, dan lembar ‘quick start guide‘. Di lembar panduan tersebut, Rapoo menyarankan pengguna untuk mengunduh aplikasi companion dari page V25s agar kita bisa mengonfigurasi DPI, LED, hingga memanfaatkan fungsi macro.

VPro V25s 9

 

Desain

VPro V25s ialah mouse ambidextrous dengan lekukan-lekukan yang menyiratkan bagaimana tim perancangnya tidak melupakan elemen ergonomis. Dua tombol utama menjadi bagian dari pelat punggung, lalu di tengahnya ada scroll wheel dan switch DPI. Satu aspek yang menyebabkan mouse ini tidak sepenuhnya simetris adalah dua thumb button yang hanya tersedia di sisi kiri.

VPro V25s 35

VPro V25s 33

Tubuh hitam VPro V25s terbuat dari plastik, termasuk pada bagian metalik yang membingkai scroll wheel dan switch DPI. Untuk membuat pengendaliannya lebih akurat dan mengurangi peluang tergelincir dari jari, Rapoo membubuhkan lapisan karet bertekstur di kiri dan kanan mouse. Di sisi bawah, Anda akan menemukan empat mouse feet teflon, masing-masing berada di bagian ujung V25s. Mouse ini sendiri tersambung ke PC melalui kabel USB braided sepanjang 2-meter.

VPro V25s 11

VPro V25s 10

VPro V25s mempunyai dimensi 125,6×66,2×39,5-milimeter dan bobot di kisaran 120-gram tanpa menghitung kabel. Ukurannya ini mendukung penuh gaya claw grip (kebiasaan saya), dan memungkinkan jari-jari mungil ini menjangkau kelima tombol di sana – termasuk dua thumb button-nya. Lalu saat jempol, jari manis dan kelingking mengunci mouse di area karet, V25s sangat ringan buat diangkat.

VPro V25s 14

VPro V25s 13

Pencahayaan LED diterapkan di bagian punggung mouse – mengisi garis pembatas pelat atas dan scroll wheel. Pola melingkar dengan garis putus-putus di sana mengingatkan saya pada sidik jari atau kulit bunglon, namun sebetulnya desain ini terinspirasi dari star trail (jejak bintang). Lighting RGB di V25s dibagi dalam tiga zona dan Anda bisa mengatur warna serta memilih mode pencahayaan (breathing, multicolor, statis, hingga ‘spectrum cycling‘) via app.

VPro V25s 20

VPro V25s 15

Kejutan unik di VPro V25s adalah dukungan fungsi sensor proximity. Komponen ini memungkinkan mouse mendeteksi eksistensi tangan Anda di dekatnya untuk segera mengaktifkan pertunjukan cahaya RGB. Begitu tangan menjauhinya, LED akan mati.

VPro V25s 27

VPro V25s 22

 

Rapoo V25s Driver

Tidak seperti Corsair Utility Engine atau SteelSeries Engine yang diramu untuk menunjang banyak device, app Rapoo V25s Driver tampaknya dispesialisasikan khusus buat mouse V25s saja. Saya berasumsi, Anda harus menginstal software lagi ketika ingin melakukan kustomisasi pada periferal Rapoo lain. Memang sedikit merepotkan, namun hanya dengan memasang app ini di PC barulah bagian-bagian terbaik dari mouse dapat terkuak.

Interface Rapoo V25s Driver memang tidak secantik garapan rival-rivalnya yang lebih berpengalaman, tetapi begitu dibuka, ia segera menyodorkan hal-hal esensial buat Anda. App terbagi atas lima menu: utama, berisi pengaturan DPI dan sensor; pengendalian LED; Macro Editor; menu Trophy; dan Help. Software turut menyediakan lima slot penyimpanan profile.

 

VPro V25s 1

Di menu utama, Anda bisa menentukan tujuh level switch DPI, tersedia 14 pilihan dari mulai 500 sampai 7000. Kita juga dapat melakukan perubahan pada kecepatan pointer, sensitivitas default sensor, polling rate (125Hz hingga 1000Hz), serta memprogram ulang fungsi tombol.

 

VPro V25s 2

Di LED Control, Anda dipersilakan mengutak-atik segala hal terkait pencahayaan, termasuk memilih warna secara spesifik dari palet red-green-blue. Di sana pula Anda dapat menyala-matikan fungsi proximity sensing agar VPro V25s bisa ‘merasakan’ kehadiran telapak tangan sang user.

 

VPro V25s 3

Macro Editor sendiri memungkinkan Anda merekam dan mengedit macro. Rapoo telah menyediakan beberapa preset buat game-game populer seperti Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, Minecraft hingga Skyrim. Jika game Anda tak ada di daftar, silakan buat macro-nya sendiri.

 

VPro V25s 4

Trophy ialah fitur ala achievement yang sangat menarik. Semakin sering mouse   digunakan (klik kanan, kiri, atau menggerakkannya ke sana-sini) maka level trophy akan naik. 13 level di sana dibekali oleh badge berbeda, dan Anda juga dapat melihat data statistik terkait banyaknya tekanan pada tombol atau mengetahui kebiasaan diri saat menggunakan mouse.

 

VPro V25s 5

Kemudian via menu Help, Anda dapat mengimpor atau ekspor file profile, serta melakukan update firmware pada mouse V25s.

 

Performa dan pengalaman penggunaan

Rapoo VPro V25s memanfaatkan sensor optik ‘khusus gaming‘, tetapi produsen tidak menjelaskan lebih rinci tipenya. Berdasarkan info di website, kabarnya sensor ini mempunyai kecepatan proses gambar di 5.300FPS serta sanggup melacak gerakan 80-inci per detik. Anda mungkin juga sudah bisa menerka, profile-profile penggunaan disimpan dalam unit memori built-in sehingga dapat diakses walaupun mouse disambungkan ke PC berbeda.

VPro V25s 12

Mouse gaming Rapoo ini saya gunakan untuk bekerja sehari-hari dan bermain. Di tangan saya, desainnya sangat nyaman dan saya menyukai kesederhanaan lekukannya. V25s tidak memiliki sudut-sudut atau lekukan-lekukan ganjil, tak ada bagian yang menekan dan membuat genggaman jadi tidak enak. Dan seperti yang saya jelaskan sebelumnya, seluruh tombol gampang dicapai oleh jari.

VPro V25s 17

Saya belum mendapatkan konfirmasi soal tipe switch yang digunakan di VPro V25s. Resistensinya lebih tinggi sedikit dari switch Omron di MSI Clutch GM70, namun sensasi menekannya tetap empuk dan responsif. Thumb button-nya terasa pas, tidak terlalu keras tapi juga tak terlampau sensitif. Tombol jempol itu biasanya saya pakai untuk mengaktifkan Boost di game Titanfall 2, dan tak pernah gagal menyajikannya.

VPro V25s 26

Mungkin hal yang bisa menimbulkan masalah adalah tidak adanya indikator level DPI. Jadi jika tak sengaja menekan switch saat seru berduel dengan lawan, Anda harus mencarinya secara manual dan mengira-ngira setting mana yang sebelumnya paling pas.

VPro V25s 28

Anda mungkin akan menyangka bahwa penggunaan LED RGB secara merata di pelat atas keyboard menyebabkan mouse jadi hangat. Menariknya, hal tersebut tidak terjadi di VPro V25s. Periferal tetap terasa sejuk walaupun saya memakainya selama berjam-jam. Pemanfaatan tekstur doff di permukaan tubuhnya juga meminimalkan penumpukan minyak dan kotoran dari tangan.

VPro V25s 23

VPro V25s 21

Selama dua minggu ke belakang, VPro V25s dengan setia menemani saya menikmati Wolfenstein II: The New Colossus, South Park: The Fractured But Whole, Divinity: Original Sin II dan Titanfall 2; dan sejauh ini, ia cukup fleksibel buat menangani genre permainan berbeda dan belum pernah mengecewakan.

VPro V25s 29

Dalam permainan role-playing ‘santai’ yang tidak menuntut gerakan cepat (seperti Original Sin II misalnya) V25s bekerja sangat mulus. Mouse ini enteng dan tidak membebani jari meski navigasi dilakukan sepenuhnya menggunakan mouse – bahkan sewaktu meluncur di atas mouse mat kain standar. Di Wolfenstein II, semuanya terasa natural, dan saya tak perlu repot mengubah sensitivitas mouse secara manual via menu options – cukup dengan mencari level DPI yang tepat.

 

VPro V25s 36

VPro V25s 38

VPro V25s 37
Ketiga ‘first place’ ini diperoleh saat saya menggunakan VPro V25s.

Buat menangani Titanfall 2, saya bahkan tidak perlu melalui proses adaptasi lagi. Karakteristik VPro V25s mirip MSI Clutch GM40 – plus LED RGB dan macro. Saya tanpa kesulitan lompat dari tembok ke tempok, Titan ke Titan, melacak pilot lawan dengan meriam 40mm, serta memburu mereka yang mencoba melarikan diri berbekal senapan Mastiff.

VPro V25s 7

Melihat dari penyajiannya, Rapoo VPro V25s disiapkan untuk menunjang game-game ber-genre first-person shooter atau action – entah apakah itu permainan single-player ataupun multiplayer kompetitif.

 

Konklusi

Bagi saya, faktor utama yang membuat VPro V25s berbeda dari mouse gaming kelas menengah lain ialah keberhasilan Rapoo menghadirkan elemen gaming  dalam pengalaman penggunaan sehari-hari. Melalui fitur trophy dan level, mouse ini mengapresiasi kita ketika semakin sering menggunakannya. Sayangnya, mungkin Anda hanya dapat membanggakan pencapaian tersebut ke sesama pengguna mouse Rapoo.

VPro V25s 8

Dan di harga yang tidak terlalu tinggi, kinerja Rapoo VPro V25s tergolong mumpuni. Secara pribadi, mouse ini sangat pas dengan ukuran tangan saya dan postur claw grip (pada dasarnya membuat jangkauan jari jadi lebih pendek), lalu saya sama sekali tidak perlu melakukan proses adaptasi, terutama untuk menikmati Titanfall 2 – salah satu game bertempo tercepat yang menuntut refleks dan akurasi tinggi. Menurut saya, produk ini cocok buat gamer pemula atau veteran yang sedang berhemat.

Rapoo VPro V25s kabarnya sudah mulai dipasarkan di Indonesia, dijajakan di harga eceran paling mahal Rp 360 ribu.

VPro V25s 16

 

Usung Konsep Modular, Razer Naga Trinity Datang dengan Tiga Konfigurasi Tombol Makro

Razer Naga adalah seri gaming mouse yang amat populer di kalangan pemain MMO macam World of Warcraft. Selama ini, Razer menawarkan dua model untuk seri Naga. Ada Naga Epic dengan 12 tombol makro di samping kiri, ada pula Naga Hex dengan 7 tombol makro berformasi melingkar.

Namun untuk generasi terbarunya, Razer membuat keputusan besar dengan mengambil rute modular. Dijuluki Naga Trinity, ia merupakan iterasi kesembilan dari seri Naga, dan bersamanya datang fitur yang tak dimiliki oleh satu pun pendahulunya, yaitu panel samping yang dapat dilepas-pasang.

Razer Naga Trinity

Berkat penerapan konsep modular ini, konsumen tak lagi diharuskan memilih antara model Epic atau Hex, sebab semuanya bisa didapatkan lewat satu paket Trinity. Anda hendak memainkan World of Warcraft? Pasangkan pelat samping dengan 12 tombol makro. Lalu ketika giliran game MOBA yang dimainkan, pasangkan pelat samping dengan tujuh tombol berformasi melingkar.

Terakhir, tersedia pula pelat samping dengan dua tombol saja yang ideal untuk berbagai skenario penggunaan yang umum. Menggunakan Naga Trinity ibarat membeli tiga gaming mouse yang berbeda.

Razer Naga Trinity

Soal performa, Naga Trinity didukung oleh sensor optik 5G dengan resolusi maksimum 16.000 DPI. Desainnya secara keseluruhan tidak jauh berbeda dari pendahulunya, masih menganut gaya ergonomis yang dirancang untuk memanjakan tangan kanan pengguna.

Razer Tartarus V2 / Razer
Razer Tartarus V2 / Razer

Dalam kesempatan yang sama, Razer juga mengumumkan Tartarus V2, sebuah gaming keypad dengan total 32 tombol – lebih banyak dari generasi sebelumnya yang cuma 25 tombol – yang dapat diprogram sesuai kebutuhan. Masing-masing tombolnya mengemas switch tipe hybrid Mecha-Membrane rancangan Razer sendiri.

Sebuah palm rest yang empuk di bagian bawahnya dimaksudkan agar tangan pengguna tidak cepat lelah dalam sesi gaming yang cukup lama. Tentu saja, mengingat kita sudah menginjak tahun 2017, pencahayaan RGB sudah menjadi fitur standar yang tidak boleh terlewatkan.

Razer Tartarus V2 dan Naga Trinity

Baik Razer Naga Trinity dan Tartarus V2 saat ini sudah dipasarkan masing-masing seharga $100 dan $80. Keduanya tentu saja bisa menjadi amunisi baru yang signifikan buat para pemain game MOBA ataupun MMO.

Sumber: Razer.

Razer Luncurkan Peripheral Bertema Overwatch, Tepatnya yang Terinspirasi Karakter D.Va

Anda yang bermain Overwatch pastinya sudah tidak asing dengan karakter bernama D.Va. Karakter bernama asli Hana Song ini merupakan salah satu yang paling unik, bukan semata karena ia merupakan satu-satunya yang menunggang sebuah robot, tapi juga karena latar belakangnya yang tidak umum.

Di saat sejumlah karakter lainnya merupakan veteran perang atau pahlawan lokal, perempuan berusia 19 tahun dan berdarah Korea ini adalah seorang gamer profesional sekaligus juara turnamen StarCraft. Reflek dan instingnya sebagai gamer dinilai sangat ideal untuk mengoperasikan robot militer bernama MEKA yang dirancang untuk menahan invasi para Omnic.

Robot tunggangannya yang berwarna pink memang sudah sangat mencolok, tapi hal lain yang tak kalah menarik perhatian dan hampir selalu ada bersama D.Va setiap saat adalah sebuah gaming headset. Tidak lama lagi, kita rupanya juga bisa memiliki headset keren seperti kepunyaan D.Va ini.

Razer MEKA headset

Adalah Razer yang berjasa merealisasikan produk tersebut menjadi kenyataan. Dijuluki Razer MEKA, desainnya sengaja dibuat semirip mungkin dengan yang D.Va kenakan dalam game, lengkap dengan aksen warna pink, hijau dan kuning di atas penampilan serba hitamnya.

Razer belum merincikan spesifikasinya seperti apa, atau kemungkinan adanya fitur khusus ketika headset ini dipakai memainkan D.Va dalam Overwatch. Yang pasti headset ini bukan sebatas elemen pelengkap cosplay, tapi merupakan perangkat yang fungsional.

D.Va Razer peripherals

Bersamaan dengan itu, Razer turut berkolaborasi dengan Blizzard untuk merilis peripheral bertema D.Va lainnya, yakni mouse Razer Abyssus Elite dan mousepad Razer Goliathus. Keduanya ini sudah bisa dibeli sekarang, masing-masing seharga $60 dan $20.

Sayangnya sejauh ini belum ada informasi mengenai harga maupun ketersediaan untuk Razer MEKA. Yang ada hanyalah video teaser penggugah perhatian berikut ini.

Sumber: Polygon dan Razer.

Mouse Razer Basilisk Datang dengan Tombol Berjenis Clutch yang Bisa Diprogram

Razer belum lama ini memperkenalkan sebuah mouse gaming yang cukup menarik di ajang IFA 2017. Mouse bernama Razer Basilisk ini ditujukan untuk gamer FPS (first-person shooter) macam Overwatch, dengan fitur andalan berupa programmable clutch.

Clutch ini berbeda dari tombol biasa. Sesuai makna harfiahnya, cara kerjanya mirip kopling pada kendaraan bermotor: pengguna bisa menekan dan menahannya untuk mengaktifkan fungsi tertentu, lalu melepasnya untuk berhenti.

Razer Basilisk

Secara default, fungsinya adalah untuk menurunkan DPI (sensitivitas) mouse untuk sementara selama clutch ditekan dan ditahan. Itulah mengapa Razer memasarkannya sebagai mouse FPS, sebab fungsi ini akan sangat membantu ketika pemain sedang membidik menggunakan sniper, yang kita tahu membutuhkan tingkat presisi lebih tinggi dari biasanya.

Namun tentu saja Razer juga mempersilakan pengguna memprogramnya untuk fungsi lain lewat software pendamping Razer Synapse. Contoh lain yang paling umum adalah untuk mengaktifkan push-to-talk; tekan dan tahan tombol clutch untuk berbicara dengan rekan setim, lepas untuk berhenti.

Razer menyertakan tombol clutch dalam dua ukuran, panjang atau pendek. Namun andai pengguna tidak suka dengan konsepnya, mereka dapat melepas clutch tersebut dan menggantinya dengan penutup berbahan karet – tapi lalu untuk apa membeli mouse ini?

Razer Basilisk

Secara total, Basilisk memiliki delapan tombol yang semuanya dapat diprogram sesuai kebutuhan – bahkan resistensi scroll wheel-nya juga dapat disesuaikan melalui sebuah kenop di permukaan bawah mouse. Performanya ditunjang oleh sensor optik 5G dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI, sama persis seperti yang digunakan Razer DeathAdder Elite dan Lancehead.

Razer bakal memasarkan Basilisk mulai kuartal keempat tahun ini seharga $70, lagi-lagi sama seperti DeathAdder Elite.

Sumber: Razer.

Mouse Gaming Asus ROG Pugio Andalkan Tombol Samping dan Switch Modular

Mouse tipe ambidextrous adalah solusi pabrikan atas upayanya untuk tidak mendiskriminasikan pengguna kidal sekaligus tidak merugi akibat penjualan mouse kidal yang sedikit. Sayang tidak semua mouse ambidextrous nyaman digunakan, terutama akibat kehadiran tombol ekstra di kiri-kanan yang sering terklik tanpa sengaja.

Menurut Asus, mereka punya solusi yang lebih efektif dalam wujud mouse ambidextrous dengan tombol samping modular. Modular berarti bisa dilepas-pasang, dan mekanismenya sangat mudah karena mengandalkan magnet. Kalau Anda hanya perlu tombol di sebelah kiri, lepas saja tombol di samping kanan mouse bernama ROG Pugio ini, demikian pula sebaliknya untuk pengguna bertangan kidal.

Asus ROG Pugio

Asus memang bukan yang pertama menerapkan fitur semacam ini; Logitech G900 turut dibekali mekanisme lepas-pasang tombol samping yang serupa. Maka dari itu, Asus sudah menyiapkan fitur lain yang tak kalah menarik, yakni switch tombol yang juga bisa dilepas-pasang dengan mudah.

Mengganti switch milik mouse ini hanya memerlukan tiga langkah: 1) lepas keempat sekrup di bagian bawah mouse, 2) buka mouse dengan menarik penutupnya ke atas, 3) lalu tinggal lepas switch-nya satu per satu – memasangnya pun tidak lebih rumit dari melepasnya.

Asus ROG Pugio

Pugio datang dengan switch Omron D2FC-F-K (buatan Tiongkok) yang tahan sampai 50 juta klik, tapi Asus turut membekalinya dengan switch cadangan Omron D2F–01F (buatan Jepang) – plus Pugio juga kompatibel dengan sejumlah switch Omron model lainnya. Jadi selain bisa memperpanjang umur mouse dengan mengganti switch-nya, pengguna sejatinya juga bisa memilih switch dengan resistensi yang paling pas untuknya.

Soal performa, Asus ROG Pugio didukung oleh sensor optik beresolusi maksimum 7.200 DPI, dan sensitivitasnya dapat diganti menggunakan tombol di bawah scroll wheel. Tentu saja, mouse ini tak akan lengkap tanpa sistem pencahayaan RGB, dan yang tertarik sudah bisa meminangnya seharga $90.

Sumber: PC Gamer.

MSI Resmi Perkenalkan Dua Mouse Gaming Clutch Baru

Sebagai pemain lama di bisnis hardware dan PC gaming, MSI juga tidak asing dengan perancangan periferal. Mouse, keyboard hingga mouse mat MSI sudah lama ada, namun ketika sang perusahaan ditanya apakah mereka berniat untuk menyeriusi bidang gaming gear lebih jauh, MSI waktu itu bilang bahwa perangkat-perangkat tersebut cuma disiapkan sebagai pelengkap.

Namun sebuah arahan baru tersingkap di awal tahun ini: MSI tak malu-malu lagi untuk menyertakan deretan gaming gear dalam presentasinya di ajang CES 2017. Menariknya, butuh waktu hampir enam bulan bagi MSI buat mengumumkannya secara ‘lebih resmi’. Di penghujung bulan Juni kemarin, produsen akhirnya mengenalkan mouse gaming Clutch GM70 dan GM60.

Clutch GM70 GM60 3

Clutch GM60 dan GM70 merupakan mouse gaming flagship racikan MSI dengan prinsip modular. Produsen mempersilakan pengguna menggonta-ganti side grip serta penutup atas hingga mereka betul-betul merasa nyaman. Kedua mouse mengusung desain simetris ambidextrous, penampilannya idetik, dan juga dibekali sistem pencahayaan LED RGB MSI Mystic Light. Perbedaan paling signifikannya adalah hanya Clutch GM70 yang ditunjang konektivitas wireless.

Clutch GM70 GM60 1

Seperti mouse Clutch sebelumnya, MSI menaruh sepasang tombol di kedua sisi samping, melengkapi layout tombol dan scroll wheel standar. Saya menerka (MSI tidak menjelaskan lebih jauh ataupun menampilkan foto sisi bawah mouse), GM60 dan GM70 juga mempunyai switch buat menukar fungsi tombol dan thumb button sehingga dapat digunakan di tangan kiri oleh user kidal.

Clutch GM70 GM60 4

Perbedaan lain antara Clutch GM60 dan GM70 ada pada jeroannya. GM70 memanfaatkan sensor optik PMW 3360, sedangkan adiknya menggunakan PMW 3330. Varian wireless menyuguhkan empat level DPI default di 1000, 1.800, 2.800, dan 3.600, maksimal 18.000; lalu GM60 menyajikan 1.000, 1.800, 2.800, 3.600, dengan maksimal 10.800. Untuk switch tombol, MSI mengandalkan Omron, yang kabarnya dapat bekerja normal hingga 50 juta kali klik.

Clutch GM70 GM60 2

Tombol DPI bisa di pakai untuk mengganti sensitivitas secara instan, namun jika Anda butuh angka spesifik, silakan utak-atik mouse via software compainon. Lewat tool tersebut, Anda juga dapat memprogram seluruh tombol di mouse (kecuali tombol pairing dan power di GM70). Mode wired tentu saja menghidangkan waktu respons paling cepat, yaitu hanya 0,33-milidetik; tapi mode wireless-nya sendiri tetap berperforma tinggi, dengan response time 1ms.

Kabarnya, mouse gaming Clutch GM60 dan GM70 akan mulai dipasarkan di bulan Juli 2017 ini. Buat sekarang, produsen belum memberi informasi mengenai harganya.

Sumber: MSI.