Titanfall Resmi Ditarik dari Peredaran, Namun Server-nya Masih Akan Tetap Aktif

Game FPS multiplayer Titanfall resmi ditarik dari peredaran mulai hari ini. Lewat Twitter, Respawn Entertainment selaku pengembangnya turut menjelaskan bahwa game Titanfall yang pertama ini juga akan dicabut dari berbagai layanan subscription pada tanggal 1 Maret 2022. Kendati demikian, Respawn memastikan bahwa server Titanfall masih akan terus aktif buat para penggemar loyalnya.

Respawn memang tidak mengelaborasi alasan di balik keputusannya menyetop penjualan Titanfall orisinal, namun besar kemungkinan ini berkaitan dengan serangan DDoS yang rutin diterima server Titanfall selama dua tahun terakhir (dan yang sampai menjalar ke Apex Legends), sehingga game-nya sering kali jadi tidak dapat dimainkan sama sekali.

Problemnya pun terus berkelanjutan karena Respawn hanya bisa mengalokasikan 1-2 orang untuk menangani Titanfall orisinal. “Kalau game-nya tidak bisa dimainkan, lalu kenapa masih dijual?” Kira-kira begitulah keluhan yang dilontarkan fans loyal Titanfall selama ini, dan tampaknya EA selaku publisher-nya pun akhirnya sudah tobat.

Tentu saja kita juga tidak boleh lupa akan fakta bahwa Titanfall sudah cukup berumur. Game ini pertama dirilis di bulan Maret 2014, dan dalam kurun waktu tujuh tahun pasca peluncurannya, Titanfall sudah menerima satu sekuel beserta dua game spin-off (salah satunya Apex Legends itu tadi).

Jumlah pemainnya yang masih aktif juga sudah tersisa sangat sedikit. Berdasarkan data dari SteamDB, jumlah terbanyak pemain yang online secara bersamaan dalam 24 jam terakhir cuma 9 orang (pastinya lebih banyak kalau ditambah pemain yang online via Origin, tapi semestinya tidak akan signifikan).

Di titik ini, tidak berlebihan jika kita menganggap bahwa masa hidup Titanfall sudah tamat. Namun para penggemarnya tidak perlu bersedih, sebab mereka masih punya Titanfall 2. Sekuelnya itu memang juga tidak luput dari serangan DDoS yang sama, tapi setidaknya ia masih punya single-player campaign yang fenomenal, satu elemen krusial yang absen pada Titanfall orisinal.

Bagaimana dengan Titanfall 3? Sebaiknya jangan terlalu berharap banyak, mengingat mayoritas tim Respawn masih akan terus berfokus ke Apex Legends, yang sendirinya merupakan salah satu anak emas EA dengan pemasukan yang luar biasa.

Sumber: IGN.

Tepati Janji, Rockstar Mulai Perbaiki Sederet Problem di GTA Trilogy Definitive Edition

Grand Theft Auto: The Trilogy – The Definitive Edition yang dirilis pada 11 November 2021 kemarin benar-benar dilanda segudang masalah. Saking parahnya, Rockstar sampai memutuskan untuk meminta maaf secara terbuka, dan mereka berjanji untuk memperbaiki versi remastered dari tiga game legendaris tersebut secara bertahap.

Kabar baiknya, janji tersebut sudah mulai ditepati oleh Rockstar. Mereka baru saja merilis update anyar (versi 1.03) untuk GTA Trilogy Definitive Edition yang membenahi banyak problem sekaligus; dari yang paling mengganggu seperti efek hujan yang super-jelek dan bermasalah, sampai yang sepele seperti typo pada beberapa objek yang memiliki teks di dalam game.

Versi 1.03 ini juga mengembalikan efek kabut yang tampak di kejauhan. Seperti diketahui, salah satu penyempurnaan visual yang ditawarkan versi remastered ini adalah peningkatan draw distance sehingga pemain bisa melihat lebih banyak di kejauhan. Masalahnya, hal ini justru membuat dunia di dalam ketiga game jadi terasa begitu kecil (karena bagian ujungnya bisa kelihatan dengan jelas dari kejauhan).

Tampilan kabut di kejauhan pada GTA: San Andreas pasca update versi 1.03 / Sumber: GTA Forums

Pada versi orisinalnya di PlayStation 2, efek kabut ini diterapkan demi mengakali keterbatasan performa hardware terkait draw distance, tapi di saat yang sama itu juga memberikan efek artistik yang membuat dunia di dalam game jadi terasa masif.

Salah satu keluhan terbesar lain dari para pemain GTA Trilogy Definitive Edition adalah terkait penampilan sejumlah karakter yang jadi sangat berbeda dari versi aslinya. Rockstar diam-diam rupanya mendengarkan masukan-masukan semacam itu, terbukti dari kembalinya penampilan asli seorang karakter minor di GTA: San Andreas bernama Old Reece. Saat versi remastered-nya pertama dirilis, wajah karakter tersebut tampak jauh berbeda dari yang ada di versi aslinya.

Update versi 1.03 untuk GTA Trilogy Definitive Edition juga mengembalikan penampilan karakter Old Reece sesuai versi orisinalnya / Sumber: Twitter

Tak hanya problem yang terlihat secara kasatmata, Rockstar rupanya juga memperbaiki isu-isu lain yang mungkin tidak begitu mengganggu buat para pemain yang baru pertama kali menikmati trilogi GTA ini, seperti misalnya perkara sound effect saat mengakses menu.

Saat pertama diluncurkan, ketiga game dari GTA Trilogy Definitive Edition menggunakan sound effect yang sama yang diambil dari GTA: San Andreas. Berkat update baru ini, tiap game kini telah dilengkapi sound effect-nya masing-masing seperti versi orisinalnya. Sepele, tapi krusial bagi mereka yang sempat menikmati versi aslinya dua dekade silam.

PR yang harus dikerjakan Rockstar memang masih banyak, dan kondisi GTA Trilogy Definitive Edition pasca update versi 1.03 pun masih jauh dari apa yang diharapkan banyak penggemarnya. Kendati demikian, ini tetap merupakan awal yang baik sekaligus menunjukkan komitmen Rockstar dalam menepati janjinya.

Saya sendiri masih akan terus menunggu sampai game-nya benar-benar dalam kondisi ‘sehat’ sebelum membelinya, sama halnya seperti saya menunggu expansion pack Cyberpunk 2077 sebelum memainkannya kembali. Kalau ingin tahu daftar lengkap problem yang diperbaiki di versi 1.03 ini, silakan langsung berkunjung ke laman support Rockstar.

Sumber: Game Informer dan IGN.

Update Besar dan Versi Next-Gen Cyberpunk 2077 Dijadwalkan Hadir di Awal 2022

Tidak terasa sudah nyaris setahun sejak Cyberpunk 2077 resmi dirilis, akan tetapi versi next-gen dari game bikinan CD Projekt Red tersebut masih tak kunjung datang. Saat saya coba memainkannya kembali belum lama ini, pengalaman yang saya dapat pun masih tidak jauh berbeda dari saat game-nya pertama diluncurkan pada 10 Desember 2020.

Di titik ini, sebagian dari kita mungkin mempertanyakan apakah game ini masih bisa ‘diselamatkan’. CD Projekt sendiri cukup optimistis, dan dalam laporan finansial perusahaan terbarunya, mereka mengumumkan bahwa Cyberpunk 2077 bakal menerima sebuah update besar pada kuartal pertama 2022, bersamaan dengan peluncuran versi next-gen-nya.

Isi update-nya seperti apa tidak dijelaskan, apakah mencakup konten DLC gratis seperti yang dijanjikan, atau sebatas perbaikan dan penyempurnaan saja. Dalam sebuah siaran pers, Adam Kicinski selaku bos besar CD Projekt mengatakan bahwa timnya juga tengah sibuk mengerjakan expansion pack buat Cyberpunk 2077, tidak ketinggalan pula update versi next-gen dari The Witcher 3 yang ditargetkan hadir pada kuartal kedua 2022.

Rumornya, expansion pack untuk Cyberpunk 2077 bakal berfokus pada region Pacifica / CD Projekt Red

Mei lalu, Games Industry melaporkan bahwa CD Projekt menunjuk seorang game director baru untuk Cyberpunk 2077 yang akan berfokus pada pengembangan konten expansion pack-nya. Saya pribadi menaruh harapan besar pada rencana terkait expansion ini, sebab kalau berdasarkan pengalaman sebelumnya, The Witcher 3 juga baru benar-benar terasa matang setelah expansion pack keduanya dirilis.

Terlepas dari banyaknya permasalahan yang dihadapi, Cyberpunk 2077 tetap menjadi salah satu game yang paling diminati tahun ini. Pada bulan Juni 2021 misalnya, Cyberpunk 2077 berhasil menduduki peringkat pertama game PS4 terlaris setelah sempat ditarik dari PlayStation Store selama sekitar enam bulan.

Pekan lalu, bertepatan dengan event Steam Autumn Sale, Cyberpunk 2077 menjadi game terlaris ketiga berdasarkan data dari SteamDB. Cyberpunk 2077 juga kebanjiran ulasan positif dari pengguna Steam; dari tanggal 24 November 2021 sampai artikel ini dipublikasikan, tercatat sudah ada lebih dari 18.000 review pengguna dengan sentimen sangat positif.

Sumber: PC Gamer.

10 Game yang Paling Dinanti di Tahun 2022

2021 sisa sebulan lagi, dan sudah tiba saatnya untuk membahas deretan video game yang bakal dirilis di tahun berikutnya. Di artikel ini, saya telah merangkum 10 game yang paling dinanti di tahun 2022.

Sebagian besar di antaranya memang sudah punya jadwal rilis yang spesifik, namun seperti yang kita tahu, tidak ada hal yang benar-benar pasti di masa pandemi seperti sekarang. Beberapa judul yang tercantum bahkan sebelumnya sudah pernah ditunda perilisannya dari 2020 menjadi 2021.

Well, semoga saja hal itu tidak terulangi di 2022.

1. Elden Ring

Ketika kreator Dark Souls bertemu dengan kreator Game of Thrones, maka lahirlah Elden Ring. Buat yang tidak tahu, ini merupakan sebuah action RPG dengan tingkat kesulitan tinggi dan sistem combat yang sangat memuaskan, yang dikemas dalam setting fantasi open-world buah pemikiran novelis kondang George R. R. Martin.

Menurut pengembangnya, FromSoftware, ini merupakan game dengan skala terbesar yang pernah mereka buat, dan itu tentu bakal membuat mode co-op multiplayer-nya semakin menarik lagi. Elden Ring kabarnya bakal dirilis pada 25 Februari 2022 di PC, PS5, PS4, Xbox One, dan Xbox Series X/S.

2. God of War Ragnarök

Selagi gamer PC menanti kehadiran God of War, pengguna PlayStation dengan sabar menunggu suksesor dari game keluaran tahun 2018 tersebut. Meski belum berani memberikan jadwal rilis yang pasti, Santa Monica Studio berharap mereka bisa meluncurkan God of War Ragnarök di tahun 2022 untuk PS4 dan PS5.

Dari trailer-nya, bisa dilihat bahwa permainan sekali lagi bakal menyuguhkan petualangan Kratos bersama anaknya, Arteus, yang kini sudah bertambah dewasa dan jadi jago sihir di samping sebatas jago panah. God of War Ragnarök juga bakal menghadirkan salah satu tokoh paling terkenal dari mitologi Norse, Thor, lengkap bersama palu kesayangannya, Mjölnir.

3. Horizon Forbidden West

Batal dirilis tahun ini, Horizon Forbidden West dijadwalkan bakal hadir untuk PS4 dan PS5 mulai 18 Februari 2022. Game ini secara langsung melanjutkan cerita dari Horizon Zero Dawn, serta akan membawa sang tokoh utama, Aloy, ke beragam lokasi baru.

Seperti game pertamanya, eksplorasi kembali menjadi salah satu aspek unggulan di sini. Menariknya, Aloy kali ini juga bebas menjelajahi dunia bawah air, sekaligus tentu saja bertarung melawan monster-monster yang sebelumnya tidak pernah ia jumpai di darat.

4. Gran Turismo 7

Suguhan spesial lain dari Sony yang juga sempat tertunda tahun ini adalah Gran Turismo 7. Game balap andalan Sony ini akan tersedia di PS4 dan PS5 pada tanggal 4 Maret 2022, dengan lebih dari 420 mobil yang dapat dikumpulkan langsung sejak hari pertama.

Selain koleksi mobil yang melimpah, Gran Turismo 7 juga bakal menghadirkan fitur legendaris GT Simulation Mode, lengkap beserta kumpulan mobil dan sirkuit klasiknya. Di PS5, Gran Turismo 7 juga bakal sepenuhnya mendukung fitur Adaptive Trigger dan Haptic Feedback milik controller DualSense demi menyuguhkan pengalaman bermain yang lebih immersive lagi.

5. Pokémon Legends: Arceus

Diumumkan pada perayaan ulang tahun franchise Pokémon yang ke-25, Pokémon Legends: Arceus bisa dibilang merupakan hasil kawin silang antara RPG tradisional Pokémon dan RPG open-world macam The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Satu hal yang paling menarik dari game ini adalah setting-nya, yakni region Sinnoh tapi di era Pokémon League belum eksis dan istilah Pokémon Trainer juga belum pernah terdengar. Poké Ball di game ini bahkan juga terbuat dari bahan kayu guna semakin menunjukkan perbedaan zamannya. Pokémon Legends: Arceus rencananya akan hadir di Nintendo Switch pada 28 Januari 2022.

6. Starfield

Kalau saya disuruh memilih, inilah game yang paling saya tunggu-tunggu kehadirannya tahun depan. Starfield merupakan RPG pertama Bethesda di luar franchise The Elder Scrolls dan Fallout, dan kali ini Bethesda bakal mengajak pemain menjelajah antariksa di masa depan.

Buat yang tertarik dengan premis tersebut, sayangnya Anda harus punya kesabaran ekstra, sebab Starfield baru dijadwalkan hadir di PC dan Xbox Series X/S pada 11 November 2022. Well, kalau untuk RPG open-world dengan skala sebesar ini, saya jauh lebih sreg apabila developer-nya mengambil waktu sebanyak mungkin daripada buru-buru dan jadi seperti Cyberbug, eh, maksud saya Cyberpunk 2077.

7. Redfall

Setelah Deathloop, proyek berikutnya dari Arkane Studios adalah Redfall, sebuah game co-op FPS dengan setting open-world dan sejumlah karakter yang memiliki skill uniknya masing-masing. Kedengarannya seperti Borderlands? Ya, betul, tapi yang alur ceritanya melibatkan vampir ketimbang alien.

Sebagai penggemar setia seri Borderlands sekaligus Dishonored (salah satu karya terbaik Arkane), saya juga sangat menanti kehadiran game ini. Sayang Bethesda sejauh ini belum punya jadwal rilis yang lebih spesifik dari “musim panas 2022”. Seperti Starfield, game ini juga hanya akan tersedia secara eksklusif di PC dan Xbox Series X/S.

8. Dying Light 2 Stay Human

Tiga tahun setelah diumumkan pertama kali, Dying Light 2 Stay Human akhirnya punya jadwal rilis spesifik: 4 Februari 2022 di PC, PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X/S. Secara naratif, Dying Light 2 mengambil tempat 20 tahun setelah peristiwa yang terjadi di game pertamanya. Lakon utamanya boleh ganti, akan tetapi skill parkour-nya malah lebih superior lagi daripada sebelumnya.

Di samping sebuah grappling hook, tokoh utamanya kali ini juga mempunyai paraglider untuk semakin memudahkannya berpindah dari satu titik ke yang lain. Buat yang menyukai brutalitas pertarungan jarak dekat dari sudut pandang orang pertama, Dying Light 2 sama sekali tidak boleh dilewatkan.

9. Tiny Tina’s Wonderlands

Meluncur pada 25 Maret 2022 di PC, PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X/S, Tiny Tina’s Wonderland merupakan spin-off dari franchise Borderlands, dengan narasi dan setting yang lebih jenaka lagi ketimbang sebelumnya. Seperti seri Borderlands, game ini juga bakal menghujani pemainnya dengan segudang kombinasi senjata. Namun yang lebih menarik, koleksi senjatanya kali ini bukan cuma pistol dan senapan saja, melainkan juga pedang, kapak, gada, dan masih banyak lagi senjata jarak dekat lainnya.

Anda memang tidak perlu memainkan semua seri Borderlands untuk bisa menikmati game ini. Namun agar pengalamannya lebih asyik, saya sarankan Anda memainkan setidaknya satu DLC dari Borderlands 2 yang berjudul Tiny Tina’s Assault on Dragon Keep, yang belum lama ini sempat dikemas ulang menjadi game terpisah.

10. Sekuel dari The Legends of Zelda: Breath of the Wild

Terakhir, ada sekuel dari salah satu game terbaik Nintendo Switch, The Legends of Zelda: Breath of the Wild. Informasi mengenai game ini memang belum banyak, dan bahkan judul resminya pun masih belum diungkap oleh Nintendo demi menjauhkan para penggemarnya dari spoiler.

Meski belum punya jadwal rilis yang lebih spesifik dari “2022”, game ini tetap merupakan salah satu yang paling diantisipasi jika melihat kesuksesan game pertamanya. Satu hal yang pasti, Breath of the Wild 2 (atau apapun judulnya nanti) bakal terlihat mengagumkan di layar Nintendo Switch OLED.

Fold AR Adalah Game Mirip Pokemon Go, Tapi yang Isinya Bitcoin Ketimbang Monster

Apa jadinya kalau deretan monster di Pokémon Go kita ganti dengan bitcoin? Jadi ketimbang mengelilingi komplek di sekitar rumah untuk berburu Pokémon anyar, yang diburu justru adalah pecahan-pecahan mata uang crypto. Kedengarannya mungkin kelewat utopis, tapi inilah visi yang tengah diwujudkan oleh sebuah startup asal Amerika Serikat bernama Fold.

Tidak tanggung-tanggung, Fold memutuskan untuk langsung bekerja sama dengan pengembang Pokémon Go itu sendiri, Niantic, dalam mewujudkan visinya. Hasil kolaborasinya adalah Fold AR, sebuah game augmented reality sederhana yang banyak terinspirasi oleh Pokémon Go.

Cara bermainnya sangat sederhana: setiap 10 menit, pemain bisa menemukan sebuah blok yang muncul secara acak di sekitarnya dalam radius 15 meter. Hampiri dan buka blok tersebut, maka pemain bakal menerima hadiah. Hadiahnya bisa bervariasi, tapi yang paling utama adalah satoshi — satuan terkecil bitcoin, dengan nilai 1 satoshi setara 0,00000001 BTC.

Premisnya sepintas terdengar seperti mining, tapi yang dapat dilakukan hanya dengan bermodalkan sebuah smartphone. CEO Fold, Will Reeves, percaya bahwa ini bisa menjadi cara termudah bagi banyak orang untuk mendapatkan bitcoin pertamanya.

“Siapapun bisa menggunakan aplikasi kami untuk mendapatkan Bitcoin dan hadiah-hadiah lain dengan menjelajahi dunia di sekitarnya. Bagi kami, sangatlah penting untuk memberikan kemudahan berpartisipasi dalam ekonomi Bitcoin bagi siapapun, terlepas dari latar belakang pendidikan atau pehamahan teknisnya,” terang Will seperti dikutip oleh VentureBeat.

Dalam sebuah posting blog, Will juga sempat menyinggung soal “bitcoin metaverse” dan bagaimana mereka tertarik dengan konsep real-world metaverse yang digagaskan oleh Niantic. Apapun itu, yang pasti bentuk gamification semacam ini memang berpeluang untuk menggaet partisipasi dari banyak orang sekaligus.

Terlepas dari betapa simpel permainannya, Fold AR terus memperkuat tren game play-to-earn (P2E) yang sedang marak belakangan ini, dengan Axie Infinity dan berbagai judul game P2E lain yang terus menjadi topik perbincangan publik.

Sumber: The Verge.

Hitman 3 Janjikan Beragam Lokasi, Alur Cerita, dan Mode Gameplay Baru di Tahun 2022

Dalam waktu kurang dari dua bulan, Hitman 3 bakal merayakan ulang tahunnya yang pertama, dan IO Interactive selaku pengembangnya sudah punya rencana besar untuk game tersebut di tahun keduanya.

Lewat sebuah posting blog, IO mengonfirmasi bahwa Hitman 3 bakal kedatangan sejumlah lokasi baru, alur cerita baru, sekaligus mode baru di tahun 2022. IO sejauh ini belum punya detail soal konten-konten baru yang sudah mereka persiapkan, akan tetapi mereka sudah menjadwalkan update besar untuk Hitman 3 di musim semi tahun depan.

Untuk sekarang, IO baru memberikan teaser lokasi anyarnya dalam bentuk gambar di bawah ini.

Sementara itu, salah satu mode baru yang sudah dikonfirmasi adalah Elusive Target Arcade. Tidak diketahui apa saja perubahan formula yang diterapkan jika dibandingkan dengan mode Elusive Target di Hitman dan Hitman 2, namun yang pasti semua konten Elusive Target Arcade di Hitman 3 bersifat permanen. Di kedua game sebelumnya, konten Elusive Target akan hilang dengan sendirinya beberapa saat setelah dirilis.

Dari sisi teknis, Hitman 3 versi PC bakal kedatangan dukungan ray tracing mulai tahun depan, plus mode virtual reality (VR) di bulan Januari 2022. Detail mengenai platform VR yang didukung baru akan disingkap pada tanggal 20 Januari 2022.

Kemungkinan besar salah satunya adalah SteamVR — cuplikan singkat pada video di atas (menit 1:20) dengan jelas menunjukkan headset Valve Index beserta sepasang controller-nya — terutama mengingat hak distribusi eksklusif Hitman 3 yang dipegang Epic Games akan berakhir tepat setahun setelah peluncurannya.

Terakhir, IO tidak lupa mengumumkan bahwa ketiga game Hitman bikinannya (trilogi World of Assassination) telah berhasil menggaet 50 juta pemain secara total, dan Hitman 3 sendiri disebut sebagai game Hitman yang paling sukses sepanjang masa — sekaligus yang terbukti mampu meningkatkan laba perusahaan hingga 136% dibanding tahun sebelumnya.

Via: Game Informer.

Kojima Productions Buat Divisi Baru Khusus untuk Menggeluti Bidang Film, TV dan Musik

Developer Death Stranding, Kojima Productions, mengumumkan pembukaan divisi baru yang didedikasikan untuk berkarya di bidang film, TV, dan musik. Studio baru yang bermarkas di kota Los Angeles ini nantinya akan berfokus untuk mengembangkan IP (intellectual property) milik perusahaan ke luar ranah video game.

Sebagai studio yang masih relatif baru, Kojima Productions sejauh ini memang baru punya satu IP orisinal saja, yaitu Death Stranding, akan tetapi sudah bukan rahasia kalau Hideo Kojima sendiri sangat terobsesi dengan film, terbukti dari elemen-elemen sinematik yang begitu kental pada deretan game bikinannya, bahkan sejak ia masih di Konami.

Death Stranding sendiri merupakan game yang amat sarat adegan sinematik, dan sejumlah karakternya pun diperankan oleh aktor dan aktris Hollywood ternama, mulai dari Norman Reedus, Mads Mikkelsen, Guillermo Del Toro, sampai Léa Seydoux. Singkat cerita, penggemar loyal Kojima tidak akan terkejut mendengar kabar ini.

Studio baru ini akan dipimpin oleh Riley Russell, seorang veteran yang sebelum ini mengabdi di tim PlayStation selama hampir 28 tahun. Menurut Riley, ekspansi ke ranah film, TV, dan musik ini penting untuk menjadikan karya-karya Kojima Productions sebagai bagian yang lebih integral lagi dari pop culture.

Sejauh ini belum ada kejelasan mengenai proyek yang akan digarap oleh studio kedua Kojima Productions ini, apakah berdasar pada Death Stranding atau IP lain yang belum diumumkan. Perilisan game baru kemudian disusul oleh film atau serial TV-nya tentu bisa membangun hype yang lebih besar. Di saat yang sama, serial TV Death Stranding pun juga terdengar tak kalah menarik, dan itu semestinya bisa memberi kita kesempatan untuk mendalami lore uniknya lebih jauh lagi.

Keputusan Kojima Productions menjajaki segmen media hiburan lain ini langsung mengingatkan saya pada Riot Games. Seperti yang kita tahu, franchise League of Legends kini tak hanya mencakup game MOBA semata, melainkan juga musik dan film. Baru-baru ini, Riot juga merilis serial animasi Arcane di Netflix yang pada dasarnya berhasil mematahkan stigma buruk video game yang diadaptasikan ke film.

Sumber: The Verge dan Games Industry.

8 Gamepad Pilihan untuk PC Gaming yang Dapat Dibeli di Indonesia

Salah satu kelebihan utama PC gaming adalah terkait fleksibilitas yang ditawarkannya. Anda lebih suka bermain menggunakan gamepad ketimbang mouse dan keyboard? Silakan saja, dan lebih enaknya lagi, opsi gamepad yang tersedia bukan cuma terbatas pada satu platform tertentu saja.

Selain masalah selera, masih ada banyak alasan untuk memakai gamepad ketimbang mouse dan keyboard di PC, semisal untuk memainkan fighting game atau racing game, macam Forza Horizon 5 misalnya. Nyatanya, beberapa game memang akan terasa lebih ideal jika dimainkan menggunakan gamepad. Kalau berdasarkan pengalaman pribadi, saya baru bisa menamatkan Hades setelah menggunakan gamepad.

Di artikel ini, saya telah merangkum rekomendasi 8 gamepad pilihan untuk PC gaming yang dapat dibeli di Indonesia. Berikut daftarnya.

1. Xbox Wireless Controller

Controller bawaan Xbox Series X dan Series S ini sepintas kelihatan sangat mirip seperti controller milik Xbox One, dan itu berarti kenyamanannya pun sudah sangat terbukti. Layout tombol-tombolnya tidak berubah, akan tetapi bentuk D-pad-nya kini dibuat menyambung sehingga bakal lebih memudahkan di fighting game atau platformer.

Anda bebas menyambungkannya ke PC via kabel atau Bluetooth, atau bisa juga via sambungan wireless 2,4 GHz menggunakan dongle USB yang dibundel. Kekurangan terbesarnya cuma satu: ia mengandalkan baterai AA ketimbang baterai yang rechargeable. Harganya? Rp1.179.000.

Link pembelian: Xbox Wireless Controller Bundle

2. Xbox Elite Wireless Controller Series 2

Kalau bujet bukan masalah, maka gamepad seharga Rp2.975.000 ini bisa jadi pilihan, terutama jika Anda mengutamakan aspek kustomisasi. Pasalnya, kustomisasi pada gamepad ini tak hanya bisa dilakukan dari sisi software saja, melainkan juga hardware. Anda bahkan bisa mengatur seberapa tegang stik analognya jika perlu.

Seperti saudaranya yang non-elit, controller ini juga menawarkan tiga jenis koneksi: kabel, Bluetooth, dan wireless 2,4 GHz. Yang berbeda, versi elit ini menggunakan baterai yang dapat diisi ulang dengan daya tahan sekitar 40 jam per charge.

Link pembelian: Xbox Elite Wireless Controller Series 2

3. Sony DualSense Wireless Controller

Controller ini merupakan salah satu alasan di balik kesuksesan PlayStation 5, terutama berkat fitur-fitur seperti advanced haptics dan adaptive trigger. Sayang kecanggihan yang ditawarkan belum sepenuhnya bisa dinikmati di PC, sebab kalangan developer harus memperbarui game-nya masing-masing terlebih dulu. Sejauh ini, jumlah game yang mendukung kedua fitur tersebut di PC belum banyak.

Jumlahnya seiring waktu dipastikan bakal terus bertambah, apalagi mengingat Steam sepenuhnya mendukung controller ini secara resmi. Di Indonesia, gamepad ini bisa dibeli secara resmi seharga Rp1.149.000.

Link pembelian: Sony DualSense Wireless Controller

4. Sony DualShock 4 Wireless Controller

Alternatif yang lebih terjangkau tentu adalah DualShock 4, yang dijual dengan garansi resmi seharga Rp799.000. Ia memang tidak secanggih dan seergonomis saudaranya tadi, tapi setidaknya build quality-nya tetap sangat baik, dan tetap terasa nyaman terutama untuk pengguna yang bertangan kecil.

Kekurangan terbesar DualShock 4 adalah, Anda perlu menginstal software tambahan agar ia bisa bekerja di PC. Untungnya ada software DS4Windows yang gratis dan cukup mudah digunakan.

Link pembelian: Sony DualShock 4 Wireless Controller

5. Razer Wolverine V2 Chroma

Sebagai sebuah perangkat dengan banyak tombol yang dapat diklik, gamepad perlu menawarkan sensasi taktil yang mantap agar penggunanya bisa betah memakainya. Kalau itu yang dicari, maka Wolverine V2 Chroma bisa jadi pilihan berkat mechanical switch yang bernaung di balik tombol action dan D-pad-nya.

Kustomisasi lengkap via software juga merupakan salah satu nilai jual utama dari controller ini. Sayangnya, di angka Rp2.499.000, harganya tidak bisa dibilang murah, apalagi mengingat ia tak dibekali koneksi nirkabel sama sekali. Well, setidaknya pengguna gamepad ini tidak akan dibuat frustrasi karena kehabisan daya baterai.

Link pembelian: Razer Wolverine V2 Chroma

6. Nintendo Switch Pro Controller

Pilihan paling bijak bagi gamer PC yang juga punya Nintendo Switch, controller ini sepenuhnya didukung oleh Steam, dan bakal langsung dikenali sebagai controller Xbox. Namun tidak seperti controller Xbox, ia dibekali baterai rechargeable yang mampu bertahan hingga 40 jam pemakaian dalam sekali pengisian.

Selain menggunakan kabel USB, controller dengan banderol Rp849.000 ini juga dapat dihubungkan via Bluetooth. PC Anda tidak punya Bluetooth? Tambahkan saja adaptor bikinan 8Bitdo yang bisa dibeli seharga Rp175.000.

Link pembelian: Nintendo Switch Pro Controller

7. Logitech F310

Bagi yang memerlukan opsi terjangkau, Anda bisa mempertimbangkan Logitech F310. Dengan banderol cuma Rp285.000, gamepad ini sudah bisa memenuhi kebutuhan gamer PC dalam beberapa judul game yang kurang ideal dimainkan menggunakan mouse dan keyboard. Perangkat ini juga bersifat plug-and-play, yang berarti ia dapat langsung digunakan tanpa perlu menginstal driver atau software ekstra.

Link pembelian: Logitech F310

8. Razer Raion

Khusus penggemar fighting game, Anda bisa melirik Razer Raion. Layout-nya tampak unik dan banyak terinspirasi arcade stick tradisional, dengan enam buah tombol di sebelah kanan dan D-pad 8 arah di kiri. Seperti Razer Wolverine tadi, Raion juga dibekali mechanical switch agar setiap klik tombolnya selalu terasa mantap.

Kebetulan Razer dulunya merancang controller ini buat PlayStation 4, sehingga ia turut dibekali touchpad kecil yang bakal sangat membantu ketika dibutuhkan. Stok perangkat ini di Indonesia sudah cukup langka sekarang, akan tetapi masih ada yang menjualnya seharga Rp690.000 saja (tanpa garansi).

Link pembelian: Razer Raion

Gambar header: Sam Pak via Unsplash.

Riot Ungkap Lebih Banyak Detail Soal Fighting Game yang Sedang Digarapnya, Project L

2019 lalu, Riot Games sempat mengumumkan bahwa salah satu proyek baru yang sedang mereka garap adalah sebuah fighting game dengan codename Project L. Setelah sekian lama bungkam, Riot akhirnya berani buka-bukaan lebih banyak soal game tersebut.

Project L dideskripsikan sebagai sebuah tag-team style fighting game, yang berarti setiap pemain akan menjalankan dua karakter sekaligus secara bergantian. Menurut Riot, kontrol di Project L “mudah untuk dipelajari tapi sulit untuk dikuasai”, dan ini mereka yakini sebagai cara terbaik untuk mengakomodasi semua kalangan pemain, dari yang amatir sampai yang pro.

Kalau melihat cuplikan videonya di bawah, gameplay-nya sejauh ini memang sudah kelihatan cukup matang, akan tetapi Project L sebenarnya masih jauh dari kata selesai (bahkan judul finalnya pun belum ada). Riot belum punya estimasi jadwal perilisannya, tapi yang pasti tidak tahun ini ataupun tahun depan.

Beberapa aspek esensial, seperti misalnya core gameplay, kontrol, dan art direction untuk Project L memang sudah hampir selesai difinalisasi, namun Riot masih punya banyak PR terkait karakter, stage, menu, UI, maupun sistem ranking. Belum diketahui berapa banyak karakter yang akan tersedia nantinya, tapi yang sudah terkonfirmasi sejauh ini adalah Jinx, Darius, Ahri, dan Ekko.

Aspek teknis seperti rollback netcode juga tidak dilupakan, dan Riot berniat mengintegrasikan sejumlah teknologi yang sudah mereka gunakan sekarang, macam RiotDirect yang terbukti efektif dalam meminimalkan ping di League of Legends maupun Valorant.

Riot menegaskan bahwa pengembangannya tidak akan dilakukan secara terburu-buru karena mereka ingin menciptakan game yang dapat dimainkan oleh komunitas pencinta fighting game selama bertahun-tahun. Rencananya, mereka bakal menyingkap update anyar seputar Project L paling cepat di awal babak kedua tahun 2022.

Sebulan terakhir ini merupakan periode yang sangat produktif buat Riot Games. Mereka merilis serial animasi Arcane di Netflix yang menuai banyak pujian positif, tidak ketinggalan pula dua game spin-off League of Legends berjudul Ruined King dan Hextech Mayhem. Mereka bahkan juga sempat mengumumkan dua game lain yang siap diluncurkan tahun depan, yakni Song of Nunu dan Conv/rgence.

Sumber: Riot Games via PC Gamer.

Susul Nickelodeon, Warner Bros. Umumkan Crossover Fighting Game Berjudul MultiVersus

Warner Bros. Games baru saja mengumumkan MultiVersus, sebuah crossover fighting game anyar dengan deretan karakter yang berasal dari koleksi IP milik mereka, mulai dari Looney Tunes, DC Comics, Scooby Doo, bahkan sampai Game of Thrones.

Tentu saja ini bukan pertama kalinya sebuah franchise besar mencoba meniru formula sukses yang dipopulerkan oleh Nintendo lewat seri Super Smash Bros., sebab ada Nickelodeon All-Star Brawl yang baru saja dirilis bulan lalu. Namun tidak seperti kedua game tersebut, MultiVersus merupakan sebuah game free-to-play (F2P).

Selain mode 1v1, MultiVersus juga menawarkan mode 2v2 dan 4-Player Free For All. Dalam mode 2v2, para pemain dituntut untuk menerapkan strategi kerja sama yang efektif, sebab karakter-karakter dalam MultiVersus memang dirancang untuk melengkapi satu sama lain secara dinamis.

Salah satu contohnya, ketika Bugs Bunny menggunakan skill untuk menggali terowongan di bawah tanah, rekan setimnya juga bisa ikut masuk ke lubang tersebut dan melancarkan serangan kejutan dari titik keluar di sisi yang berlawanan.

Sejauh ini MultiVersus memiliki 13 karakter, masing-masing dengan pengisi suara aslinya, namun jumlahnya dipastikan bakal bertambah seiring berjalannya waktu. Selain dari IP yang sudah terkenal, WB turut merancang karakter baru untuk MultiVersus.

Sebagai game F2P, sudah sewajarnya MultiVersus menawarkan konten in-app purchase, semisal skin untuk tiap karakter — Superman dengan skin Black Lantern kelihatan sangat keren — dan WB Games berniat menghadirkannya dalam format season-based. Cuplikan di trailer-nya juga sempat memperlihatkan elemen dari sistem battle pass.

Cross-play dan cross-progression merupakan fitur standar untuk MultiVersus, dan pengembangnya berjanji untuk menyediakan dedicated server dari hari pertama peluncuran guna meminimalkan problem seputar koneksi. Selain online, MultiVersus juga mendukung local multiplayer.

MultiVersus dikembangkan oleh studio baru bernama Player First Games. Permainan rencananya akan dirilis di tahun 2022 di PC, PlayStation, dan Xbox. Entah kenapa alasannya, WB Games tampaknya tidak punya rencana untuk menghadirkan game ini di Nintendo Switch.

Bagi yang sudah tidak sabar, pengembang MultiVersus berencana menggelar sesi playtest dalam waktu dekat. Kalau tertarik, silakan mendaftarkan diri melalui situs resminya.

Sumber: IGN.