Anak Usaha Bundamedik Akan Ambil Alih Mayoritas Saham Startup Biotech Asa Ren

Anak usaha Bundamedik Healthcare System, PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (IDX: DGNS) berencana mengambil alih sebanyak 97,97% kepemilikan saham milik Asa Ren Pte Ltd, pemilik PT Asa Ren Global Nusantara, melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD I).

Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, pengambilalihan saham ini akan dilakukan dalam bentuk inbreng dengan penyetoran 612.900 lembar saham Ordinary Shares serta 2.921.176 lembar saham Preferred Shares atau mewakili 88,17% yang dimiliki Pemegang Saham Asa Ren.

Diagnos akan melakukan PMHMETD I dengan menerbitkan saham baru sebanyak 921.000.000. Dari aksi tersebut, perseroan akan mendapatkan sebesar $24,1 juta atau setara Rp357,89 miliar. Harga pelaksanaannya sebesar Rp505 per saham baru.

Saat ini, kepemilikan saham Diagnos dikuasai oleh PT Bundamedik Tbk (IDX: BMHS) sebesar 41,2% saham dan PT Bunda Investama Indonesia sebesar 38,8%. Melalui pengalihan HMETD dari kedua pemegang saham utama ini, Diagnos akan mendapat sebanyak 88,17% saham Asa Ren.

“Perseroan akan melakukan akuisisi atas 3.534.076 saham atau setara dengan 88,17% saham Asa Ren dari Pemegang Saham Asa Ren dengan nilai transaksi sebesar $21,69 juta, yang mana saham Asa Ren akan diperhitungkan sebagai penyetoran modal oleh perseroan dalam bentuk lain selain uang (inbreng) sehubungan dengan Rencana PMDHMETD I,” demikian pernyataan manajemen,

Sebagai informasi, Diagnos adalah perusahaan pemilik jaringan laboratorium klinis, laboratorium homecare, hingga laboratorium genomik. Dalam kaitannya dengan Asa Ren, Diagnos beberapa kali terlibat dalam pendanaan startup pengembang data DNA tersebut.

Pada Januari 2023, Diagnos berinvestasi di Asa Ren melalui penyertaan saham seri A sebanyak 58,65% senilai $300 ribu atau setara Rp4,5 miliar. Selain Diagnos, beberapa investor lain yang terlibat dalam pendanaan Asa Ren adalah Kejora Capital, Northstar Ventures, dan Marcy Venture Partners.

Asa Ren mengklaim sebagai startup pengembang data DNA pertama di Indonesia. Didirikan pada 2016, Asa Ren memanfaatkan teknologi AI untuk menghadirkan laporan analitik dari tes DNA, mulai dari kesehatan, ancestry, hingga 360 Report.

Pengembangan genomik Bundamedik

Bundamedik diketahui tengah gencar mendorong pengembangan inovasi kesehatan dengan pendekatan bioteknologi dan genomik. Komisaris Utama Bundamedik dr. Ivan Rizal Sini sebelumnya menyatakan bahwa kecepatan diagnosis perlu diperbaiki mengingat industri kesehatan adalah rantai layanan yang panjang.

Rantai ini mencakup aspek edukasi, screening, deteksi dini, pengobatan kuratif, dan pengobatan paliatif. Sementara, kebanyakan RS di Indonesia lebih fokus pada pengobatan kuratif dan paliatif. Maka itu, produk bioteknologi dan genomik dinilai mampu memberikan layanan kesehatan yang dipersonalisasi kepada pasien.

We cannot tell what’s actually their needs. Orang tidak tahu apa yang sebetulnya diperlukan untuk membuat new demand. Saat ini, the gap is just too big for us to decide [sejauh mana kita menyelesaikan isu ini], baru sampai di sini saja. Penyakit ada banyak, belum bicara edukasi, proses pelayanan di RS, dan kecepatan diagnosis yang perlu ditingkatkan,” tutur dr. Ivan kepada DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Startup bioteknologi memang tengah berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, diikuti dengan tingginya minat pemangku kepentingan terkait untuk berinvestasi di bidang baru ini.

Dalam pengembangannya, Bundamedik terlibat dalam pendanaan dan pengembangan startup bioteknologi Asa Ren dan Nalagenetics. Sementara, Moosa Genetics adalah startup genomik untuk hewan yang didirikan (co-founded) oleh dr. Ivan Rizal Sini.

Asa Ren tak hanya menawarkan produk kepada konsumen, tetapi juga mengembangkan platform bioinformatika yang menggabungkan data kesehatan dan data DNA secara komprehensif melalui kolaborasi dengan ekosistem profesional medis. Sementara, Nalagenetics fokus terhadap pemberian rekomendasi untuk obat-obatan yang lebih terpersonalisasi melalui tes DNA.

Saat ini, Bundamedik tengah fokus mengintegrasikan channeling platform OneBunda ke ekosistem lainnya, termasuk jaringan RS dan laboratorium. Integrasi ini memungkinkan Bundamedik untuk membuka akses satu pintu terhadap pasien-pasien yang memiliki customer journey berbeda.

Application Information Will Show Up Here

Inovasi “Preventive Healthcare” NalaGenetics dan Potensinya dalam Merevolusi Layanan Kesehatan

NalaGenetics adalah startup biotech yang berusaha merevolusi layanan kesehatan melalui inovasi di bidang genomik. Lewat layanan tes DNA terjangkau yang dimiliki, mereka berupaya memberdayakan setiap individu agar bisa membuat keputusan tepat untuk kesehatan mereka. Ini termasuk dengan memberikan rekomendasi terpersonalsiasi tentang pilihan nutrisi dan obat-obatan sesuai dengan genetika tubuhnya.

Berlandaskan data hasil tes DNA tersebut, layanan yang dimiliki NalaGenetics terus diperluas. Belum lama ini kapabilitas mereka diperluas dengan melahirkan tes prediksi risiko kanker payudara bernama MammoReady — dinilai sebagai yang paling komprehensif di Asia Tenggara. Ini adalah inovasi yang sangat penting dalam dunia medis, karena dengan melakukan deteksi dini akan kanker tersebut penyitas bisa memiliki tingkat kelangsungan hidup hingga 98%.

Seperti diketahui, dari data Globocan seperti dikutip Kemenkes, pada tahun 2020 tercatat jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Adapun jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa. Angka ini menjadikan penyakit ini sebagai salah satu penyumbang kematian tertinggi di Indonesia.

Menariknya, banyak hal yang sebenarnya bisa dieksplorasi melalui data DNA manusia. DailySocial.id berkesempatan untuk berbincang dengan Co-Founder & COO NalaGenetics Astrid Irwanto, PhD.

Pengembangan solusi genomik

NalaGenetics sendiri didirikan oleh 4 orang founder: Levana Sani (CEO), Astrid Irwanto (COO), Alexander Lezhava, dan Jianjun Liu. Keempatnya bertemu saat melakukan riset di Genome Institute of Singapore bagian dari A*STAR.

Petualangan mereka dimulai saat para founder mengerjakan sebuah proyek di Papua bermitra dengan Kemenkes tahun 2016 untuk mendistribusikan seribu alat tes genetik di 5 desa di Papua dan Papua Barat. Hasil pengujiannya menemukan bahwa 20% pasien kusta di sana membawa gen yang bertanggung jawab atas reaksi yang berpotensi fatal terhadap Dapson (obat anti kusta); penemuan ini akhirnya membantu dokter memutuskan pasien yang dapat dirawat dengan aman dengan antibiotik.

Sejak itu, mereka berminat untuk membuat layanan itu bisa berdampak lebih luas dengan bekerja sama dengan dokter, rumah sakit, dan peneliti di Jakarta dan Singapura. Debut awalnya menjadi semakin mantap saat tahun 2018 lalu NalaGenetics membukukan seed funding. Mereka berhasil melakukan proof-of-value project bersama sejumlah rumah sakit dan institusi kesehatan di Indonesia dan Singapura.

“Nalagenetics bergerak di bidang preventive health dari sisi genomik. Kami mulai dari pemberian rekomendasi untuk obat-obatan yang tepat untuk seseorang berdasarkan DNA (farmakogenomik) dan juga nutrisi, vitamin, mineral yang tepat untuk seseorang berdasarkan DNA mereka (nutrigenomik). Untuk prediksi risiko seseorang terhadap penyakit, fokus kami di penyakit kronis. Selain kanker payudara, kami akan meluncurkan tes prediksi risiko untuk beberapa kanker lain, penyakit kardiovasuler, serta penyakit neurodegenerative seperti Parkinson’s Disease. Semuanya akan kami sesuaikan dengan etnik populasi Asia,” jelas Astrid kepada DailySocial.id.

Putaran Nilai Investor
Seed $1 juta East Ventures, Intudo Ventures, dan beberapa angel investor
Seri A $12,6 juta Intudo Ventures, Vulcan Capital, DxD Hub, A*STAR, Dexa International, Diagnos Laboratories, East Ventures, AC Ventures, GDP Venture, dan angel investor

Menurut hasil laporan yang dirangkum ResearchAndMarkets, pangsa pasar layanan genomik global telah mencapai $33,25 miliar pada 2022 dan akan terus bertumbuh sampai $441,35 miliar pada tahun 2023 mendatang (CAGR 19,4%). Dampak yang semakin nyata dirasakan di sektor biomedis dan kedokteran menjadikan solusi berbasis genomik semakin mudah diterima pasar, di tengah perhatian masyarakat yang lebih baik terhadap kesehatan pasca-pandemi Covid-19.

Merekomendasikan obat dan nutrisi yang tepat

Ada sejumlah produk yang saat ini sudah dikomersialkan oleh NalaGenetics. Pertama ada RxReady™, merupakan layanan tes DNA untuk membuka profil genetik konsumen (farmakogenomik). Tes farmakogenomik menganalisis susunan genetik unik setiap pasien untuk memberikan informasi yang dipersonalisasi tentang obat mana yang paling efektif bagi pasien dan membantu menghindari reaksi obat yang merugikan.

Hasil pengujian ini akan menghasilkan laporan komprehensif (sekitar 200an halaman: contoh laporan) yang berisi ringkasan upaya tindak lanjut, rekomendasi, pembuktian ilmiah, informasi genom, hingga laporan obat individu. Dengan lebih dari 180 jenis obat di panel NalaGenetics, tes farmakogenomik dapat mengurangi peluang reaksi obat yang merugikan hingga 24%.

Contoh hasil laporan tes genetik untuk merekomendasikan penggunaan obat untuk pasien / NalaGenetics
Contoh hasil laporan tes genetik untuk merekomendasikan penggunaan obat untuk pasien / NalaGenetics

“Saat ini kita ada dokter khusus di lab/klinik NalaGenetics yang dapat membantu memberikan konsultasi terhadap hasil tes [..] jumlahnya masih terus diperbanyak. Kami juga memberikan kesempatan training ke dokter yang ingin bisa baca laporan farmakogenomik ini. Jadi kita tidak ingin, setelah tes tidak ada follow up, tapi kami ada layanan yang memungkinkan pasien untuk satu atau beberapa kali berkonsultasi langsung ke dokter,” jelas Astrid.

Kendati tes genomik ini hanya perlu dilakukan satu kali seumur hidup, namun rekomendasi yang diberikan akan terus diperbarui berdasarkan bukti ilmiah terbaru. Untuk itu laporan tersebut juga dikemas dalam mobile apps yang saat ini sudah dirilis agar memudahkan pengguna mendapatkan info terkini tentang analisis terhadap DNA-nya.

“Sekarang kami juga sudah jalan dengan RSCM untuk membantu pasien depresi. Biasanya pasien akan diberikan obat setelah melakukan konsultasi dengan dokter, lalu sekitar 2 minggu lagi akan dicek apakah obat itu memberikan dampak atau tidak, jika tidak akan diberikan dosis atau jenis obat yang berbeda. Dengan farmakogenomik, NalaGenetics menghadirkan solusi yang lebih cost-effective dengan merekomendasikan obat yang lebih tepat ke pasien,” ujar Astrid.

Layanan berikutnya dari NalaGenetics adalah NutriReady™, yakni tes DNA yang dilakukan untuk membantu mempersonalisasi asupan nutrisi tubuh berdasarkan keunikan DNA. Laporan dari hasil tes ini sekitar 24 halaman (contoh laporan), memberikan informasi seperti intoleransi makanan, nutrisi apa yang lebih dibutuhkan tubuh, hingga personalisasi meal plan. Dari studi yang dilakukan, 67% orang mencapai tujuan kesehatannya dengan mengetahui nutrisi tubuh dari DNA.

Selain itu ada sejumlah produk lain yang saat ini turut dijajakan NalaGenetics, di antaranya:

  • MammoReady™ adalah tes DNA yang dapat membantu pasien memahami risiko kanker payudara, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan pencegahan guna menghindari hasil yang tidak diinginkan di masa depan.
  • QuickSpit™ adalah tes RT-PCR menggunakan air liur yang bertujuan untuk membuat pengujian PCR lebih mudah dan nyaman bagi pasien.
  • Nala PGx Core® adalah panel uji multi-gen yang dirancang untuk menganalisis empat farmakogen penting (CYP2C9, CYP2C19, CYP2D6 dan SLCO1B1).
  • Nala Clinical Decision Support™ adalah software untuk menginterpretasi genetik, yang dibangun dengan standar ISO untuk kualitas pengembangan produk, keamanan, dan kerahasiaan.

Grant penting untuk penelitian biotech

Terkait dengan genomik Astrid berpendapat, dari sisi teknologi saat ini perkembangannya cukup pesat. Sementara yang masih menjadi tantangan justru awareness di sisi masyarakat. Selama ini preventive healthcare masih belum banyak diminati — jarang yang memiliki alokasi budget khusus untuk mengakses layanan ini.

Untuk memasyarakatkan preventive healthcare di Asia Tenggara, khususnya pengujian genomik, dibutuhkan sinergi yang baik antara sektor publik dan privat dengan berbagai skenario. Termasuk misalnya kemitraan B2B dengan pemain asuransi atau integrasi dengan program kesehatan pemerintah.

Tamu ahli NalaGenetics, dr. Lonah, Sp.FK memberikan tips untuk mencegah efek negatif obat-obatan melalui tes DNA / NalaGenetics
Tamu ahli NalaGenetics, dr. Lonah, Sp.FK memberikan tips untuk mencegah efek negatif obat-obatan melalui tes DNA / NalaGenetics

“Kami secara konsisten melakukan banyak sekali awareness training kepada klinisi dan masyarakat umum melalui webinar, seminar, dan media sosial. Kami pun berusaha memperluas jangkauan melalui kerja sama dengan perusahaan yang memang ada budget untuk melakukan health screening pada staf mereka. Semoga kami juga bisa ikut dalam Health Technology Assessment dari pemerintah Indonesia di waktu dekat supaya mulai bisa di-reimburse juga dari sisi pemerintah,” imbuh Astrid.

Di sisi lain, pengembangan solusi genomik juga membutuhkan biaya besar untuk riset. Mekanisme grant (baik dari pemerintah dan swasta) menjadi salah satu amunisi penting untuk menjalankan mesin inovasi tersebut. Sayangnya waktu itu memang grant untuk penelitian klinis di bidang bioteknologi belum banyak di Indonesia.

Grant ini penting sekali dalam melangsungkan validasi klinis dari teknologi dan algoritma bioinformatika yang kami buat serta melakukan pilot implementasi di klinik. Untuk melangsungkan aktivitas tersebut dibutuhkan sampel yang cukup banyak dan biaya yang cukup besar,” jelas Astrid.

Kemudian NalaGenetics bekerja sama dengan sejumlah firma riset, termasuk di Singapura, untuk bisa mengakses grant tersebut untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan produknya.

“Karena grant ini semua dari pemerintah Singapura, kolaborasi kami juga selalu dengan menggandeng key opinion leader dari instansi klinis pemerintah, recruitment pasien dari instansi klinis tersebut, dan hasilnya adalah suatu publikasikan bersama dan peluncuran servis dengan mereka. Ini berkaitan erat juga dengan adanya upaya pemerintah Singapura dalam proyek National Precision Medicine sehingga pilot ini pun menjadi proof of concept untuk scale up di skala nasional,” imbuh Astrid.

Astrid juga bercerita bagaimana Enterprise SG (unit pengembangan inovasi di bawah Kementerian Perdagangan Singapura) setempat memberikan dukungan menyeluruh untuk pengembangan inovasi NalaGenetics.

“Sedari awal kami sangat terbantu, terutama dari segi mengembangkan tim yang masih kecil. Karena Enterprise SG ada grant yang namanya T-UP untuk hire 2 talent selama 2 tahun dengan subsidi 70%, ini sangat membantu. Berikutnya adalah standards adoption grant yang bentuknya bisa berupa penambahan sertifikasi seperti ISO 13485 dan ISO 27001 yang memberikan kredibilitas kami kepada klien dan juga membuka akses ke market lain.”

Ia melanjutkan, “Kami juga mendapatkan market akses grant ke Eropa, USA serta program immersion ke Australia dan Cina berkat ketersediaan grant dari Enterprise SG juga. Selain itu kami diberi akses ke venture capital yang bekerja sama dengan mereka serta kesempatan berkolaborasi dengan partner private maupun government. Semua ini sangat membantu pengembangan produk dan bisnis di NalaGenetics.”

Mendukung inovasi genomik di Indonesia

Jajaran founder NalaGenetics / NalaGenetics
Jajaran founder NalaGenetics / NalaGenetics

NalaGenetics didirikan oleh jajaran founder dengan pengalaman yang cukup solid untuk menghasilkan inovasi. Astrid sendiri merengkuh strata doktoral di bidang Human Genetics, di NUS. Ia sempat bekerja di beberapa firma penelitian yang tidak jauh dengan dunia biomedis.

“Mempunyai co-founding yang solid dengan complementary skills itu penting sekali. Adanya suatu inovasi canggih dan berguna bagi masyarakat tapi kalau ilmuannya itu harus memajukan teknologi itu sendiri akan sangat sulit. NalaGenetics ini bisa lahir karena ada 4 orang di tim kami dengan kemampuan yang saling melengkapi, termasuk CEO kami Levana Sani yang memang berlatar belakang science dan juga bisnis, yang bantu mematangkan model bisnisnya dan fundraising,” jelas Astrid.

Ia melanjutkan, “Lalu Dr. Liu Jianjun co-founder & advisor kami yang saat ini adalah Executive Director dari Genome Institute of Singapore yang mengerti landscape genomics, koneksi dengan key opinion leader dan B2G partnerships. Dan terakhir Dr. Alexander Lezhava yang juga adalah co-founder & advisor kami mengerti cara membuat kit in-vitro diagnostic serta penyediaan layanan tes klinis.”

Saat ini NalaGenetics juga telah didukung 50 staf di Indonesia dan 25 staf di Singapura. Sekitar separuhnya adalah tim R&D.

Soliditas dan pemahaman mendalam tentang genomik tersebut juga akhirnya ingin dibawa lebih dalam ke Indonesia. Pertengahan Oktober 2023 lalu, bersama salah satu investor utamanya yakni East Ventures, NalaGenetics mengumumkan komitmennya untuk mendukung analisa sampel genomik di Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi).

NalaGenetics akan bekerja sama dengan BGSi dengan transfer ilmu dan keahlian dalam melakukan sequencing. Kerja sama ini diharapkan dapat menciptakan inovasi produk baru berbasis data genetik lokal dalam memanfaatkan potensi dari data genomik populasi Indonesia.

Penandatanganan nota kesepahaman antara BGSi, East Ventures, dan NalaGenetics / East Ventures

Di sisi lain, saat ini NalaGenetics juga terus memperbanyak cakupan klinik dan kerja sama dengan ekosistem kesehatan di Indonesia untuk makin memasyarakatkan solusi berbasis genomik tersebut. Terbaru, mereka akan segera meresmikan klinik di daerah Fatmawati, Jakarta untuk memberikan akses tes DNA dan layanan konsultasi komprehensif kepada masyarakat.

“Tes DNA bisa dilakukan di mana saja. Tapi yang dikembangkan NalaGenetics adalah algoritmanya, ini yang kami jual ke lab/klinik. Algoritma ini memungkinkan kita untuk mendapatkan hasil analisis yang lengkap dari tes DNA tersebut [..] Ke depan kami juga akan terus memperdalam kerja samad dengan Kemenkes di Indonesia supaya preventive healthcare ini semakin terjangkau untuk masyarakat kita,” ujar Astrid.

Selain di Indonesia dan Singapura, NalaGenetics juga berkomitmen untuk bisa menjangkau pasar regional. Ambisi ini disampaikan saat mereka mendapatkan pendanaan seri A Maret 2022 lalu. Dana segar yang didapat akan dimaksimalkan untuk ekspansi, dengan negara tujuan berikutnya adalah Malaysia. Upaya ini di tengah momentum pertumbuhan pasar pengujian genetika yang sangat cepat di kawasan Asia.

Application Information Will Show Up Here

Startup Biotech Lokal Moosa Genetics Dapat Pendanaan Pra-Awal dari East Ventures dan Angel Investor

Startup genomik hewan Moosa Genetics mendapat pendanaan pra-awal dari East Ventures dengan nominal yang dirahasiakan setelah sebelumnya mengandalkan bootstrapping. Sejumlah angel investor ikut berpartisipasi pada pendanaan ini.

Moosa Genetics didirikan pada 2016 Dr. Ivan R Sini, PhD (Chairman), didukung Dr. Deddy F. Kurniawan, DVM (co-CEO), Jeremia Michael Sutandy (Co-CEO dan Managing Director), Prof. Arief Boediono, PhD (Chief Scientific Officer), dan Ir. Sigit Prastowo, PhD (Chief Geneticist Officer).

Misinya adalah merumuskan ulang dan menetapkan standar baru kualitas terbaik dalam industri peternakan Indonesia. Moosa akan memanfaatkan investasi tersebut untuk membangun laboratorium, tim, pemasaran, dan kemitraan daging wagyu demi memenuhi permintaan pelanggan.

“Melalui teknologi reproduksi dan molekuler hewan modern, memungkinkan kami untuk memproduksi kualitas daging lebih baik dengan harga lebih rendah, sehingga bisa memberikan manfaat besar bagi industri dan konsumen. Kami harap dapat menghadirkan lebih banyak antusiasme di bidang ini di masa depan,” ujar Dr. Ivan yang juga Ketua Umum Asosiasi Genomik Indonesia dalam keteranganr resminya.

“Pendekatan inovatif Moosa Genetics terhadap peternakan sapi melalui bioteknologi memiliki potensi mendorong revolusi industri peternakan, mengatasi tantangan dan tuntutan penting di bidang peternakan, sekaligus memastikan produksi pangan berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri,” kata Avina Sugiarto, Partner di East Ventures.

Di sepanjang tahun ini, East Ventures terus mengucurkan investasi ke sektor kesehatan, terutama genomik dan bioteknologi. Beberapa portofolio terbarunya adalah Mesh Bio dan AMILI.

Dalam laporan berjudul “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future“, genomik dan bioteknologi berpotensi untuk mentransformasi ekosistem perawatan kesehatan di Indonesia. Ada empat pilar utama yang dibutuhkan untuk mendorong implementasinya secara optimal, yakni infrastruktur, investasi, sumber daya manusia, serta regulasi.

Terfragmentasi

Lebih lanjut, Moosa menilai selama ini industri peternakan sapi di Indonesia terfragmentasi. Sebanyak 80% didominasi oleh peternak skala kecil, di mana mayoritas berlokasi di Pulau Jawa. Adapun, Jawa Timur menyumbang 30% dari populasi sapi di Indonesia.

Di samping itu, peternak seringkali mengandalkan tabungan untuk biaya pemeliharaan sapi dibandingkan untuk pasar komersialisasi. Hal ini menghambat potensi pasokan daging dalam negeri secara signifikan. Sebagian besar peternak tidak memiliki keterampilan memadai untuk menangani sistem produksi, demikian juga mengembangkan bisnisnya karena keterbatasan biaya dan akses pinjaman.

Kondisi di atas membuat produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 40% permintaan daging sapi Indonesia, dan menyebabkan ketergantungan Indonesia pada impor daging sapi, khususnya dari Australia.

Moosa Genetics mengembangkan inovasi bioteknologi, memanfaatkan teknologi transfer embrio dan teknik seleksi gen inovatif, seperti CRISPR (modifikasi DNA secara selektif). Inovasi dinilai dapat meningkatkan kualitas daging dan mengurangi biaya. Perusahaan juga berupaya meningkatkan jenis sapi lokal dengan nama “Sapi Merah Putih” untuk mencapai standar unggul.

Pihaknya meyakini tidak ada solusi tunggal untuk memperbaiki genetik yang dapat menentukan versi ideal sapi lokal untuk Indonesia. “Untuk mengatasi tantangan tersebut, Moosa Genetics menekankan pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan industri, penyedia platform, dan peneliti yang berdedikasi untuk menilai dan mengukur peningkatan terhadap standar peternakan sapi saat ini secara komprehensif.” Tutup Dr. Ivan.

East Ventures Tambah Portofolio Startup Genomik, Kucurkan Investasi ke Mesh Bio

East Ventures mengumumkan kucuran investasi ke Mesh Bio, startup deep tech di bidang kesehatan berbasis di Singapura. Tidak disebutkan nilai investasi yang diberikan. Pendanaan ini akan dialokasikan untuk terus mengembangkan teknologi digital twin atau kembaran digital dalam manajemen penyakit kronis dan memperluas layanan Mesh Bio di pasar Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Mesh Bio didirikan sejak tahun 2018 oleh Andrew Wu (CEO) dan Arsen Batagov (CTO). Visinya untuk memberikan solusi digital mutakhir untuk mengatasi tantangan dalam manajemen pasien dan meningkatnya penyakit kronis di wilayah Asia Tenggara. Sebelumnya tahun 2023 lalu Mesh Bio juga mendapatkan pendanaan awal $1,8 juta yang dipimpin Elev8.vc dan Seeds Capital.

Isu yang ingin diselesaikan

Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit kronis, seperti kardiovaskular dan diabetes, memberikan beban yang besar dan terus bertambah terhadap kesehatan dan pembangunan di kawasan Asia Tenggara. Di kawasan ini, menurut WHO, 62% dari seluruh kematian disebabkan oleh PTM, yang jumlahnya mencapai 9 juta jiwa.

Meningkatnya penyakit kronis menyebabkan manajemen pasien menjadi rumit, ditambah dengan kurangnya dokter, khususnya dokter spesialis, sehingga dokter umum yang kurang memiliki pelatihan spesialis di bidang endokrinologi terpaksa menangani kasus pasien penyakit kronis.

“Mengingat meningkatnya populasi lansia di seluruh dunia, Mesh Bio secara konsisten memprioritaskan pengembangan solusi inovatif untuk mengurangi hambatan perawatan kesehatan yang terkait dengan penyakit kronis. Kami senang menerima dukungan dari East Ventures, dan kami yakin bahwa pendanaan ini akan menjadi landasan yang kuat dalam mendukung visi kami dalam memecahkan masalah peningkatan beban dari penyakit kronis di Asia Tenggara,” jelas Co-Founder & CEO Mesh Bio Andrew Wu.

Telah kembangkan platform analisis prediktif

Salah satu produk yang telah dimiliki Mesh Bio adalah DARA, yakni sebuah platform yang menyediakan data pasien multidimensi secara real-time, yang mencakup riwayat kesehatan, tes laboratorium, dan gambar medis. DARA memberikan laporan visual pasien sehingga dapat membantu para dokter dalam memberikan konseling kepada pasien dan memungkinkan pasien memahami laporan laboratorium dan penyakit yang mereka derita.

Berdasarkan data tersebut, DARA menyediakan analisis prediktif untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko penyakit kronis sehingga mereka bisa mendapatkan diagnosis dan pengobatan lebih dini. Selain itu, platform tersebut juga memungkinkan para dokter untuk mendapatkan dan memanfaatkan pengetahuan dari komunitas praktisi kesehatan global yang sesuai dengan praktik dan pedoman klinis terbaik, serta penilaian pasien secara holistik.

“Pendekatan inovatif dan teknologi mutakhir Mesh Bio berpotensi menjadi salah satu fondasi untuk menyediakan sistem layanan kesehatan yang lebih baik di kawasan Asia Tenggara. Kami percaya bahwa analisis prediksi dan layanan kesehatan preventif dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, dan kami yakin Mesh Bio akan memimpin revolusi ini dengan mesin digital twin mereka,” ucap Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Investasi East Ventures di startup kesehatan

Tidak hanya startup healthtech yang fokus di layanan telekonsultasi dan distribusi obat, East Ventures memilih menjajaki lebih dalam industri kesehatan sampai ke tingkat yang lebih dalam. Di dua tahun terakhir, pemodal ventura paling aktif di Indonesia tersebut menunjukkan komitmennya untuk memperluas hipotesis investasi ke startup genomik dan biotech.

Sekurangnya ada 4 startup di bidang tersebut yang telah diinvestasi tahun ini oleh East Ventures, berikut daftarnya:

Startup Solusi Tahap Investasi
Mesh Bio Layanan manajemen penyakit kronis dan analisis prediktif Seed
Etana Startup biofarmasi yang menghadirkan bahan baku obat biologis untuk kanker dan penyakit kronis lainnya Seed
AMILI Pengembang solusi pengobatan mikrobioma usus pertama di Asia Tenggara Seed
Aevice Health Alat monitoring kesehatan untuk solusi pernapasan kronis Seed

Sebelumnya mereka juga berinvestasi ke startup biotech lokal seperti Nalagenetic dan Nustantics.