Platform Riset Pasar Populix Dapatkan Pendanaan Awal 14 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform survei konsumen Populix baru membukukan pendanaan awal senilai $1 juta atau setara 14 miliar Rupiah. Putaran investasi dipimpin oleh Intudo Ventures dengan keterlibatan Gobi Partner dan investor sebelumnya di pre-seed, yakni Pegasus Tech Ventures.

Kepada DailySocial, Co-Founder & COO Populix Eileen Kamtawijoyo menyampaikan, dana yang didapat akan difokuskan untuk perekrutan pegawai, pengembangan fitur, dan optimasi pemasaran.

Populix debut pada awal tahun 2018, didesain sebagai consumer insights platform yang membangun basis data responden dari kalangan masyarakat umum di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk membantu bisnis agar mudah mendapatkan  data melalui survei yang  akurat, terpercaya, dan real-time.

Eileen juga menyampaikan, sepanjang tahun pertama beroperasi, Populix telah menyelesaikan sekitar 70 riset pasar, didukung 27 bisnis dari berbagai sektor dan ukuran. Tidak hanya di Jabodetabek, saat ini sebaran responden mereka juga sudah meliputi berbagai kota besar di Indonesia, termasuk Medan, Makassar, Yogyakarta, Semarang, hingga Sorong.

Tahun 2020, akan banyak hal yang direncanakan perusahaan, termasuk merilis aplikasi mobile untuk memudahkan partisipasi responden mereka.

“Tahun ini kami merekrut CTO baru, sehingga pengembangan fitur-fitur Populix akan semakin cepat. Yang terbaru, kami telah merilis fitur researcher dasboard, memudahkan brand (sebagai pembuat survei) memantau hasil secara real-time,” ujar Eileen.

Dari sisi pengguna, Populix menawarkan kepada siapa saja untuk menjadi responden survei. Setiap pertanyaan yang dijawab akan menghasilkan poin yang dapat ditukarkan dengan uang tunai. Model bisnis serupa juga dimiliki startup lain, seperti Jakpat, Nusaresearch, Toluna, Yougov, Kantar, dan iPanel.

UangMe’s Parent Company Bags Over 336 Billion Rupiah

SuperAtom, a financial technology startup under Cheetah Mobile just announced $24 million or equivalent to 336.8 billion Rupiah. This round was led by Gobi Partners through Meranti ASEAN Growth Fund. In Indonesia, they’ve launched a p2p lending platform named UangMe – registered in OJK since July 2018.

SuperAtom will make use of the 60 million mobile Cheetah Mobile internet users in SEA. In fact, the telco took part as the co-lead investor. They’re to target the Philippines next.

On Google Play, UangMe has been downloaded for more than 1 million times and the loan service has been used for over 50 thousand times.

SuperAtom was founded by two, Johnny Li and Scarlett Xiao. As shown on their LinkedIn profile, Johnny is currently active as Cheetah Mobile’s GM of International Business Development.

“Indonesia’s projected to increase GDPR from US$3,800  to US$7,000 within the next 10 years, it shows great potential. In addition, the Philippines shows the same statistic due to 100 million population with GDPR growth of 6.2%,” Scarlett said.

She also mentioned, “We’re preparing to enter the market (Philippines) for we recently acquired a license from the Philippines Securities and Exchange Commission.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Induk Perusahaan Fintech UangMe Dapat Pendanaan Lebih dari 336 Miliar Rupiah

SuperAtom, startup teknologi finansial binaan Cheetah Mobile, baru saja mengumumkan pendanaan $24 juta setara 336,8 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin Gobi Partners melalui Meranti ASEAN Growth Fund. Di Indonesia, mereka meluncurkan platform p2p lending UangMe — sudah terdaftar di OJK sejak Juli 2018.

Layanan finansial SuperAtom juga akan memanfaatkan 60 juta pengguna mobile internet Cheetah Mobile di Asia Tenggara ke depannya. Terlebih dalam investasi ini perusahaan telekomunikasi tersebut turut menjadi co-lead investor. Filipina ditargetkan akan menjadi sasaran pasar berikutnya.

Melihat statistik di Google Play Store sebagai akses utama transaksi dan layanan, saat ini aplikasi peminjam UangMe sudah diunduh lebih dari 1 juta kali dan aplikasi pemberi pinjaman sudah digunakan lebih dari 50 ribu kali.

SuperAtom didirikan oleh dua orang founder, yakni Johnny Li dan Scarlett Xiao. Melihat di laman profil LinkedIn-nya, Johnny saat ini masih aktif di jajaran Cheetah Mobile sebagai GM of International Business Development.

“Negara seperti Indonesia mendapatkan pertumbuhan PDB per kapita dari US $3.800 menjadi US$ 7.000 dalam sepuluh tahun ke depan, sehingga potensi pasar sangat besar. Di luar Indonesia, Filipina juga merupakan pasar yang sangat menarik karena memiliki 100 juta populasi dan PDB mereka tumbuh sebesar 6,2%,” ujar Scarlett.

Ia menambahkan, “Kami sedang bersiap-siap untuk memasuki pasar yang menarik ini (Filipina) karena kami baru saja diberikan lisensi keuangan oleh Philippines Securities and Exchange Commission.”

Application Information Will Show Up Here

Travelio Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A sebesar Rp 26,5 Miliar

Situs pemesanan akomodasi penginapan Travelio hari ini mengumumkan baru saja mendapatkan pendanaan Pra-Seri A sebesar $2 juta (Rp 26,5 miliar) yang dipimpin perusahaan permodalan Gobi Partners. Anthill Ventures (Singapura), Kuok Group (Malaysia), Zhenzhen Sun (Tiongkok) dan CEO Travel+Leisure Tian Gu turut berpartisipasi dalam pendanaan ini. Sebelumnya PT Horizon Internusa Persada (HIP), selaku pengusung situs Travelio, menerbitkan mandatory convertible notes (surat utang) sebesar Rp 21 miliar.

“Karena integrasi mempersempit kesenjangan antara ekonomi digital dan ekonomi riil, perusahaan seperti Travelio akan dapat menemukan cara baru untuk memberikan nilai lebih bagi bisnisnya dan juga konsumen. Karena itulah, kami sangat gembira bisa bermitra dengan perusahaan permodalan dan ahli perhotelan untuk membantu kami membawa Travelio ke tingkat yang lebih tinggi,” ujar Christina Suriadjaja, Co-Founder Travelio.

Penambahan modal dalam pendanaan kali ini akan difokuskan Travelio untuk melakukan ekspansi. Termasuk menambah jumlah item propertinya di Indonesia dan di luar negeri. Dari informasi yang diberikan, Travelio saat ini mengaju telah memiliki basis data properti sebanyak 12.000 item yang tersebar di wilayah Asia Pasifik dan Oseania. Selain itu Travelio juga akan memperkuat tim dan memperluas cakupan pemasaran produk mereka.

“Travelio menawarkan kombinasi unik antara Priceline dan model negosiasinya. Kami percaya bahwa model bisnis ini akan berhasil menggabungkan dua tren yang sedang berkembang saat ini, gamifikasi saat berinteraksi dengan konsumen dan sharing-economy ketika penyewaan akomodasi berhasil mengubah apartemen menjadi (berstandar) hotel,” ujar Kay Mok Ku dari Gobi Partners.

Travelio sendiri didirikan oleh Hendry Rusli, Christina Suriadjaja, Furia Agustinus dan Christie Amanda pada awal tahun 2015 lalu. Awalnya Travelio merupakan anak perusahaan PT Surya Semesta Internusa Tbk., namun kini Travelio telah menjadi perusahaan sendiri sehingga dapat membuka diri untuk menerima modal dari investor lain.

Travelio menyediakan berbagai macam pilihan akomodasi, dari jenis properti pribadi untuk disewakan, seperti vila, rumah atau apartemen. Sebagai sebuah marketplace akomodasi penyewaan properti, Travelio juga bekerja sama dengan jaringan properti global sebagai perantara atau bekerja sama langsung dengan pemilik propertinya.

Application Information Will Show Up Here

Gobi Partner dan MAVCAP Hadirkan SuperSeed Fund, Usung $14,5 juta untuk Startup Asia Tenggara

Kemitraan antara Gobi Partner dengan Malaysia Venture Capital Management Berhard (MAVCAP) mengusung Gobi MAVCAP ASEAN SuperSeed Fund, yakni pendanaan senilai $14,5 juta (sekitar Rp 188,5 miliar) yang akan didedikasikan untuk seed-stage startup di Asia Tenggara. Ini merupakan kolaborasi kedua mereka setelah pada bulan September tahun lalu juga bersatu meluncurkan $50 juta untuk investasi seri A bagi startup di Asia Tenggara dan Tiongkok.

SuperSeed Fund akan fokus pada empat bidang, yakni e-commerce, financial technology (fintech), mobile dan produk startup yang menargetkan konsumen Muslim, untuk memperkuat basis pasar di Indonesia dan Malaysia, yang ditahui mayoritas masyarakat beragama Islam. Indonesia, Malaysia dan Singapura sekaligus akan menjadi salah satu target singgah utama SuperSeed Fund, dikarenakan memiliki populasi besar dan dukungan pemerintah.

Sebelumnya sebanyak lima startup telah mendapat kucuran pendanaan SuperSeed tersebut, di antaranya Nuren Group, Offpeak, RecomN, Triip.me dan YouthsToday. SuperSeed Fund ini dikelola langsung oleh Co-founder and Managing Partner Gobi Thomas G. Tsao, Partner Gobi di Singapura Kay-Mok Ku, dan CEO MAVCAP Jamaludin Bujang.

“Itu membuat kami tidak hanya menjadi pemain pemula di pasar, tetapi juga salah satu perusahaan modal ventura Tiongkok pertama yang memperluas ke pasar Asia Tenggara. Sejak saat itu, kami telah melihat pertumbuhan signifikan di wilayah ini (Asia Tenggara). Ketika kami pertama kali memasuki Asia Tenggara, para startup umumnya tidak bisa menerima institutional funding kecuali mereka sudah profit,” ujar Kay-Mok Ku kepada Techcrunch.

Khusus untuk pasar Indonesia, Kay-Mok Ku mencontohkan awalnya para startup sulit untuk mengamankan pendanaan, karena banyak investor yang masih terpaku di Tiongkok, India dan Singapura, saat ini keadaan telah berubah. Banyak venture capital yang mulai memperhitungkan pasar Indonesia, terutama untuk basis bisnis e-commerce, apalagi bakal ada potensi startup unicorn dari Indonesia lahir di segmen ini.