Gojek Keluar Kandang dan Jadi Penantang

Gojek telah menjadi fenomena di Indonesia. Tidak hanya soal inovasi teknologi yang beruntun, tapi juga bagaimana layanan on-demand ini mengubah masyarakat, mulai dari kebiasaan transportasi, mengirim barang, memesan makanan hingga melakukan pembayaran.

Setelah berhasil di tanah kelahirannya, Gojek mulai melebarkan sayap ke pasar-pasar baru di kawasan Asia Tenggara. Sejak semester kedua 2018, secara bertahap startup yang disebut-sebut punya valuasi terbesar di Indonesia ini masuk ke negara-negara tetangga dengan menggandeng mitra lokal, baik di Vietnam, Singapura, dan yang terakhir kemarin meresmikan kehadiran di Thailand.

Kehadirannya di negara baru membawa strategi yang jelas: semangat lokal dan teknologi global. Sejak awal rencana ekspansinya diungkap ke publik, Gojek sudah buka-bukaan tentang rencana mereka membentuk tim atau perusahaan lokal untuk menangani operasional di pasar baru. Tim ini diberikan kebebasan untuk menentukan merek dan identitasnya sendiri.

Akhirnya lahirlah Go-Viet di Vietnam dan GET di Thailand. Khusus di Singapura, Gojek tidak membawa armada andalan mereka, ojek, karena adanya aturan yang melarang motor roda dua menjadi alat transportasi umum.

Keluar kandang

Gojek sudah selayaknya keluar kandang dan menjadi penantang di negeri orang. Apa yang mereka capai di Indonesia menjadi modal yang cukup untuk mulai bersaing di pasar baru.

Di Vietnam dan Thailand, Gojek tidak hanya menantang Grab yang menjadi lawan tanding mereka di pasar Indonesia, tetapi juga menantang sejumlah aplikasi sejenis yang sudah ada, seperti FastGo, Be, atau Lineman.

Gojek mengawali kiprahnya di Vietnam dan Thailand dengan layanan andalan transportasi roda dua, pengiriman barang, dan pemesanan makanan. Sedikit berbeda, untuk pasar Singapura, Gojek langsung tancap gas, termasuk berani berperang harga. Mereka juga menggandeng perusahaan besar lokal, seperti DBS dan Carousell.

Tak hanya transportasi

Satu hal yang harus disoroti dalam rencana ekspansi ini adalah layanan seperti apa yang akan diberikan. Di Indonesia, Gojek memberikan inovasi yang sebelumnya bahkan tidak terpikirkan, seperti memesan jasa pembersihan rumah, jasa pijat, hingga pengantaran galon dan bahan bakar ketika kehabisan di jalan.

Saat ini Go-Jek mengusung konsep “super app” untuk memenuhi semua kebutuhan pelanggannya. Salah satu fokusnya adalah membangun layanan teknologi finansial yang mumpuni.

Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, Co-Founder dan CEO Gojek Nadiem Makarim menjelaskan perusahaan melihat masalah dan peluang di banyak sektor. Di kota-kota besar, isu transportasi dianggap sebagai masalah dan Go-Jek sudah memiliki solusi. Sementara di kota-kota tier tiga, isu transportasi bukan sebagai masalah besar, tetapi layanan finansial seperti pembayaran.

“Sejujurnya jika kita menuju kota tier 3 di Indonesia trafik bukan masalah besar, finansial inklusi merupakan masalah. Di sanalah strategi pembayaran ditujukan,” ujar Nadiem.

Selain Go-Pay yang ke depannya punya potensi menjadi pemain regional unggulan, Gojek telah mengembangkan produk berbasis pembiayaan untuk merchant, mitra, dan konsumen.

 

Tersandung regulasi

Jika mengamati pertumbuhan Gojek sejak awal, gesekan selalu terkait regulasi. Selain di Indonesia, yang selalu dapat diatasi sejauh ini, isu regulasi juga menghambat Go-Jek untuk segera mengaspal di Filipina. Perusahaan lokal mereka, Velox Technology Philippines Inc, terkendala izin beroperasi.

Otoritas Filipina mengeluarkan moratorium yang isinya melarang pemerintah menerima pendaftaran baru untuk operasional Transport Network Vehicle Service (TNVS). Tujuannya agar pemerintah Filipina bisa memantau lebih detail layanan transportasi berbasis apilikasi yang beroperasi di wilayahnya.

Saat ini Gojek memulai layanan di Filipina dengan mengakuisisi platform pembayaran digital Coins.ph sambil terus mengusahakan kehadirannya di negeri tetangga ini.

Terus mencari talenta

Sebagai super app, Gojek terus melancarkan inovasi di berbagai lini, termasuk mengembangkan segme bisnis baru. Mereka pun aktif membuka lowongan untuk beberapa posisi.

Contohnya lowongan untuk posisi Head of Indonesia Marketplace. Dengan deskripsi “memimpin tim marketplace di Indonesia”, posisi ini akan memerankan peran penting dalam inovasi Go-Jek selanjutnya. Apakah Go-Jek akan melakukan penetrasi ke bisnis marketplace?

Lowongan menarik selanjutnya adalah Business Development Location & Merchant untuk Go-Kitchen. Ada juga lowongan untuk AdTech Product Incubation, sebagai manajer proyek untuk eksperimen produk adtech.

Inovasi terhadap permasalahan di negara berkembang ada di dalam DNA Gojek. Tidak hanya untuk pasar Indonesia, tetapi juga untuk pasar negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Gojek Launches Get in Bangkok, Thailand

The on-demand platform developer, Gojek is officially launched Get as part of its expansion in Bangkok, Thailand (2/27). The launching was attended by Rudiantara, Ministry of Communication and Information, Thailand’s Ambassador, Pansak Siriruchatapong, Gojek’s Founder & CEO, Nadiem Makarim, and many more. Get actually started its business since 2018 in beta version.

Currently, Gojek has claimed the service has reached 80% of Bangkok. In addition to ride-hailing (Get-Win), there are also delivery and food delivery services called Get-Delivery and Get-Food. In order to maximize its debut in the white elephant country, Gojek creates local team to run Get.

Get’s Co-Founder & CEO, Pinya Nittayakasetwat in its speech said with the local team understanding combined with technology and Gojek experience should give on-demand solution in the region.

“GET has succeed in scoring two million trips in just two monts since the first beta version in Bangkok. It proves the high consumer demand in this industry sector. In addition, our data shows to this point, the driver partners has gone through more than three million kilometres,” he added.

Gojek’s Founder & CEO, Nadiem Makarim also talked in Get ceremonial. The international expansion aims to find a way to bring Gojek’s technology for more positive impact in various countries.

“Get launching in Thailand is Gojek’s important achievement. We’re thankful for the support of the stakeholders including the government, either in Indonesia or Thailand. We always expect to realize vision and bring our technology to the broaden public, while making Indonesia as the center of technology innovation in Southeast Asia,” he added.

After its launching, Get has introduced benefit service program for driver partners, including access to training, vehicle insurance, life insurance, and savings programs. The Get team is committed to team up with the Thai government to support the digitalization of the transportation industry.

Get-Win as two-wheeler transportation mode has made curation to guarantee all drivers are “Win” licensed. Currently, Get-Food has partnered up with more than 20 thousand merchants, start from stalls to restaurants.

Get algorithm is designed to support all merchants, not only the most selling ones, to help sales growth and increase awareness of all restaurants in the platform. Shuffle card feature developed by Gojek is also integrated into Get for the interface can be adjusted with each user’s preference. This feature will recommend food based on time and location nearby, therefore the experience will be more convenient.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek Resmikan Get di Bangkok, Thailand

Pengembang platform on-demand Gojek akhirnya meresmikan Get sebagai bentuk ekspansinya di Bangkok, Thailand (27/2). Acara peluncuran tersebut dihadiri Menkominfo Rudiantara, Dubes Thailand Pansak Siriruchatapong, Founder & CEO Gojek Nadiem Makarim dll. Get sendiri sebenarnya sudah mulai hadir sejak tahun 2018 lalu dengan fase beta-nya.

Saat ini pihak Gojek mengklaim bahwa layanannya telah berhasil menjangkau 80% kota Bangkok. Selain ride-hailing (Get-Win), di sana juga sudah ada layanan untuk delivery dan food delivery, yakni Get-Delivery dan Get-Food. Guna memaksimalkan debutnya di negara gajah putih tersebut, Gojek membentuk tim lokal dalam menjalankan Get.

Co-Founder & CEO Get Pinya Nittayakasetwat dalam sambutannya mengatakan, bahwa dengan pemahaman mendalam tim lokal digabungkan dengan teknologi dan pengalaman Gojek dapat memperkuat posisi Get dalam memberikan solusi on-demand di wilayahnya.

“GET telah berhasil menyelesaikan dua juta perjalanan hanya dalam dua bulan sejak peluncuran fase beta di kota Bangkok. Hal tersebut membuktikan tingginya permintaan konsumen di sektor industri ini. Selain itu, data kami mengemukakan bahwa sejauh ini para mitra driver telah menempuh jarak lebih dari tiga juta kilometer,” ujar Pinya.

Turut memberikan sambutan Founder & CEO Gojek Naiem Makarim dalam seremoni peresmian Get. Ekspansi internasional Gojek bertujuan untuk mencari cara mendekatkan teknologi yang dimiliki Gojek sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat di berbagai negara.

“Peluncuran Get di Thailand merupakan pencapaian penting bagi Gojek. Kami berterima kasih terhadap dukungan yang diberikan para pemangku kepentingan termasuk pemerintah, baik di Indonesia maupun di Thailand. Semoga kami dapat terus merealisasikan visi dan membawa teknologi kami kepada masyarakat yang lebih luas lagi, seraya di saat yang sama menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi teknologi di Asia Tenggara,” ujar Nadiem.

Pasca peluncurannya, Get telah memperkenalkan program layanan manfaat bagi mitra pengemudi, meliputi akses pelatihan, asuransi kendaraan, asuransi jiwa, hingga program tabungan. Tim Get berkomitmen untuk bisa berkoordinasi dengan pemerintah Thailand guna mendukung digitalisasi industri transportasi.

Get-Win sebagai moda transportasi roda dua melakukan kurasi sehingga memastikan setiap mitra merupakan pengemudi “Win” berlisensi. Saat ini Get-Food juga telah menggandeng lebih dari 20 ribu merchant, mulai dari kedai kaki lima hingga restoran.

Algoritma Get dirancang untuk mendukung semua merchant, tidak hanya yang terlaris, supaya bisa membantu peningkatan penjualan dan meningkatkan awareness semua restoran-restoran yang ada di platform. Fitur shuffle card yang dikembangkan Gojek juga diintegrasikan ke dalam Get agar tampilannya dapat disesuaikan dengan selera masing-masing pengguna. Fitur ini dapat merekomendasikan makanan berdasarkan waktu dan lokasi konsumen, sehingga pengalaman penggunaan aplikasi terasa semakin nyaman.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Rencana Grab Luncurkan GrabBajay untuk Pengguna di Jakarta

Setelah sebelumnya mengumumkan kemitraan strategis dengan HOOQ, Grab berencana segera meluncurkan layanan transportasi alternatif untuk warga Jakarta, yaitu GrabBajay.

Dalam pernyataan resmi yang diterima oleh DailySocial, Head of Public Affairs Grab Indonesia Tri Sukma Anreianno mengungkapkan, layanan ini masih dalam tahap pengembangan dan belum secara resmi dirilis untuk pengguna.

“GrabBajay merupakan layanan baru yang tengah diuji coba secara beta. Dalam prosesnya, Grab berkoordinasi penuh dengan Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan dan badan lain yang terkait. Peluncuran layanan GrabBajay di Jakarta secara resmi akan diumumkan di kemudian hari.”

Sebagai perusahaan teknologi yang mengklaim memiliki visi menjawab tantangan transportasi guna meluaskan kebebasan akses transportasi untuk seluruh masyarakat Indonesia, Grab berupaya memperkenalkan solusi inklusif untuk masalah transportasi dengan berangkat dari kearifan lokal dan disesuaikan dengan kondisi maupun kebutuhan dari masing-masing kota.

“Kami bertekad untuk menjadikan transportasi masyarakat di Jakarta lebih baik dengan menggunakan moda transportasi favorit yang biasa mereka gunakan,” lanjut Tri.

Berdasarkan informasi dari Katadata, sebelumnya Gojek telah menyediakan layanan transportasi yang berbasis kearifan lokal yakni Gojek Becak Motor atau Bentor di Gorontalo pada Mei 2018. Vice President Corporate Communications Gojek Michael Say mengklaim, layanan Bentor melalui aplikasi ini adalah yang pertama di Indonesia.

Mengadopsi teknologi dalam penggunaan transportasi tradisional

Keberadaan bajaj sendiri sebagai transportasi warga Jakarta saat ini sudah mulai berkurang jumlahnya. Karena fisiknya yang terlalu besar dan cenderung lambat saat bergerak di jalan raya, menjadikan bajaj transportasi yang kurang ideal saat ini. Disinggung seperti apa implementasi dan penggunaan bajaj di aplikasi Grab, Tri enggan mengungkapkan lebih lanjut.

Kurang lebih tujuh tahun beroperasi, Grab telah memiliki 8,5 juta micro entrepreneurs termasuk di dalamnya mitra pengemudi se-Asia Tenggara. Cakupan layanan Grab tersedia di 335 kota, 222 kota di antaranya adalah Indonesia.

Aplikasi Grab sudah diunduh lebih dari 130 juta kali. Sementara jumlah karyawan Grab ada lebih dari 5 ribu. Saat ini, Grab menyediakan layanan GrabBike untuk kendaraan roda dua, GrabCar, Grab Gerak untuk pelanggan berkebutuhan khusus, dan Grab Taxi.

Application Information Will Show Up Here

Gojek and Garuda Indonesia to Launch Inter-City Logistics

Gojek and Garuda Indonesia is finalizing their partnership for logistics solution. To Reuters, Garuda’s CEO, Ari Ashkara said the team are expecting an agreement in the next few months.

In this scheme, consumers will be able to use Gojek’s app to send package across cities in Indonesia using Garuda’s baggage. It’ll make the inter-island delivery faster where Indonesia’s logistics still pursuing, through over 17 thousand islands. In addition, Lion Air as the competitor has started the initiative, involving marketplace platform, with Lion Parcel.

Gojek has just obtained the first part of Series F funding, it is said to drive the valuation to $ 9 billion (over 120 trillion rupiah). Garuda, as a public company, based on today’s shares closing, has “only” 12.74 trillion rupiah market capitalization.

Logistics is a very captivating market in the current e-commerce era, considering Indonesia is an archipelago within 5000 km reach. When PT Pos Indonesia struggling in maintaining its business and market, more and more new technology-based logistics companies emerged.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek dan Garuda Indonesia Siapkan Platform Logistik Antarkota

Gojek dan Garuda Indonesia saat ini tengah melakukan finalisasi kemitraan antara kedua belah pihak untuk solusi logistik. Kepada Reuters, CEO Garuda Ari Ashkara menyebutkan pihaknya mengharapkan kesepakatan akan terjalin dalam beberapa bulan ke depan.

Melalui skema ini, konsumen nantinya bisa menggunakan aplikasi Gojek untuk mengirim barang antarkota di Indonesia memanfaatkan armada Garuda. Solusi ini akan mempercepat pengantaran barang antar pulau yang selama ini menjadi momok logistik di Indonesia yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau. Selain Garuda, kompetitornya, Lion Air, juga telah memulai inisiatif ini, termasuk menggandeng platform marketplace, melalui Lion Parcel.

Gojek baru saja memperoleh bagian pertama pendanaan Seri F yang disebut mendorong valuasi perusahaan menjadi $9 miliar (lebih dari 120 triliun Rupiah). Garuda sebagai perusahaan terbuka, berdasarkan penutupan saham hari ini, memiliki kapitalisasi pasar “hanya” 12,74 triliun Rupiah.

Pasar logistik adalah pasar yang sangat menarik di era e-commerce saat ini, apalagi Indonesia adalah negara kepulauan yang bentangannya mencapai lebih dari 5000 km. Di saat PT Pos Indonesia keteteran mempertahankan bisnis dan pasarnya, makin banyak bermunculan perusahaan logistik baru yang berbasiskan teknologi untuk operasionalnya.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Officially Announces First Phase of Series F Funding

Today (2/1), Gojek officially announces the first phase of Series F funding led by Google, JD.com, and Tencent. Some investors, such as Mitsubishi Corporation and Provident Capital are involved in this round. It was previously reported, also Gojek’s target on raising $2 billion.

The investment will be focused on market penetration in Indonesia and expansion in Southeast Asia. It’s highlighted in the release that post Series F funding, founders will still have control on the decision and company’s provisions. It’s to realize Gojek’s short-term vision.

“Our vision is to create useful things for Indonesia and give positive social impact through technology. Gojek has successfully initiate the multi-sided platform model, millions of users can access various services for daily needs, entrepreneurs and partners can access customers, increase their income, and at the same time, getting access to various financial services,” Nadiem Makarim, Founder & CEO Gojek Group.

It also mentioned, Gojek’s Gross Transaction Value (GTV) has exceed $9 billion, mostly from Go-Pay transaction around $6.3 billion and Go-Food around $2 billion. Regarding expansion result, Go-Viet in Vietnam is currently raised 40% of the two-wheeler transportation market since established in August 2018.

“Along with the company’s international expansion, we’re proud to take our vision to more countries in Southeast Asia, also put Indonesia as the region’s technology innovation center in the world map,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Resmi Umumkan Perolehan Fase Pertama Pendanaan Seri F

Hari ini (01/2) Gojek resmi mengumumkan perolehan pendanaan fase pertama putaran seri F yang dipimpin oleh Google, JD.com, dan Tencent. Beberapa investor lain termasuk Mitsubishi Corporation dan Provident Capital terlibat dalam pendanaan ini. Pendanaan ini sebelumnya sudah dikabarkan, termasuk target Gojek mendapatkan $2 miliar dari putaran pendanaan tersebut.

Dana investasi akan difokuskan untuk memperdalam penetrasi pasar di Indonesia serta memperkuat ekspansi Gojek di Asia Tenggara. Dalam rilis yang kami terima turut ditekankan, pasca pendanaan seri F para pendiri akan tetap memiliki kontrol terhadap keputusan dan arah kebijakan perusahaan. Tujuannya agar bisa merealisasikan visi jangka panjang Gojek.

“Visi kami adalah untuk selalu menciptakan hal-hal bermanfaat untuk Indonesia dan memberikan dampak sosial yang positif melalui teknologi. GOJEK telah sukses mempelopori model multi-sided platform, jutaan pengguna dapat mengakses berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, para pelaku wirausaha dan mitra dapat mengakses pelanggan, meningkatkan pendapatan mereka, dan pada saat yang sama, mendapatkan akses terhadap berbagai layanan keuangan,” sambut Founder & CEO Gojek Group Nadiem Makarim.

Disampaikan juga, saat ini Gross Transaction Value (GTV) Gojek telah mencapai lebih dari $9 miliar, didominasi dari transaksi Go-Pay yang memproses $6,3 miliar dan Go-Food memproses $2 miliar. Terkait hasil ekspansi, Gojek juga mengumumkan bahwa keberadaan Go-Viet di Vietnam saat ini telah meraih sekitar 40% dari pangsa pasar layanan transportasi roda dua sejak diluncurkan Agustus 2018 lalu.

“Seiring dengan ekspansi internasional perusahaan, kami bangga dapat membawa visi kami ke lebih banyak negara di Asia Tenggara sekaligus menempatkan Indonesia pada peta dunia sebagai pusat inovasi teknologi di kawasan ini,” lanjut Nadiem.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Reportedly Receives New Funding Worth 13 Trillion Rupiah from Google, Tencent, and JD.com

Gojek, a ride sharing fintech service is reportedly to raise a new funding round, targeting up to $2 billion. It’s necessary to facilitate regional expansion and penetration improvement of the fintech service.

Some of the previous investors are  involved in the seed round – include Google, Tencent, and JD.com – with value up to $920 million (around 13 trillion rupiah).

This week, Gojek is reportedly to make an official statement. In the new round, Gojek’s valuation should have reach $9.5 billion – close to Decacorn. Previously, some news are reporting Telkom’s plan to invest in Gojek, but until now, there’s no following information regarding the rumor.

JD.com contribution in the follow-on funding tightens strategic cooperation. Entering the end of last year, Gojek is rumored to make an acquisition of JD.id business unit in indonesia with a value of $1 billion. Until this news revealed, the plan has not been realized.

Control to JD.id should be Gojek’s golden step to enter the e-commerce landscape in Indonesia which currently dominated by four unicorns, Bukalapak, Lazada, Shopee, and Tokopedia. Aside from ride-sharing, Gojek will maximize fintech potential through Go-Pay.

The strategic step is necessary because Grab as competitor is actively raising fund. In 2018, they targeting total funding up to $3 billion. Some investors are involved in this funding, include the three top-tier automotive companies, Hyundai, Kia, and Yamaha.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek’s GMV Exceeds 175 Trillion Rupiah in 2018

Gojek is said to be the tech startup with the largest transaction in Southeast Asia. During last year, the total GMV has reached US$12.5 billion (around Rp175 trillion).

In Indonesia, Go-Food’s vertical service contributes around US$2.5 billion (around Rp35 trillion). In addition, Gojek has 2 million driver partners and 400 thousand Go-Foood merchants. The app has been downloaded 130 million times throughout Southeast Asia.

It was direcly stated by Kevin Aluwi, Gojek’s Co-Founder when attending Indonesia PE-VC Summit 2019 as a speaker, yesterday (1/24).

In addition, Aluwi also shared a brief information related to the overseas expansion and its challenges, his opinion on IPO’s issue and Gojek’s outlook in a year.

He also said the overseas expansion is a new thing and it’s normal to adapt a little bit. However, he ensures that Philippines is a valuable market and they’re working hard with various institutions to get the best solution. He expects to arrive in Philippines soon.

Regarding Ministry of Communication and Information (Kemkominfo) minister, Rudiantara, offering to facilitate Gojek’s plan in Philippines, Aluwi said the team’s appreciation. However, the company always strives to partner with the right ones, local and international, for the success of the launching.

“It’s very important for me to work in team and comply with the requirements of local government. Overall, the expansions has gained positive response beyond our internals’ expectation,” he said.

International expansion

Gojek transportation services in Vietnam has grown rapidly that gives them enough confidence to launch Go-Food in the region. The achievement is said to mark second position in the market after 1.5 months launching.

In Thailand, it might be too soon to define. However, it’s having a positive response, even though Gojek hasn’t 100% final.

Singapore is considered as Gojek’s most publicized expansion. The team is quite surprised with Singaporean response, both supply and demand. There’s a huge desire to have a competitive and fair market.

We’ve far exceeded this year’s target for Singapore. Therefore, we’ll re-evaluate our activity due to the surprising response.”

He said Gojek transportation service had exceeded 1 million trips post launching for less than two months.

Another thing was added regarding Gojek’s plan to enter Malaysia. He said the possibility is in there, but the team is still exploring the vertical service to be offered in the region.

Both Malaysia and Singapore are opposing the two-wheeler transportation service due to unsafe. Therefore, Gojek only provides taxi transportation service for Singapore.

In the future outlook, the company is said to keep digging from last year. Besides international expansion, Gojek has done several activities in 2018. One is to release Go-Pay from ecosystem and to be utilized by many as a payment method.

On the same occasion, Kevin Aluwi avoids to make further statement on the Rumor saying Gojek is processing a new funding round of US$2 billion (around Rp28 trillion). He only mentioned they have some exciting news coming soon.

In terms of IPO, he said similar statement as the previous Gojek management, that IPO is not the main priority, either internals or investors. He didn’t explicitly choose to be registered in the IDX.

“Are we going to do it [IPO] in IDX, I think it’s not the time and it’s still a hypothesis rather than choosing a strong thesis regarding what to do. In the end, we’ll try our best for the shareholders and our customers.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian