Gojek Dikabarkan Peroleh Dana Baru Senilai 13 Triliun Rupiah dari Google, Tencent, dan JD.com

Layanan ride sharing Gojek dikabarkan tengah mengumpulkan babak baru pendanaan, total yang ditargetkan mencapai $2 miliar. Modal tambahan tersebut dibutuhkan untuk melancarkan kegiatan ekspansi regional dan peningkatan penetrasi layanan fintech miliknya.

Beberapa investor Gojek sebelumnya akhirnya turut andil dalam putaran awal target pendanaan tersebut –termasuk Google, Tencent, dan JD.com—dengan nilai pendanaan sekitar $920 juta (setara hampir 13 triliun Rupiah)

Kabarnya Gojek akan segera mengumumkan perolehan pendanaan tersebut secara resmi minggu ini. Dengan babak baru pendanaan, valuasi Gojek bisa mencapai $9,5 miliar–mendekati status Decacorn. Sebelumnya banyak pemberitaan yang mengabarkan rencana Telkom untuk turut menyuntik modal ke Gojek, namun sejauh ini belum ada titik terang mengenai kelanjutan kabar tersebut.

Keterlibatan JD.com dalam pendanaan makin mengencangkan kerja sama strategis. Menjelang akhir tahun lalu tersiar kabar keinginan Gojek melakukan akuisisi untuk unit bisnis JD.id di Indonesia dengan nilai $1 miliar. Sampai berita ini diturunkan, tampaknya rencana tersebut belum berhasil terealisasi.

Kendali ke JD.id dapat menjadi langkah emas Gojek untuk turut masuk ke lanskap e-commerce di Indonesia yang saat ini didominasi empat unicorn Bukalapak, Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Selain di ride-sharing, Gojek terus memaksimalkan potensi fintech melalui Go-Pay.

Langkah strategis Gojek memang diperlukan, karena Grab sebagai pesaing terdekatnya juga terus aktif menggalang pendanaan. Tahun 2018 mereka menargetkan total pendanaan hingga $3 miliar. Beberapa investor telah bergabung dalam pendanaan tersebut, termasuk dari tiga perusahaan otomotif ternama yakni Hyundai, Kia dan Yamaha.

Application Information Will Show Up Here

GMV Gojek Tembus Lebih dari 175 Triliun Rupiah di 2018

Gojek mengklaim sebagai perusahaan teknologi dengan transaksi terbesar se-Asia Tenggara. Diungkapkan total GMV yang terjadi sepanjang tahun lalu mencapai US$12,5 miliar (sekitar Rp175 triliun).

Untuk Indonesia saja, layanan vertikal Go-Food menyumbang angka sekitar US$2,5 miliar (sekitar Rp35 triliun). Tak hanya itu, Gojek memiliki 2 juta mitra pengemudi dan 400 ribu merchant Gofood. Aplikasi Gojek disebut telah diunduh 130 juta kali di seluruh Asia Tenggara.

Informasi ini disampaikan langsung oleh Co-Founder Gojek Kevin Aluwi yang hadir sebagai pembicara di Indonesia PE-VC Summit 2019, kemarin (24/1).

Tak hanya itu, Kevin juga berbagi informasi singkat terkait ekspansi ke luar negeri beserta tantangannya, pandangannya terhadap isu IPO, dan outlook Gojek dalam setahun ke depan.

Kevin mengatakan ekspansi ke luar negeri adalah hal baru yang dilakukan Gojek, sehingga wajar kalau ada kagok dalam beberapa hal. Namun dia memastikan Filipina adalah pasar yang sangat penting dan pihaknya sedang bekerja keras dengan berbagai lembaga-lembaga untuk mendapatkan solusi yang tepat. Dia berharap Gojek bisa segera mengaspal di Filipina.

Terkait penawaran yang diberikan Menteri Kemkominfo Rudiantara untuk memuluskan rencana Gojek di Filipina, Kevin hanya mengatakan pihaknya menghargai bantuan tersebut. Namun perusahaan selalu berupaya untuk berinteraksi dengan mitra yang tepat secara internasional dan lokal demi peluncuran layanan yang berhasil.

“Sangat penting bagi kami untuk bekerja erat dan mematuhi persyaratan dari pemerintah setempat. Namun secara keseluruhan, ekspansi ini mendapat respons yang luar biasa melampaui harapan dari tim internal kami,” terangnya.

Ekspansi internasional

Layanan transportasi Gojek di Vietnam mengalami pertumbuhan yang cukup pesat sehingga memberi keyakinan kepada Gojek untuk meluncurkan layanan Go-Food di sana. Pencapaian Go-Food diklaim telah merebut posisi kedua di pasar setelah 1,5 bulan resmi diluncurkan.

Untuk Thailand, menurutnya, masih terlalu dini untuk membicarakannya. Namun diklaim mendapat responsnya yang sangat terbuka, kendati dia mengaku Gojek belum 100% sudah maksimal. Perusahaan pun terus berupaya melakukan ekspansi agresif dengan menghadirkan layanan vertikal apa yang bisa dihadirkan untuk negara tersebut.

Singapura dianggap sebagai ekspansi Gojek yang paling banyak dipublikasikan. Kevin mengaku tim cukup terkejut dengan respons dari warga Singapura, baik dari sisi suplai dan permintaan. Pasalnya, di sana keinginan untuk memiliki pasar yang kompetitif dan adil sangat besar.

“Kami telah jauh melampaui target pada tahun ini untuk Singapura. Untuk itu kami akan mengevaluasi kembali tentang apa yang ingin kami lakukan karena responsnya benar-benar mengejutkan.”

Kevin menyebut layanan transportasi Gojek telah tembus lebih dari 1 juta perjalanan pasca kurang dari dua bulan mengaspal di sana.

Hal lainnya yang sempat ditanyakan ke Kevin adalah ada atau tidaknya rencana Gojek untuk hadir di Malaysia. Dia menjawab kemungkinan tersebut tetap ada, namun pihaknya masih mendalami layanan vertikal apa yang bakal dihadirkan untuk negara tersebut.

Baik Malaysia dan Singapura adalah negara yang menentang layanan transportasi dari roda dua karena dianggap tidak aman. Oleh karenanya, Gojek hanya menyediakan layanan transportasi taksi untuk Singapura.

Secara outlook ke depannya, dia menerangkan perusahaan akan terus perdalam dari apa yang sudah dilakukan sejak tahun lalu. Selain ekspansi ke luar negeri, banyak hal yang telah Gojek lakukan pada tahun 2018. Di antaranya melepas Go-Pay keluar dari ekosistem Gojek dan kini bisa dimanfaatkan oleh berbagai pihak sebagai metode pembayaran.

Dalam kesempatan yang sama Kevin juga enggan berkomentar lebih jauh terkait rumor yang menyebut Gojek sedang memproses putaran pendanaan baru sebesar US$2 miliar (sekitar Rp 28 triliun). Dia hanya menyebut Gojek segera memberi informasi yang menarik dalam beberapa pekan mendatang.

Mengenai dorongan untuk IPO, pernyataan Kevin tetap seperti manajemen Gojek yang sudah diberikan sebelumnya, bahwa pertimbangan IPO bukan menjadi prioritas utama baik dari internal maupun para investornya. Dia juga tidak secara eksplisit pasti memilih untuk tercatat di dalam negeri di BEI.

“Apakah kita akan melakukannya [IPO] di BEI, saya pikir belum ada dan pada tahap ini masih dipandang sebagai hipotesis daripada memilih tesis yang kuat tentang apa yang ingin kita lakukan. Pada akhirnya kami akan melakukan yang terbaik untuk pemegang saham dan pengguna kami.”

Go-Jek Berharap Bisa Segera Mengaspal di Filipina

Go-Jek dikabarkan tengah dalam pembicaraan dengan pemerintah Filipina untuk bisa beroperasi di sana. Sebelumnya langkah ekspansi Go-Jek tersandung moratorium transportasi online di wilayah setempat.

“Kami sedang berbicara dengan semua lembaga pemerintah dan optimis kami akan segera berada (beroperasi) di pasar (Filipina),” terang Co-Founder & CIO Go-Jek Kevin Aluwi seperti dikutip oleh Reuters.

Sejak tahun 2018 Go-Jek mulai melaksanakan operasi ekspansinya ke pasar Asia Tenggara. Tercatat saat ini Go-Jek sudah hadir di Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Belum lama ini Go-Jek mengabarkan telah melakukan akuisisi saham mayoritas startup fintech di Filipina, bernama Coins.ph. Akan ada sinergi strategis antara kedua perusahaan, termasuk membawa keunggulan Go-Pay di pasar Filipina.

Banyak yang berpendapat bahwa akuisisi ini bagian dari upaya memperlancar ekspansi Go-Jek. Coins.ph sendiri menawarkan aplikasi e-money, serupa dengan Go-Pay. Kemungkinan besar nantinya akan diintegrasikan saat layanan ride-hailing Go-Jek debut di Filipina.

Salah satu strategi ekspansi yang dilakukan Go-Jek ialah melakukan pelokalan. Termasuk dengan membangun tim lokal di negara ekspansi. Sebagai contoh di wilayah Thailand, mereka beroperasi melalui tim lokal di bawah kendali Co-founder & CEO Get Pinya Nittayakasetwat.

Bahkan selain di Singapura, ekspansi Go-Jek sejauh ini juga membawa brand baru — ada GET di Thailand dan Go-Viet di Vitnam. Harapannya dapat mempercepat penetrasi di pangsa pasar setempat.

Application Information Will Show Up Here

Fokus Mapan Pasca Penunjukan CEO Baru

Setelah resmi diakuisisi Go-Jek tahun 2017 lalu, PT RUMA (Rekan Usaha Mikro Anda) terkenal dengan brand Mapan saat ini memiliki CEO baru bernama Hendra Tjanaka. Posisi Hendra menggantikan CEO Mapan sebelumnya yaitu Aldi Haryopratomo yang saat ini menjabat sebagai CEO Go-Pay. Hendra sendiri telah bergabung dengan Mapan sejak 4 tahun yang lalu sebagai CMO.

Disinggung tentang perubahan apa yang terjadi usai Hendra menjabat sebagai CEO Mapan dan langkah strategis yang diambil bersama Go-Jek, Hendra menegaskan tidak ada perbedaan yang signifikan.

“Sebelum akuisisi terjadi, Mapan sudah beberapa kali bekerja sama dengan Go-Jek. Bahkan dulu kami pernah sharing kantor ketika masih di Jalan Ciasem,” kata Hendra.

Salah bentuk kolaborasinya adalah Go-Mapan, sebuah program untuk memberikan akses penghasilan bagi keluarga Indonesia; suami sebagai driver Go-Jek dan istri sebagai Ketua Arisan Mapan. Penghasilan keluarga meningkat jauh di atas UMR. Selain itu, dengan mengikuti Arisan Mapan, keluarga bisa melakukan perencanaan kebutuhan hidup dengan lebih baik.

Hendra menegaskan komitmen dan misi dari Mapan dan Go-Jek masih sama, yaitu memberdayakan masyarakat Indonesia melalui kemudahan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup dengan membuka pintu akses terhadap berbagai layanan.

“Mapan mengajak anggotanya untuk melakukan perencanaan kebutuhan hidup melalui Arisan Mapan. Gugus Mapan yang menjadi komunitas anggota Mapan, juga merupakan support group untuk bersama-sama belajar mengenai perencanaan keuangan keluarga. Selain itu, dengan hadirnya Go-Pay sebagai salah satu mekanisme pembayaran, semakin banyak keluarga Indonesia yang terhubung dengan layanan,” kata Hendra.

Memberdayakan UKM di Indonesia

Hingga saat ini Mapan mengklaim telah memberdayakan 180.000 Ketua Arisan yang membantu mewujudkan impian 2,3 juta masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini diklaim oleh Mapan menunjukkan respons yang sangat positif dari masyarakat Indonesia untuk mengandalkan Arisan Mapan untuk perencanaan pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Bersama dengan Go-Jek, Mapan juga membantu menjangkau pangsa pasar lebih luas dengan visi yang sama, yaitu menumbuhkan perekonomian di Indonesia dengan membuka kesempatan lapangan pekerjaan dan pengusaha mikro sebagai mitra driver Go-Jek atau layanan lainnya seperti Go-Food. Selain itu, Mapan tetap fokus untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga Indonesia dengan perencanaan melalui Arisan Mapan.

“Dengan respons positif ini, ke depannya kita ingin agar lebih banyak masyarakat Indonesia yang bisa menggunakan Arisan Mapan untuk merencanakan kebutuhan hidupnya,” kata Hendra.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Reports Major Shares Acquisition of Coins.ph, Philippine-based Fintech-Blockchain Startup

Despite the challenge of its expansion in Philippine regarding moratorium on transportation licensing, Gojek’s ambition for this country seems high. Today (1/18) they announced an acquisition process of local fintech-blockchain’s major shares, Coins.ph.

There’s no trasaction detail revealed from the announcement. Later, Coins.ph platform will be synergized with Go-Pay to boost non-cash financial transaction in Philippines. Coins.ph team emphasized on this cororate action wouldn’t disrupt operations for customers.

Ron Hose, Coins.ph‘s Founder and CEO said in his speech what makes him confident about this partnership, is the same vision. He believes Gojek’s resource and skills can provide convenience and access for fintech users in Philippines.

Nadiem Makarim, Gojek’s CEO added, this announcement is a sign of our long-term commitment in Philippines. It was confirmed by Aldi Haryopratomo, Go-Pay’s CEO in his speech, mentioning the similar habit of consumer’s transaction in Indonesia and Philippines. This synergy will fasten the cashless society penetration in the region.

In general, Coins.ph is similar to other e-wallet apps. It allows anyone to access digital financial service, such as money transfer, bill payment, online shopping, and many more. In addition, they also accept cryptocurrency asset transactions.

Coins.ph claimed in its release to have customer base of more than five million people – in five-year operation. Based on this, Coins.ph has proceed six million transaction per month.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek Akuisisi Saham Mayoritas Coins.ph, Startup Fintech Blockchain Asal Filipina

Kendati ekspansi layanannya di Filipina terganjal akibat moratorium perizinan transportasi, tampaknya Gojek masih memiliki ambisi besar di negara tersebut. Hari ini (18/1) pihaknya mengumumkan tengah melakukan proses akuisisi saham mayoritas perusahaan fintech-blockchain setempat Coins.ph.

Belum ada detail transaksi yang diungkap dari pengumuman tersebut. Nantinya platform Coins.ph akan disinergikan dengan Go-Pay untuk mendorong transaksi keuangan non-tunai di Filipina. Tim Coins.ph menegaskan, aksi korporasi ini tidak akan mengganggu operasional untuk pelanggan mereka.

Dalam sambutannya Founder & CEO Coins.ph ​Ron Hose mengatakan, kesamaan visi yang membuatnya yakin dengan kerja sama ini. Ia meyakini, sumber daya dan keahlian yang diberikan Gojek dapat mendorong kenyamanan dan akses layanan bagi pengguna fintech di Filipina.

Sementara itu CEO Gojek Nadiem Makarim mengungkapkan, pengumuman ini menandai dimulainya komitmen jangka panjang perusahaan di Filipina. Hal tersebut dipertegas dengan sambutan CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo, menurutnya perilaku transaksi konsumen di Indonesia dan Filipina memiliki banyak kesamaan. Sinergi kedua perusahaan akan mempercepat penetrasi cashless society di wilayah setempat.

Secara umum layanan Coins.ph mirip dengan aplikasi e-wallet pada umumnya. Memungkinkan siapa saja untuk mengakses layanan keuangan digital, seperti melakukan pengiriman uang, pembayaran tagihan, belanja online dan lainnya. Selain itu mereka juga menerima transaksi aset cryptocurrency.

Dalam rilisnya, Coins.ph mengklaim telah memiliki basis pelanggan lebih dari lima juta orang — selama lima tahun beroperasi. Dari basis pengguna tersebut, Coins.ph telah memproses enam juta transaksi per bulan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Layanan Gojek di Thailand “Get” Perluas Wilayah Operasional di Bangkok

Get, nama brand Gojek untuk wilayah operasional Thailand, hari ini mengumumkan perluasan operasional di Bangkok. Wilayah yang dijamah meliputi Chatuchak, Lad Prao, Wang Thong Lang, Sathorn, Bang Rak, Klongtoey, Yannawa, Bangkapi, Ratchathewi, Pathumwan, Phyathai, Beung Kum, Bang Kho Laem dan Rat Burana.

Selama periode soft-launch di Thailand dengan aplikasi beta-nya, Get menyediakan layanan ride-hailing dan kurir pengiriman, dalam radius delapan kilometer. Get resmi diluncurkan di Thailand sekitar awal Desember 2018, ekspansi Asia Tenggara kedua yang dilakukan Gojek.

Perluasan ini dilakukan Get pasca pihaknya mengklaim adanya respons positif dari masyarakat — baik mitra pengemudi maupun pengendara. Get beroperasi dengan pengemudi kendaraan roda dua yang berlisensi resmi atau dikenal dengan istilah “Win Driver” di wilayah tersebut.

Kegiatan operasional Get di Thailand dilakukan oleh tim lokal. Oleh karenanya, Get juga miliki CEO sendiri di wilayah tersebut. Menyambut perluasan ini, Co-founder & CEO Get Pinya Nittayakasetwat mengatakan, layanan transportasi (publik) roda dua merupakan kunci dalam mengarungi kepadatan lalu lintas di Bangkok, serta membantu mobilitas masyarakat secara lebih efisien.

Soft-launching ini ditandai dengan peluncuran layanan Get Win dan Get Delivery, sebelum kami memperkenalkan ragam layanan lain ke depannya. Kami percaya bahwa kami mampu menyediakan pengalaman terbaik dalam upaya membuat hidup di area perkotaan yang lebih produktif dan efektif,” ujar Pinya.

Pinya turut menceritakan, bahwa Get merupakan aplikasi pertama yang bekerja sama hanya dengan mitra pengemudi berlisensi. Konon, untuk mendapatkan lisensi tersebut tidak mudah.

Sementara Founder & CEO Gojek Nadiem Makarim menyampaikan, ekspansi internasional akan terus berjalan agar semakin banyak orang yang merasakan manfaat dari layanan Gojek.

“Setelah berhasil meluncurkan layanan ride-hailing roda dua dan pengantaran makanan di Vietnam serta meluncurkan versi beta yang membawa manfaat bagi ribuan masyarakat Singapura, saat ini kami sedang meningkatkan kehadiran di berbagai wilayah di Bangkok. Hal ini menjadi satu lagi tonggak penting bagi perusahaan kami, dan tentunya kami sangat antusias menanti peluncuran GET agar dapat melayani masyarakat Thailand secara optimal,” terang Nadiem.

Application Information Will Show Up Here

Go-Food Siapkan Fitur Rating Merchant untuk Dongkrak Transaksi

Go-Food, unit layanan dari Gojek, segera menambah fitur rating merchant sebagai salah satu strategi untuk mendongkrak transaksi. Sekaligus merealisasikan ambisinya sebagai ahli penyedia rekomendasi kuliner terbesar di Asia Tenggara.

Chief Commercial Expansion Gojek Catherine Hindra Sutjahyo menerangkan, rating merchant adalah cara Gojek memberikan kesempatan kepada merchant UKM yang masih baru dan belum memiliki basis pembeli yang kuat. Rating bisa memberikan unsur kepercayaan buat para konsumen tentang kualitas produk yang mau mereka beli.

“Karena 80% merchant di Go-Food itu adalah UKM, sehingga fitur rating ini diperlukan sekali buat mendongkrak transaksi mereka,” terangnya, Senin (7/1).

Bila diperhatikan, fitur rating ini baru tersedia untuk merchant yang sudah besar dan memiliki jaringan. Sedangkan untuk merchant UKM belum tersedia.

Selain itu pihaknya juga akan memanfaatkan analisis big data yang dikumpulkan agar dapat dimanfaatkan para merchant untuk berkreasi mengembangkan menu baru. Big data juga digunakan kepada para konsumen dalam menemukan menu baru yang ada di sekitar mereka.

Rekomendasi ini diambil dengan menggunakan preferensi data yang dikumpulkan Gojek, di antaranya historis transaksi dan pencarian menu. Alhasil, dalam aplikasi Gojek menghasilkan rekomendasi menu makanan yang berbeda tergantung selera masing-masing konsumen.

“Kami mau bantu 300 ribu merchant dengan data science dan intelligence agar usaha mereka bisa lebih mudah ditemukan konsumen. Big data juga kami manfaatkan untuk konsumen dan driver.”

Dari sisi pendaftaran merchant, sambung Catherine, pihaknya tengah berupaya untuk mempercepat proses verifikasi. Saat ini prosesnya bisa memakan waktu sampai 2 minggu. Dia ingin percepat prosesnya paling tidak dalam 1 minggu saja, merchant bisa memanfaatkan Go-Food untuk berjualan online.

Adapun dokumen yang dibutuhkan, merchant perlu menyiapkan identitas diri dan restoran, NPWP, foto makanan, daftar menu, harga, dan sebagainya.

Catherine enggan menjelaskan lebih jauh terkait rencana ekspansi Go-Food ke negara lain di mana Gojek sudah beroperasi. Sejauh ini, Go-Food baru hadir di Vietnam. Sementara Gojek dengan layanan Go-Ride sudah beroperasi Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Pencapaian Go-Food

Go-Food kini memiliki 300 ribu merchant tersebar di 167 kota dan kabupaten di Indonesia sejak hadir pada empat tahun lalu. Pertumbuhan merchant mencapai 140% dari awal tahun 2018 sebanyak 125 ribu merchant.

Layanan ini berhasil mengirimkan lebih dari 500 juta makanan dan minuman sepanjang 2018. Tidak disebutkan lebih detail terkait nominal transaksi yang berhasil diproses lewat Go-Food.

Namun menu yang paling banyak dipesan adalah ayam (10 juta pesanan), nasi (3,5 juta), kopi (1,5 juta), mie (1,5 juta), gorengan (1,2 juta), dan martabak (720 ribu). Dari semua daerah operasional Go-Food, lima kota yang mencatatkan transaksi tertinggi adalah Sukabumi, Samarinda, Balikpapan, Padang, dan Cirebon.

Go-Food mengklaim merchant yang bergabung rata-rata memiliki kenaikan transaksi hingga 2,5 kali lipat. Jumlah pengunjung halaman Go-Food naik hampir 3 kali lipat.

Program pemasaran Go-Food Mamimumemo yang diadakan selama satu bulan penuh diklaim sebagai ajang mendongkrak pengguna baru. Tanpa menyebut angka, diklaim program ini berhasil menjaring 50% pengguna baru. Salah satu mitra merchant mencatatkan peningkatan transaksi hingga 1000%.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Announces Broader Availability in All Over Singapore

Gojek announces broader network to all over Singapore per Wed (2/2), although still in beta version since its establishment.

According to Gojek’s official release, this is a part of claims over the successful launch of its limited service in the lion-signed country.

Previously, Gojek is only available in the east, south, and central area since November 2018. The area covers almost half of Singapore, including Central Business District, Jurong East, Changi, Punggol, Ang Mo Kio, and Sentosa.

“This launching is the next step of our beta version, where DBS/POSB customers can have priority access to the app,” Gojek management said, quoted from Today Online.

However, users need to be in the waiting list to enjoy Gojek services and gain access to app. In this beta version, our company’s management is open for critics from all driver partners and customers in order to provide the best experience.

A few days ago, Gojek introduces dynamic rate for customers, the progress will be seen through market demand. Using this regulation. Under the provision, it’ll reduce waiting time and maintain the competitive rate for customers.

Chua Min Han, Gojek Singapore’s Head of Operation said the provision is part of company’s efforts to attract customers using Gojek services. It can also be done through promotion code and vouchers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Menyimak Strategi Pengembangan Pusat R&D dalam Bisnis Digital

Pusat riset dan pengembangan (R&D) saat ini seakan menjadi kewajiban untuk dimiliki perusahaan teknologi. Umumnya pusat R&D didirikan untuk memastikan pengembangan produk berkelanjutan dan memaksimalkan potensi data bisnis (big data). Perusahaan teknologi kelas atas seperti Grab, Gojek hingga Bukalapak sudah memulai inisiatif R&D.

Alasan spesifiknya pun beragam, mulai dari mengoptimalkan tenaga engineer yang dimiliki, merekrut dan membentuk talenta baru, hingga eksplorasi teknologi baru seperti artificial intelligence, IoT, machine learning dan lainnya.

Pusat R&D di Grab

Miliki visi untuk menjadi “super app“, saat ini Grab tidak hanya miliki pusat R&D di Indonesia, namun juga di India, Vietnam, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura dan Tiongkok.

Salah satu peruntukan pusat R&D yang dimiliki Grab ialah untuk pengelolaan data. Data yang dikumpulkan dimanfaatkan Grab untuk mencari solusi dan inovasi jangka pendek maupun jangka panjang.

Solusi jangka pendek yang coba dibangun seperti mengoptimalkan jumlah permintaan dengan persediaan pengemudi. Sementara untuk rencana jangka panjang, Grab ingin mengubah sistem transportasi ke arah yang lebih baik, misalnya mengurangi jumlah kendaraan di jalan, menyediakan transportasi lebih aman, dan mengurangi polusi.

Seperti diinformasikan KrAsia, pusat R&D Grab di masing-masing negara mengembangkan produk yang berbeda sesuai kondisi setempat. Di Bangalore India misalnya, tim R&D Grab fokus kepada pengembangan platform finansial dan big data.

Sementara untuk R&D di Beijing fokus kepada GrabFood dan IoT. Di Ho Chi Minh, tim R&D Grab fokus kepada pengembangan sistem manajemen untuk membantu pelaku UKM. Di Malaysia, tim engineer mengembangkan komunikasi secara real time, machine learning dan web product.

Di Amerika Serikat, tim R&D Grab fokus kepada keamanan transportasi pengguna, iklan dan platform data. Di Singapura tim engineer fokus kepada pengalaman untuk mitra pengemudi dan pengguna, pengembangan GrabPay, GrabRewards dan growth hacking. Di Indonesia sendiri pusat R&D Grab yang bertempat di kantor pusat Kudo, fokus kepada merchant, mitra pengemudi Grab, dan GrabFood.

Meski fokus bisnis Grab adalah Asia Tenggara, penempatan pusat R&D di beberapa negara di luar Asia Tenggara dilakukan untuk pemenuhan talenta. Perspektif global ini mendorong misi tim R&D Grab yang berupaya untuk memanfaatkan kekuatan dan bakat di seluruh dunia untuk melayani tujuan intinya.

Peranan pusat R&D

Bisnis digital senantiasa dituntut untuk memberikan layanan prima, dengan terus melahirkan inovasi-inovasi yang memudahkan penggunanya. Pusat R&D dapat berperan banyak di sini, melangkah lebih dulu menjajaki kemungkinan inovasi yang dapat diaplikasikan dalam layanan.

Meskipun belum memberikan konfirmasi secara resmi terkait dengan pusat R&D yang didirikan, namun Gojek juga dikabarkan telah memiliki pusat R&D di Jakarta, India, dan Singapura. Pusat R&D ini dimanfaatkan oleh Gojek untuk mendapatkan engineer kelas dunia, juga memberikan peluang talenta lokal untuk belajar lebih banyak.

Pusat R&D juga mulai dilirik oleh layanan e-commerce seperti Bukalapak. Menyadari bahwa data yang dimiliki bisa berguna untuk pengembangan produk dan memanfaatkan kreativitas tim engineer yang ada, awal Desember 2018 lalu mereka resmikan kantor R&D di Bandung.

Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid mengungkapkan, kantor R&D Bukalapak di Bandung akan mencoba mengembangkan teknologi IoT, big data, dan uji coba produk baru. Saat ini Bukalapak telah memiliki sekitar 650 engineer yang bertugas untuk mengembangkan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan. Masing-masing-masing tim bekerja secara dedicated untuk mengembangkan produk hingga menghadirkan inovasi untuk kepentingan Bukalapak.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here