Google Turunkan Harga Minimum Aplikasi untuk Google Play Indonesia

Google mengumumkan penurunan harga minimum untuk pembelian aplikasi dan game berbayar (termasuk in-app purchase) di 17 negara. Indonesia ada di dalam daftar ini. Kini sebuah aplikasi atau game bisa dibeli dengan harga 3000 Rupiah saja.

Berdasarkan informasi di Blog Google Asia Pacific, Google memutuskan menurunkan harga minimum aplikasi dan game di lima negara Asia Tenggara untuk membantu pengembang menjangkau lebih banyak konsumen. Harga minimum di Indonesia, yang sebelumnya adalah 12 ribu Rupiah (dulu kasarnya seharga $0,99) kini berubah menjadi 3000 Rupiah, atau ekuivalen dengan $0,21.

Pelemahan nilai mata uang negara-negara di kawasan Asia Tenggara terhadap Dollar Amerika Serikat jelas mempengaruhi daya beli konsumen di kawasan ini dan insentif ini berupaya meningkatkan lebih banyak pembelian karena harga aplikasi dan permainan yang jauh lebih murah.

Langkah ini mengikuti kebijakan Apple yang bulan lalu memperkenalkan tingkat harga aplikasi yang lebih murah (low-price tier), dengan harga 3000 dan 5000 Rupiah, di Indonesia. Meskipun demikian, kebijakan Apple ini diikuti oleh kenaikan harga aplikasi karena pelemahan nilai mata uang.

Smartwatch Android Wear Ke Depannya Bisa Menyambung ke Jaringan LTE

Untuk bisa menikmati segala fitur yang ditawarkan, smartwatch Android Wear selama ini harus selalu terhubung ke smartphone lewat Bluetooth, atau paling tidak tersambung ke jaringan Wi-Fi. Hal itu jelas membuat smartwatch terasa kurang fleksibel bagi sebagian orang, terutama ketika mereka tanpa sengaja kelupaan membawa smartphone-nya.

Namun Google sekarang punya solusi yang cukup jitu. Mereka secara resmi memperkenalkan dukungan konektivitas seluler untuk Android Wear. Dukungan ini hadir bersamaan dengan dimulainya pemasaran LG Watch Urbane 2 yang diperkenalkan sekitar sebulan yang lalu.

Tapi pemilik smartwatch Android Wear tidak bisa berlega hati secepat itu. Pasalnya, fitur konektivitas seluler ini membutuhkan dukungan hardware yang tepat. Atau dengan kata lain, Anda butuh smartwatch Android Wear baru yang benar-benar bisa diisi kartu SIM. Dan sejauh ini, baru ada satu smartwatch yang dibekali kemampuan tersebut, yakni LG Watch Urbane 2 tadi.

Dengan adanya konektivitas seluler, smartwatch Android Wear nantinya tetap bisa mengaktifkan berbagai fitur, mulai dari chatting sampai memonitor aktivitas fisik, meski tidak tersambung ke smartphone. Saat tidak tersambung ke Bluetooth atau Wi-Fi, smartwatch akan otomatis mengaktifkan konektivitas selulernya. Tentu saja, hal ini juga berarti Anda bisa menerima dan melakukan panggilan telepon dari smartwatch langsung.

Bisa dipastikan pabrikan-pabrikan smartwatch Android Wear nantinya bakal menghadirkan fitur ini pada iterasi terbarunya. LG Watch Urbane 2 sendiri saat ini baru dipasarkan di AS saja, sedangkan untuk pasar internasional baru tersedia dalam beberapa bulan ke depan.

Dukungan konektivitas seluler ini tidak bisa diartikan bahwa smartwatch ke depannya bakal menggantikan peran smartphone secara penuh. Menurut saya, ukuran layar smartwatch yang kecil adalah salah satu alasan utama mengapa kita masih memerlukan smartphone untuk berbagai kegiatan lainnya, terutama untuk mengonsumsi konten video. Namun setidaknya peran smartwatch bisa diperluas berkat adanya fitur ini.

Sumber: Android Blog.

Google Rilis Tool untuk Mengatur Apa Saja Info Pribadi yang Ditampilkan di Berbagai Layanannya

Sudah bukan rahasia kalau Google menyimpan cukup banyak data-data pribadi demi memberikan pengalaman yang lebih baik di sederet produknya. Di saat yang sama, Google juga berupaya semaksimal mungkin untuk melindungi privasi kita dari pengguna lain. Cara yang terbaru adalah melalui tool bernama About Me.

Saat Anda membuka situs tersebut, Anda akan langsung diminta untuk masuk menggunakan akun Google milik Anda. Selanjutnya, akan ditampilkan rincian informasi yang bisa dilihat lewat berbagai layanan milik Google seperti Gmail, YouTube, Google+, dan sebagainya.

Kalau Anda merasa informasi yang ditampilkan terlalu banyak dan terlampau lengkap, Anda bisa segera menggantinya atau bahkan menghapusnya. Namun tidak semua detail bisa dihapus, dua yang tetap harus ada adalah nama dan tanggal lahir – meski Anda masih bisa menghapus tahunnya.

About Me juga mempersilakan Anda untuk mengatur siapa saja yang bisa melihat informasi apa saja. Misalnya, untuk profil Twitter, saya ingin publik bisa mengetahuinya, sedangkan tanggal lahir cukup diketahui oleh saya dan Google saja. Kemudian informasi lokasi beserta jenis kelamin saya dapat dilihat oleh mereka yang termasuk rekanan di Google+.

Tentu saja, supaya tidak banyak SMS “mama minta pulsa” yang berdatangan, info nomor ponsel pun saya hapus. Semisal ada info lain yang perlu ditambahkan, Anda tinggal menekan tombol merah berlambang “plus” di bagian kanan bawah.

Ke depannya, About Me juga akan menyediakan fitur untuk melihat bagaimana nantinya semua informasi ini ditampilkan di hadapan publik. Untuk sekarang, Anda bisa mencobanya langsung di aboutme.google.com.

Sumber: VentureBeat.

Fitur Navigasi di Google Maps Kini Bisa Diakses Secara Offline

Google Maps selama ini sudah punya mode offline. Meski demikian, sejatinya tidak banyak yang bisa kita lakukan dalam posisi offline selain melihat nama-nama jalan di suatu wilayah. Padahal, seperti yang sering saya alami ketika sedang dalam perjalanan ke suatu tempat, sinyal jaringan seluler condong kurang stabil karena terus berpindah dari satu menara BTS ke yang lain.

Untuk itulah dibutuhkan fitur yang lebih lengkap dari mode offline milik Google Maps. Well, kalau Anda menggunakan perangkat Android, mulai hari ini aplikasi Google Maps versi terbaru akan menawarkan fungsi offline navigation, alias navigasi terpandu meski sedang tidak ada koneksi internet.

Cara kerjanya sama seperti sebelumnya, dimana Anda bisa memilih sebuah area untuk diunduh sehingga Anda tetap bisa mengaksesnya ketika tidak ada koneksi internet. Bedanya kali ini “Offline Areas” juga akan mengemas informasi-informasi lokasi setempat, mulai dari jam beroperasi sampai info kontak dan rating dari pengunjung, plus fungsi turn-by-turn navigation itu tadi.

Google Maps Offline Navigation

Satu-satunya hal yang tak bisa didapat ketika berada dalam mode offline adalah informasi kondisi lalu lintas. Namanya saja info real-time, jadi sudah pasti dibutuhkan koneksi internet untuk mendapatkannya.

Mode offline dalam Google Maps akan otomatis aktif ketika koneksi internet Anda sirna atau sekedar putus-putus. Saat koneksi kembali stabil, Google Maps pun akan kembali online, menampilkan informasi kondisi lalu lintas secara real-time.

Kalau Anda masih penasaran tentang cara kerjanya, silakan simak video demonstrasinya yang diambil pada ajang Google I/O bulan Mei kemarin. Buat pengguna Google Maps di iOS, sepertinya Anda masih harus bersabar karena fitur navigasi offline ini masih belum siap diterapkan di sana.

Sumber: Google Blog via TheNextWeb. Gambar header: Google Maps via Shutterstock.

Mesin Pembelajaran TensorFlow Kini Terbuka untuk Semua Orang

Bukan rahasia lagi bahwa Google, Apple, Microsoft dan termasuk Facebook saling bersaing untuk jadi yang terdepan dalam teknologi piranti lunak pintar, dengan secara agresif mengembangkan kecerdasan buatan melalui platformnya masing-masing.

Teknologi inilah yang selama ini memungkinkan aplikasi-aplikasi mobile kembangan mereka melakukan banyak hal baru layaknya mekanisme sel otak yang mampu berpikir, belajar dan berkembang.

Namun Google sepertinya sadar bahwa teknologi ini bisa lebih berkembang dan berguna bila berada di tangan orang yang tepat di luar sana. Di tangan pengembang-pengembang kreatif yang jenius, para peneliti dan ilmuwan. Untuk itulah, kemarin tepat di hari Senin (9/11/2015) Google resmi merilis mesin pembelajaran TensorFlow yang selama ini digunakan secara internal sebagai program open source. Melepaskan parameter piranti lunaknya itu untuk para pengembang, peneliti dan akademisi yang berkompeten.

Dalam pernyataan resminya Google berharap langkah ini dapat membantu orang-orang yang berkepentingan untuk memperoleh alat yang tepat dalam melakukan banyak hal, membantu akselerasi riset dan pengembangan mesin pembelajaran sehingga membuat teknologi bekerja lebih baik untuk semua orang.

TensorFlow sendiri menjadi tool andalan Google setelah generasi pertama DistBelief, dalam membenamkan kecerdasan sejumlah aplikasi seperti pengenalan suara di aplikasi Google dan foto di Photos. Ia juga berada di balik fitur penjawab email Smart Reply yang diumumkan minggu lalu.

Langkah ini diambil setelah pada bulan Januari lalu Facebook menempuh cara serupa dengan merilis tool kecerdasan buatan dan mesin pembelajaran ke komunitas open source.

TensorFlow sendiri dipastikan kini berlisensi Apache 2.0, bekerja dengan baik di perangkat komputer dan smartphone. Ia dirancang untuk berjalan dengan baik di prosesor, grafis, desktop, server dan platform komputasi mobile yang ada.

Google bahkan telah memberikan serangkaian tutorial dan bagan aliran data untuk menggambarkan bagaimana cara kerja sistem ini.

Sumber gambar header Venturebeat.

Smartwatch Perdana Tag Heuer Akhirnya Resmi Dirilis

Resmi sudah. Setelah sekitar satu tahun rumornya terendus, Tag Heuer akhirnya mengungkap smartwatch perdananya secara resmi. Bertempat di kota New York kemarin (9/10/2015) waktu setempat, smartwatch bernama Tag Heuer Connected itu lahir ke dunia.

Apa yang menjadikan smartwatch ini istimewa tentu saja adalah faktor kemewahan arloji buatan Swiss yang menyelimuti dirinya. Fisiknya sendiri dirancang mengikuti desain lini Tag Heuer Carrera. Seluruh proses desain dan manufaktur berlangsung di Swiss. Hanya saja ia secara teknis tidak bisa mengusung label “Made in Switzerland” karena komponen elektroniknya berasal dari Intel.

Tag Heuer Connected bukan untuk semua orang. Bukan karena banderol harganya yang mencapai angka $1.500, tetapi karena ukurannya yang begitu besar. Diameter case titanium-nya berkisar 46,2 mm, dengan ketebalan 12,8 mm. Case ini menyambung ke strap berbahan karet yang terdiri dari beragam warna, plus dilengkapi buckle berbahan titanium. Secara konstruksi, Tag Heuer Connected bisa disejajarkan dengan jam tangan mekanik buatan Swiss lainnya.

Tag Heuer Connected

Dikembangkan secara langsung bersama Intel dan Google, Tag Heuer pun mempercayakan Android Wear sebagai sistem operasi smartwatch-nya, yang berarti ia kompatibel baik dengan perangkat Android maupun iOS. Spesifikasinya mencakup Bluetooth LE, Wi-Fi, storage 4 GB dan sejumlah sensor untuk keperluan fitness tracking.

Yang cukup disayangkan adalah, ia tidak dibekali dengan sensor laju jantung, yang sejatinya sudah menjadi standar smartwatch generasi terkini. Ia juga tidak mengemas GPS dan speaker, yang berarti semua notifikasi akan diteruskan berupa getaran saja. Sama seperti mayoritas smartwatch lain, baterainya tidak bisa bertahan berlama-lama; hingga 30 jam saja dalam satu kali charge.

Tag Heuer Connected

Meski dari segi fitur Tag Heuer Connected terdengar biasa-biasa saja, untungnya masih ada dua fitur ekstra yang tidak dapat Anda jumpai di smartwatch Android Wear lain. Yang pertama tentu saja adalah watch face khusus rancangan Tag Heuer yang tampak begitu mirip seperti lini arloji mekaniknya.

Yang kedua, setiap konsumen yang membeli Tag Heuer Connected akan dapat menikmati layanan berjuluk “Connected to Eternity”. Jadi setelah dua tahun, pemilik Tag Heuer Connected bisa membawa smartwatch-nya menuju sebuah retailer Tag Heuer, lalu menukarnya dengan sebuah jam tangan mekanik – dengan biaya tambahan $1.500. Dengan demikian, semisal nanti spesifikasi milik Tag Heuer Connected sudah dirasa terlalu tua, Anda tidak perlu khawatir ia bakal membusuk di dalam laci lemari.

Seperti yang saya sebutkan di atas, Tag Heuer Connected akan dibanderol seharga $1.500, membuatnya selevel dengan Apple Watch Hermès. Ketersediaannya untuk pasar internasional baru akan dimulai bulan depan melalui butik-butik Tag Heuer dan sejumlah mitra retail-nya.

Sumber: Bloomberg.

Kementerian Kelautan dan Perikanan Bermitra dengan Global Fishing Watch

Pemerintah Indonesia semakin gencar menerakan teknologi untuk mengatasi berbagai permasalahan. Yang terbaru adalah kabar mengenai Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang rencananya akan bekerja sama dengan Sky Truth, Oceana, dan Google yang tergabung dalam Global Fishing Watch (GFW). Kerja sama strategis ini memungkinkan Indonesia membuka data perikanan swasta kepada pihak yang berkepentingan sesuai dengan aturan. Kemitraan ini juga akan dimanfaatkan untuk mengurangi kegiatan illegal fishing yang sedang menjadi sorotan KKP. Continue reading Kementerian Kelautan dan Perikanan Bermitra dengan Global Fishing Watch

Google Akuisisi Fly Labs untuk Genjot Pengembangan Google Photos

Foto dan video adalah dua elemen yang kerap jadi “jualan” para pengembang besar. Fly Labs adalah salah satu yang konsisten bermain di ranah ini, dan kiprahnya menterengnya sukses membuat Google terkesan. Baru-baru ini tim Fly Labs secara resmi mengumumkan telah diakuisisi dan menjadi bagian dari Google.

Di Mountain View, Fly Labs nantinya akan bergabung dengan tim di belakang aplikasi Google Photos, aplikasi penyimpanan foto yang diperkenalkan bulan Mei lalu. Meski tak secara detail dijelaskan, namun Fly Labs memberikan sedikit bocoran apa garapan barunya di sana.

“Google Photos adalah jodoh yang tepat untuk kami. Ke depan kami akan meleburkan teknologi kami ke dalam Google Photos. Menghadirkan fitur-fitur ala aplikasi Clips, Fly, Tempo dan Crop.”

Tidak ada komentar dari Google ataupun Fly Labs perihal mahar untuk mewujudkan akuisisi ini. Namun berkaca pada akuisisi yang sudah-sudah dan fakta bahwa Fly Labs terdiri dari tim yang kecil, besar kemungkinan Google hanya mengeluarkan kurang dari $2 juta atau mungkin saja di bawah $1 juta.

Tapi jangan salah, meskipun terdiri dari kumpulan tim kecil, Fly Labs cukup sukses menggarap apa yang jadi passion mereka. Melahirkan beberapa aplikasi yang cukup populer di App Store, seperti Tempo, Fly dan Crop. Akuisisi ini mengukuhkan seberapa baik hasil kerja mereka, selain statistik 3 juta unduhan dari 150 negara berbeda dan 20 juta video baru hanya dalam waktu 18 bulan terakhir.

Tapi di antara nama-nama itu, Google sepertinya lebih kepincut pada kemampuan Fly Labs membenamkan dukungan video 4K ke dalam aplikasi editornya yang bernama Clips. Clips adalah satu satu aplikasi video editor yang punya dukungan itu dan diyakini merupakan potongan puzzle yang akan melengkapi platform Android.

Sumber berita Ubergizmo.

App Inbox by Gmail Kini Dibekali Fitur Smart Reply

Aplikasi Inbox by Gmail sejauh ini termasuk salah satu email client terpandai yang tersedia untuk perangkat Android maupun iOS. Tak hanya menawarkan tampilan yang menarik dan berfokus pada konten yang penting saja, Inbox juga mengemas sederet fitur pintar seperti Undo Send sampai membantu membuatkan reminder dengan cepat. Continue reading App Inbox by Gmail Kini Dibekali Fitur Smart Reply

Informasi Chrome OS Melebur ke Android Dibantah Google (Updated)

Minggu lalu muncul kabar mengejutkan dari WSJ yang mengklaim bahwa Google berencana menggabungkan Chrome OS dengan Android yang berujung pada penghapusan Chrome OS secara perlahan. Gerah, Google langsung menampik dan menegaskan kembali komitmennya.

Continue reading Informasi Chrome OS Melebur ke Android Dibantah Google (Updated)