Rangkaian Produk Audio Wireless Sports dan Lifestyle JBL Baru Serbu Indonesia

Pendaratan JBL Jr di Indonesia kurang lebih tiga minggu lalu sepertinya menjadi momen pemecah keheningan karena Harman International memang sudah cukup lama tidak melangsungkan acara pers di tanah air. Ternyata, pendaratan headset yang didesain khusus untuk anak-anak itu menandai dimulainya agenda peluncuran produk JBL secara lebih masif.

JBL menjelaskan bahwa saat ini, tren audio wireless sedang berada di momentum peningkatan tertinggi. Nilai pasar produk headphone dikabarkan mencapai US$ 17 miliar, dengan kenaikan di segmen nirkabel sebesar 20 persen. Konsumen juga menginginkan produk berdesain sporty dan telah dibekali fitur noise cancellation. Dan di akhir bulan November ini, JBL mencoba memenuhi semua permintaan itu.

JBL 13

Pada tanggal 29 November 2017, Harman International melangsungkan acara peluncuran rangkaian perangkat audio wireless JBL. Produk-produk ini masuk dalam kategori Lifestyle dan Sports; mereka memiliki penampilan stylish dan sporty, serta ditunjang struktur tangguh demi memastikannya siap menemani pengguna beraktivitas setiap hari. Device-device ini terdiri dari keluarga Everest, E Series, Focus, Inspire, Pulse 3, Playlist serta Boombox.

JBL 14

“Para pecinta audio membutuhkan produk berkualitas terbaik yang menunjang aktivitas harian,” kata general manager Lifestyle Audio Division Asia Pacific Harman International, Grace Koh. “Melalui perangkat-perangkat baru ini, kami berusaha meningkatkan standar mutu headphone dan speaker wireless, serta berusaha memberikan pengalaman mendengarkan audio tak tertandingi lewat kenyamanan dan faktor personalisasi.”

JBL 11

 

Everest

Rangkaian Everest terdiri dari headphone noise cancelling V750NXT, model over-ear V710, headset on-ear V310, serta in-earphone V110. Everest menjanjikan ‘penggabungan antara teknologi suara terbaru dan desain ergonomis’. Semua perangkat ini dapat terhubung ke segala perangkat pintar tanpa kabel, mempersilakan kita bergerak bebas sembari menikmati lagu-lagu favorit.

JBL 12

Di antara empat model itu, Everest 750NXT merupakan primadonanya. Huruf ‘NXT’ di namanya mengindikasikan penggunaan fitur NXTGen, yaitu teknologi noise-cancelling aktif yang memungkinkan pengguna mengendalikan sendiri seberapa banyak bunyi-bunyi eksternal yang diizinkan untuk masuk, hanya melalui satu sentuhan pada tombol.

JBL 9

Di sana juga ada TruNote, yakni sistem yang menjaga agar headphone sanggup menyuguhkan bunyi yang jernih dan output paling autentik lewat proses kalibrasi suara berdasarkan rancangan ear cup. Produsen turut memberinya label JBL Pro Audio sebagai jaminan kualitas suara khas JBL. Everest 750NXT tak lupa dibekali baterai berkapasitas besar, sanggup membuai Anda dengan musik selama 15 jam.

 

E Series E65BTNC

Meski tidak jadi anggota keluarga Everest, headset JBL E65BTNC menyimpan banyak kesamaan dengannya. Di sana terdapat fitur noise cancellation aktif, kompatibel ke beragam perangkat pintar, ditopang audio ‘JBL Signature’ mirip seperti yang telah produsen gunakan di  studio-studio rekaman ternama, serta dilengkapi baterai berdaya tahan 15 jam yang dapat diisi penuh hanya dalam dua jam.

JBL 20

 

Focus 700

Focus 700 dirancang buat para atlet, didukung dua fitur utama pada desainnya. Earphone ini mempunyai bahan anti-keringat, kuat menahan cuaca panas serta hujan, dan mengusung desain ergonomis TwistLock supaya tetap nyaman dikenakan serta tak mudah terlepas dari telinga. Dengan fitur-fitur ini, kita bisa fokus berolahraga sambil mendengarkan musik tanpa merasa was-was.

JBL 6

 

Inspire 700

Inspire 700 sendiri disiapkan untuk konsumen yang dituntut buat selalu aktif. Menopang komunikasi tampaknya menjadi tugas utama earphone ini, apalagi menakar dari durasi baterai yang menyentuh 16 jam (di-charge via case). Seperti Focus 700, Inspire 700 juga nyaman dan bisa menempel di telinga tanpa mudah terlepas berkat rancangan TwistLock dan ear tip FlexSoft.

JBL 5

 

Pulse 3

Pulse 3 sengaja diramu untuk menyajikan pengalaman ‘audio visual’ berkat pemanfaatan sistem pencahayaan warna-warni, sempurna buat memeriahkan pesta di halaman rumah ataupun pinggir kolam. Dan Anda tidak perlu cemas speaker Bluetooth ini akan rusak seandainya terkena air hujan atau tercemplung ke kolam renang. Pulse 3 telah ditunjang struktur waterproof dan bisa mengapung.

JBL 1

 

Playlist

Fitur andalan di Playlist adalah dukungan Chromecast sehingga kita bisa mudah menyalurkan audio ke speaker wireless ini kapan saja. Pengelolaan playlist serta pengaturan volume bisa dilakukan langsung dari perangkat bergerak tanpa menonaktifkan fungsi lainnya. Uniknya lagi, pengguna dapat menerima panggilan telepon bahkan saat JBL Playlist tengah menghidangkan musik.

JBL 21

 

Boombox

Mirip seperti Pulse 3, Boombox siap menghidupkan pesta – baik di luar ataupun di dalam ruang – karena dilengkapi konstruksi kedap air serta handle sehingga mudah dibawa-bawa. Sesuai namanya, bass membahana merupakan senjata utama di speaker Bluetooth ini. Kemudian di dalamnya, JBL membubuhkan baterai berkapasitas raksasa, memungkinkan Boombox melantunkan lagu tanpa henti selama 24 jam.

JBL 16

 

Semua produk JBL tersebut kabarnya sudah tersedia di toko retail elektronik serta gerai resmi di seluruh Indonesia.

JBL 7

JBL 10

JBL 8

JBL 18

JBL 19

JBL 4

JBL 3

Tiba di Indonesia, Headset JBL JR Pastikan Buah Hati Anda Menikmati Musik Dengan Aman dan Nyaman

Kecintaan pada musik bisa dimulai kapan saja, bahkan ketika seseorang masih belia. Memang ada banyak pilihan perangkat untuk menikmati musik secara personal dan portable, namun mayoritas didesain buat pengguna dewasa. Padahal, ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan orang tua sebelum memberikan atau meminjamkan headphone ke buah hati mereka.

Beberapa contoh hal yang harus jadi perhatian meliputi bobot, ukuran, dan tingkat kekerasan suara. Menurut penjelasan dari perwakilan JBL, orang dewasa masih bisa menoleransi suara dengan level kelantangan maksimal 125dB; sedangkan telinga anak-anak masih sensitif dan tak boleh menerima bunyi-bunyian melampaui batasan 85-desibel. Pada prakteknya, para orang tua mungkin sering mendapati buah hatinya mendengarkan lagu di volume tertinggi.

JBL JR 14

Sebagai solusinya, perusahaan audio Amerika Serikat milik Harman International itu memperkenalkan produk musik yang didesain khusus untuk anak-anak. Dan di tanggal 7 November 2017 kemarin, JBL resmi meluncurkan rangkaian headphone bernama JBL JR (Junior) di Indonesia. Seluruh elemen di JBL JR – dari mulai desain, fitur, hingga hardware di dalam – dirancang secara cermat buat para penikmat musik berusia muda.

JBL JR 8

JBL menyampaikan bahwa hal yang mendorong mereka menyediakan JBL JR adalah bertambahnya jumlah konten hiburan audio yang tidak diimbangi oleh tersedianya headphone khusus anak-anak. Semakin banyak orang tua menyadari dampak berbahaya dari output audio bervolume terlalu tinggi pada pendengaran putra-putrinya, dan mereka menuntut jawaban dari para pemain di ranah ini.

JBL JR 7

JBL Junior hadir ke Indonesia dalam dua model, yaitu JBL JR300 dan JR300BT. Anda mungkin sudah bisa menebak, perbedaan terbesar antara kedua versi ialah kehadiran konektivitas wireless.

 

Desain

JBL JR merupakan headset on-ear dengan cup bundar. Tubuhnya terbuat dari plastik, strukturnya kuat dan tahan banting, dan bobotnya juga ringan (JR300 mempunyai berat 108g, JR300BT berbobot 113g). Rancangannya sendiri terbilang tradisional: housing speaker disambung oleh sebuah headband, lalu engselnya dapat diputar 90 derajat ke belakang, diarahkan ke bawah, serta dilipat sehingga lebih mudah disimpan dan mendukung beragam bentuk kepala.

JBL JR 12

JBL JR 1

Bagian bantalan earcup dan headband-nya tak kalah istimewa. JBL sepertinya memanfaatkan pelapis dari kulit sintetis, namun teksturnya berkerut. Bahan tersebut sangat lentur dan lembut. JBL juga bilang, lapisan padding ini sangat kuat siap menghadapi gesekat dengan intensitas tinggi.

JBL JR 4

JBL JR 9

Meski kedua model tampil identik , mereka menawarkan pilihan warna berbeda. Ada opsi spider red dan ice blue untuk JBL JR300; dan pilihan punky pink, rocker blue, serta tropic teal buat JBL JR300BT. Totalnya ada lima warna. Selanjutnya, paket penjualan JBL JR turut disertai satu set stiker, mempersilakan anak-anak untuk mengustomisasi headset milik mereka.

JBL JR 2

JBL JR 3

Khusus untuk tipe JBL JR300 biasa, headset tersambung ke perangkat pemutar musik melalui kabel sepanjang 1-meter berkepala jack 3,5-milimeter. Kabel audio tersebut menggunakan jenis flat dari material karet. Dari sesi uji coba singkat, material itu terasa lentur dan kokoh, sehingga orang tua tak perlu terlalu cemas headset cepat rusak akibat kabel yang ditarik-tarik.

 

Spesifikasi dan fitur

Sebagai jantung dari dua headphone anak-anak ini, JBL memilih driver dynamic 32-milimeter, mampu menyajikan frekuensi dari 20-hertz sampai 20-kilohertz. Menariknya lagi, bantalan di sana bukan hanya berguna untuk memastikan penggunanya tetap nyaman, tapi juga buat menunjang fungsi noise cancellation pasif, membuat pengalaman mendengarkan musik tetap optimal meski si buyung berada di tempat ramai. Dan karena pasif, fitur noise cancelling ini tidak membutuhkan pasokan daya.

JBL JR 16

JBL JR 17

Khusus pada JR300BT, orang tua bisa menentukan tingkat volume maksimal di headset via perangkat bergerak. Selain supaya anak-anak tidak mendengarkan lagu terlalu keras, fitur ini juga membuat orang tua lebih mudah memanggil mereka. Selain itu, produsen tak lupa merancang agar penempatan serta bentuk tombolnya pas digunakan oleh anak-anak.

JBL JR 15

JBL JR 18

Di dalam, JBL membekali JR300BT dengan baterai berteknologi quick-charge, memungkinkan headset menghidangkan lagu selama satu jam cukup lewat proses isi ulang selama 10 menit saja. Saat terisi penuh, baterai sanggup menghidangkan koleksi lagu hingga 12 jam non-stop.

 

Ketersediaan dan harga

Kedua headphone JBL JR bisa Anda dapatkan di seluruh gerai JBL di Indonesia dan sejumlah toko Gramedia mulai hari ini. Harga dua varian JBL JR cukup kontras: JR300 dijajakan di harga Rp 550 ribu, sedangkan tipe JR300BT dibanderol Rp 900 ribu.

JBL JR 19

JBL JR 5

Libratone Luncurkan Headphone dan Earphone dengan Sertifikasi Made for Google

Apple punya “Made for iPhone”, Google punya “Made for Google”. Keduanya pada dasarnya merupakan semacam program sertifikasi buat pabrikan aksesori. Dalam kasus Google, program tersebut resmi dimulai bersamaan dengan diperkenalkannya duo Pixel 2 beberapa pekan lalu.

Libratone adalah produsen perangkat audio yang dengan cepat memanfaatkan momentum program Made for Google ini. Brand asal Denmark itu mengumumkan headphone dan earphone baru yang keduanya sama-sama dirancang secara spesifik untuk mendampingi Pixel 2 dan Pixel 2 XL.

Libratone Q Adapt On-Ear

Yang pertama adalah Libratone Q Adapt On-Ear. Keunggulannya adalah fitur fast pairing macam yang dimiliki Pixel Buds. Fitur ini sederhananya memungkinkan headphone untuk tersambung secara otomatis ke Pixel 2 ketika berada di dekatnya, mirip seperti cara kerja AirPods dan iPhone.

Tidak kalah menarik adalah fitur pause otomatis yang akan aktif ketika pengguna melepas headphone dari kepalanya. Di samping itu, Q Adapt On-Ear juga menawarkan fitur noise cancelling adaptif yang dapat disesuaikan intensitasnya berdasarkan kebutuhan pengguna, plus daya tahan baterai sampai 20 jam nonstop.

Libratone Q Adapt In-Ear

Yang kedua adalah Libratone Q Adapt In-Ear. Model ini tidak dilengkapi fitur fast pairing karena ia memang bukanlah headphone wireless. Pun demikian, konektor USB-C mengindikasikan perannya sebagai solusi atas hilangnya jack headphone pada Pixel 2 dan Pixel 2 XL.

Mengusung bodi yang tahan keringat, Q Adapt In-Ear rupanya turut menawarkan fitur noise cancelling adaptif yang serupa dengan milik kakaknya. Keduanya bakal dipasarkan dalam waktu dekat seharga masing-masing $249 untuk Q Adapt On-Ear dan $149 untuk Q Adapt In-Ear.

Sumber: Android Authority.

Bowers & Wilkins PX Andalkan Noise-Cancelling dan Pengoperasian Serba Otomatis

Semakin ke sini, noise cancelling semakin menjadi fitur standar yang wajib ada pada suatu headphone di samping konektivitas wireless. Hampir semua pabrikan audio kini menawarkan headphone Bluetooth dengan teknologi pemblokir suara tersebut. Namun rupanya masih ada nama besar yang belum menempuh jalur tersebut.

Brand yang saya maksud adalah dedengkot audio asal Inggris, Bowers & Wilkins. Setelah lama dinantikan oleh penggemar setianya, B&W akhirnya memperkenalkan headphone noise-cancelling pertamanya, yaitu Bowers & Wilkins PX.

Bowers & Wilkins PX

Desainnya sangat menunjukkan ciri khas B&W seri P yang sudah ada selama ini, dengan tambahan permukaan nilon bertekstur di masing-masing earcup berwujud elipsnya untuk menambah kesan elegan. Bantalan memory foam berukuran besar (over-ear) beserta headband-nya dibalut lapisan kulit yang kian memantapkan posisinya di segmen premium.

Yang unik dari PX adalah pengoperasiannya yang serba otomatis berkat integrasi sejumlah sensor. Begitu tersambung ke ponsel via Bluetooth dan dipasangkan di telinga, ia akan menyala dan lagu terakhir yang dimainkan akan diputar dengan sendirinya. Lepas dan gantungkan di leher, maka musik akan di-pause secara otomatis.

Lebih lanjut, saat pengguna mengangkat salah satu earcup-nya, musik juga akan berhenti dengan sendirinya. Ini jelas sangat efektif ketika pengguna sedang berada di kantor dan hendak berbicara dengan seseorang misalnya.

Bowers & Wilkins PX

Fitur noise cancelling-nya terdiri dari tiga mode: Flight, City dan Office, yang dapat dipilih melalui aplikasi pendampingnya di smartphone. Masing-masing mode menawarkan karakteristik tersendiri, disesuaikan dengan di mana pengguna berada.

PX mendukung codec aptX HD guna mengakomodasi audio berformat lossless. Baterainya dapat bertahan selama 22 jam meski noise cancelling terus aktif, dan charging dapat dilakukan via USB-C. Saat sedang tidak digunakan, kedua earcup PX dapat diputar sehingga perangkat dapat diletakkan mendatar.

Bowers & Wilkins PX saat ini sudah dipasarkan seharga $399. Pilihan warna yang tersedia ada dua: serba hitam atau biru gelap dengan aksen emas.

Sumber: The Verge.

KEF Space One Wireless Andalkan Rancangan Porsche Design dan Baterai Super-Awet

Produsen perangkat audio ternama asal Inggris, KEF, kembali bekerja sama dengan Porsche Design dalam menggarap sebuah headphone Bluetooth premium. Seperti yang saya bilang, ini bukan pertama kalinya KEF berkolaborasi dengan Porsche Design, dan headphone bernama Space One Wireless ini pada dasarnya hanya sebatas varian berkonektivitas Bluetooth dari headphone Space One standar.

Kendati demikian, desainnya yang sempat menerima Red Dot Design Award memang terlihat sangat elegan, dengan bodi serba aluminium berbobot 330 gram, diikuti oleh finish titanium. Bantalan empuk berbahan memory foam-nya dilapisi oleh kulit imitasi yang tahan keringat. Ini penting mengingat Space One Wireless siap digunakan dalam durasi yang cukup lama.

KEF Space One Wireless

Dalam satu kali charge, ia dapat beroperasi selama 30 jam nonstop, bahkan ketika fitur active noise cancelling-nya terus diaktifkan. Angka ini setara dengan headphone terbaru andalan Sony, WH-1000XM2, yang juga mengemas teknologi pemblokir suara serupa.

Ketimbang mengandalkan kontrol berbasis sentuhan, KEF lebih memilih rute tradisional dengan menambatkan sederet tombol pada salah satu earcup Space One Wireless. Kinerjanya sendiri ditopang oleh sepasang driver neodymium 40 mm yang menjanjikan reproduksi suara berimbang, termasuk bass yang terkesan padat.

KEF Space One Wireless

Space One Wireless menggunakan konektivitas Bluetooth 4.1, serta mendukung codec Qualcomm aptX. Saat sedang tidak digunakan, kedua earcup-nya dapat diputar sehingga perangkat dapat diletakkan mendatar.

KEF Space One Wireless rencananya akan dipasarkan seharga £349, atau kurang lebih sekitar Rp 6,3 juta.

Sumber: The Verge.

Plantronics Luncurkan Empat Earphone dan Headphone Wireless untuk Penggemar Olahraga

Plantronics kembali melengkapi portofolio headphone dan earphone wireless-nya, kali ini melalui lini BackBeat Fit yang ditujukan buat penggemar olahraga. Total ada empat perangkat baru yang diperkenalkan: BackBeat Fit 300, BackBeat Fit 500, BackBeat Fit Training dan Boost Edition.

BackBeat Fit 300 yang bertipe in-ear diklaim sebagai salah satu earphone Bluetooth paling ringan, meski Plantronics sama sekali tidak menyebutkan bobotnya berapa. Terlepas dari itu, driver 6 mm yang tertanam di masing-masing earpiece-nya menjanjikan suara yang besar selama enam jam nonstop.

Dihargai cuma $80, BackBeat Fit 300 mengemas fitur yang tergolong lengkap, mulai dari mode hibernasi otomatis sampai tombol multifungsi dan mikrofon untuk berinteraksi dengan asisten virtual. Tentu saja, karena dimasukkan dalam kategori sport, bodinya tahan keringat maupun guyuran hujan dengan sertifikasi IPX5.

Plantronics BackBeat Fit 500

Buat yang tidak menyukai model in-ear atau yang mementingkan ketahanan baterai, pilihan bisa dijatuhkan pada BackBeat Fit 500. Model ini sejatinya cukup identik dengan BackBeat 500 yang dirilis pada bulan Maret lalu, namun yang telah dibalut lapisan nano-coating guna memastikan ia tetap dapat beroperasi di bawah guyuran hujan.

Headphone berjenis on-ear ini dilengkapi sepasang driver 40 mm dan kemampuan untuk menyambung ke dua perangkat sekaligus. Satu kali charge mampu menghidupinya selama 18 jam nonstop, sedangkan banderol $100 membuatnya masih cukup ramah di kantong.

Plantronics BackBeat Fit Boost Edition

Bagi para olahragawan serius, Plantronics menyediakan BackBeat Fit Training dan Boost Edition yang mengadopsi gaya neckband yang fleksibel. Bagian terbaiknya, konsumen akan dihadiahi membership gratis PEAR+ serta akses tak terbatas ke 12 mode berlatih pada PEAR Personal Coaching App.

Keduanya mengusung desain, spesifikasi dan daya tahan baterai 8 jam yang sama persis. Perbedaannya hanya terletak pada aksesori pelengkapnya; Boost Edition datang bersama sebuah charging pouch tahan air yang dapat menyuplai daya ekstra sebesar 10 jam. Untuk harganya, BackBeat Fit Training Edition dipatok $130, sedangkan Boost Edition seharga $160.

Sumber: Engadget dan Nasdaq.

Beats Studio3 Wireless Andalkan Chip Apple W1 dan Noise Cancelling Adaptif

Saat Apple mengungkap iPhone 7 tahun lalu, Beats yang merupakan anak perusahaannya ikut memperkenalkan trio headphone wireless yang datang membawa chip Apple W1 seperti milik AirPods. Namun dari ketiga model itu, rupanya model flagship Beats Studio tidak termasuk.

Setahun berselang, Beats akhirnya mengungkap generasi terbaru headphone andalan mereka, Studio3 Wireless. Penampilannya secara garis besar masih sama seperti versi sebelumnya, namun kini dengan variasi warna yang lebih beragam dan kelihatan lebih terpoles.

Beats Studio3 Wireless

Yang banyak berubah adalah kinerjanya. Menyusul Solo3 Wireless, Studio3 Wireless mengemas chip Apple W1 yang tidak hanya bertugas menyederhanakan proses pairing saja, tetapi juga mengoptimalkan konsumsi baterainya. Alhasil, Studio3 Wireless diklaim bisa beroperasi selama 22 jam nonstop, bahkan selagi fitur noise cancelling-nya terus dinyalakan.

Teknologi noise cancelling yang dipakai juga bukan sembarangan, melainkan yang dapat beradaptasi dengan kondisi sekitar secara otomatis. Tak cuma itu, fitur bertajuk Pure ANC ini juga mampu mendeteksi ‘kebocoran’ suara akibat rambut, kacamata ataupun pergerakan kepala pengguna, lalu menyesuaikan intensitas pemblokiran suaranya supaya suara yang dihasilkan tetap optimal.

Beats Studio3 Wireless

Apple bilang kalau Pure ANC melakukan proses kalibrasi seperti itu sebanyak 50.000 kali setiap detiknya. Fitur Fast Fuel tidak lupa disematkan agar perangkat bisa mendapat daya baterai selama 3 jam meski hanya di-charge selama 10 menit. Soal kualitas suara sendiri, bersiaplah mendengarkan bass yang melimpah jika mengamati riwayat Beats selama ini.

Beats Studio3 Wireless saat ini sudah dipasarkan seharga $350. Di angka itu, harganya sama persis seperti Sony WH-1000XM2 yang juga diluncurkan belum lama ini.

Sumber: Business Wire.

Sony Luncurkan Trio Headphone Wireless Berteknologi Noise Cancelling

Divisi audio Sony cukup sibuk memperkenalkan produk baru di ajang IFA 2017. Di samping smart speaker, mereka turut mengungkap tiga headphone wireless baru yang semuanya mengunggulkan teknologi noise cancelling. Ketiganya masuk dalam seri 1000X yang mengawali debutnya pada event yang sama tahun lalu.

Mengapa harus ada tiga? Karena Sony yakin konsumen memiliki preferensi yang berbeda-beda. Meski truly wireless earbud sedang menjadi tren saat ini, sebagian mungkin masih lebih memilih headphone over-ear yang lebih superior soal kualitas suara, atau earphone bergaya neckbud yang sama-sama portable tapi punya baterai lebih awet.

Sony juga memastikan kalau teknologi noise cancelling yang diterapkan tidak sembarang memblokir suara luar begitu saja. Fitur seperti Adaptive Sound Control dirancang untuk mendeteksi apakah pengguna sedang diam, berjalan atau berada di dalam bus, untuk kemudian secara otomatis menyesuaikan pengaturan noise cancelling yang ideal.

Sony WF–1000X

Sony WF-1000X

Sebagai produsen perangkat audio kawakan, mustahil bagi Sony untuk melewatkan momentumnya di sektor truly wireless earbud. WF–1000X terlahir untuk menantang AirPods dan lawan-lawan lainnya di ranah ini, ranah yang benar-benar alergi terhadap kabel.

Masing-masing unitnya dibekali driver berdiameter 6 mm, namun yang menjadi bintang justru adalah teknologi noise cancelling adaptif itu tadi. Saat earphone dikeluarkan dari case-nya, ia akan otomatis menyala dan menyambung ke perangkat terakhir yang di-pair. Terdapat satu tombol pada masing-masing earpiece-nya; satu untuk menerima panggilan telepon dan satu lagi untuk mengaktifkan suara ambient.

Baterai WF–1000X diklaim dapat bertahan selama tiga jam, sedangkan case-nya bisa menyuplai daya ekstra sebanyak dua kali, sehingga pengguna bakal mendapat total daya baterai sebesar sembilan jam. Charging untuk case-nya sendiri mengandalkan micro USB dan memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Sony WI–1000X

Sony WI-1000X

WI–1000X mungkin masih kalah portable dari WF–1000X, tapi di saat yang sama kualitas suara dan noise cancelling-nya juga lebih baik. Perpaduan dynamic driver 9 mm dan balanced armature bakal menyajikan suara yang lebih memanjakan telinga, sedangkan fitur Atmospheric Pressure Optimizing bertugas mengoptimalkan kinerja noise cancelling dengan menganalisa tekanan udara di sekitar pengguna.

Selain menawarkan performa yang lebih baik, baterainya juga lebih awet ketimbang model truly wireless itu tadi. Di sini pengguna bisa menikmati alunan musik selama 10 jam nonstop sebelum perangkat perlu di-charge kembali, membuatnya ideal untuk pengguna yang harus lama berada di jalan setiap harinya.

Sony WH–1000XM2

Sony WH-1000XM2

Model over-ear ini merupakan suksesor langsung dari model tahun lalu. Secara keseluruhan desainnya masih sama, dengan gaya estetika khas Sony, dan yang berubah adalah daya tahan baterai serta penambahan fitur seperti Atmospheric Pressure Optimizing itu tadi.

Baterainya kini bisa bertahan selama 30 jam, naik 10 jam dari pendahulunya. Tidak hanya itu, WH–1000XM2 turut dilengkapi fitur Quick Charging yang memungkinkan pengguna untuk mendapat daya baterai selama 70 menit hanya dengan mengisinya ulang selama 10 menit saja. Kualitas suaranya sudah pasti yang terbaik, mengingat driver-nya adalah yang terbesar di antara ketiganya.

Baik Sony WF–1000X, WI–1000X maupun WH–1000XM2 bakal dipasarkan mulai bulan ini juga, masing-masing seharga $200, $300 dan $350.

Sumber: The Verge dan Sony.

Berfisik Elegan, Beyerdynamic Aventho Wireless Janjikan Karakter Suara Sesuai Preferensi Pengguna

Dedengkot headphone asal Jerman, Beyerdynamic, kembali memperkenalkan produk terbarunya yang ditujukan buat kalangan audiophile. Perangkat bernama Aventho Wireless ini bisa dikatakan merupakan suksesor versi wireless dari salah satu headphone on-ear terpopuler Beyerdynamic, T51i.

Hal itu tampak sekali dari penampilannya yang sangat mirip, yang memadukan elemen klasik dan modern secara apik. Kualitas suaranya pun juga bisa dipastikan sekelas, mengingat Aventho mengemas sepasang driver berteknologi Tesla yang sudah menjadi senjata andalan Beyerdynamic dalam beberapa tahun terakhir.

Beyerdynamic Aventho Wireless

Yang membedakan adalah bagaimana Aventho mencoba untuk mereproduksi suara sesuai dengan preferensi pengguna yang beragam. Ia datang bersama sebuah aplikasi pendamping bernama MIY yang dikembangkan bersama ahli audio asal Jerman pula, Mimi Hearing Technologies.

Aplikasi ini bertugas untuk melakukan kalibrasi dan menetapkan profil suara yang tepat berdasarkan hasil analisanya terhadap pendengaran masing-masing pengguna. Prosesnya cuma memakan waktu enam menit, dan setelahnya profil suara tersebut akan disimpan langsung ke headphone, sehingga karakter suaranya akan terus sama meski digunakan bersama perangkat lain yang tak dilengkapi aplikasi MIY tadi.

Aspek personalisasi suara ini merupakan bagian dari visi baru Beyerdynamic yang mengusung tagline “Make It Yours”, yang ternyata juga merupakan kepanjangan dari nama aplikasi pendamping Aventho itu tadi. Lebih lanjut, app yang sama rupanya juga dapat memonitor aktivitas mendengarkan musik pengguna, memberikan peringatan ketika volume dan durasi sudah melewati batas wajar.

Beyerdynamic Aventho Wireless

Selebihnya, Aventho Wireless menawarkan dukungan codec aptX HD maupun AAC, dan baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 20 jam penggunaan. Soal pengoperasian, pengguna dapat mengontrol jalannya musik menggunakan gesture pada earcup sebelah kanannya yang dilengkapi panel sentuh.

Saat ini sedang dipamerkan di ajang IFA 2017 di Berlin, Beyerdynamic Aventho Wireless dijadwalkan masuk ke pasaran mulai bulan Oktober, dengan harga €449. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam atau coklat.

Sumber: The Verge dan Beyerdynamic.

Blue Satellite Adalah Headphone Bluetooth dengan Headphone Amp Terintegrasi

Anda mungkin kurang begitu mengenal brand audio bernama Blue, tapi mereka yang menggeluti industri rekaman maupun podcasting pastinya sudah tidak asing dengan produsen mikrofon asal Amerika Serikat ini. Baru sekitar tiga tahun yang lalu, Blue melebarkan sayapnya ke ranah headphone, dan tahun ini mereka sudah siap untuk memasarkan headphone Bluetooth perdananya.

Diumumkan pertama kali pada ajang CES 2017, headphone bernama Blue Satellite ini punya desain yang cukup elegan. Blue tampaknya tidak mau setengah-setengah dalam menggarap headphone jenis over-ear ini. Selain teknologi active noise cancelling (ANC), Blue turut membekali Satellite dengan sebuah headphone amp.

Semua tombol pengoperasiannya tertanam di sisi earcup kiri dan kanan / Blue
Semua tombol pengoperasiannya tertanam di sisi earcup kiri dan kanan / Blue

Layaknya portable headphone amp besutan Fiio, V-MODA dan lain sebagainya, fungsi utamanya di sini adalah untuk meningkatkan kualitas suara dengan menyalurkan output daya yang lebih maksimal. Pastinya fitur ini berpengaruh ke ketahanan baterai, namun pengguna bisa mematikannya saat tidak membutuhkan, seperti ketika mendengarkan podcast misalnya.

Teknologi ANC-nya sendiri bukan sembarangan, sebab Blue telah menanamkan driver terpisah untuk fitur ini. Lebih lanjut, pengalaman Blue dalam mengembangkan mikrofon setidaknya bisa menjadi jaminan atas kinerja fitur noise cancelling-nya.

Perangkat dapat dilipat mendatar supaya mudah disimpan dan dibawa-bawa / Blue
Perangkat dapat dilipat mendatar supaya mudah disimpan dan dibawa-bawa / Blue

Pengoperasiannya mengandalkan sederet tombol di sisi earcup kiri dan kanannya. Di kiri, ada tombol untuk Bluetooth, headphone amp dan ANC; sedangkan di kanan ada tombol untuk mengatur volume, playback sekaligus untuk menerima panggilan telepon.

Konektivitas Bluetooth 4.1 yang digunakan punya dampak positif terhadap daya tahan baterai, dimana Satellite diklaim sanggup beroperasi selama 24 jam nonstop. Namun kalau Anda mengaktifkan fitur ANC sekaligus headphone amp-nya, daya tahan baterainya akan turun drastis menjadi sekitar 8 jam saja.

Blue Satellite saat ini sudah dipasarkan seharga $400. Ia tersedia dalam dua pilihan warna: hitam atau putih dengan aksen coklat.

Sumber: Engadget.