Corsair Virtuoso Buktikan Bahwa Gaming Headset Tidak Harus Terlihat Norak

Gaming gear tidak selamanya harus kelihatan norak, apalagi dengan pencahayaan warna-warni yang sudah dianggap sebagai standar. Buktinya bisa kita lihat dari gaming headset terbaru Corsair yang bernama Virtuoso berikut ini.

Tanpa ada mikrofon yang menancap, sepintas Virtuoso kelihatan seperti headphone pada umumnya berkat konstruksi aluminium yang elegan. Kebetulan mikrofonnya memang bisa dilepas-pasang, sehingga ia juga dapat menemani keseharian pengguna di luar sesi gaming. Sayangnya ia tidak dibekali Bluetooth, yang berarti pengguna hanya punya pilihan jack 3,5 mm di luar sesi gaming.

Corsair Virtuoso

Masing-masing earcup berukuran besar itu dilengkapi bantalan memory foam yang cukup tebal, demikian pula di bagian headband-nya. Di balik earcup-nya, bernaung driver neodymium berdiameter 50 mm yang menawarkan respon frekuensi 20 – 40.000 Hz, dua kali lebih luas dibanding mayoritas gaming headset kalau kata Corsair.

Untuk mikrofonnya, selain bersifat omni-directional, ia juga mendukung respon frekuensi hingga 10.000 Hz, sekali lagi hampir dua kali lipat yang ditawarkan gaming headset wireless pada umumnya.

Corsair Virtuoso

Wireless? Ya, Virtuoso memanfaatkan dongle 2,4 GHz untuk menyambung ke PC secara wireless hingga sejauh 12 meter. Namun kalau yang dicari adalah kualitas suara terbaik, pengguna bisa memanfaatkan sambungan kabel USB untuk mendapatkan dukungan suara surround 7.1 dan kapabilitas pengolahan Hi-Res audio (24-bit/96kHz).

Satu kali pengisian baterai cukup untuk menenagai Virtuoso hingga 20 jam pemakaian. Agar lebih efisien, Corsair tak lupa menyematkan sejenis fitur auto-standby; headset akan ‘tidur’ saat Anda meletakkannya, kemudian menyala kembali secara otomatis saat Anda mengenakannya.

Bagaimana dengan sistem pencahayaan RGB yang dapat dikustomisasi? Well, di titik ini saya rasa tidak ada yang perlu dibahas. Yang perlu ditekankan adalah justru ketika suatu gaming gear datang tanpa pencahayaan RGB sama sekali.

Corsair Virtuoso SE diapit oleh dua pilihan warna Virtuoso standar / Corsair
Corsair Virtuoso SE diapit oleh dua pilihan warna Virtuoso standar / Corsair

Di samping Virtuoso, tersedia pula Virtuoso SE yang lebih unggul perihal estetika sekaligus kualitas mikrofon. Ini dikarenakan Virtuoso SE mengemas modul mikrofon 9,5 mm, yang diyakini bisa menangkap suara secara lebih baik dan lebih jernih.

Corsair Virtuoso saat ini sudah dijual seharga $180. Corsair juga menawarkan varian Virtuoso SE yang lebih unggul perihal estetika sekaligus kualitas mikrofon berkat modul berdiameter 9,5 mm. Virtuoso SE sedikit lebih mahal di angka $210.

Sumber: Corsair.

Lúcio dari Overwatch Jadi Sumber Inspirasi Razer Dalam Merancang Headset Edisi Spesial Ini

Demi memikat konsumen, kerja sama antara produsen hardware dan developer game tidak terelakkan. Dari sejak bertahun-tahun silam, Razer sudah sering menggandeng sejumlah raksasa gaming untuk memproduksi periferal edisi spesial. Beberapa franchise permainan yang sempat berkolaborasi bersama Razer meliputi Mass Effect, Destiny, Street Fighter, Call of Duty, dan tentu saja Overwatch.

Bahkan beberapa b ulan sebelum Overwatch resmi meluncur, Razer sudah gencar mempromosikan mouse, keyboard dan mousepad berlisensi resmi permainan shooter multiplayer populer Blizzard Entertainment itu. Dan lima tahun berselang, Razer telah menyediakan delapan (jika saya tidak salah hitung) pilihan gaming gear bertema Overwatch, dan dua produk anyarnya sengaja didedikasikan pada karakter DJ sekaligus hero support Lúcio.

Razer Nari Ultimate Overwatch Lúcio Edition 2

Tema Lúcio diterapkan pada mouse mat Goliathus dan headphone Nari Ultimate. llustrasi Lúcio pada Goliathus memang membuat mousepad ini tampil atraktif, namun yang istimewa ialah ketika desain khas Lúcio diimplementasikan pada headset. Dominasi warna hitam pada Razer Nari Ultimate kini digantikan oleh kombinasi warna yang jadi identitas sang hero support, membuatnya meriah tanpa terlihat berlebihan.

Razer Nari Ultimate Overwatch Lúcio Edition 4

Razer Nari Ultimate Overwatch Lúcio Edition memiliki tubuh berwarna kuning, dipadu biru di bagian housing, serta beberapa zona hijau – di headband serta pelat bundar di sisi terluar. Kemudian, logo Razer digantikan oleh logo katak Lúcio. Namun selain itu, produk edisi spesial ini memiliki fitur dan kelengkapan layanya Nari Ultimate, termasuk penggunaan struktur tubuh kombinasi logam dan plastik, headband auto-adjustable sekunder, serta earcup berukuran besar yang bisa bebas bergerak mengikuti bentuk kepala.

Razer Nari Ultimate Overwatch Lúcio Edition 3

Selain itu, headphone mengusung segala teknologi yang dimiliki varian Nari Ultimate, di antaranya bantalan empuk dengan gel pendingin, THX Spatial Audio sehingga kita bisa mendengar suara di ruang lingkup 360 derajat, sistem pencahayaan Chroma, dukungan konektivitas wireless 2,4GHz bebas lag dan tentu saja terdapat Hypersense Intelligent Haptics. Sistem unik ini dirancang agar mampu mendeteksi frekuensi dan ‘bentuk’ suara untuk kemudian diubah jadi efek haptic berupa getaran – secara akurat dengan intensitas berbeda.

Razer Nari Ultimate Overwatch Lúcio Edition 1

“Sebagai hero support, Lúcio sangat mahir dalam menjaga kawan-kawannya tetap prima di sesi pertempuran yang panjang,” tutur Razer. “Dan seperti Lúcio, headset ini diramu agar Anda selalu berada di kondisi terbaik saat bermaraton Overwatch.

Razer Nari Ultimate Overwatch Lúcio Edition sudah mulai dipasarkan dan pemesanan bisa dilakukan di situr Razer. Perlu Anda ketahui bahwa produk edisi spesial ini dibanderol US$ 30 lebih mahal dari Nari Ultimate standar, yaitu US$ 330.

Via DualShockers.

Headphone SteelSeries Arctis 1 Wireless Siap Menemani Anda Ber-gaming di Platform Berbeda

Memiliki periferal audio berkualitas ialah hal krusial bagi gamer. Di mode single-player, perangkat audio yang tepat berguna dalam mendongkrak aspek sinematik permainan. Lalu di game multiplayer kompetitif, sistem suara mumpuni tentu saja memudahkan kita untuk lebih awas terhadap keadaan di sekitar serta mendeteksi lawan. Sayang sekali banyak headphone gaming yang cuma bisa mendukung satu atau dua platform saja.

Menyadari kondisi ini, SteelSeries mengajukan sebuah solusi menarik. Produsen gaming gear asal Denmark itu memperkenalkan Arctis 1 Wireless, yaitu headphone berkonsep 4-in-1 yang dirancang agar kompatibel dengan mayoritas platform gaming – dari mulai PC, PlayStation 4, Xbox One, Switch hingga Android. Berbekal kapabilitasnya itu, kita tidak perlu lagi membeli periferal audio untuk perangkat gaming berbeda – dimungkinkan berkat lengkapnya konektivitas Arctis 1 Wireless.

Arctis 1 Wireless 3

Dari sisi desain, Arctis 1 Wireless mempunyai penampilan layaknya headphone standar. Ia mempunyai dua housing speaker yang disambung oleh headband. Housing mempunyai bentuk agak lonjong, dibekali earcup berbantalan empuk. Ukuran cup cukup lebar untuk merangkul seluruh bagian telinga, lalu padding juga bisa ditemukan di sisi bawah headband-nya. Aspek menarik dari tubuh Arctis 1 Wireless adalah pemanfaatan rangka jenis baja ringan demi memastikan strukturnya tetap kuat namun lentur – cocok buat gamer.

Sempat saya singgung sebelumnya, konektivitas ialah aspek yang membuat Artcis 1 Wireless istimewa. Bagi saya, perangkat ini cocok bagi orang-orang yang biasa ber-gaming di PC tapi juga suka menikmati permainan di console. Arctis 1 Wireless dapat tersambung ke PC lewat kabel atau dongle USB. Aksesori wireless USB tersebut juga memungkinkannya tersambung ke PlayStation 4 atau Nintendo Switch (baik ketika diposisikan di docking maupun dalam mode handheld).

Arctis 1 Wireless

Perlu diketahui bahwa metode koneksi Arctis 1 Wireless ke Xbox One sedikit berbeda. Khusus buat console Microsoft itu, headphone tidak dapat disambungkan secara wireless, melainkan via kabel bercolokan 3,5mm ke port yang terdapat di unit controller.

Jantung dari Arctis 1 Wireless adalah driver 40mm yang juga dimanfaatkan oleh model Arctis 7. Segala proses pengaturan (volume, mute, play/pause) bisa dilakukan langsung dari headphone lewat switch dan dial di bagian luar housing. Di mode wireless, perangkat mengusung teknologi lossless di frekuensi 2,4GHz, menjangkau jarak maksimal 9-meter dan mengambil tenaga dari baterai internal yang kabarnya mampu menghidangkan suara hingga 20 jam non-stop.

Arctis 1 Wireless 2

Arctis 1 Wireless sudah mulai dipasarkan secara global di awal bulan September 2019, dibanderol seharga US$ 100.

Via The Verge.

Berkat Android 10, Alat Bantu Dengar Dapat Berfungsi Layaknya Headset Bluetooth

Google telah merilis Android 10 secara resmi, diawali dengan lini Pixel terlebih dulu. Dari sekian banyak fitur barunya, ada satu yang sangat menarik meski tidak ditujukan untuk semua orang. Namanya Audio Streaming for Hearing Aids (ASHA), didedikasikan untuk para konsumen yang menggunakan alat bantu dengar sehari-harinya.

Fitur ini sejatinya dapat menyulap alat bantu dengar yang kompatibel menjadi headset Bluetooth. Semua suara yang berasal dari ponsel, baik itu musik dari layanan streaming, ringtone maupun percakapan telepon akan diteruskan langsung ke alat bantu dengar melalui Bluetooth Low Energy (BLE).

ASHA pada dasarnya merupakan sejenis protokol baru yang Google kembangkan dari nol. Menariknya, ASHA dirancang sebagai proyek open-source, yang berarti siapapun bebas memodifikasinya sesuai kebutuhan, dan ini sangat krusial guna memperluas kompatibilitasnya dengan berbagai alat bantu dengar.

Untuk sekarang, alat bantu dengar yang kompatibel memang baru sedikit, tapi seperti yang saya bilang, itu semua hanya masalah waktu jika melihat sifat ASHA yang open-source. Selama alat bantu dengarnya dilengkapi konektivitas Bluetooth LE, semestinya tidak akan begitu sulit menambahkan dukungan terhadap ASHA.

Bluetooth LE juga sudah bisa dibilang merupakan konektivitas standar untuk smartphone saat ini, yang berarti konsumen non-Pixel hanya tinggal menunggu update Android 10 tersedia buat mereka.

Sumber: Android Headlines dan Engadget. Gambar header: Pexels.

HP Luncurkan Monitor QHD 240 Hz dan Sekuel dari Gaming Headset Inovatifnya

Seperti biasa setiap tahunnya, deretan game yang diluncurkan di Gamescom turut dibarengi oleh sejumlah gaming gear baru. Dari kubu HP tahun ini, ada dua perangkat menarik yang diumumkan di bawah divisi gaming-nya, Omen.

Perangkat yang pertama adalah HP Omen X 27. Ukuran monitor ini memang kalah jauh dari persembahan terbaru Alienware, akan tetapi panelnya sangat istimewa: 27 inci dengan resolusi 2560 x 1440 pixel (QHD), refresh rate 240 Hz, dan response time 1 ms. Perpaduan resolusi dan refresh rate-nya ini tergolong langka mengingat mayoritas monitor 240 Hz yang ada di pasaran saat ini hanya mengemas resolusi 1080p.

Bukan hanya itu saja, panel milik Omen X 27 juga sudah mendukung penuh format HDR. Ia bahkan kompatibel dengan FreeSync 2 HDR, fitur khusus seri GPU AMD Radeon yang pada dasarnya mampu mencegah problem screen tearing terjadi meski monitor tengah menayangkan konten HDR.

HP Omen Mindframe Prime / HP
HP Omen Mindframe Prime / HP

Produk yang kedua adalah HP Omen Mindframe Prime, sekuel dari headset “anti kuping panas” yang HP rilis tahun lalu. Seperti sebelumnya, sistem termoelektrik yang bertugas menyerap udara panas di dalam earcup dan membuangnya ke luar kembali menjadi daya tarik utama dari headset ini.

Yang membuat suksesornya berbeda adalah, kinerjanya menyerap dan mengeliminasi panas semakin efektif berkat penambahan heat spreader berbahan grafit yang ditempatkan di sisi dalam earcup. Juga ikut disempurnakan adalah performa mikrofonnya, yang kini berjumlah sepasang dan bertipe noise cancelling, dengan klaim kemampuan mengeliminasi suara luar hingga 40 desibel.

Terkait jadwal pemasarannya, HP Omen X bakal tersedia lebih dulu mulai bulan September mendatang dengan harga $649, sedangkan HP Omen Mindframe Prime baru akan menyusul di bulan Januari 2020 seharga $199.

Sumber: Trusted Reviews dan IGN.

Buoq Axis Ialah Headphone Wireless yang Bisa Berubah Jadi Speaker

Modal ialah satu-satunya batasan seorang pecinta audio. Akan selalu ada produk penyaji musik yang lebih baru, lebih canggih dan lebih mahal. Itu sebabnya sungguh bijaksana jika dalam menikmati kegemaran ini, Anda lebih dulu menetapkan batasan, serta memilih produk-produk dengan fitur serta fungsi terlengkap. Satu alternatifnya adalah kreasi dari perusahaan bernama Buoq.

Lewat Kickstarter, tim inventor asal Barselona itu memperkenalkan Buoq Axis, yaitu headphone wireless Hi-Fi pertama di dunia yang bisa diubah menjadi speaker portable kapan pun Anda menginginkannya. Transisi Buoq Axis dari headset ke speaker berlangsung secara mudah dan singkat berkat pemanfaatan struktur unik.

Di mode normal, Buoq Axis terlihat seperti headphone biasa. Ia memiliki dua housing speaker, disambung oleh headband adjustable. Earcup on-ear-nya mengusung jenis bantalan NIF Tech yang empuk, aman di kulit, memiliki sirkulasi udara yang baik, anti-air dan noda, serta berfungsi pula sebagai sistem noise cancelling pasif. Padding serupa juga diterapkan di sisi bawah headband.

Buoq Axis 2

Setelah tersambung ke perangkat pemutar musik via Bluetooth 5.0, beberapa fungsi Buoq Axis bisa Anda akses via tombol yang bersembunyi di pelat aluminium bundar di sisi luar: tekan sekali untuk play/pause, dua kali buat pindah ke lagu berikutnya, atau tekan selama satu detik buat mundur. Di dekat pelat itu terdapat tombol switch equalizer. Dengannya, kita dapat menonjolkan vokal, bass atau memilih preset seimbang secara instan.

Buoq Axis 1

Saat ingin berbagi musik, yang perlu Anda lakukan hanyalah memutar housing/earcup 180 derajat ke arah luar dan Buoq Axis segera berubah menjadi speaker. Selanjutnya, Anda dapat menaruh di mana saja, atau alternatifnya, mengalungkan Buoq Axis di leher. Metode ini cocok jika Anda ingin mendengarkan musik saat berkendara di atas sepeda tanpa mengurangi keawasan terhadap keadaan sekitar.

Buoq Axis 4

Jantung dari kapabilitas Buoq Axis adalah sepasang driver 40-milimeter ‘berkualitas tinggi’ yang dibantu oleh unit micro amplifier terintegrasi. Kombinasi dari semua itu memungkinkan perangkat menghasilkan suara yang lantang, dapat terdengar hingga radius 15-meter. Buoq Axis dibekali baterai internal berdaya tahan cukup lama, mampu menghidangkan musik 18 jam non-stop di mode headphone atau 11 jam di mode speaker.

Buoq Axis 5

Menariknya lagi, Buoq Axis tak cuma didukung koneksi wireless. Audio juga bisa dikirimkan lewat kabel bercolokan 3,5-milimeter, baik ketika Anda ingin menggunakan perangkat sebagai headset maupun speaker. Selain itu, bagian earcup terpasang ke housing secara magnetis, dan Anda dapat menggota-gantinya dengan warna lain yang sudah Buoq sediakan.

Buoq Axis bisa Anda pesan di situs crowdfunding Kickstarter. Di sana, produk dijajakan seharga mulai dari € 90 atau kisaran US$ 100, dan akan didistribusikan pada para backer di bulan Oktober 2019. Bundel pembeliannya sudah termasuk kabel charger, kabel Aux-in 3,5mm, pouch travel anti-air dan hard case.

Headset Logitech G Pro X Unggulkan Teknologi Pengolahan Input Audio Racikan Blue Microphones

Akuisisi Logitech terhadap Blue Microphones tahun lalu akhirnya membuahkan hasil. Logitech baru saja meluncurkan gaming headset anyar bernama G Pro X, dan bersamanya datang teknologi pengolahan input audio mutakhir yang Logitech kembangkan bersama Blue, yang sekarang sudah menjadi anak perusahaannya.

Teknologi itu mereka juluki dengan istilah Blue Voice, dirancang untuk menyimulasikan beragam efek mikrofon dan preset input audio profesional melalui software. Sederhananya, Blue Voice diciptakan untuk meningkatkan kualitas mikrofon bawaan headset secara drastis, menjadikannya alternatif yang lebih terjangkau ketimbang harus membeli broadcast mic terpisah.

Logitech G Pro X

Kustomisasi mic yang ditawarkan Blue Voice ini dapat diakses melalui software Logitech G Hub. Oke, ini berarti gamer dan streamer bisa mengutak-atik input suaranya sesuai selera dan kebutuhan, tapi bagaimana cara mereka tahu itu semua sudah sesuai?

Di sinilah fungsi recording dan playback Blue Voice berperan. Jadi usai menetapkan pengaturan input audio yang diinginkan, pengguna dapat merekam suaranya, lalu mendengarkannya sendiri untuk mengevaluasi apa saja yang belum pas. Agar lebih memudahkan, tentu saja sudah tersedia sejumlah profil preset yang dapat langsung diaktifkan.

Itu tadi soal input, untuk output, G Pro X mengandalkan sepasang driver 50 mm dengan material hybrid mesh. Tidak ketinggalan adalah dukungan suara surround DTS Headphone: X 2.0, dan kombinasi ini semestinya dapat menyajikan pengalaman aural yang menyenangkan.

Logitech G Pro X

Dari segi estetika, G Pro X kelihatan lebih premium, utamanya berkat konstruksi yang banyak melibatkan material aluminium dan stainless steel. Bantalan telinganya juga masih terlihat besar dan tebal, tapi seandainya konsumen kurang suka dengan bahan kulit sintetis, paket penjualan G Pro juga mencakup sepasang bantalan ekstra yang berlapis velour.

Terlepas dari itu, sulit menangkis fakta bahwa Blue Voice adalah nilai jual terbesar dari G Pro X. Meski demikian, Logitech sendiri sadar bahwa tidak semua konsumen membutuhkannya. Sebagian mungkin sudah merasa cukup dengan pengaturan input mikrofon bawaannya, dan mereka ini biasanya juga tidak akan tertarik mengutak-atik lebih lanjut.

Itulah mengapa Logitech G Pro X bakal dipasarkan bersamaan dengan G Pro versi baru yang identik tapi tak dilengkapi dengan teknologi Blue Voice. Logitech mematok harga $130 untuk G Pro X dan $100 untuk G Pro, dengan pemasaran yang dijadwalkan berlangsung mulai bulan Juli ini juga.

Sumber: The Verge dan Logitech.

[Computex 2019] Berkunjung ke Kamar Kingston dan HyperX

Besarnya area Computex 2019 memang tidak memungkinkan DailySocial untuk mengunjungi semua vendor yang ada. Oleh karena itu, kami pun harus memilih mana yang dapat kami liput dengan waktu yang cukup terbatas tersebut. Kingston dan HyperX merupakan salah satu yang ada dalam daftar kunjungan kami.

Kingston HyperX - Game rig

Seperti sebelumnya, Kingston mengambil sebuah kamar pada hotel Grand Hyatt Taipei yang bersebelahan dengan gedung tertinggi di Taiwan, 101. Entah karena memang tempatnya nyaman atau tidak kebagian booth di area Computex, banyak memang vendor memori dan pendingin yang memamerkan produknya pada hotel yang satu ini.  Hal tersebut membuat sesi kunjungan sedikit gerah karena banyaknya orang yang masuk dalam sebuah kamar.

Kingston HyperX - Mice

HyperX sendiri merupakan salah satu divisi dari Kingston yang membuat peripheral dengan kinerja tinggi. Oleh karenanya, HyperX sendiri lebih dikenal oleh kalangan gamer dibandingkan dengan Kingston. Hal tersebut juga dikarenakan oleh HyperX yang membuat produk-produk untuk kalangan esports seperti headset, keyboard, mouse, dan lainnya.

Kingston HyperX - Quadcast

Pada ruangan Kingston di Computex 2019, ada beberapa hal yang sangat menarik untuk dibahas. Hal pertama adalah microphone HyperX QuadCast yang diklaim memiliki harga sekitar $200-an. QuadCast mampu merekam suara dari empat sisi sehingga cukup menaruh perangkat ini ditengah untuk mereka suara lebih dari satu orang. Sayangnya, saat ditanyakan kapan perangkat ini ada di Indonesia, pihak HyperX hanya berkata “soon“.

Kingston HyperX - HEadphones

HyperX juga memamerkan Cloud Orbit S, sebuah headset yang mampu menghadirkan suara 3D. Tidak hanya itu, perangkat ini menggunakan teknologi posisi dari Audeze. Apa itu? Teknologi ini memungkinkan kita untuk mendengar suara 3D berdasarkan posisinya. Misalkan saja pada sebuah game, ada suara yang terdengar dari sisi sebelah kanan. Saat kepala kita menengok ke sebelah kanan, maka suara itu akan terdengar seperti berada di tengah depan muka kita.

Kingston HyperX - Test PC

Pada bagian Kingston, cukup banyak hal menarik yang bakal muncul di tahun 2019 ini. Pada bagian SSD, Kingston saat ini sudah memiliki SSD untuk enterprise dengan kapasitas 7.6 TB! Kingston juga memamerkan SSD dengan kapasitas 3.84 TB yang juga ditujukan untuk penggunaan server dengan interface SAS.

Pada sisi RGB, Kingston memiliki sebuah teknologi yang baru akan dipatenkan. Teknologi ini akan membuat RAM RGB akan memiliki warna yang selaras pada saat terpasang tanpa halangan. Saat sensor tertutup, maka warna antar satu RAM dengan RAM yang lainnya akan berbeda.

Beberapa orang akan mengatakan “buat apa”? Namun yang pasti, teknologi RGB juga hanya untuk mempercantik ruang di dalam casing, yang sebagian besar tertutup rapat tanpa kaca. Saya sendiri juga tidak terlalu antusias dengan teknologi lampu berwarna warni ini. Akan tetapi, RGB terbukti meningkatkan penjualan para vendor.

Belum dapat dipastikan kapan produk-produk terbaru dari Kingston akan mendarat di Indonesia. DailySocial pun berencana untuk melakukan review terhadap beberapa perangkat dari HyperX. Semoga saja, hal tersebut dapat dilakukan dalam waktu dekat.

Kingston HyperX - Extra

*Semua foto diambil menggunakan smartphone Samsung Galaxy S10+

Headset Audeze LCD-GX Diciptakan untuk Gamer yang Kebetulan Juga Seorang Audiophile

Saya yakin tidak banyak gamer yang mengenal perusahaan bernama Audeze, kecuali mereka juga punya hobi di bidang audio. Selama berkiprah sejak 2008, nama Audeze lebih populer di kalangan audiophile, akan tetapi per tahun lalu, mereka mulai merambah segmen gaming lewat headset bernama Mobius.

Eksperimen mereka di ranah baru ini rupanya membuahkan hasil yang cukup positif. Buktinya, mereka baru saja mengumumkan gaming headset kedua mereka. Dijuluki Audeze LCD-GX, wujudnya memang sama sekali tidak mencitrakan sebuah gaming gear, sebab memang target pasar yang diincar adalah para gamer yang kebetulan juga masuk di kalangan audiophile.

Itulah mengapa desainnya menyerupai headphone lain dari lini Audeze LCD, mengadopsi model open-backed demi menyajikan soundstage yang lebih luas, tapi dengan ‘ongkos’ suara akan bocor ke mana-mana, serta suara dari luar yang gampang sekali masuk. Di balik setiap earcup-nya, tertanam driver berteknologi planar magnetic dengan diameter 103 mm.

Audeze LCD-GX

Secara umum, keunggulan utama teknologi planar magnetic adalah dentuman bass-nya yang terdengar bulat dan sangat mantap. Ketika diaplikasikan ke ranah gaming, tentunya ini juga bisa dilihat sebagai hal yang positif, meski saya yakin banyak juga gamer yang lebih memprioritaskan gimmick seperti suara surround dan spatial audio.

Kalau memang itu yang dicari, maka Mobius jelas merupakan pilihan yang lebih tepat ketimbang LCD-GX, belum lagi rencana Audeze untuk menambahkan fitur yang dapat menerjemahkan pergerakan kepala menjadi input keyboard. LCD-GX di sisi lain hanya akan menarik perhatian mereka yang mementingkan kualitas suara di atas segalanya.

Sebagai sebuah gaming headset, tentu saja LCD-GX dibekali sebuah mikrofon, lengkap dengan tombol mute beserta lengan yang fleksibel sehingga masing-masing pengguna bisa menyesuaikan posisinya dengan mudah. Yang cukup menarik, mic ini menjadi satu dengan kabel, dan Audeze menyertakan dua pasang kabel yang berbeda; satu tanpa mic untuk pemakaian di luar sesi gaming.

Secara keseluruhan, Audeze LCD-GX bukan untuk semua gamer, sebab untuk bisa memaksimalkan kinerjanya, Audeze menyarankan untuk menyiapkan amplifier atau DAC terpisah sebagai pendampingnya. Harganya yang dipatok $899 juga merupakan alasan lain ia kurang cocok buat gamer mainstream.

Sumber: The Verge.

Headset Wireless SteelSeries Arctis 9X Diciptakan Khusus untuk Pengguna Xbox

Kalau ditanya apa salah satu kekurangan Xbox One dibanding PlayStation 4, mungkin mayoritas penggunanya akan bilang absennya kompatibilitas headset Bluetooth. Sebagai gantinya, Microsoft mengandalkan protokol khusus bernama Xbox Wireless, kurang lebih mirip seperti kasus Apple dan AirPlay.

Yang jadi masalah, populasi headset Xbox Wireless tergolong kecil. Beruntung SteelSeries tergerak untuk meluncurkan produk di segmen ini, yaitu Arctis 9X. Kelebihan utamanya? Apa lagi kalau bukan dukungan resmi Xbox Wireless, yang berarti pengguna Xbox dapat menyambungkannya tanpa kabel maupun dongle.

Dukungan Xbox Wireless juga berarti latency-nya dipastikan sangat rendah, yang berarti hampir tidak ada jeda antara audio yang keluar dari game dan yang terdengar di telinga. Lebih lanjut, SteelSeries juga mengklaim bahwa Arctis 9X menawarkan koneksi yang paling bisa diandalkan di antara headset Xbox Wireless lain, dan ini berdasarkan pernyataan Microsoft kepada mereka.

SteelSeries Arctis 9X

Dari segi estetika, Arctis 9X tampak tidak jauh berbeda dari headset Arctis lainnya. Desainnya simpel namun elegan (tidak norak seperti mayoritas gaming headset), dan kenyamanan yang ditawarkannya mungkin sudah bisa diwakilkan oleh bantalan telinga yang terlihat cukup tebal.

Berhubung ini adalah headphone wireless, sudah pasti ada sejumlah tombol kontrol di earcup-nya. Namun yang paling menarik adalah sebuah kenop di earcup sebelah kiri, yang berfungsi untuk mengatur volume audio yang datang dari Xbox di saat headset juga tersambung ke perangkat lain via Bluetooth.

Ya, Arctis 9X mendukung multiple input. Jadi selagi tersambung ke Xbox, ia juga bisa disambungkan ke ponsel via Bluetooth, entah untuk mendengarkan musik atau menerima panggilan telepon, semuanya sembari asyik bermain game.

SteelSeries Arctis 9X

Terkait daya tahan baterai, dalam satu kali pengisian, Arctis 9X diklaim mampu beroperasi sampai 20 jam nonstop, dan pengguna dapat memantau sisa baterainya langsung di TV. Saat baterainya habis, pengguna masih bisa memakainya dengan bantuan kabel 3,5 mm.

SteelSeries saat ini sudah memasarkan Arctis 9X seharga $200. Bukan harga yang murah, tapi cukup pantas jika mempertimbangkan semua fiturnya, serta fakta bahwa headset Xbox Wireless merupakan spesies yang langka.

Sumber: AnandTech.