Mengulas Tren Teknologi Sistem Manajemen SDM Bersama CATAPA

Peran teknologi untuk mendemokratisasi proses bisnis perusahaan kian meluas, tak terkecuali dalam divisi sumber daya manusia (SDM). Sejatinya, produk teknologi untuk sistem informasi SDM (Human Resources Management System – HRIS) sudah banyak dijajakan di pasaran, khususnya dari vendor luar negeri. Namun karena keterbatasan yang ada, baik dari sisi fitur maupun tahapan implementasinya, masih banyak aktivitas SDM perkantoran yang dikerjakan secara manual. Contohnya pengajuan cuti dengan formulir kertas, proses screening kandidat, sampai penggajian yang ditransfer manual.

Di samping itu, kultur di setiap negara bisa jadi berbeda, sehingga sangat penting bagi pengembang sistem untuk memahami kebutuhan dan pengalaman pengguna yang diharapkan. Ini menjadi peluang bagi startup lokal untuk berinovasi dengan pemahaman yang dimiliki. Berbentuk Software as a Services (SaaS), sudah ada beberapa produk HRIS yang dikembangkan oleh pemain lokal, salah satunya CATAPA. Startup yang dinakhodai oleh Stefanie Suanita (Founder & CEO) ini terbilang cukup gesit dalam melakukan pengembangan produk; di masa pandemi lalu, mereka meluncurkan beberapa fitur untuk penyesuaian.

Salah satunya CATAPA Safe, yakni sebuah aplikasi yang berfungsi mengidentifikasi jarak antar karyawan selama berada di area kerja. Dirilis sejak April 2020, layanan ini memiliki tiga tujuan utama, yakni melakukan Track, Trace, dan Isolate. Apabila ada karyawan yang positif Covid-19, perusahaan dapat melacak siapa yang pernah melakukan kontak dengan karyawan bersangkutan selama 14 hari ke belakang untuk segera diisolasi.

CATAPA Safe

Selain itu, untuk mendukung kegiatan work from home atau remote working, dirilis juga CATAPA Contactless Attendance. Aplikasi presensi yang memungkinkan tim SDM mendeteksi keabsahan mereka dengan melihat foto sampai lokasi bekerjanya.

CATAPA Contacless Attendance

DailySocial berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Stefanie, membincangkan isu-isu dalam kebutuhan SDM perusahaan dan tren teknologi yang akan mentransformasi HRIS di Indonesia.

Permasalahan dalam sistem SDM tradisional

Menurut Stefanie, ada beberapa urgensi yang membuat perusahaan mulai mempertimbangkan layanan digital untuk menunjang HRIS. Pertama, dari sistem yang sudah ada masih banyak aspek yang dikerjakan manual, seperti yang disebutkan di awal tadi.

“Banyak perusahaan yang masih pakai Excel untuk pengajuan cuti, isunya akan terjadi single point of failure. Berkas dan knowledge-nya hanya tersimpan di laptop satu orang tim HR saja. Akan terjadi permasalahan jika orang tersebut sakit atau bahkan keluar dari kantor,” kata Stefaine.

Ia melanjutkan, “Belum lagi kalau menyangkut urusan payroll. Mungkin untuk karyawan yang gaji bulanannya tergolong besar, transferan telat beberapa jam tidak terlalu berdampak. Tapi ada beberapa karyawan dengan gaji pas-pasan yang sangat bergantung dengan pemasukan tersebut. Delay satu-dua jam menjadi sangat berpengaruh bagi mereka.”

Kedua, layanan HRIS canggih yang ada biasanya cenderung mahal. Terlebih lagi yang dari vendor internasional, banyak yang belum memberikan dukungan penuh dengan kultur kerja di sini – misalnya sistem payroll yang disesuaikan beleid perpajakan di Indonesia, atau terintegrasi dengan sistem pembayaran di Indonesia. Kemudian yang ketiga terkait dukungan penggunaan; banyak perusahaan yang bilang ke Stefanie berpindah ke layanan HRIS lokal karena menginginkan dukungan penggunaan yang lebih cepat.

Sebagai SaaS, CATAPA mengenakan biaya berlangganan per karyawan dengan biaya sekitar 12 ribuan. Stefanie mengklaim, dengan transformasi digital di ranah sistem SDM dapat menghemat biaya sampai 120 juta Rupiah per tahun dan penghematan waktu hingga 12 ribu menit. Karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk pengadaan infrastruktur dan pekerja tambahan.

Tren teknologi HRIS

Spesifik untuk penunjang HRIS, Stefanie mengungkapkan ada tiga teknologi yang akan membentuk tren di 2021. Pertama, penggunaan cloud-based HRIS yang makin masif. Menurut Gartner Report, 55% revenue HRIS datangnya dari solusi berbasis cloud. Mengindikasikan peminat yang semakin besar.

“Kalau dulu, banyak yang maunya sistem HRIS di-host di server lokal karena khawatir akan keamanan data. Tapi sekarang paradigmanya sudah mulai berubah. Layanan cloud HRIS CATAPA bahkan menawarkan sistem keamanan military grade. Dengan cloud, perusahaan bisa scale lebih cepat dengan biaya terjangkau tanpa harus berinvestasi besar di server dan engineer,” ujar Stefanie.

Tren selanjutnya adalah terkait Employee Wellness System, yakni serangkaian program atau aktivitas untuk mendukung lingkungan kerja sehat. Contohnya ada kebutuhan tim SDM melakukan survei harian, untuk memantau kondisi kesehatan dan tingkat kebahagiaan karyawan untuk menjaga produktivitasnya. Bahkan di saat-saat sekarang ini, catatan suhu tubuh harian juga menjadi salah satu yang diupayakan untuk memantau para karyawan.

“Sepanjang pandemi ini, produk CATAPA Safe banyak diminati. Layanan ini memang dikembangkan salah satunya untuk menunjang lingkungan kerja yang lebih sehat di tengah pandemi,” imbuhnya.

CATAPA Chatbot

Kemudian tren teknologi terakhir adalah HRIS yang memberdayakan kecerdasan buatan. Fitur-fitur seperti chatbot, facial recognition, hingga optical character recognition akan makin masif diimplementasikan ke dalam sistem.

“Misalnya kami di CATAPA menerapkan OCR untuk menghadirkan fitur resume parser, membantu tim HR melakukan seleksi kandidat secara cepat. Resume atau CV yang masuk tidak perlu dibaca satu per satu, langsung dapat diseleksi sesuai kriteria. Teknologi tersebut juga bisa digunakan untuk mempermudah proses reimbursement dengan men-scan kuitansi belanja yang hendak dilaporkan,” jelas Stefanie.

Perkembangan bisnis CATAPA

Sejauh ini, CATAPA telah melayani lebih dari 30 ribu pengguna, tersebar di seluruh Indonesia. Stefanie bercerita, pandemi ini mendorong digitalisasi di berbagai kota, sehingga turut mendatangkan banyak klien baru perusahaan-perusahaan di luar Jawa. Pihaknya juga masih terus fokus mengembangkan use case sembari melakukan edukasi terkait inovasi-inovasi teknologi dalam sistem HR.

“Ketika berhadapan dengan orang HR, akan lebih relevan bicaranya tentang use case, menempatkan layanan kita di sisi mereka dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Misalnya chatbot, alih-alih menjelaskan kecanggihan teknologinya, kita lebih senang menerangkan fungsionalitasnya yang dapat membantu HR menjawab inquiry dari karyawan untuk pertanyaan umum seperti sisa cuti, aturan baru, saldo BPJS dll,” kata Stefanie.

Tim pengembang CATAPA / CATAPA
Tim pengembang CATAPA / CATAPA

Selain layanan siap pakai yang bisa digunakan HR secara instan, CATAPA juga memiliki stack teknologi yang direpresentasikan dalam Application Programming Interface (API). Salah satu misi utamanya untuk membentuk ekosistem di platform CATAPA.

“API juga memungkinkan layanan CATAPA untuk terintegrasi dengan HRIS yang sudah ada, termasuk terintegrasi dengan mitra penyedia HRIS lainnya, misalnya sistem ERP internasional,” imbuhnya.

Ia juga menceritakan, bahwa pelanggan CATAPA bisa memilih layanan yang dibutuhkan saja, tidak harus menggunakan sistem secara keseluruhan. Hal ini bisa memungkinkan proses transisi dilakukan secara bertahap dan parsial. “Misalnya ada sebuah Bank yang hanya ingin menggunakan chatbot kita untuk melayani karyawannya secara efisien, itu juga bisa dilakukan. Ada juga saat awal Covid-19 kemarin perusahaan yang hanya ingin memakai layanan CATAPA Safe saja.”

Tahun 2021, CATAPA masih akan memfokuskan pada pertumbuhan bisnis, dengan menjaring lebih banyak perusahaan untuk menggunakan layanannya. Portofolio GDP Venture tersebut juga mengatakan masih akan fokus memperluas kemitraan dengan rekanan strategis, alih-alih melakukan penggalangan dana. “Untuk fundraising no, but yes for mutual partnership. Kita masih ingin memperkuat ekosistem fitur di CATAPA,” tutup Stefanie.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini merupakan hasil bentuk kerja sama antara DailySocial dan CATAPA

Gambar Header: Depositphotos.com

Mudahkan Perusahaan Kelola Tunjangan Pegawai, Mekari Luncurkan Flex

Mekari selaku pengembang produk SaaS untuk UKM dan mid-enterprise menghadirkan produk terbaru yang dapat membantu bisnis mengelola tunjangan pegawai secara fleksibel. Bernama Mekari Flex, produk baru tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendigitalkan proses yang sebelumnya dilakukan manual. Di sisi lain, pegawai juga bisa memantau dan mengakses informasi tersebut di aplikasi.

Mekari Flex merupakan platform digital yang terintegrasi dengan Human Resources Information System (HRIS), memungkinkan berbagai jenis perusahaan mengelola benefit karyawan yang lebih fleksibel tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Biasanya proses pencarian dan negosiasi rekanan vendor merupakan langkah administratif yang cukup memakan waktu hingga kebanyakan HR bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengurus hal tersebut dengan tambahan biaya yang besar.

“Dengan automasi yang dihadirkan Mekari Flex, kami berusaha menjawab permasalahan tersebut dan menghadirkan platform yang memungkinkan segala jenis perusahaan menerapkan benefit yang fleksibel dengan mudah, tanpa biaya besar, dan memberikan manfaat yang maksimal bagi karyawan.” kata Co-Founder & CEO Mekari Suwandi Soh.

Untuk menggunakan platform Mekari Flex, perusahaan harus terdaftar di Talenta terlebih dulu.

Strategi monetisasi dan kategori

Disinggung perusahaan seperti apa yang diincar oleh Mekari untuk menggunakan Mekari Flex, SVP CEO Office Mekari Arvy Egadipoera mengungkapkan, secara desain Mekari Flex bersifat fleksibel, sehingga bisa dikustomisasi oleh masing-masing perusahaan.

Terdapat 4 kategori yang kemudian ditawarkan oleh Mekari Flex kepada perusahaan, di antaranya adalah protection, wellness, lifestyle, dan commuting. Untuk masing-masing kategori, Mekari Flex telah menggandeng beberapa vendor. Mulai dari perusahaan asuransi, layanan groceries, hingga layanan kesehatan dan kecantikan.

Ke depannya Mekari Flex akan terus menambah kemitraan dengan vendor. Saat ini terdapat sekitar 30 mitra dengan lebih dari 80 produk penawaran. Monetisasi model berdasarkan commercial agreement dengan partner dan subscription fee dari platform sendiri.

“Untuk perusahaan yang ternyata juga telah bekerja sama dengan vendor lain sebelumnya, bisa juga nantinya disesuaikan dan ikut dimasukkan ke dalam Mekari Flex. Dengan demikian bisa menambah pilihan vendor di Mekari Flex juga,” kata Arvy.

Sejak diluncurkannya Mekari Flex, telah mendapat respons yang positif dari perusahaan khususnya divisi HR, karena platform ini diklaim bisa membantu mereka menyelesaikan permasalahan administrasi dan rekapan yang masih manual.

“Bagi karyawan pun, tentu saja senang karena benefit yang diberikan tidak terbatas dan mereka juga dapat langsung melihat sisa saldo benefit secara transparan. Terutama bagi perusahaan yang tidak mempunyai budget besar dengan hadirnya Mekari Flex, perusahaan tetap bisa memberikan benefit yang beragam dengan harga istimewa,” kata Arvy.

Application Information Will Show Up Here

Mekari Mulai Optimalkan Lini Bisnis Edukasi, Sasar Pelaku UKM dan Profesional

Bertujuan untuk memberikan akses online learning kepada UKM dan pegawai kantoran, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan software berbasis cloud, Mekari meluncurkan Mekari University. Sebenarnya program ini sudah mulai diinisiasi sejak tahun 2018 lalu. Seiring berjalannya waktu, platform tersebut diklaim telah mengalami pertumbuhan positif dan sudah melakukan ekspansi kerja sama dengan institusi pendidikan di berbagai kota besar Indonesia.

Hingga saat ini, Mekari University sudah memiliki lebih dari 6000 pengguna dari berbagai kalangan dengan lebih dari 800 kelas.

Kepada DailySocial Head of Learning Centre Mekari Sally Devina Kie mengungkapkan, tingginya minat dan antusiasme peserta, ditambah dengan kondisi pandemi saat ini, mendorong Mekari University menghadirkan platform edukasi online secara khusus yang bisa diakses melalui web, dengan harapan bisa menjangkau lebih banyak peserta yang ingin mendapatkan edukasi komprehensif baik dari akademisi atau profesional.

“Di masa pandemi ini, kami melihat potensi besar dalam dunia teknologi pendidikan, namun sekarang kami masih membangun awareness dulu dan masih dengan semangat sepenuhnya untuk edukasi, bukan hanya untuk kalangan akademisi tapi professional juga,” kata Sally.

Konsep online learning yang menyasar UKM hingga perusahaan sudah banyak ditawarkan oleh beberapa startup saat ini. Bukan hanya pelatihan terkait dengan HR dan perpajakan, namun juga belajar hukum oleh Hukum Online hingga startup edutech B2B Codemi.

Targetkan segmen B2C dan B2B

Melalui Mekari University diharapkan bisa menjadi channel bagi Mekari untuk menyediakan platform edukasi online maupun berbagai program edukasi lainnya, yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh semua kalangan baik akademisi, profesional dan pemilik bisnis, juga para pengguna dari produk Mekari.

Untuk segmen B2C, saat ini terdapat berbagai kursus online yang bisa diakses secara gratis oleh peserta (akademisi, profesional dan lainnya) melalui platform. Ada juga kursus online berbayar yang bisa diakses oleh berbagai kalangan untuk tujuan sertifikasi di bidang penggunaan software.

Sementara untuk B2B, Mekari mengembangkan kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan dan entitas usaha di Indonesia untuk menghadirkan seminar, workshop, sesi training to trainer, dan kelas sertifikasi software akuntansi Jurnal, software HRIS Talenta, dan software administrasi pajak Klikpajak yang berbasis cloud bagi kalangan akademisi maupun profesional.

Memasuki kuartal ke empat Mekari tengah mengupayakan untuk scale-up proses produksi kursus di dalam platform pembelajaran untuk menghadirkan konten berkualitas sebanyak-banyaknya guna menjangkau lebih banyak pengguna dan memenuhi ekspektasi mereka. Pilihan kursus yang diambil mayoritas pengguna dari berbagai kalangan merata di setiap topik, yaitu akuntansi, HR, perpajakan, manajemen dan software.

“Namun, memang spesifik mulai di Q4 ini, kami lebih menargetkan audience professional, di mana kami melihat semakin banyaknya kebutuhan course yang disajikan secara online di masa pandemi ini,” kata Sally.

Cerita Inovasi dan Tantangan Platform SaaS HR

Platform manajemen sumber daya manusia (Human Resources / HR) di Indonesia bukan hal baru. Gadjian, Talenta, Jojonomic, Catapa, KaryaOne, dan Benemica adalah contoh sederet nama yang menawarkan solusi untuk perusahaan atau organisasi dalam mengelola karyawan. Solusinya bukan hanya urusan pendataan, tetapi juga integrasi dan mobilitas. Dari sanalah lahir inovasi dan kolaborasi–dua hal krusial bagi startup untuk bisa mempertahankan eksistensinya.

Gadjian dan Catapa berkenan membagikan pengalaman mereka sepanjang tahun 2019 kepada DailySocial. Bagi keduanya, memenuhi kebutuhan pasar masih menjadi hal yang utama, sembari terus mengeksplorasi teknologi terkini yang bisa diimplementasi.

Co-founder dan CEO Gadjian Afia Fitriati menceritakan, tahun 2019 merupakan tahun yang penuh akan tantangan sekaligus juga capaian. Bagi Afia dan tim, Pasar HR adalah pasar berbasis kepercayaan dan di tahun ini mereka berhasil mendapatkannya.

“Di 2 tahun awal kami beroperasi, sebagai pemain baru kami belum mendapatkan kepercayaan itu. Tapi di 2019, kami mulai dikenal sehingga mulai banyak brandbrand besar bahkan BUMN menggunakan aplikasi-aplikasi kami untuk mengelola HR,” cerita Afia.

Sementara bagi Catapa, selain tim dan produk yang semakin matang tahun ini, Catapa resmi memiliki call center dan juga berhasil menggelar Catapa Talk, sebuah ajang yang banyak memberikan masukan bagi tim Catapa untuk lebih baik ke depannya.

“Di tahun 2019 kami establish call center di 150150 guna terus meningkatkan layanan kepada customer Catapa. Dan untuk pertama kalinya di tahun 2019, Catapa mengadakan Catapa Talk yang mengundang para praktisi HR terpilih. Feedback-nya sangat baik. Kami berencana untuk mengadakan Catapa Talk selanjutnya di 2020,” terang CEO Catapa Stefanie Suanita.

Tantangan yang dihadapi

Solusi HR yang ditawarkan Gadjian dan Catapa dari awal menyasar bermacam-macam jenis organisasi. Hal yang wajib dijaga dari solusi-solusi yang ada adalah performa yang tetap stabil dan pengalaman yang membantu atau memudahkan. Belum lagi kompleksitas layanan yang ada.

Bagi Catapa, dua hal penting yang masih menjadi tantangan adalah mengedukasi pasar dan menghadapi keengganan berubah. Tradisi yang sudah lama terjaga mau tidak mau harus diperbarui dengan teknologi. Catapa yang sejak awal mencoba memperkenalkan HRIS (Human Resource Intelligent System) berusaha keras untuk mengedukasi pasar pentingnya pengelolaan HR mumpuni.

“Oleh karena itu, ada setiap kesempatan public talk atau pun pitching, Catapa berusaha menyampaikan pesan pentingnya peran HR di dalam suatu perusahaan dan dengan dukungan HRIS yang tepat perusahaan akan bergerak semakin dekat dengan tujuan perusahaan,” terang Stefanie.

Sementara bagi Gadjian, yang sudah lebih dulu berada di industri, konsistensi menjadi hal yang cukup krusial. Dalam hal ini yang menjadi fokus utama adalah menjaga layanan tersedia dan berkeja dengan baik ketika pengguna membutuhkan.

“Tantangan yang kami hadapi adalah memastikan produk dan layanan kami terus berjalan dengan baik demi menjaga kepercayaan customer. Produk-produk kami cukup kompleks dan digunakan secara rutin oleh customer sehingga tantangan ini terkadang tidak mudah. Contohnya saja aplikasi absensi kami, Hadirr, yang digunakan oleh puluhan ribu karyawan minimal dua kali sehari setiap hari, atau Gadjian yang tiap bulan diakses untuk mengelola gaji. Sedikit saja ada kesalahan, pasti customer complain,” terang Afia.

Catapa HRIS

Inovasi: Benefide dan Claudia

Baik Gadjian maupun Catapa belum selesai dengan inovasi. Kedua masih fokus pada fitur atau layanan terbaru yang disiapkan untuk memanjakan pengguna masing-masing.

Gadjian, di akhir 2019 ini memberkenalkan Benefide, sebuah platform yang akan melengkapi ekosistem layanan Gadjian yang sebelumnya diisi layanan manajemen karyawan Gadjian dan manajemen absensi Hadirr.

Di akhir 2019 kami baru saja meluncurkan inovasi terbaru kami, yaitu platform benefit karyawan Benefide. Selama ini, fokus kami lebih melayani manajemen dan bagian HR dalam manajemen SDM dengan Gadjian dan Hadirr. Dengan Benefide, kami memperluas cakupan layanan kami, bukan saja melayani perusahaan, tapi juga melayani karyawan dengan paket benefit yang lebih baik agar lebih produktif dan betah bekerja,” terang Afia.

Inovasi juga terus jadi strategi Catapa. Terbaru mereka memperkenalkan Claudia, sebuah chatbot yang bisa berperan sebagai sekretaris pribadi bagi setiap orang di perusahaan. Karena bisa membantu karyawan dalam mengajukan cuti, menyetujui permintaan cuti, dan lainnya. Ini merupakan salah satu fitur terbaru hasil dari implementasi teknologi AI.

“Selain Claudia, akan ada penawaran menarik dari partner Catapa bagi perusahaan dan karyawan yang menggunakan Catapa seperti karyawan dapat membeli asuransi perjalanan dengan harga yang lebih terjangkau,” jelas Stefanie.

KaryaOne dan Tren Produk SaaS Sumber Daya Manusia untuk UKM

Satu lagi layanan SaaS di bidang sumber daya manusia. Bernama KaryaOne, startup yang sudah diinisiasi sejak tahun 2016 ini digawangi oleh Protus Tanuhandaru. Ada dua paket produk yang ditawarkan, berbentuk Human Resources Information System (HRIS) dan Talent Management System (TMS). Masing-masing dijajakan secara berlangganan dengan perhitungan menyesuaikan jumlah karyawan yang dikelola dengan sistem tersebut.

“KaryaOne adalah software manajemen HR/SDM yang membantu menyederhanakan proses administrasi HRD seperti absensi, cuti, lembur, payroll, pajak, BPJS, pengelolaan kinerja, jenjang karier, suksesi, dan pengembangan SDM,” ujar Protus selaku CEO KaryaOne.

Salah satu fitur yang diunggulkan KaryaOne ialah kemampuan integrasi (plug and play) dengan perangkat presensi berbasis Fingerprint Scanner dan RFID. Selain itu, dasbor yang disajikan didesain agar tim HR di perusahaan dapat melakukan analisis kinerja SDM secara komprehensif – termasuk melayani berbagai pengajuan, seperti cuti dll.

Selain berbasis website, KaryaOne juga menyediakan aplikasi mobile di platform Android dan iOS. Memungkinkan pengguna mendapatkan fleksibilitas akses di mana saja dan kapan saja.

Ragam SaaS untuk HR di Indonesia

Alternatif layanan HR digital juga dihadirkan oleh Catapa. Startup bimbingan GDP Venture tersebut mencoba memanfaatkan kapabilitas kecerdasan buatan untuk membantu pengelolaan karyawan. Salah satu realisasinya melalui platform berbasis chatbot.

Ada juga inisiatif gabungan bernama Mekari, yakni bundel produk SaaS dari Talenta, Sleekr, Jurnal dan KlikPajak. Misinya menjadi kanal terintegrasi untuk digitalisasi sistem administrasi UKM di Indonesia. Selain itu masih ada layanan SaaS lain, sebut saja Benemica, GreatDay HR, Nusatalent dan sebagainya.

Terdapat alasan mendasar mengapa layanan SaaS masih memiliki pangsa pasar dan potensi yang besar. Tren perkembangan startup dan UKM di Indonesia terus meningkat. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini ada lebih dari 57 juta UMKM dari berbagai sektor di seluruh Indonesia. Unit bisnis tersebut berkontribusi pada 60% GDP nasional.

Salah satu ciri UKM atau startup –khususnya di tahap awal—adalah tim yang ramping. Untuk mengurus hal administrasi seperti kepegawaian atau perpajakan, kadang mereka memilih menggunakan jasa pihak ketiga, alih-alih merekrut staf di bagian tersebut. Kehadiran SaaS sangat menolong, karena berbagai aktivitas dapat disimplifikasi dan dilakukan oleh satu atau dua orang saja.

Sifat layanan berbasis komputasi awan yang cenderung fleksibel dalam penggunaan –biasanya dibayar sesuai pemakaian—turut membuat UKM tidak harus berinvestasi besar di awal, namun menyesuaikan dengan skala bisnis dan pertumbuhannya.

Pangsa pasar SaaS yang luas turut didukung perkembangan adopsi smartphone, internet dan alat-alat komputasi lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Sleekr Perluas Kerja Sama Strategis dengan Beberapa Startup Bisnis

Setelah meluncurkan aplikasi akuntansi, platform bisnis berbasis komputasi awan Sleekr kembali hadir dengan inovasi terbaru. Pertama ialah hasil kerja sama dengan Online Pajak, untuk perusahaan yang ingin melaporkan pajak perusahaan secara online melalui aplikasi Sleekr. Kepada media, Co-founder dan CEO Sleekr Suwandi Soh menyebutkan, fitur terbaru ini tentunya bisa membantu perusahaan melakukan kegiatan laporan pajak perusahaan.

“Terintegrasi melalui API dengan Online Pajak selain mampu menghitung PPH21 secara langsung, saat ini Sleekr juga bisa digunakan untuk perusahaan melakukan kegiatan laporan pajak secara online.”

Sejak awal Sleekr didesain untuk memudahkan UKM hingga startup melakukan kegiatan akunting hingga HR. Bukan hanya pelaku UKM dan startup saja, Sleekr juga telah digunakan oleh perusahaan besar untuk kegiatan HR dan akuntansi perusahaan.

Selain dengan online pajak, Sleeker juga terus melakukan kolaborasi dengan startup, salah satunya adalah dengan Kartunama. Untuk memudahkan perusahaan melakukan pemesanan kartu nama secara langsung, Sleekr menyediakan pilihan tersebut langsung melalui platform yang dimiliki.

“Secara langsung melalui Sleeker data dari pegawai serta informasi tambahan lainnya bisa mendapatkan kartu nama secara cepat. Sehingga memudahkan pegawai baru dan pihak HR,” kata Suwandi.

Kerja sama strategis lainnya yang juga telah dilancarkan oleh Sleeker adalah dengan MOKA, startup yang menyediakan layanan sistem kasir (POS) yang memakai teknologi sistem Cloud. Memanfaatkan platform yang dimiliki Sleekr, selanjutnya klien yang telah memilih paket dari Sleekr bisa memanfaatkan layanan POS dari MOKA.

“Layanan ini tentunya bisa sangat membantu pihak restoran dalam hal pengelolan SDM hingga perhitungan pendapatan setiap harinya.”

Fitur “kas kecil” di Sleekr

Layanan lainnya yang saat ini sudah siap untuk dihadirkan oleh Sleekr adalah fitur Petty Cash atau kas kecil yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengelola pembayaran reimbuirse transportasi hingga pengeluaran kantor karyawan. Dengan langkah mudah semua kegiatan rutin tersebut bisa dilakukan melalui Sleekr secara langsung. Untuk memonitor kegiatan keuangan yang ada, pihak HR dan akunting perusahaan bisa melihat secara langsung dalam dashboard.

Petty cash ini merupakan fitur sederhana dari Sleekr namun mampu memotong cara-cara konvensional dalam hal proses reimbuirse di perusahaan,” kata Suwandi.

Sleekr yang saat ini masih memanfaatkan pendanaan tahap Pre-Seri A dari korporasi, belum berniat untuk melakukan penggalangan dana. Meskipun sejak awal diluncurkan masih fokus kepada penjualan, untuk akhir tahun 2017 ini rencananya Sleekr akan mulai fokus kepada promosi secara online hingga edukasi kepada pelanggan.

“Saat ini masih banyak perusahaan yang masih belum mengerti apa itu komputasi awan dan bagaimana cara kerjanya. Dengan kegiatan edukasi diharapkan akan lebih banyak lagi perusahaan yang mengerti manfaat dari Sleekr dan bergabung menjadi klien kami,” tutup Suwandi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Rekruta Raih Pendanaan Awal dari East Ventures

Layanan SaaS Human Resource (HR) Rekruta mengumumkan perolehan pendanaan awal dari East Ventures dengan nilai yang tidak disebutkan. Investasi yang diperoleh akan digunakan untuk mendanai pertumbuhan melalui sejumlah ekspansi produk. Pihak Rekruta memproyeksikan bisa memperoleh lebih dari 100 klien berbayar, berukuran sedang hingga besar, tahun depan.

Kami sempat mengulas soal Rekruta bulan lalu. Didirikan oleh Silvia Pratama dan Yanuar Wibisono, layanan ini diklaim sebagai startup pertama di bidang SaaS untuk human resources applicant tracking system di Indonesia. Solusi yang ditawarkan Rekruta diangap dapat meringankan pekerjaan perusahaan untuk mempercepat proses perekrutan SDM dan membuat keputusan berdasarkan data yang teragregasi.

Silvia Pratama mengungkapkan, “Potensi dan peluang pasar SaaS HR di Indonesia sangat besar. HR sudah menjadi industri global bernilai miliaran dollar dan masih memiliki ruang untuk berkembang.”

Ia juga menyebutkan Rekruta mengakomodasi kolaborasi antara departemen SDM dan departemen lain secara real time yang sangat membantu di proses perekrutan. Silvia mengklaim sistem yang ada bisa di-scale seiring dengan pemekaran perusahaan.

Tentang urusan keamanan data, Silvia menyebutkan layanannya ini menggunakan infrastruktur yang dikelola Amazon, yang telah dilengkapi oleh sejumlah kontrol keamanan.

Rekruta, yang kebanyakan kliennya adalah perusahaan menengah hingga besar bakal menggunakan perolehan dana untuk mengekspansi jumlah anggota tim.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, dalam rilisnya, mengatakan, “Rekruta membantu perusahaan saat dihadapkan dengan permasalahan manajemen sumberdaya.”

Willson mencontohkan bahwa selama ini perekrutan melalui portal pekerjaan justru membuat permasalahan baru karena mereka harus mengelola (dan menyeleksi) suplai pelamar dari berbagai sumber.

Solusi di bidang HR, khususnya yang berbasis SaaS, tampaknya menjadi platform menarik bagi East Ventures. Sebelumnya mereka juga telah berinvestasi di platform HRIS Talenta dan penyedia layanan karier Singapura Glints.