Hyundai Beli Perusahaan Robot Boston Dynamics

Boston Dynamics, produsen robot yang mengawali kiprahnya sebagai proyek di Massachusetts Institute of Technology (MIT), kini punya pemilik baru lagi. Melalui sebuah siaran pers, Hyundai Motor Group mengumumkan rencananya untuk meminang Boston Dynamics dari tangan SoftBank Group, dengan nilai valuasi sebesar $1,1 miliar (± Rp15,57 triliun).

Pasca transaksi, produsen mobil terbesar ketiga di dunia itu bakal memegang sekitar 80% dari total saham Boston Dynamics, dan sisanya masih berada di bawah kepemilikan SoftBank. Sekadar mengingatkan, SoftBank sendiri membeli Boston Dynamics dari Google di tahun 2017 dengan mahar yang dirumorkan mencapai $165 juta berdasarkan laporan dari Bloomberg.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, apa yang menjadi motivasi Hyundai membeli sebuah perusahaan robot yang sejauh ini belum mampu mencetak laba? Hyundai memang tidak menyebutkan alasan yang spesifik, akan tetapi mereka melihat akuisisi ini sebagai langkah yang tepat dalam misinya bertransformasi menjadi “Smart Mobility Solution Provider”.

Hyundai juga percaya bahwa investasi di bidang robotik dapat membantu mengakselerasi perwujudan visi mereka di bidang sistem kemudi otomatis maupun konsep pabrik pintar. Seperti yang kita tahu, teknologi robotik memang hampir selalu diasosiasikan dengan tren automasi, dan Hyundai sepertinya melihat ini sebagai faktor krusial buat masa depan mereka.

Boston Dynamics Spot

Di saat yang sama, Hyundai juga ingin melihat Boston Dynamics tumbuh secara komersial. Ini penting mengingat Boston Dynamics sudah tidak berpenghasilan lagi semenjak diakuisisi oleh Google di tahun 2013 dan berhenti menerima kontrak militer. Selama tujuh tahun terakhir, Boston Dynamics hanya mengembangkan robot demi robot yang kerap berujung menjadi viral, tapi tanpa peluang untuk mendapat keuntungan dari penjualan.

Namun pada pertengahan 2020 kemarin, Boston Dynamics sebenarnya sudah mulai menjual sebuah robot bernama Spot. Bloomberg melaporkan bahwa robot seharga $74.500 itu sejauh ini sudah terjual sebanyak 400 unit dan mendatangkan pemasukan paling tidak sebesar $30 juta. Kendati demikian, biaya operasi perusahaan yang dibutuhkan Boston Dynamics sendiri tidak sedikit dan bisa mencapai lebih dari $150 juta per tahunnya.

Hyundai, dengan segala kekuatannya di bidang manufaktur, semestinya dapat membantu Boston Dynamics meningkatkan efisiensinya perihal produksi robot komersial ini. Produksi yang lebih efisien berarti Boston Dynamics dapat menekan ongkos yang dibutuhkan sekaligus harga jual robotnya, dengan harapan bakal ada lebih banyak lagi konsumen yang membelinya.

Spot sendiri sejauh ini belum bisa berbuat banyak di samping menjadi alternatif terhadap drone. Namun hal itu tidak menepis fakta bahwa robot tersebut mengusung sederet teknologi canggih, dan video dari MKBHD berikut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kecanggihannya.

Sumber: Ars Technica.

Pangsa Pasar Hyundai Kini Lebih Besar di Segmen Mobil Elektrik daripada Mobil Konvensional

Hyundai bukanlah nama pertama yang muncul di benak saya saat membicarakan tentang mobil elektrik. Namun siapa yang menyangka kalau pabrikan asal Korea Selatan itu sekarang berhasil menempatkan dirinya sebagai produsen mobil elektrik terbesar nomor empat setelah Tesla, Nissan, dan Volkswagen.

Lebih menarik lagi, Hyundai (plus anak perusahaannya, Kia) kini punya pangsa pasar yang lebih besar di segmen mobil elektrik ketimbang mobil konvensional. Lembaga riset industri otomotif MarkLines (via Business Korea) melaporkan penjualan mobil elektrik secara global sebanyak 290.436 unit selama periode kuartal pertama 2020, dan 9,9 persennya (28.796 unit) berasal dari Hyundai-Kia.

Dalam periode yang sama, Hyundai-Kia mencatatkan pangsa pasar sebesar 8,9% di segmen mobil konvensional. Kemungkinan besar penjualannya memang menurun selama pandemi, akan tetapi kita juga harus ingat bahwa situasinya juga sama tidak mendukungnya buat segmen mobil elektrik.

Dilihat dari perspektif lain, pertumbuhan penjualan mobil elektrik Hyundai-Kia memang sangat pesat. Di saat penjualan mobil elektrik secara global naik sebesar 4,28 kali lipat dibanding empat tahun lalu, penjualan Hyundai-Kia justru naik 20 kali lipat lebih. Yang tadinya duduk di posisi belasan dalam ranking produsen mobil elektrik terbesar dunia kini sudah melompat ke posisi keempat.

Tahun depan, penjualan mobil elektrik Hyundai-Kia diprediksi bakal menembus angka 30.000 unit. Hyundai kabarnya juga tengah bersiap untuk meluncurkan mobil elektrik generasi baru yang dibangun menggunakan platform anyar khusus mobil elektrik. Penggunaan platform baru ini dipercaya bisa meningkatkan kapasitas baterai sekaligus jarak tempuh mobil ketimbang sebatas menukar mesin bensin dengan motor elektrik dan baterai seperti sekarang.

Sumber: Electrek.

Grab Segera Uji Coba Kendaraan Listrik di Jabodetabek Awal Tahun 2020

Grab mengumumkan uji coba kendaraan listrik roda empat dan dua di Jabodetabek, yang merupakan bagian dari roadmap kendaraan listrik (EV Ecosystem Roadmap) demi mempercepat adopsi transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Dalam peluncuran ini turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan; Menristek dan Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro; perwakilan dari lintas kementerian, dan mitra produsen.

Di dalam roadmap, Grab akan memanfaatkan kemitraan dengan salah satu investornya Hyundai sebagai produsen mobil lewat entitas lokal Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, Astra Honda Motor (AHM), dan Gesits untuk roda empat. Kendaraan akan mengaspal pada awal tahun depan.

Mobil listrik yang diboyong adalah Hyundai Ioniq Electric dengan kapasitas baterai 38 kwh, mampu menempuh perjalanan 380 kilometer sekali charge cukup untuk mengelilingi Jabodetabek. Produk ini sudah didesain khusus untuk kondisi di Indonesia.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, mobil listrik ini dinamai Grab Car EV dan memiliki status ASK (angkutan sewa khusus) taksi online berpelat hitam. Ia dapat dipesan dalam aplikasi Grab. Ketersediaannya terbatas di dekat Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sudah tersedia.

“Jenis mobil yang disediakan Hyundai adalah tipe baru khusus untuk Indonesia. Dari sini kita bisa address masalah dengan leapfrog teknologi yang lebih maju untuk Indonesia. Masalah utama di Jakarta adalah polusi yang cukup tinggi. Langkah hijau dari Grab adalah bantu menghasilkan udara yang lebih baik,” katanya, Jumat (13/12).

Sementara untuk roda dua, ketersediaannya akan secara acak, lebih mudah didapat pengguna. Adapun jumlah unit yang tersedia untuk tahap awal sebanyak 20 unit mobil Hyundai, dan 20 unit motor listrik AHM dan Gesits.

Unit motor yang dipakai Grab dari AHM adalah PCX Electric, mampu menggerakkan motor sejauh 69 km bertenaga dua unit baterai portabel yang disebut Honda Mobile Power Pack. Sementara Gesits adalah produsen motor listrik lokal yang baru mengaspal di Indonesia.

Executive Director Grab Indonesia Ongky Kurniawan menjelaskan, mengingat ini adalah uji coba maka Grab akan menguji kelayakan motor EV di seluruh perjalanan Grab, termasuk untuk pengiriman makanan dan barang. Tujuannya untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya untuk memetakan kembali model bisnisnya, bentuk kerja sama dengan mitra pengemudi, dan sebagainya.

“Selain itu, kita ingin tahu buat charging station-nya di mana saja titik yang optimalnya. Dari dua merek motor yang kita pakai, ingin tahu juga ketahanannya sejauh apa, kan keduanya dibuat berasal dari negara yang berbeda, satu asli Indonesia,” tambah Ongki.

Dia juga memastikan kendaraan listrik ini akan dikendarai oleh mitra pengemudi. Hanya saja, belum ditentukan skema kemitraannya seperti apa. Bila melihat dari model bisnis di Singapura, dilakukan dengan skema menyewa harian.

“Belum tentu skema leasing harian bisa dilakukan di sini, apakah harus investasi awal seperti yang sekarang atau tidak. Final model bisnisnya belum kita putuskan.”

Bangun ekosistem kendaraan listrik

Ridzki menjelaskan dalam membangun ekosistem baru, Grab tidak menjalankan sepenuhnya sendirian, butuh kolaborasi dengan berbagai pihak. Oleh karenanya, perusahaan menggaet banyak perusahaan pelat merah di Indonesia, salah satunya PLN untuk menyediakan SPKLU.

Di Singapura, Grab memiliki 200 unit mobil Hyundai tipe KONA sejak awal tahun ini. Perusahaan juga bermitra dengan perusahaan listrik SP Group untuk menggunakan jaringan pengisian EV publik bagi armada Grab EV.

Dalam rangka mempercepat implementasi Peraturan Presiden No.55 Tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle), PLN menggandeng 20 mitra strategis.

Selain Grab, PLN bermitra dengan Gojek, BlueBird, Transjakarta, Mobil Anak Bangsa, Build Your Dream (BYD) sebagai penyedia transportasinya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik, Hyundai sudah menunjukkan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia dengan bangun pabrik khusus mobil listrik.

Groundbreaking akan dimulai sekitar Maret-April tahun depan. Ini akan bantu Indonesia dalam meningkatkan value dalam negeri, selama ini kita selalu ekspor raw material,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Final Esports World Rally Championship Persembahan Hyundai Segera Digelar

Esports dan dunia balap mobil (autosport) adalah dua hal yang seolah diciptakan untuk menjadi pendamping satu sama lain. Pasalnya, kegiatan menyetir di atas mobil itu sendiri sudah mirip dengan bermain game balap. Oleh karena itu jangan heran bila ada atlet esports balap mobil yang kemudian meneruskan karier ke dunia balap sungguhan, contohnya Rudy Van Buren yang menjadi simulator driver untuk tim F1 McLaren setelah juara kompetisi World’s Fastest Gamer (WFG).

Akan tetapi autosport itu sendiri ada bermacam-macam, dan tiap jenis balapan membutuhkan keahlian berbeda. Menyetir open wheel di Formula 1 dengan mengemudikan mobil di lintasan reli jelas tidak sama rasanya. Dunia esports balap mobil pun demikian, terbagi-bagi lagi ke dalam cabang balapan masing-masing. Karena itulah ada berbagai jenis kompetisi seperti eNASCAR Heat Pro League, F1 Esports Series, FIA-Certified Gran Turismo Championships, dan sebagainya.

eSports WRC
Sumber: WRC

Di dunia balap reli FIA bekerja bersama dengan Hyundai telah menggelar kompetisi bernama eSports World Rally Championship (eSports WRC). Pertama kali diluncurkan pada tahun 2016, kini eSports WRC telah mencapai Season 4 dan menggunakan game resmi World Rally Championship yang dikembangkan oleh studio Kylotonn. Tepatnya game WRC 7 yang dirilis pada tahun 2017 lalu.

Setelah melalui babak kualifikasi/regular season sepanjang 12 ronde dan menyaring lebih dari 12.000 peserta, kini kompetisi eSports WRC Season 4 segera memasuki babak final. Terdapat 9 finalis yang akan turut berpartisipasi, termasuk di antaranya juara eSports WRC 2018 Jon Armstrong dan juara eSports WRC 2017 yaitu Lohan “NEXL” Blanc.

eSports WRC Season 3 - Jon Armstrong
Jon Armstrong (atas-tengah) ketika menjuarai eSports WRC Season 3 | Sumber: eSports WRC

Final eSports WRC Season 4 akan digelar pada tanggal 5 Oktober 2019 dikota Llandudno, Wales. Babak final tersebut sekaligus mengiringi ronde terakhir kompetisi reli sungguhan yaitu Wales Rally GB.

Uniknya adalah, bila kompetisi selama ini dilaksanakan dengan game WRC 7, babak final nanti justru akan menggunakan game berbeda yaitu WRC 8 yang baru saja dirilis pada bulan September kemarin. Para pemain juga akan bertanding menggunakan rig khusus yang disediakan oleh Playseat, serta steering wheel yang disediakan oleh Thrustmaster.

“Musim ini saya mengincar lolos kualifikasi ke final dan fokus padanya, karena (final) itu memerlukan pendekatan yang berbeda dari ronde-ronde kualifikasi,” kata Jon Armstrong di situs resmi WRC, “Saya menemukan kesulitan untuk banyak berlatih tahun ini dan hasil terbaik saya adalah peringkat tiga di event terakhir. Babak final akan menjadi tantangan yang bagus dan WRC 8 lebih realistis dari WRC 7 jadi saya harap ini akan lebih cocok lagi untuk saya.” Jon Armstrong dulunya memang merupakan pembalap reli sungguhan sebelum beralih menjadi pembalap esports.

Para finalis eSports WRC Season 4 akan memperebutkan hadiah senilai lebih dari 30.000 Euro (sekitar Rp464,7 juta). Juara kompetisi ini berhak membawa pulang mobil Hyundai i20 terbaru dan bisa berkendara bersama pembalap Hyundai Motorsport, Dani Sordo. Sementara juara 2 akan mendapatkan jam tangan Anonimo Militare Chrono WRC. Sedangkan juara 3 berhak memperoleh gaming rig, termasuk racing chair Playseat WRC serta seperangkat perlengkapan dari Thrustmaster.

Sumber: WRC

Hyundai Pamerkan Prototipe Skuter Elektrik Sebagai Solusi Transportasi Last-Mile

Skuter elektrik sedang naik daun belakangan ini. Bahkan pabrikan mobil sekelas Audi pun ikut memperkenalkan skuter elektrik buatannya. Sekarang, giliran Hyundai yang menarik perhatian lewat produk serupa.

Prototipe skuter elektrik ini merupakan kelanjutan dari konsep yang Hyundai perkenalkan di ajang CES dua tahun silam. Dirancang sebagai moda transportasi last-mile, skuter ini tergolong cukup portable, dengan bobot cuma 7,7 kilogram, dan dimensi yang jauh lebih ringkas ketimbang penawaran Audi saat sama-sama dalam posisi terlipat.

Dibanding konsep yang Hyundai ungkap di CES 2017, prototipe terbaru ini jauh lebih stabil dan aman untuk dikendarai. Ini dikarenakan versi barunya memakai sistem penggerak roda belakang. Roda depannya pun juga telah dilengkapi suspensi demi menambah kenyamanan.

Hyundai Electric Scooter

Di atas kertas, performa skuter elektrik ini cukup oke, dengan kecepatan maksimum 20 km/jam, serta baterai lithium berkapasitas 10,5 Ah, yang diestimasikan sanggup menyuplai daya yang cukup untuk menempuh jarak 20 kilometer dalam satu kali charge. Angka ini bahkan bisa semakin ditingkatkan apabila Hyundai berhasil menerapkan sistem regenerative braking.

Yang cukup menarik adalah metode charging-nya. Hyundai berencana mengintegrasikan skuter ini ke sejumlah mobil Hyundai dan Kia ke depannya. Mobil-mobil tersebut bakal memiliki tempat khusus untuk menyimpan skuter, dan selagi tersimpan, baterai skuternya akan otomatis terisi oleh energi listrik yang tercipta selagi mobil melaju.

Hyundai Electric Scooter

Saya membayangkan skenario penggunaan skuter ini sebagai berikut: konsumen berangkat kerja menggunakan mobilnya menuju ke kantor yang lokasinya selalu padat pengguna jalan. Daripada terjebak macet dan membuang waktu, konsumen bisa mencari tempat parkir umum beberapa blok dari kantornya, lalu lanjut menempuh perjalanan menggunakan skuter.

Pembeda utama antara skuter elektrik bikinan Audi dan Hyundai ini adalah, Audi sudah menetapkan banderol harga dan jadwal pemasaran untuk skuternya, sedangkan Hyundai belum. Kemungkinan Hyundai tidak berniat menjualnya ke publik secara umum, melainkan dalam bentuk opsi tambahan untuk sejumlah mobilnya.

Sumber: Hyundai.

Hyundai Sonata Hybrid Baru Kini Dibekali Panel Surya

Di salah satu episode Top Gear beberapa tahun silam, presenter Jeremy Clarkson sempat mengkritik mobil sport Tesla Roadster generasi pertama. Menurutnya, meski kendaraan menggunakan mesin elektrik, tetap saja tenaga untuk memasok baterai dihasilkan lewat metode-metode yang kadang kurang ramah lingkungan. Ia berargumen: bayangkan berapa lama waktu yang dihabiskan buat mengisi baterai mobil jika cuma berbekal kincir angin.

Terkait hal ini, Hyundai menemukan solusi ‘bebas polusi’ yang bisa membantu mengisi baterai dengan memanfaatkan sumber tenaga terbesar di Bumi: sinar matahari. Tak lama lagi, sang perusahaan otomotif asal Korea Selatan itu akan membekali varian terkini mobil sedan Sonata Hybrid bersama atap berpanel surya. Seperti yang pastinya telah Anda pahami, unit solar roof berfungsi untuk mengubah cahaya matahari menjadi listrik, dan selanjutnya digunakan buat menyuplai baterai mobil.

Teknologi panel surya punya Hyundai dijanjikan mampu mengisi baterai antara 30 sampai 60 persen dalam waktu enam jam. Kehadirannya cukup esensial di kendaraan hybrid seperti Sonata karena varian ini mempunyai kapasitas baterai yang lebih kecil dibanding mobil elektrik tulen. Unit solar roof kabarnya bisa beroperasi baik saat Sonata Hybrid tengah digunakan maupun ketika sedang diparkirkan. Berdasarkan perhitungan Hyundai, eksistensi panel surya diperkirakan mampu menambah daya tempuh kendaraan sebesar 1.300-kilometer dalam setahun.

Hyundai Sonata Hybrid

Solar roof rencananya akan diimplementasikan di varian New Sonata Hybrid, tetapi belum diketahui apakah unit-unit Sonata anyar yang dijadwalkan buat meluncur di kawasan Amerika Utara pada bulan Oktober 2019 nanti telah dilengkapi panel surya atau belum. Sonata sendiri disiapkan sebagai pesaing Honda Accord dan Toyota Camry. Awalnya, lewat varian ini Hyundai mencoba mengedepankan faktor keterjangkauan harga, namun pelan-pelan arahan tersebut mengalami perubahan.

Sonata Hybrid tentu saja bukanlah kendaraan pertama yang menggunakan solar cell. Teknologi serupa sudah dijumpai di mobil hybrid mewah Karma Revero, serta menjadi tema eksperimen Toyota terhadap Prius. Memanfaatkan sinar matahari untuk mengisi tenaga kendaraan (dan bukan sekadar membuat bagian interior mobil jadi panas) ialah hal brilian, apalagi bagi kita yang tinggal di negara beriklim panas.

Meski demikian, teknologi panel surya masih tetap menyimpan sejumlah masalah. Misalnya: ongkos penyediaannya tidak murah dan kehadirannya menambah bobot mobil. Selain itu, belum ada standar pasti keefektifan solar roof dalam men-charge baterai. Agar bisa bekerja maksimal, panel harus diarahkan secara tepat ke matahari, dan itu berarti sulit bagi kita untuk menemui kondisi pengisian teroptimal.

Via DigitalTrends.

Hyundai Integrasikan Sensor Sidik Jari pada Tombol Start dan Handle Pintu Mobil

Tidak terasa sudah lima tahun berselang sejak Apple memperkenalkan iPhone 5S. Suka atau tidak, ponsel kecil itulah yang memperkenalkan publik kepada superioritas sensor sidik jari dibanding kata sandi, dan sekarang mayoritas konsumen sudah melihatnya sebagai fitur standar yang wajib hadir di semua smartphone.

Di luar smartphone, kita tahu bahwa teknologi pemindai sidik jari punya banyak tempat untuk dijadikan ruang implementasinya, tidak terkecuali di bidang otomotif. Adalah Hyundai yang sedang bersiap mengintegrasikan teknologi ini pada salah satu mobil andalannya, Santa Fe.

Kalau di iPhone 5S sensor sidik jarinya merangkap sebagai tombol Home, di Hyundai Santa Fe sensornya merangkap peran sebagai tombol start untuk menyalakan mesin. Namun ternyata bukan hanya di situ saja, Hyundai juga menempatkan sensor sidik jari pada handle pintu Santa Fe.

Tentu saja ini bukan tugas yang mudah. Sensor yang berada pada gagang pintu haruslah tahan terhadap perubahan cuaca, dan inilah yang selama ini selalu menjadi pertimbangan pabrikan lain yang mempunyai ide serupa.

Hyundai Santa Fe

Seperti di smartphone, sensor sidik jari di Santa Fe adalah yang termasuk tipe kapasitif. Sensornya dapat mengenali beberapa sidik jari sekaligus, sehingga keberadaannya tak akan jadi masalah buat pasangan suami-istri yang menggunakan mobil secara bergantian.

Lebih lanjut, sistem yang dirancang Hyundai justru akan menyesuaikan beragam pengaturan berdasarkan sidik jari yang dibaca oleh sensor. Pengaturannya meliputi posisi duduk dan angle spion, akan tetapi ke depannya Hyundai juga bakal menambahkan climate control serta posisi setir sebagai opsi yang diingat oleh sistem.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Hyundai Santa Fe dengan teknologi pemindai sidik jari ini akan diluncurkan buat pasar Tiongkok pada kuartal pertama tahun depan. Belum ada informasi apakah Hyundai juga bakal membawanya ke kawasan lain.

Sumber: ZDNet.

Grab Receives Funding Worth 3.7 Trillion Rupiah from Hyundai and Kia Motors

Today (11/7) Grab announced new investment worth of $250 million (around 3.7 trillion rupiah) from Hyundai Motor Company and Kia Motors Corporation. This investment has initiated a partnership among those three to start the initiative for electric vehicle development in Southeast Asia. It is Grab’s advanced step to raise funding up to $3 billion by the end of 2018.

Grab, Hyundai, and Kia will launch a series of electric vehicles trials start from Singapore next year. It’s focused on the use of electric vehicles to maximize cost efficiency for Grab drivers. The partnership will also involve regional stakeholders, include the government and industry players in the area, such as building a fast-charging center network.

“As a home to one of the fastest growing consumers in the world, Southeast Asia is considered as a rapid growth market for electric cars. Having unbeatable track record, Grab is the best partner to help electric vehicles adoption in Southeast Asia,” Youngcho Chi, Hyundai Motor Group’s Chief Innovation Officer, said.

The partnership will be focused on presenting electric vehicle maintenance solutions. Therefore, they also plan some research activities for optimization in adjusting climate in Southeast Asia.

“As an owner of the largest electric vehicle group, we are very excited to build a partnership with Hyundai Motor Group in supporting electric vehicle adoption throughout Southeast Asia. We have the same vision about mobility electrification as a key to build an environment-friendly transportation platform with low cost,” Ming Maa, Grab’s President explained.

Last week, Grab has just announced $200 million (worth 3 trillion rupiah) funding from Booking Holdings. Using big capital, Grab wants to make a “super app” platform. It does not only work as a transportation provider but also make benefits for other business models, one of those through GrabPay.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Grab Terima Pendanaan 3,7 Triliun Rupiah dari Hyundai dan Kia Motors

Hari ini (07/11) Grab mengumumkan perolehan investasi baru senilai $250 juta (setara 3,7 triliun Rupiah) dari Hyundai Motor Company dan Kia Motors Corporation. Investasi ini turut membentuk kerja sama ketiga pihak untuk memulai inisiatif pengembangan kendaraan listrik di Asia Tenggara. Pendanaan ini menjadi kelanjutan dari ambisi Grab untuk menggalang dana hingga $3 miliar hingga akhir tahun 2018.

Selanjutnya Grab, Hyundai, dan Kia akan meluncurkan serangkaian proyek percontohan kendaraan listrik yang dimulai dari Singapura tahun depan. Percontohan fokus pada penggunaan kendaraan listrik untuk memaksimalkan efisiensi biaya bagi mitra pengemudi Grab. Kemitraan juga akan bekerja dengan para pemangku kepentingan regional, termasuk pemerintah dan pemain industri untuk meningkatkan infrastruktur kendaraan listrik di wilayah tersebut, seperti membangun jaringan pusat-pusat pengisian cepat.

“Sebagai rumah dari salah satu pusat konsumen yang tumbuh paling cepat di dunia, Asia Tenggara merupakan pasar yang berkembang sangat pesat untuk mobil listrik. Dengan rekam jejak yang tak tertandingi, Grab merupakan mitra terbaik yang akan membantu mempercepat adopsi kendaraan listrik di Asia Tenggara,” terang Chief Innovation Officer Hyndai Motor Group, Youngcho Chi.

Kemitraan juga akan fokus menghadirkan solusi perawatan kendaraan listrik. Untuk itu mereka juga merencanakan serangkaian kegiatan riset untuk optimasi kendaraan listrik menyesuaikan iklim di kawasan Asia Tenggara.

“Sebagai pemilik armada kendaraan listrik terbesar di Singapura, kami sangat bersemangat untuk membangun kemitraan dengan Hyundai Motor Group dalam mendorong adopsi kendaraan listrik di seluruh Asia Tenggara. Kami memiliki visi yang sama tentang elektrifikasi mobilitas sebagai salah satu pondasi kunci untuk membangun platform transportasi yang ramah lingkungan dengan biaya terendah,” terang President of Grab, Ming Maa.

Minggu lalu Grab baru saja mengumumkan perolehan pendanaan senilai $200 juta (setara 3 triliun Rupiah) dari Booking Holdings. Dengan modal besar, Grab ingin menjadikan platformnya sebagai “super apps”. Tidak lagi sekadar sebagai penyedia layanan transportasi, namun juga memberikan manfaat untuk model bisnis lain, salah satunya melalui GrabPay.

Application Information Will Show Up Here

Hyundai dan Kia Bakal Pasangkan Panel Surya pada Mobil Buatannya

Mobil elektrik dan panel surya merupakan kombinasi yang tepat demi mewujudkan Bumi yang lebih hijau. Namun ketika keduanya disatukan, efisiensi pun menjadi pertanyaan besar. Karena bidang yang tersedia untuk menempatkan panel surya tergolong kecil serta posisi yang kurang optimal, panel surya belum bisa menjadi sumber energi utama suatu mobil elektrik.

Namun itu tidak mencegah Hyundai dan Kia untuk bereksperimen di bidang ini. Meski tak bisa menjadi sumber energi utama, panel surya setidaknya bisa membantu menghasilkan output ekstra untuk mobil elektrik, dan itu tidak ada salahnya diterapkan selama tidak memberikan pengaruh negatif apa-apa.

Hyundai dan Kia tengah sibuk mengembangkan tiga jenis panel surya untuk mobil sekaligus. Generasi yang pertama ditujukan untuk mobil hybrid, yang diestimasikan mampu mengisi 30 – 60 persen kapasitas baterai mobil hybrid dalam kondisi normal dan cuaca yang optimal (tidak hujan atau berawan).

Hyundai semi-transparent solar panel

Generasi yang kedua ditujukan untuk mobil bensin biasa, akan tetapi panel suryanya sendiri berwujud semi-transparan. Karena hampir tembus pandang, panel surya ini dapat diintegrasikan ke panoramic sunroof, membiarkan lebih banyak cahaya masuk selagi mengisi aki mobil secara konstan.

Generasi ketiga adalah yang ditujukan buat mobil bermesin listrik sepenuhnya. Panel ini dirancang untuk dipasang pada bagian atap dan kap mesin demi memaksimalkan output energi yang dihasilkan.

Tujuan akhir yang hendak dicapai Hyundai dan Kia adalah supaya mobil tidak sekadar mengonsumsi energi secara pasif, tapi juga aktif memproduksinya. Kalau untuk menjadi sumber energi utama, sepertinya teknologi panel surya masih harus dikembangkan lebih jauh lagi.

Sumber: Hyundai via Electrek.