Dekonstruksi GovTech Edu, Unit Edtech Telkom untuk Mendukung Ekosistem Pendidikan Indonesia

Proses belajar berbasis teknologi merupakan tren yang, jika eksekusi dengan tepat, dapat memperbaiki akses dan kualitas proses belajar. Edukasi berbasis teknologi (edtech) tidak hanya mengubah media penyampaian dengan menggunakan perangkat teknologi belajar, tetapi juga memahami paradigma dan proses kognitif siswa untuk menjalankan model pembelajaran berbasis digital.

Pendekatan solusi edtech dan target penggunanya memang beragam. Dalam menyelesaikan isu ini di Indonesia, perlu pemetaan melalui riset mendalam agar menghasilkan teknologi yang tepat guna. Hal inilah yang dilakukan GovTech Edu saat pertama kali dirintis.

“Hasil riset ini kami jadikan sebagai landasan dalam menciptakan dan mengembangkan teknologi tepat guna. Teknologi yang diciptakan dan dikembangkan harus bersifat inklusif dan dengan skala yang besar karena target dari pengguna teknologi ini tidak hanya terbatas pada kriteria tertentu. Cakupannya sangat luas dan beragam,” ucap COO GovTech Edu Daniel Tumiwa kepada DailySocial.id.

Pengenalan solusi GovTech Edu
Pengenalan solusi GovTech Edu

Apa itu GovTech Edu

GovTech Edu adalah unit independen yang dibentuk Telkom Indonesia untuk mengambil bagian dari tantangan besar yang ingin diselesaikan  Kemendikbudristek. GovTech Edu berada di bawah Direktorat Digital Business and Technology yang dipimpin Fajrin Rasyid, mantan President Bukalapak.

Tim GovTech kini berjumlah lebih dari 300 orang dengan pengalaman kerja di perusahaan teknologi dan multinasional. Mereka semua sepenuhnya bekerja secara online, mengingat dirintis pertama kali saat pandemi sedang hebat melanda. Jajaran petinggi GovTech Edu diisi tiga orang. Selain Daniel, ada Ibrahim Arief (CTO) dan Rangga Husnaprawira (CPO).

Berbeda dengan startup edtech pada umumnya, GovTech Edu memosisikan diri sebagai mitra Kemendikbudristek. GovTech Edu fokus mengembangkan teknologi untuk membantu pengelolaan sekolah dan peningkatan mutu pendidikan sesuai arah kebijakan Kemendikbudristek. Hal inilah yang menjadi pembeda eksklusif dibandingkan startup yang dibangun pihak swasta.

Kedua belah pihak melakukan riset untuk mendapatkan gambaran mengenai apa yang mendasari krisis pendidikan di Indonesia. Saat ini GovTech Edu masih fokus menciptakan solusi untuk Kemendikbudristek, dengan tujuan menciptakan inovasi yang tepat guna sehingga mendukung proses akselerasi transformasi pendidikan.

Output yang dihasilkan adalah area inovasi yang secara tata kelola bukan dirancang untuk kepentingan komersialisasi, melainkan untuk melayani masyarakat.

“Pembiayaan sepenuhnya dari Kemendikbudristek dengan menggunakan dana APBN,” ujar Daniel.

Seluruh karya pekerjaan ini sepenuhnya milik Kemendikbudristek. Telkom bertindak sebagai pihak yang menyediakan solusi secara menyeluruh. Solusi tersebut termasuk desain produk dan platform, pengembangan produk dan platform, mendukung proses transformasi digital dalam kementerian,  management project dan talenta digital yang sekarang berjumlah lebih dari 400 orang, dan pendalaman & pengembangan skema pendanaan dan organisasi yang ideal untuk pekerjaan sejenis.

Payung kebijakan Merdeka Belajar yang dikeluarkan kementerian merupakan terobosan dan solusi yang diharapkan membuka peluang bagi seluruh pemangku kepentingan, baik itu guru, murid, mahasiswa, dosen, agar dapat berpartisipasi aktif dan kompetitif dalam mengenyam pendidikan. Dua turunan dari kebijakan tersebut adalah hadirnya Kurikulum Merdeka dan platform Merdeka Mengajar yang diluncurkan pada Merdeka Belajar episode kelima belas.

Dalam membawa perubahan ini, guru punya peranan penting. Menteri Kemendikbudristek Nadiem Makarim menyampaikan, guru harus di-merdeka-kan, guru harus merdeka untuk mengajar, belajar, dan berkarya.

Jika guru memiliki kemampuan tersebut, GovTech Edu dapat mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan relevan untuk peserta didik.

“Hal inilah yang mendasari seluruh ekosistem teknologi pendidikan ini diciptakan dan dikembangkan. Agar guru dan seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem pendidikan saling terkoneksi satu sama lainnya, saling menginspirasi sehingga dapat berkembang bersama untuk mencapai tujuan transformasi pendidikan Indonesia.”

GovTech Edu

Tak hanya kementerian, GovTech Edu juga mengandeng berbagai mitra dalam berbagai inisiatif dengan beragam skala dan tujuan. Misalnya, mitra yang fokus pada pengayaan materi untuk platform Merdeka Mengajar dari berbagai penggiat pendidikan, NGO, dan edtech.

Contoh lainnya, mitra yang terlibat dalam penyusunan dan implementasi program-program kegiatan di luar kampus guna mendukung program Kampus Merdeka dan mitra lainnya yang berfokus pada penguatan SIPLah, dan AkunBelajar.id.

Daniel menuturkan, proses kerja sama dengan kementerian ini jadi tantangan yang dirasakan di awal. Misalnya, perbedaaan cara kerja yang harus mencocokkan antara cara kerja ala tim digital dengan pola kerja birokrat, dan sebaliknya. Kemitraan antara kedua belah pihak sejauh ini sudah berjalan selama dua tahun dan bekerja sama dengan beberapa direktorat jenderal.

Pada tahap awal GovTech Edu dianggap sebagai vendor, padahal sebenarnya adalah mitra. Seiring dengan peluncuran produk, fokus beralih pada performa dan hasil intervensi teknologinya, membuat segala sesuatu menjadi sangat selaras.

“Saat ini teknologi sudah menjadi bagian inti dari setiap perencanaan program di kementerian dan hal ini dapat dikatakan menjadi salah satu pembeda dari Kemendikbudristek dibandingkan institusi pemerintah lainnya.”

Produk GovTech Edu

CTO GovTech Edu Ibrahim Arief mengatakan, ada tantangan tersendiri bagi GovTech Edu saat mengembangkan produk yang tepat guna. Misalnya saat fase product design, harus memikirkan bagaimana produk dapat diterima dengan baik pengguna, langsung terasa manfaatnya, mudah digunakan, dan benar-benar membuat pekerjaan pengguna lebih baik.

Delighting our users adalah core philosophy kami. Dan semua aktivitas lainnya juga sejalan dengan filosofi yang berfokus pada pengguna. Kemudian tantangan lainnya adalah membangun infrastruktur cloud yang andal untuk menangani perubahan skala yang dibutuhkan setiap saat,” ucap Ibrahim, yang sebelumnya pernah bekerja di Bukalapak sebagai VP of Engineering.

Meski demikian, tantangan terbesar yang harus diselesaikan adalah menemukan teknologi terbaik yang bisa membantu memecahkan masalah yang dihadapi pemerintah dan masyarakat.

Siklus iterasi yang cepat antara Product Discovery, Product Development, dan Product Feedback yang sudah lazim dilakukan di industri digital adalah konsep yang baru bagi pemangku kepentingan di sisi pemerintah.

“Tapi seiring berjalannya waktu mereka [pemerintah] bisa berjalan seiring dengan semangat ini.”

Sejauh ini ada lima produk yang sudah dirintis GovTech Edu: Merdeka Mengajar; Rapor Pendidikan; ARKAS, SIPLah dan TanyaBos; AkunBelajar.id; dan Kampus Merdeka. Masing-masing produk menyasar kebutuhan berdasarkan masalah spesifik yang ingin dipecahkan.

GovTech Edu

Merdeka Mengajar adalah platform Learning Management System (LMS) yang membantu guru dalam mengajar sesuai kemampuan murid, mengakses materi pelatihan mandiri, membantu guru menginspirasi rekan sejawat dan terkoneksi dengan komunitas guru yang berlokasi di seluruh Indonesia.

“Kurang lebih sekitar enam bulan platform ini dirilis sudah memiliki 1,6 juta unduhan dengan rating 4.8 di Play Store. Juga memiliki 2,7 juta penguna aktif di situs dan aplikasi, serta menyediakan lebih dari 55 ribu konten di dalamnya.”

Kemudian, Rapor Pendidikan adalah dasbor tunggal yang membantu kepala sekolah dan guru mengidentifikasi, merefleksi, dan membenahi kualitas sekolah sesuai dengan kompilasi data hasil Asesmen Nasional, Data Pokok Pendidikan (Dapodik), Kompetensi Guru dan berbagai data terkait pendidikan lainnya yang diolah menjadi lebih dari 280 indikator.

Output yang dihasilkan dari produk ini adalah menyajikan data capaian murid (literasi dan numerasi), iklim keamanan sekolah, dan data lainnya. Sejak diluncurkan pada 1 April 2022, dalam empat bulan, Rapor Pendidikan telah terhubung dengan lebih dari 100 ribu satuan pendidikan dan 30 dinas pendidikan dna 475 dinas kabupaten/kota.

Berikutnya, ARKAS, SIPLah dan TanyaBos punya keterikatan satu sama lainnya karena dapat terintegrasi untuk memudahkan tata kelola, pengadaan barang, dan forum untuk berbagi informasi dan tanya jawab. ARKA adalah aplikasi tunggal tata kelola anggaran sekolah yang terintegrasi dengan data pusat dan regulasi terkini, sehingga membantu Satdik dalam proses administrasi yang lebih cepat, nyaman, dan aman.

SIPLah adalah platform pengadaan yang terintegrasi dengan mitra e-commerce dan puluhan ribu penyedia barang dan jasa. Para vendor ini telah memenuhi peraturan keuangan terkini karena sudah melengkapi dirinya dengan fitur regulasi pajak terbaru yang membua pelaporan satuan didik jadi lebih mudah. Terakhir, TanyaBos adalah forum tanya jawab seputar penggunaan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Setidaknya ada 3 ribu topik dalam forum tersebut.

AkunBelajar adalah akun resmi untuk akses berbagai program dan teknologi yang dibuat oleh Kemendikbudristek dan platform eksternal yang mendukung proses belajar mengajar yang lebih baik. Sebanyak 9 juta akun murid, guru, kepala sekolah, dan operator sekolah teraktivasi di dalamnya.

Terakhir, di tingkat lanjutan tersedia Kampus Merdeka untuk membantu persiapan karir bagi mahasiswa melalui berbagai pengalaman di luar kampus, menyediakan akses ke ribuan mitra industri dan organisasi, dan kesempatan mengembangkan diri dan pertukaran budaya. Saat ini terdapat lebih dari 720 ribu mahasiswa teregistrasi, 2.655 perguruan tinggi berpartisipasi, dan 2.700 mitra industri mengambil bagian dalam program tersebut.

Angka-angka di atas bakal terus didorong demi mencapai titik critical mass. Critical mass menggambarkan bahwa dalam konsep konsumsi kolaboratif sebuah platform harus mampu memberikan beragam pilihan yang cukup demi merangkul konsumen potensial mereka. Sehingga sebuah platform diharapkan memiliki fitur yang beragam serta memiliki ketersediaan unit produk/layanan yang cukup agar dapat bertahan dalam jangka panjang. Jika platform tersebut tidak dapat memberikan pilihan yang cukup, maka konsumen kemungkinan besar tidak dapat menemukan apa yang mereka cari.

Pasalnya, istilah “ganti menteri, ganti peraturan” memiliki pengaruh yang kuat dalam suatu program kerja pemerintah Indonesia. Risiko itu juga bakal menghantui GovTech Edu. Dengan kata lain, GovTech Edu harus mencapai pertumbuhan pengguna yang signifiikan agar dapat memberikan dampak yang lebih besar. Namun begitu, struktur di bawah naungan Telkom Group menjadi jaminan bahwa ambisi tersebut dapat tetap dilanjutkan, didukung dengan model bisnis yang solid.

Perjalanan GovTech Edu tidak sampai di sini saja. Perusahaan tetap merekrut lebih banyak talenta baru untuk berkontribusi secara positif pada pendidikan Indonesia. “Kesempatan untuk berkontribusi meningkatkan produk-produk teknologi yang sudah terbukti memiliki jutaan pengguna aktif yang bisa membentuk masa depan pendidikan Indonesia juga menjadi daya tarik bagi talenta-talenta yang memiliki keselarasan dengan misi kami.” tandas Ibrahim.

Ekosistem edtech Indonesia

Sektor edtech di Indonesia cukup berkembang pesat. Dua pemain yang saat ini mendominasi adalah Ruangguru dan Zenius – secara statistik kunjungan situs dan unduhan aplikasi Ruangguru lebih unggul. Varian sub-produk yang dimiliki keduanya juga nyaris memiliki kesamaan.

Satu hal yang selalu digaungkan Zenius adalah di sisi materi. Alih-alih mengajak peserta didik hanya menghafal, materi di Zenius mengedepankan pada pemahaman konsep fundamental dan cara berpikir kritis melalui berbagai studi kasus.

Produk Ruangguru

Pendanaan di sektor ini juga cukup kencang. Berdasarkan laporan Startup Report 2021, pendanaan yang dikucurkan ke vertikal bisnis edtech terus tumbuh, baik dari startup yang menerima maupun nominal investasinya.

Di skala regional, menurut laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company, healthtech dan edtech tetap menjadi sektor yang baru lahir sejak pandemi. Tercatat startup healthtech menerima investasi $1,1 miliar pada Semester 1 2021, sementara edtech mengumpulkan $200 juta pada periode yang sama.

Gandeng Qiscus, Bukalapak Terapkan Teknologi Chat Terpadu

Startup pengembang teknologi real-time communication (RTC) untuk membantu perusahaan mengembangkan dan mengelola chatbot Qiscus mengumumkan kerja sama dengan Bukalapak menghadirkan fitur chat ke jutaan pengguna Bukalapak.

Adanya kesamaan visi antara Qiscus dan Bukalapak menjadi salah satu alasan mengapa kolaborasi ini terjalin.

“Kerja sama ini merupakan hal yang cukup menantang bagi Qiscus. Meskipun mendaulatkan diri sebagai pionir pengembang teknologi chat di Indonesia, menangani klien sebesar Bukalapak tetap memiliki tantangannya tersendiri. Salah satunya adalah bagaimana kita dapat mengaplikasikan best practice teknologi untuk dapat mengoptimalkan in-house system chat Bukalapak agar tetap beroperasi sebagaimana mestinya walaupun sedang dilakukan pembaruan sistem. Hal ini penting mengingat saat ini Bukalapak telah digunakan oleh puluhan juta pengguna di Indonesia yang membutuhkan layanan yg selalu optimal,” kata CEO Qiscus Delta Purna Widyangga.

Dengan perubahan yang mendasar dari segi arsitektur, diharapkan performa chat di aplikasi Bukalapak dapat terus mampu menangani traffic dari pelanggan yang terus membesar di dalam bisnis Bukalapak.

Bukalapak menargetkan melalui kerja sama ini bisa memaksimalkan penggunaan server 4 kali lipat, penggunaan bandwidth sebesar 20 kali lipat, dan menekan biaya pengeluaran.

“Chat digunakan sebagai medium komunikasi yang efektif bagi rekanan dan pelanggan untuk saling memahami kebutuhan masing-masing. Adanya komunikasi yang efektif akan menghadirkan solusi dan program yang inovatif. Kendati demikian, dengan tingginya pertumbuhan bisnis di Bukalapak, adanya fitur chat di dalam aplikasi ini memerlukan usaha yang tidak sedikit, khususnya dalam hal teknis seperti pengembangan fitur lanjutan ataupun optimasi penggunaan server yang berpengaruh pada biaya operasional,” kata VP Engineering Bukalapak Ibrahim Arief.

Application Information Will Show Up Here

TipTech #1: Bagaimana Pengembang Bukalapak Mengelola Fitur Baru di Tengah Siklus Produk yang Kencang

TipTech adalah rubrik baru DailySocial yang membahas berbagai kiat dalam pengembangan produk atau aplikasi startup. Pada bagian pertama ini, kami berkesempatan untuk berdiskusi dengan VP of Engineering Bukalapak Ibrahim Arief dan VP of Product Design Bukalapak Yoel Sumitro.

Di tengah persaingan bisnis online marketplace yang sangat ketat, banyak hal yang harus dilakukan Bukalapak untuk membuat para pembeli betah. Salah satu yang dilakukan dengan menggulirkan inovasi produk secara terus-menerus di aplikasi. Kami sendiri mengamati beberapa pembaruan yang diluncurkan, misalnya setelah fitur Serbu Seru kini mereka menggulirkan #MauDitinju dan #Maudikode sebagai mekanisme distribusi voucer dan pengundian diskon.

Sebagai komplementer, fitur tersebut harus mendapatkan porsi dan penempatan yang sesuai agar tidak mengganggu model bisnis utamanya. Pendekatan ini yang akan kami diskusikan, tentang bagaimana tim pengembang dan produk memaksimalkan fitur aplikasi untuk meningkatkan traksi pengguna.

Manfaatkan framework yang tepat

User Interface (UI) dan User Experience (UX) menjadi bagian penting ketika merumuskan sebuah produk baru. Secara sederhana, UI didefinisikan sebagai representasi dari produk yang akan diakses oleh pengguna; sementara UX menjadi alur desainnya, mengakomodasi cara-cara konsumen dalam mengakses produk tersebut.

“Ada berbagai macam jalan yang bisa diambil ketika merumuskan rancangan UX untuk fitur yang baru. Salah satu yang kita pernah pakai adalah framework buatan Nir Eyal. Di dalamnya dia melempar sebuah ide bahwa fitur yang bisa membuat kebiasaan baru untuk pengguna harus mempunyai empat siklus: trigger, action, variable reward, dan investment,” terang Yoel.

Nir Eyal dalam bukunya “Hooked: How to Build Habit-Forming Products” menjelaskan bagaimana produk dikonversi menjadi kebiasaan. Maksudnya, konsumen dikondisikan memiliki dorongan emosional untuk menggunakan tanpa harus berpikir panjang. Contohnya keberhasilan Instagram, membuat orang akan kembali dari waktu ke waktu tanpa pikiran sadar untuk melihat foto baru dan scroll timeline.

Gambaran Hooked Model Framework yang dicetuskan Nir Eyal / Startup Grind
Gambaran Hooked Model Framework yang dicetuskan Nir Eyal / Startup Grind

Trigger atau pemicu, yakni faktor yang dijadikan alasan bagi pengguna untuk mengakses dan menggunakan produk tersebut. Pemicu ini dibagi menjadi dua aspek, eksternal dan internal. Pemicu eksternal ini yang ditugaskan untuk mendorong orang masuk ke dalam produk yang diluncurkan, bentuknya bermacam-macam, misalnya yang dilakukan di Bukalapak dengan mengirimkan notifikasi yang cukup persuasif kepada pengguna.

Kemudian pemicu internal – ini adalah faktor yang paling sulit terkait penciptaan pengalaman pengguna, membutuhkan pemikiran kritis dari desainer produk. Menurut Neil, dikatakan sukses jika mampu menghasilkan emosi negatif yang persisten; kemudian memberikan kelegaan singkat dari emosi itu, lalu menciptakan kecanduan.

Contohnya fitur Serbu Seru di Bukalapak, dengan harga produk yang relatif sangat kecil, pengguna dapat menyerbu produk-produk pilihan. Kemudian sistem akan melakukan pengundian secara acak di tiap produk, hingga terpilih satu penyerbu yang beruntung. Bagi yang kurang beruntung, nominal yang diberikan akan dikembalikan, baik berupa saldo ataupun pembelian item lain. Harga yang sangat murah, keberuntungan, dan varian produk yang menarik memanfaatkan faktor emosional tersebut.

“Di dalam fitur baru Maudikode yang baru kita luncurkan, empat elemen di atas bisa cukup terasa, terutama external trigger yang kuat,” lanjut Yoel.

Untuk pembahasan framework ini secara lengkap, buku Neil tadi dapat dijadikan rujukan.

Pengujian dan kolaborasi

Agar bisa diterima dan memberikan dampak yang diharapkan, pengujian juga penting untuk dilakukan. Ibrahim menjelaskan, di Bukalapak mereka menggunakan A/B Testing.

“A/B Testing, sangat penting untuk memastikan pengembangan UI/UX aplikasi memberikan dampak positif yang bisa terkuantifikasi bagi pengguna dan bagi conversion funnel kita. Layanan dan pustaka A/B Testing yang bisa digunakan dan diintegrasikan dengan aplikasi kita cukup banyak, mulai yang gratis hingga berbayar,” terang Ibrahim.

Gambaran tentang A/B Testing / Conversio
Gambaran tentang A/B Testing / Conversio

Kolaborasi dan manajemen tim juga menjadi bagian krusial untuk meningkatkan kualitas UI/UX di Bukalapak.

“Untuk perangkat pendukung kolaborasi dalam membuat desain, dulunya kami memakai gabungan Sketch, Abstract, dan Realtimeboard. Tapi setelah melakukan beberapa eksperimen, kami menemukan bahwa Figma bisa menggantikan tiga alat tersebut, bahkan bisa menunjang kolaborasi yang lebih bagus dengan tim-tim di luar desain,” lanjutnya.

Personalisasi untuk pengguna

Peningkatan traksi juga dipengaruhi oleh kenyamanan pengguna dalam mengakses aplikasi. Misalnya terkait keandalan aplikasi, ketika diakses tetap kencang meskipun banyak fitur yang dibubuhkan. Agar aplikasi tetap kencang, Ibrahim menyiasatinya dengan memisahkan pola penggunaan aplikasi, antara yang read-heavy dengan yang write-heavy.

“Biasanya aplikasi yang berhadapan dengan pelanggan cenderung pada skenario penggunaan read-heavy. Dalam kasus tersebut, pertimbangkan juga penggunaan cache yang efisien. Diskusikan juga bersama tim bisnis, untuk produk apakah ada jangka waktu tertentu yang masih acceptable untuk menyajikan stale data ke pelanggan,” jelasnya.

Misalnya, untuk aplikasi yang menampilkan data cuaca, mungkin data yang stale selama maksimal 20 menit masih bisa diterima dan bisa di-cache untuk jangka waktu yang lama.

Selain itu saat ini Bukalapak menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membangun model personalisasi dari jutaan pelanggannya. Model ini bisa digabungkan dengan AI yang digunakan untuk rekomendasi agar bisa membantu pengguna dalam memudahkan pengalaman berbelanja.

“Untuk membangun model seperti ini, kami mengumpulkan miliaran data terkait perilaku setiap pelanggan di Bukalapak, dan menggunakan data tersebut untuk melatih berbagai jenis model dengan menggunakan teknik-teknik pembelajaran mesin seperti bayesian model, neural network, atau logistical regression,” jelas Ibrahim.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Penipuan Jual Beli Online Tak Kunjung Surut, Inovasi Teknologi Bisa Jadi Solusi

Bertransaksi dan berbelanja online sekarang ini sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Barang yang diperjualbelikan pun beragam, baik dari perabotan, elektronik, hingga digital. Inovasi teknologi memberikan ruang baru bagi kegiatan berbelanja. Kendati demikian, tindak penipuan masih sering terjadi. Modusnya pun beragam, mulai dari resi palsu sampai dengan struk pembayaran palsu.

Tindak kejahatan seperti penipuan memang sukar untuk dibasmi. Modus penipuan pun banyak berkembang mengikuti jaman. Meski banyak penyedia situs belanja memanfaatkan teknologi untuk pencegahan, pengguna tetap harus dituntut jeli dan waspada sebelum bertransaksi. Terutama mereka yang bertransaksi langsung melewati akun media sosial penjual.

Ada beberapa jenis penipuan yang umum dijumpai. Salah satunya adalah phising. Jenis penipuan ini bisa terjadi kepada seluruh pengguna internet. Kerugian yang ditimbulkan pun tak hanya sebatas transaksi yang dilakukan, tetapi juga informasi probadi, perbankan, hingga kata sandi.

Teknik penipuan phising bekerja dengan cara mengelabui pengguna. Mereka menyaru layaknya situs terpercaya dari segi tampilan. Pengguna yang kurang waspada pasti akan terkecoh dan tanpa sadar memasukkan informasi login hingga kartu kredit ke dalam tampilan palsu tersebut. Alih-alih transaksi berhasil data-data tersebut bisa disimpan pihak tak bertanggung jawab.

Penipuan jenis ini bisa diantisipasi sendiri oleh pengguna. Pengamatan terhadap url dan tautan yang mencurigakan menjadi benteng pertama dalam pencegahan penipuan ini. Beberapa penyedia layanan pun aktif mengedukasi penggunanya untuk senantiasa berhati-hati dalam mengisi informasi sensitif. Seperti yang dilakukan oleh Bukalapak.

“Ancaman peretasan / phishing yang dilakukan oleh pihak – pihak tidak bertanggung jawab terhadap industri teknologi digital selalu ada. Dari waktu ke waktu, kami selalu mengimplementasi berbagai upaya demi meningkatkan keamanan dan kenyamanan para pengguna Bukalapak serta memastikan data-data pengguna tidak disalahgunakan. Kami selalu membimbing seluruh pengguna untuk melakukan langkah-langkah pencegahan demi melindungi data dari upaya – upaya peretasan yang dilakukan pihak – pihak tidak bertanggung jawab, sesuai dengan Kebijakan Privasi Bukalapak,” jelas VP of Engineering Bukalapak Ibrahim Arief.

Ada juga penipuan yang merugikan penjual. Kondisi ini paling sering dijumpai ketika bertransaksi di luar sistem rekening bersama. Penjual yang “apes” akan menjumpai pembeli yang mengaku sudah melakukan transfer, lengkap dengan bukti foto struk pembayaran. Padahal struk atau bukti-bukti lainnya itu adalah palsu dan pembeli tidak pernah melakukan pembayaran.

Diceritakan Ihsan Muhammad, Founder Kredibel, sebuah situs yang menampung data rekening penipu online, ada modus baru yang berkembang. Modus baru ini melibatkan penjual dan pembeli.

Modus baru ini, penipu pura-pura menjadi penjual dengan menawarkan barang-barang fiktif dengan harga yang jauh lebih murah. Setelah berhasil menipu calon pembeli oknum penipu akan melakukan order kepada penjual asli dan terpercaya, namun alamat pengiriman ditujukan ke alamat penipu. Setelah itu tagihan pembayaran akan diberikan ke calon pembeli yang sebelumnya menghubungi penipu.

“Pembeli dan penjual dalam kasus ini sama-sama menjadi korban. Penjual asli tidak mengetahui yang mentransfer adalah calon pembeli yang tertipu. Pembeli pun tidak mengetahui bahwa ia membayar bukan untuk barang yang ia beli, dan barang yang dibeli pun tidak akan pernah sampai karena dikirimkan ke alamat penipu,” jelas Ihsan.

Tren penipuan yang ada di Indonesia

Dari data yang dihimpun Kredibel selama tahun 2019, pihaknya telah menerima lebih dari 50.000 ribu laporan penipuan, dengan rata-rata kerugian per transaksi sebesar Rp1,7 juta. Dari total yang transaksi tersebut 28,6% di antaranya merupakan transaksi fraud yang terjadi ketika membeli produk fashion dan kecantikan. Di posisi kedua diduduki transaksi barang elektronik dengan presentase 16,2%.

Penipuan-penipuan yang terjadi kebanyakan terjadi pada platform media sosial. Paling tinggi adalah Instagram dengan fraud sebesar 46,2%, WhatsApp 28,9%, dan Facebook dengan 12,9%.

“Peringat ini telah mengalami perubahan dibandingkan beberapa tahun silam. Jika pada tahun 2015-2016, penipuan paling banyak terjadi pada platform BBM, berbeda halnya dengan sekarang yang paling sering terjadi pada platform Instagram. Hal ini terkait dengan popularitas Instagram yang semakin hari semakin naik dan meredupnya popularitas BBM [BBM sudah menutup layanannya],” lanjut Ihsan.

Pencegahan dengan Teknologi

Ada banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk mencegah penipuan. Bagi para pengguna, jargon teliti sebelum membeli mungkin jadi salah satu senjata paling ampuh. Sedangkan bagi para penyedia layanan, penggunaan teknologi bisa jadi solusi paling inovatif.

Bukalapak misalnya, mereka mengembangkan sebuah engine yang didesain untuk mendeteksi anomali dari kegiatan transaksi yang bisa merugikan pihak-pihak terkait. Sistem ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi penjualan barang yang tidak sesuai ektentuan.

“Bukalapak memiliki engine khusus yang berfungsi untuk mendeteksi anomali dari kegiatan-kegiatan transaksi di Bukalapak. Anomali tersebut di antaranya transaksi fiktif dan penjualan barang yang tidak sesuai ketentuan,” jelas Ibrahim.

Ia melanjutkan, “Bukalapak akan terus mengembangkan kapabilitas dari engine ini agar dapat terus mengatasi tindakan-tindakan yang tidak diinginkan, termasuk di dalamnya fraud dan sejenisnya, yang cakupan serta modus operandinya terus berkembang. Secara garis besar, dari waktu ke waktu kami terus mengimplementasi berbagai upaya demi meningkatkan keamanan dan kenyamanan para pengguna Bukalapak.”

Teknologi yang digadang-gadang mampu sebagai solusi untuk mengurangi tindak penipuan dalam transaksi online adalah Artificial Intelligence (AI). Perusahaan seperti Visa bahkan sudah mengaplikasikan machine learning untuk mengidentifikasi anomali dari tindak penipuan.

Salah satu sistem pendeteksi penipuan milik Visa adalah Advanced Authorization. Sistem ini diklaim sudah mencegah penipuan hingga $25 miliar dalam satu tahun terakhir hingga 30 April kemarin. Sistem pencegahan penipuan milik Visa pun dikabarkan akan segera ditingkatkan dengan menggunakan model deep-learning, agar bisa lebih akurat memahami pola penipuan.

Bukalapak Tambah Tiga Lokasi Pusat Riset dan Pengembangan

Bukalapak segera menambah lokasi pusat riset dan pengembangan (R&D) di Yogyakarta, Surabaya, dan Medan untuk mewujudkan ambisinya menjaring hingga 1.000 tenaga engineer baru pada tahun ini. Tim engineer akan diarahkan untuk pengembangan produk dengan menempatkan Bukalapak sebagai platform, sehingga mereka dapat berkreasi mengembangkan berbagai inovasi baru secara independen.

VP of Engineering Bukalapak Ibrahim Arief menuturkan pendirian tiga lokasi R&D adalah strategi jemput bola ala Bukalapak dalam mendapatkan talenta engineer berbakat. Menurutnya, banyak talenta lokal yang berbakat namun enggan untuk meninggalkan tempat tinggalnya. Di dalam R&D tersebut dapat menampung sekitar 160 orang, yang terdiri dari 100 engineer dan 60 orang di bagian desain produk dan riset.

Pusat R&D pertama Bukalapak di luar ibukota adalah di Bandung yang diiniasi awal tahun ini.

Ada dua pertimbangan yang diambil saat memilih kota-kota tersebut, pertama datang dari masukan para peserta yang mengikuti kompetisi programming diadakan oleh Bukalapak. Kedua, masukan dari karyawan Bukalapak itu sendiri.

“Saat ini baru yang di Bandung saja sudah beroperasi, sisanya masih dalam fase persiapan. Jadi sampai akhir tahun ini kami akan punya empat lokasi R&D dengan 1.000 engineer,” terang Ibrahim, Selasa (3/7).

Dia melanjutkan tim yang bekerja di R&D akan bekerja secara independen, namun bisa diberi mandat saat ditargetkan peluncuran produk hingga proses pengembangannya. Sehingga ketika suatu produk diluncurkan mereka bisa langsung memantau progress-nya, bisa mengatasi berbagai masalah dalam waktu cepat.

Mereka juga tidak perlu melakukan koordinasi secara intensif dengan kantor pusat karena semuanya bisa dilakukan secara remote. Budaya remote sangat familiar dilakukan di Bukalapak karena sudah memiliki kesamaan budaya kerja.

“Bahkan ada beberapa talent kita yang memang sengaja kerja remote. Ada female engineer yang kerja remote dari rumah karena dia punya anak. Kerja remote itu sudah sangat kencang di Bukalapak.”

Terhitung sat ini tim engineering Bukalapak mencapai 750 orang, sekitar 100 orang di antaranya adalah diaspora yang artinya orang-orang Indonesia yang sengaja dijemput Bukalapak untuk kembali ke negara asalnya. Rata-rata dari mereka pernah bekerja di Jepang, Amerika Serikat, Australia, Belanda, Jerman, dan lainnya. Adapun untuk tim lokal kebanyakan adalah lulusan Universitas Indonesia, ITB, dan ITS.

Pengembangan produk tercepat

Ibrahim mencontohkan produk Buka Pengadaan adalah hasil pengembangan yang dilakukan oleh tim engineer Bukalapak yang berlokasi di Bandung. Sementara, fitur live streaming Piala Dunia 2018 menempati rekor pengembangan tercepat hanya 10 hari. Tepat di hari ke-10, fitur tersebut sudah bisa dinikmati semua pengguna Bukalapak.

Layanan tersebut dikembangkan secara khusus oleh tim engineering di Jakarta. Mereka terbiasa bekerja secara cepat, mulai dari inisiasi produk awal hingga monitoring setelah fitur diluncurkan ke seluruh pengguna.

“Setelah tim engineering mengeluarkan seluruh kapabilitasnya, jadi memicu untuk tim lainnya bersama-sama memikirkan apalagi inovasi yang bisa dikembangkan dari fitur tersebut,” tutup Ibrahim.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Siapkan Teknologi “Artificial Intelligence” untuk Bantu Mencegah Penipuan

Tren berbelanja online mulai meningkat di masyarakat. Banyak yang mulai merasakan kemudahan dan kenyamanan, mulai dari pemesanan, pembayaran hingga pengiriman. Hanya saja kegiatan transaksi online tidak luput dari tindak penipuan. Bahkan modusnya pun semakin banyak. Sasarannya masyarakat yang kurang begitu peduli bahkan sampai mereka yang kurang waspada. Banyak penyedia layanan e-commerce berlomba meminimalisir hal tersebut. Salah satunya menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence / AI), seperti yang dilakukan Bukalapak.

Teknologi kecerdasan buatan adalah teknologi yang mampu diterapkan pada sebuah sistem yang belajar. Mempelajari data. Dengan data tersebut, sistem nantinya bisa mengenali pola dan memprediksi sebuah hal. Hal tersebut yang sekiranya juga diterapkan untuk sistem pencegahan penipuan.

DailySocial berbincang dengan Vice President of Engineering Bukalapak Ibrahim Arief mengenai penggunaan AI di Bukalapak. Ia bercerita saat ini Bukalapak sudah mulai menerapkan AI untuk beberapa keperluan internal dan pengguna, salah satunya ada pada pencegahan penipuan.

Mengenal teknologi Anti-Fraud Bukalapak

Bukalapak saat ini memiliki divisi Trust & Safety yang memiliki tugas pokok mengelola dan meminimalisir risiko penipuan yang mungkin dihadapi pengguna Bukalapak. Tim Anti-Fraud berada di bawah divisi Trust & Safety sebagai bagian dari upaya meminimalkan tindakan penipuan.

Tim Anti-Fraud secara khusus bertugas melakukan penegahan, monitoring, analisa dan pemecahan kasus penipuan yang dialami pengguna Bukalapak dengan tujuan untuk menjamin kepercayaan dan menjaga keamaan pengguna saat bertransaksi di Bukalapak. Termasuk penerapan teknologi AI untuk membantu kerja tim Anti-Fraud mencegah penipuan yang terjadi. Di sisi lain Anti-Fraud berusaha juga mendorong security awareness bagi pengguna Bukalapak.

“Tren fraud transaksi yang lazim terjadi belakangan ini, yaitu social engineering (phishing atau scamming) di platform online selain Bukalapak, menjadikan edukasi user Bukalapak agar terhindar dari tindakan serupa di luar sistem Bukalapak sebagai salah satu perhatian khusus dari tim Anti-Fraud. Edukasi user ini dilakukan baik melalui pengembangan fitur maupun komunikasi dengan pengguna Bukalapak,” terang Ibrahim.

Disampaikan Ibrahim, AI menjadi salah satu bagian penting dalam dapur Bukalapak. Sudah ada beberapa teknologi AI yang berjalan di dapur Bukalapak yang membantu kegiatan operasional dan salah satunya adalah untuk pencegahan penipuan.

Di Bukalapak, sistem AI mempelajari data transaksi yang diklaim jumlahnya mencapai ukuran petabyte. Sebuah data yang sangat besar. Sistem dikembangkan mempertimbangkan dan mengolah banyak data dan konteks mengenai sebuah transaksi untuk menentukan risiko penipuan dari sebuah transaksi. Ia mengenali pola yang sudah dipelajari sebelumnya.

“Kami telah mengembangkan sistem AI untuk rekomendasi belanja pengguna yang lebih baik serta menangani sistem keamanan untuk mencegah penipuan. Jadi, AI ini bisa menerima dan mempertimbangkan banyak sekali sinyal atau data dari sebuah transaksi agar kemudian diketahui jenis transaksi tersebut palsu atau tidak. Lewat pengembangan AI ini, pengguna bisa merasakan pengalaman belanja yang aman dan nyaman,” cerita Ibrahim.

Application Information Will Show Up Here

Mengintip Dapur Teknologi Bukalapak

Bukalapak sebagai perusahaan teknologi yang bergerak di sektor e-commerce sangat bergantung pada tenaga developer-nya. Pasalnya, di tangan merekalah aplikasi dan situs Bukalapak bisa terus diakses hingga kini lewat berbagai perangkat. Menciptakan aplikasi berkualitas baik, tentunya bukan pekerjaan mudah karena perlu kerja sama tim yang solid.

Saat ini Bukalapak memiliki kurang lebih 800 karyawan, 200 orang di antaranya adalah developer. Posisi developer di Bukalapak juga dibedakan, setidaknya ada tujuh jenis. Ada yang bergerak di back end, front end, system engineer, mobile developer, site reliability engineer (SRE), Quality Assurance (QA) engineer, dan data engineer.

Seluruh posisi ini memiliki tupoksi pekerjaan yang saling berkesinambungan satu sama lain. Misalnya, system engineer bertugas menjaga infrastruktur di Bukalapak, QA engineer bertugas menulis code skrip untuk keperluan otomatisasi. Lalu, data engineer bertugas pengembangan produk Artificial Intelligence (AI) dengan menggunakan data yang dihimpun.

Dari seluruh posisi developer di Bukalapak, mobile developer menempati posisi terbanyak dengan total sekitar 40 orang. Tugas tim ini adalah memastikan seluruh aktivitas dan pengalaman pelanggan lewat perangkat mobile dapat selancar saat mengakses Bukalapak lewat desktop.

Banyaknya orang dalam tim ini, lantaran dari total kunjungan bulanan Bukalapak sekitar 70%-80% dikontribusikan oleh aplikasi. Masukan dari pengguna pun setiap harinya, baik positif maupun negatif, juga dikontribusikan dari aplikasi. Diklaim rating aplikasi Bukalapak di Android maupun iOS tertinggi dibanding semua layanan sejenis.

Bukalapak melihat ke depannya tren penggunaan smartphone bakal lebih sering dipakai daripada desktop. Beberapa alasan inilah yang makin niat mengembangkan produk aplikasinya dengan tetap mengedepankan unsur kualitas dari setiap pembaruan versi yang diluncurkan.

Data terakhir menyebut total pengunduh untuk aplikasi versi Android mencapai 13 juta kali dengan 2 juta orang pengguna aktif harian. Untuk iOS mencapai 700 ribu kali diunduh dengan 300 ribu pengguna aktif harian. Sementara, total pengguna Bukalapak telah menghimpun lebih dari 13 juta orang. Untuk menjaga loyalitas dan kepuasan jutaan pengguna Bukalapak, bagaimana siklus pemeliharaan aplikasinya?

Dalam bincang-bincang yang diadakan Bukalapak bersama sejumlah media, VP Engineering Bukalapak Ibrahim Arief dan Mobile Apps Product Manager Bukalapak Bayu Surya banyak berbicara mengenai isi dapur bagaimana tim developer bekerja, tantangan yang dihadapi, kriteria developer seperti apa yang dicari, fitur apa yang siap hadir di aplikasi, dan lainnya.

Cara tim mobile developer Bukalapak bekerja

Cara kerja tim mobile developer terbagi menjadi bagian-bagian kecil yang bertugas mencari ide baru, bekerja paralel sembari melakukan coding untuk digabungkan ke aplikasi secara utuh. Ini disebut dengan release train.

Bila tingkat kompleksitas fitur memang butuh banyak waktu pengecekan, bisa dipastikan waktu rilisnya akan semakin lama dan tidak terpatok pada tenggat waktu. Akan tetapi untuk fitur yang bisa dikerjakan dengan cepat dan sudah diperiksa terlebih dahulu lewat pengecekan dapat rilis lebih dulu.

“Bila diibaratkan, aplikasi berbentuk kereta utuh yang berjalan terus yang terus bertambah gerbongnya. Anggap gerbong itu adalah penambahan ide baru. Bila gerbong sudah siap ditambahkan, tinggal digabungkan saja ke keretanya. Tidak ada fitur yang belum siap langsung dipaksakan untuk merge, sebab kami mengutamakan kualitas aplikasi,” kata Ibrahim.

Ibrahim melanjutkan sebelum Bukalapak merilis pembaharuan aplikasi harus dipastikan fitur tersebut sudah lulus tiga tahap pengecekan. Dimulai dari level developer, pengecekan secara manual oleh tim QA engineer, setelah itu pengecekan secara otomatis dengan ratusan skenario.

Meski sudah lolos, aplikasi versi terbaru tidak langsung disebarkan ke seluruh pengguna Bukalapak, melainkan sebagian kecilnya terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar tim dapat memantau bagaimana output-nya, apakah masih ditemukan bugs atau tidak.

Bila masih ada bugs, tim dapat segera memperbaikinya sebelum dampak negatifnya tidak meluas. Ketika sudah dipastikan lolos pengecekan, barulah aplikasi didistribusikan secara bertahap dan terjadwal hingga 100%.

“Keuntungannya saat versi terbaru di roll out ke sebagian kecil pengguna, apabila ditemukan bugs bisa langsung segera diselesaikan. Ini cara terbaik yang lumrah dilakukan para developer di luar negeri saat menjaga kualitas aplikasinya.”

Untuk kasus tertentu cara kerja diubah, misalnya saat kegiatan temporer seperti Harbolnas berlangsung. Untuk dukung kegiatan tersebut, fitur-fitur tambahan pun harus disiapkan dan memiliki tenggat waktu.

Demi meminimalisir kesalahan, selama Harbolnas berlangsung tim melakukan freeze deploy yang berarti menghentikan secara sementara proses pengembangan dan mengalihkan fokusnya memperbaiki bugs demi menjaga kestabilan sistem dalam aplikasi.

“Untuk event tertentu, ada waktunya tim untuk lebih fokus menjaga bugs saja agar aplikasi lebih stabil saat traffic tinggi. Sebab pada saat itu saja bug fix dalam seharinya bisa sampai 20 kali.”

Tantangan tim

Bayu melanjutkan salah satu tantangan tim saat mengembangkan fitur aplikasi adalah bagaimana membawa pengalaman pengguna di smartphone sama baiknya saat berseluncur di situs desktop. Untuk mengatasi tantangan tersebut, tim-nya bekerja sama dengan orang-orang UX yang sebelumnya melakukan riset.

Sejak tahun lalu, transisi perubahan Bukalapak dilakukan secara bertahap dan perlahan-lahan. Kini, sambungnya, dari segi tampilan homepage, listing produk di aplikasi banyak mengalami perubahan. Strategi ini dipilih sesuai dengan hasil riset yang dilakukan tim UX terhadap pengguna Bukalapak.

Tantangan juga kerap dihadapi tim saat hendak mengembangkan fitur bernuansa fintech dalam aplikasi. Hingga kini, layanan fintech yang diresmikan Bukalapak untuk sementara baru bisa diakses lewat situs desktop saja.

“Untuk BukaReksa dan BukaEmas sampai saat ini memang belum ada karena butuh hal teknis yang lebih dalam. Terlebih banyak grafis yang dibutuhkan agar pengalaman pengguna tetap sama saat buka lewat desktop,” terang Bayu.

Fitur yang segera hadir

Pengguna kini bisa pesan tiket kereta api via Bukalapak / Bukalapak

Bayu memastikan fitur yang akan segera hadir di aplikasi dalam dua minggu mendatang adalah pembelian tiket kereta api. Pihaknya mengaku saat ini prosesnya sudah dalam tahap akhir dan siap didistribusikan ke seluruh pengguna.

Sekadar informasi, Bukalapak meluncurkan layanan pembelian tiket kereta api pada pertengahan Maret 2017, bekerja sama dengan PT KAI.

Kandidat developer idaman Bukalapak

Ibrahim menerangkan dalam mencari developer sesuai idaman, kriterianya tidak hanya harus memenuhi sejumlah persyaratan teknis saja. Tetapi mereka haruslah pribadi yang senang belajar dan gemar berbagi ilmu ke rekannya.

Untuk mendapatkan talenta terbaik, Bukalapak membuka lowongan pekerjaan untuk engineer pada tahun lalu. Dari 10 ribu yang mengajukan, akhirnya hanya diterima 30 orang saja. Selain itu, pihaknya juga mengadakan kompetisi engineer untuk publik. Pemenangnya berkesempatan untuk bekerja di Bukalapak.

“Kami bangun budaya antar developer untuk saling berbagi ilmu apa yang mereka punya ke rekannya. Mereka juga bisa langsung berdiskusi dengan level senior. Secara rutin kami juga share ilmu ke rekan komunitas, dengan saling berbagi ilmu bakal terasa dampak positifnya.”.

Setiap developer juga diwajibkan untuk menerapkan standar coding sesuai aturan di Bukalapak. Bahasa coding harus diseragamkan dan dibuat berurutan. Tujuannya agar proses adaptasi enjiner baru dapat lebih cepat dan bisa menyamai dengan rekan lainnya.

“Bila engineer melakukan kesalahan, meskipun itu fatal, kami anggap itu sebagai kesempatan untuk belajar, bukan jadi ajang untuk saling menyalahkan orang lain,” pungkas Ibrahim.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Bukalapak, Goers, dan Seekmi Melakukan Perekrutan “Engineer”

Berbicara mengenai talenta di dunia startup masih menjadi persoalan yang berkepanjangan. Masih minimnya jumlah serta kualitas dari SDM Indonesia di bidang pengembangan teknologi, tidak dibarengi dengan makin meningkatnya jumlah startup berbasis teknologi lokal hingga asing di tanah air.

Kami mencoba berbincang dengan sejumlah penggiat startup lokal tentang bagaimana mereka menyikapi hal ini dan strategi apa yang mereka lakukan untuk menyiasatinya.

Kurangnya pengalaman dan ketrampilan mahasiswa lulusan baru

Menurut CEO Seekmi Clarissa Leung, salah satu alasan utama adalah masih kurangnya pengalaman dan ketrampilan mahasiswa lulusan IT (Sistem Informasi maupun Teknik Informatika) untuk mengisi posisi engineer yang saat ini banyak dicari startup.

“Saya melihat hanya dalam jumlah kecil lulusan terbaik dari Universitas ternama di Indonesia yang sudah bisa langsung bekerja sesuai dengan standar dari startup yang merekrut. Sebagian lagi masih perlu pelatihan dan training lebih lanjut.”

Persoalan belum maksimalnya kemampuan dari lulusan IT saat ini, bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Berdasarkan pengalaman pribadinya saat kunjungan ke Silicon Valley beberapa waktu lalu, Clarissa melihat banyak anak muda yang melanjutkan studinya untuk mempelajari coding.

Alasan lain minimnya jumlah engineer di Indonesia adalah,kebanyakan mahasiswa lulusan IT, lebih memilih untuk bekerja di perusahaan multinasional dengan gaji yang lebih besar ketimbang bekerja di startup atau membangun startup sendiri. Pada akhirnya menyulitkan startup untuk mencari engineer terbaik hingga CTO yang berkualitas.

Memanfaatkan rekomendasi internal dan referral

Bukalapak sebagai salah satu layanan marketplace terbesar di Indonesia, melakukan proses perekrutan posisi engineer dengan cara yang berbeda. Memanfaatkan informasi dari pegawai sendiri, Bukalapak mampu menghasilkan rekomendasi engineer yang diinginkan sesuai dengan kriteria. Menurut VP Engineering Bukalapak Ibrahim Arief, cara tersebut cukup ampuh untuk mengatasi kesulitan mencari talenta baru di bidang pengembangan teknologi.

“Melihat mayoritas engineer berkualitas yang lolos seleksi kami berasal dari referral  pegawai internal, kami menyediakan internal referral  bonus sebesar 20 juta Rupiah untuk setiap engineer yang lolos.”

Untuk menambah opsi yang ada, Bukalapak juga mengadakan berbagai programming dan kompetisi app development dengan hadiah ratusan juta rupiah untuk menjaring talenta engineering Indonesia yang berbakat.

Strategi tersebut ternyata juga dilakukan di Goers. Menurut Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi, meskipun kerap mengalami kesulitan untuk menemukan engineer yang sesuai, namun perekrutan melalui referral dari engineer yang sudah ada cukup efektif untuk dilakukan.

“Ketika kami melakukan hiring, setiap kandidat akan menemui minimal tiga orang untuk dinilai.”

Selain itu Goers juga membuat pengumuman lowongan pekerjaan di universitas-universitas yang memiliki potensi mahasiswa lulusan IT, bekerja sama dengan acara-acara di kampus dan internship program jalur untuk menjadi pegawai tetap.

“Buat Goers, mencari engineer juga menjadi suatu tantangan, karena kami mencari tidak hanya dari segi skill saja, namun juga dari sisi culture fit,” kata Niki.

Perekrutan bertahap memanfaatkan akun media sosial

Berbeda dengan Bukalapak dan Goers, di Seekmi proses perekrutan lebih dilakukan secara bertahap dan tidak terbuka. Dengan melihat secara detil informasi pendidikan dan pengalaman bekerja, Clarissa menyebutkan untuk perekrutan Seekmi masih terus mencari namun tidak dalam skala yang besar. Jika saat tertentu Clarissa dan tim menemukan engineer yang sesuai dengan kriteria dan cocok untuk ditempatkan posisi tertentu, engineer tersebut akan langsung direkrut tanpa menyebarkan lowongan pekerjaan di job listing

“Tidak selamanya Seekmi melakukan perekrutan untuk engineer. Dari berbagai channel jika ada engineer yang qualified, pasti akan langsung kita rekrut,”

Clarissa menambahkan masih kurangnya pengalaman dan pendidikan informal yang dimiliki oleh mahasiswa lulusan teknologi informasi saat ini, masih menyulitkan startup untuk memperkerjakan tenaga baru tersebut.

Untuk ke depannya diperkirakan akan lebih banyak lagi SDM Indonesia di bidang pengembangan teknologi dibutuhkan. Untuk bisa menemukan engineer yang berkualitas, startup dan pihak terkait tentunya harus bisa lebih agresif lagi melakukan pendekatan, edukasi dan awareness terkait dengan Teknologi Informasi agar lebih tertarik untuk berprofesi menjadi engineer.

Sementara mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan IT bisa memanfaatkan kelas coding yang saat ini sudah banyak tersedia di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.