Berfisik Elegan, Beyerdynamic Aventho Wireless Janjikan Karakter Suara Sesuai Preferensi Pengguna

Dedengkot headphone asal Jerman, Beyerdynamic, kembali memperkenalkan produk terbarunya yang ditujukan buat kalangan audiophile. Perangkat bernama Aventho Wireless ini bisa dikatakan merupakan suksesor versi wireless dari salah satu headphone on-ear terpopuler Beyerdynamic, T51i.

Hal itu tampak sekali dari penampilannya yang sangat mirip, yang memadukan elemen klasik dan modern secara apik. Kualitas suaranya pun juga bisa dipastikan sekelas, mengingat Aventho mengemas sepasang driver berteknologi Tesla yang sudah menjadi senjata andalan Beyerdynamic dalam beberapa tahun terakhir.

Beyerdynamic Aventho Wireless

Yang membedakan adalah bagaimana Aventho mencoba untuk mereproduksi suara sesuai dengan preferensi pengguna yang beragam. Ia datang bersama sebuah aplikasi pendamping bernama MIY yang dikembangkan bersama ahli audio asal Jerman pula, Mimi Hearing Technologies.

Aplikasi ini bertugas untuk melakukan kalibrasi dan menetapkan profil suara yang tepat berdasarkan hasil analisanya terhadap pendengaran masing-masing pengguna. Prosesnya cuma memakan waktu enam menit, dan setelahnya profil suara tersebut akan disimpan langsung ke headphone, sehingga karakter suaranya akan terus sama meski digunakan bersama perangkat lain yang tak dilengkapi aplikasi MIY tadi.

Aspek personalisasi suara ini merupakan bagian dari visi baru Beyerdynamic yang mengusung tagline “Make It Yours”, yang ternyata juga merupakan kepanjangan dari nama aplikasi pendamping Aventho itu tadi. Lebih lanjut, app yang sama rupanya juga dapat memonitor aktivitas mendengarkan musik pengguna, memberikan peringatan ketika volume dan durasi sudah melewati batas wajar.

Beyerdynamic Aventho Wireless

Selebihnya, Aventho Wireless menawarkan dukungan codec aptX HD maupun AAC, dan baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 20 jam penggunaan. Soal pengoperasian, pengguna dapat mengontrol jalannya musik menggunakan gesture pada earcup sebelah kanannya yang dilengkapi panel sentuh.

Saat ini sedang dipamerkan di ajang IFA 2017 di Berlin, Beyerdynamic Aventho Wireless dijadwalkan masuk ke pasaran mulai bulan Oktober, dengan harga €449. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam atau coklat.

Sumber: The Verge dan Beyerdynamic.

Dell Luncurkan Laptop 2-in-1 dengan Layar 17 Inci

Event IFA 2017 di Berlin belum resmi digelar, Dell sudah lebih dulu mencuri start dengan memperkenalkan sederet laptop baru. Selain versi anyar XPS 13 yang kini dimotori prosesor Intel generasi kedelapan, Dell turut mengungkap seri laptop convertible baru, yakni Inspiron 7000 2-in–1, serta meng-update lini Inspiron 5000 2-in–1.

Lewat seri ini, Dell mencoba membuat gebrakan baru dengan meluncurkan laptop 2-in–1 terbesar yang ada di pasaran. Seri ini datang dalam tiga varian ukuran: 13 inci, 15 ini dan 17 inci. Ketiganya dibekali spesifikasi yang cukup mirip, yang semuanya terpusat pada prosesor Intel Core i5 atau i7 generasi terbaru itu tadi.

Dell Inspiron 17 7000 2-in-1

Ketiga varian sama-sama mengemas layar IPS 1080p. Namun khusus varian 15 incinya, konsumen bisa memilih konfigurasi dengan layar 4K dan GPU GeForce 940MX. Varian 17 incinya hanya mengusung GPU GeForce MX150 yang masuk kategori entry-level, sedangkan varian 13 incinya malah tidak dilengkapi GPU terpisah.

Bodi yang bongsor berarti bobotnya pun bertambah, dimana berat Inspiron 17 7000 2-in–1 ini mencapai angka 3 kg, namun di saat yang sama konsumen juga akan mendapat daya tahan baterai hingga 11 jam. RAM-nya bisa dikonfigurasikan sampai 16 GB, dan perangkat juga datang dengan opsi penyimpanan berbasis SSD dan HDD yang bervariasi.

Dell Inspiron 5000 2-in-1

Untuk Inspiron 5000 2-in–1, baik varian 13 inci maupun 15 incinya kini sama-sama diperkuat oleh prosesor Intel Core i5–8250U atau Core i7–8550U. Konsumen bisa memilih RAM berkapasitas maksimum 16 GB, dan media penyimpanannya juga bisa mengandalkan SSD tipe M.2.

Yang membedakan seri 5000 dari 7000 adalah absennya opsi kartu grafis terpisah, serta resolusi layar yang mentok di angka 1080p saja. Kendati demikian, seri 5000 2-in–1 rupanya datang dengan dukungan stylus aktif sebagai fitur standar.

Lini Inspiron 7000 2-in–1 serta update Inspiron 5000 2-in–1 dijadwalkan masuk ke pasaran mulai Oktober mendatang, dengan harga sebagai berikut: Inspiron 17 7000 mulai $1.000, Inspiron 15 7000 $850, Inspiron 13 7000 $880, dan kedua varian Inspiron 5000 2 mulai $800.

Sumber: Engadget dan Dell.

Audio-Technica Perkenalkan Headphone Andalan Terbarunya Seharga $2.000

Meski portofolio headphone bikinannya tergolong masif, Audio-Technica selama ini lebih populer di segmen mainstream ketimbang high-end lewat produk seperti ATH-M50x. Ini bukan berarti pabrikan asal Jepang itu tidak punya headphone yang ditujukan buat kalangan audiophile berkantong super-tebal, akan tetapi produk terbarunya menjawab segala keraguan kita mengenai hal ini.

Adalah ATH-ADX5000 yang siap meninggalkan lubang besar pada tabungan Anda. Ia merupakan kelanjutan dari lini headphone Air Dynamic yang sebelumnya dihuni oleh ATH-AD2000X, yang sebenarnya sudah banyak dipuji akan kualitas suaranya. ADX5000 bermaksud mempertahankan warisan tersebut sekaligus membawanya ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Audio-Technica ATH-ADX5000

Penampilannya sangat menunjukkan harganya. Kain mewah Alcantara membalut bagian headband sampai ke bantalan berukuran besarnya. Secara keseluruhan desainnya tergolong simpel dan minimalis, tapi benar-benar segar dan unik jika dibandingkan dengan headphone Audio-Technica lainnya.

Lebih istimewa lagi, headphone ini datang dalam sebuah koper kecil yang tidak kalah mewah, bukan sembarang carrying case yang biasa Anda lihat di toko-toko headphone. Audio-Technica bilang kalau semua unit ADX5000 dirakit dengan tangan di markas mereka di Tokyo, dan masing-masing nomor serialnya diukir menggunakan laser.

Audio-Technica ATH-ADX5000

Kinerjanya sendiri ditopang oleh sepasang driver berlapis material tungsten dengan diameter 58 mm. Seperti yang bisa Anda lihat pada earcup-nya, ADX5000 merupakan headphone bertipe open-backed, yang dijamin mampu menyuguhkan soundstage yang jauh lebih superior ketimbang tipe closed-back.

Oh iya, jangan bayangkan headphone ini bisa Anda pakai selagi streaming Spotify di smartphone, sebab impedansinya mencapai angka 420 ohm. Amplifier bawaan smartphone tak akan sanggup untuk menyuplai daya yang cukup; Anda butuh amplifier terpisah agar headphone bisa menghasilkan volume yang audibel.

Audio-Technica ATH-ADX5000

Audio-Technica ATH-ADX5000 rencananya bakal dipamerkan di hadapan pengunjung event IFA yang akan dihelat pada awal September mendatang di kota Berlin. Pemasarannya akan dimulai pada bulan November, dengan banderol harga $1.999.

Sumber: The Verge.

Headphone Sony MDR-1000X Tawarkan Noise Cancelling Terpersonalisasi

Lewat QuietComfort 35, Bose kian membuktikan bahwa mereka adalah pemimpin di bidang headphone noise cancelling. Akan tetapi hal tersebut tentunya tidak membuat pabrikan lain jadi gentar. Lihat saja Sony, yang baru-baru ini memperkenalkan headphone noise cancelling tercanggihnya di ajang IFA 2016.

Dijuluki MDR-1000X, Sony sepertinya telah menyelesaikan banyak pekerjaan rumah dalam proses pengembangannya. Desainnya masih sangat khas dengan earcup berukuran besar dan bantalan yang tebal. Di saat yang sama, Sony mengaku telah merancang ulang earpad-nya ini guna meningkatkan kinerja noise cancelling.

Entah klaim Sony benar atau tidak, namun yang pasti mereka telah menyempurnakan segala aspek yang berperan untuk noise cancelling, mulai dari sound filtering, signal processing sampai sepasang sensor suara yang tersematkan. Hal ini turut didukung oleh fitur Personal NC Optimizer yang inovatif.

Sederhananya, fitur ini akan mencoba mengoptimalkan kinerja noise cancelling MDR-1000X, menganalisa beberapa faktor seperti bentuk kepala, model rambut, apakah pengguna berkacamata atau tidak dan bagaimana cara pengguna memakai headphone itu sendiri.

Ilustrasi pengguna fitur Quick Attention Mode pada Sony MDR-1000X / Sony
Ilustrasi penggunaan fitur Quick Attention Mode pada Sony MDR-1000X / Sony

Tidak ketinggalan juga adalah fitur Quick Attention Mode, dimana pengguna hanya perlu menempatkan telapak tangannya di sisi luar earcup untuk mendengarkan suara dari luar tanpa perlu melepas headphone. Fitur ini tentunya sangat ideal ketika Anda sedang bersama seseorang.

MDR-1000X bisa dioperasikan dengan atau tanpa kabel. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 20 jam nonstop dalam posisi noise cancelling menyala. Penggemar Hi-Res Audio boleh tersenyum mengetahui bahwa MDR-1000X telah mengusung fitur upscaling DSEE HX guna meningkatkan kualitas file audio yang terkompresi.

Sony MDR-1000X akan dipasarkan per bulan Oktober mendatang seharga $400. Pilihan warna yang tersedia adalah hitam dan grey beige.

Sumber: New Atlas dan Sony.

Mirip Mac Mini, HP Elite Slice Tawarkan Konsep Modular dengan Cara Tumpuk-Menumpuk

Modular adalah kata kunci yang membuat PC jadi menarik. Kendati demikian, tidak semua orang bersedia direpotkan oleh PC rakitan. Bagi mereka, lebih baik membeli PC jadian dari sebuah brand ternama ketimbang harus pusing memasang optical drive sendiri di PC-nya.

Branded PC memang terbukti praktis, sayang modularitasnya jadi berkurang. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi HP Elite Slice. Dipamerkan di ajang IFA 2016, PC dengan wujud ala Mac Mini ini menawarkan konsep modular yang sangat unik, dimana perangkat tinggal ditumpuk satu sama lain untuk menambah fungsionalitas, mirip seperti yang ditawarkan Acer Revo Build.

Tiap-tiap modul yang tersambung ini memanfaatkan konektivitas USB-C. Semisal Anda tidak puas dengan kualitas audionya, tinggal tambahkan modul audio rancangan Bang & Olufsen di bawah Elite Slice, dan seketika juga Anda akan mendapatkan suara 360 derajat plus teknologi noise cancelling.

HP Elite Slice dengan semua modul tambahan yang tersambung / HP
HP Elite Slice dengan semua modul tambahan yang tersambung / HP

Hal yang sama juga berlaku untuk optical drive, dimana modul bisa ditumpuk di bawah modul audio tadi, atau bisa juga sebaliknya. Semuanya tidak melibatkan kabel sama sekali mengingat pada masing-masing modul sudah terdapat konektor USB-C di atas dan port USB-C di bawah.

Elite Slice sendiri dibekali spesifikasi yang cukup beringas untuk ukurannya. Konfigurasi tertingginya mencakup prosesor Intel Core i7, RAM 8 GB DDR4 dan SSD sebesar 256 GB. Semua konektivitasnya tersimpan dengan rapi di belakang; meliputi HDMI, Ethernet, USB, USB-C maupun DIsplayPort.

Cover atas berupa panel kapasitif navigasi video call untuk HP Elite Slice / HP
Cover atas berupa panel kapasitif navigasi video call untuk HP Elite Slice / HP

Hal menarik lain dari Elite Slice adalah panel atas yang bisa dikustomisasi dengan komponen yang lebih fungsional semisal panel sentuh kapasitif untuk memudahkan navigasi selama proses video call. Penawaran lain berupa Wireless Charging Cover, dimana pengguna tinggal meletakkan smartphone di atas Elite Slice untuk mengisi ulang baterainya.

Rencananya HP Elite Slice akan dipasarkan mulai bulan September ini juga dengan harga $699 untuk konfigurasi terendahnya. Perlu diingat, kustomisasi panel penutup atasnya hanya bisa dilakukan selagi konsumen memesan barang.

Sumber: Pocket-lint dan Windows Blog.

Wacom Perkenalkan Duo Smartpad dan Stylus Inovatif

Produsen pen tablet ternama Wacom belum lama ini memperkenalkan trio perangkat baru yang cukup menarik di event IFA 2016. Dua di antaranya merupakan sebuah smartpad bernama Bamboo Slate dan Folio, sedangkan satu yang terakhir adalah stylus inovatif bernama Bamboo Omni.

Bamboo Slate dan Folio

Kedua perangkat ini pada dasarnya terdiri dari buku catatan sekaligus pena. Namun seperti halnya Moleskine Smart Writing Set, baik Bamboo Slate dan Folio sanggup mengubah catatan dan sketsa fisik menjadi format digital secara instan.

Keduanya mengandalkan teknologi EMR (Electro Magnetic Resonance) dan tinta digital WILL. Sederhananya, pengguna tinggal mencorat-coret di atas kertas, lalu dengan menekan satu tombol saja, semua itu akan disulap menjadi file digital pada smartphone atau tablet untuk mempermudah proses sharing.

Bamboo Folio / Wacom
Bamboo Folio / Wacom

Pengguna bisa memilih jenis file yang diinginkan; bisa JPG, PNG, PDF atau WILL sebelum akhirnya diunggah ke layanan macam Dropbox, Evernote, OneNote atau Inkspace milik Wacom sendiri. Inkspace ini bisa digunakan secara cuma-cuma dengan kapasitas 5 GB, namun konsumen Slate dan Folio juga akan mendapatkan potongan biaya berlangganan jika itu terasa kurang dan membutuhkan fitur lain seperti kolaborasi real-time.

Bamboo Slate akan ditawarkan dalam dua varian ukuran (A5 dan A4), masing-masing seharga $130 dan $150. Bamboo Folio di sisi lain dibanderol lebih mahal seharga $200 karena dilengkapi dengan cover dan slot kartu nama.

Bamboo Omni

Bamboo Omni / Wacom
Bamboo Omni / Wacom

Bamboo Omni merupakan sebuah stylus yang sangat unik karena ia dilengkapi ujung yang tipis tapi tidak memerlukan Bluetooth. Dengan demikian, ujung 1,9 mm-nya bisa langsung digunakan untuk menulis atau menggambar di perangkat iOS maupun Android.

Rahasianya terletak pada teknologi Reflective Electro Static, dimana sederhananya stylus hanya perlu diputar sebelum digunakan. Semua ini dikemas dalam desain yang ergonomis dengan permukaan soft-touch. Omni mengusung baterai rechargeable yang bisa diisi ulang via micro USB.

Banderol yang ditetapkan untuk Omni adalah $50. Ada dua pilihan warna yang tersedia, yakni hitam dan putih.

Sumber: 1, 2, 3.

Tak Perlu Ponsel, VR Headset Alcatel Vision Bisa Beroperasi Secara Mandiri

Nama Alcatel mungkin terdengar asing ketika membicarakan mengenai virtual reality. Akan tetapi pabrikan yang kini berada di bawah TCL Communication asal Tiongkok tersebut punya visi besar di ranah VR. Tahun lalu, mereka mengawalinya dengan ponsel Idol 4S yang kemasannya bisa disulap menjadi VR headset berbasis Cardboard. Tahun ini ceritanya sudah jauh berbeda.

Di panggung IFA 2016 pekan kemarin, mereka memperkenalkan Alcatel Vision, sebuah VR headset yang bisa beroperasi secara mandiri tanpa perlu disambungkan ke PC atau diselipi smartphone. Yup, ini merupakan VR headset standalone yang mengusung komponen elektroniknya sendiri, termasuk halnya unit baterai.

Di dalamnya bernaung spesifikasi ala sebuah smartphone yang meliputi prosesor octa-core buatan Samsung, RAM 3 GB, storage 32 GB dan bahkan konektivitas LTE serta sistem operasi Android Marshmallow. Alcatel tak lupa menyematkan sepasang layar AMOLED, masing-masing berukuran 3,8 inci dengan resolusi 1080 x 1020 pixel, sanggup menyuguhkan sudut pandang seluas 120 derajat dengan latency yang rendah di angka 17 milidetik.

Alcatel Vision memakai semacam penjepit kepala ketimbang strap tradisional / Alcatel
Alcatel Vision memakai semacam penjepit kepala ketimbang strap tradisional / Alcatel

Desainnya sepintas menyerupai Gear VR, terutama di bagian depan. Sisi kanannya juga dihuni oleh sebuah touchpad, akan tetapi ketimbang memanfaatkan strap kepala tradisional, Vision memiliki semacam penjepit yang akan menyangga kepala di bagian depan dan belakang. Di paling belakang, tersembunyi baterai berkapasitas 3.000 mAh.

Kepada Mashable Alcatel menjelaskan bahwa desainnya masih belum final, tapi sudah sangat mendekati versi retail-nya nanti. Alcatel telah merancangnya seergonomis mungkin, bahkan pengguna berkacamata bisa memakainya tanpa harus melepas kacamata.

Alcatel Vision mengemas spesifikasi yang cukup menjanjikan / Alcatel
Alcatel Vision mengemas spesifikasi yang cukup menjanjikan / Alcatel

Soal konten, Alcatel telah bekerja sama dengan sejumlah nama seperti Jaunt VR, Magic Interactive Entertainment dan Fraunhofer. Ketiganya punya peran sendiri-sendiri; Jaunt VR sibuk mengembangkan video VR sinematik, Magic merancang game VR, dan Fraunhofer bertugas mengoptimalkan audio supaya bisa beradaptasi dengan gerakan kepala pengguna.

Alcatel juga tengah bekerja sama dengan mitra lain untuk mengembangkan sistem pembayaran dimana pengguna bisa langsung membeli konten dengan mudah ketika menggunakan headset, plus sebuah SDK berbasis Unity untuk mengundang developer demi menyajikan ekosistem konten yang lebih luas.

Sejauh ini belum ada konfirmasi mengenai banderol harga Alcatel Vision, tapi Mashable memprediksi sekitar $500 sampai $600. Pemasarannya akan dimulai pada kuartal ke-4 tahun ini di Tiongkok, disusul dengan kawasan lain pada kuartal pertama tahun depan.

Sumber: Mashable dan Alcatel.

Alcatel Umumkan Empat Perangkat Wearable Anyar di IFA 2016

Lahir di benua Eropa, sudah menjadi hal yang wajar bagi Alcatel untuk memanfaatkan ajang tahunan IFA sebagai panggung unjuk gigi. Tahun ini, mereka tampak cukup antusias di ranah wearable dengan memperkenalkan empat perangkat baru sekaligus di bawah seri “Move”.

Movetime WiFi Watch

Yang pertama adalah Movetime WiFi Watch, sebuah smartwatch yang, sesuai namanya, dilengkapi konektivitas Wi-Fi sekaligus Bluetooth untuk menjadi pendamping sejati smartphone. Desainnya simpel tapi tetap menarik, dengan layar sentuh AMOLED 1,39 inci beresolusi 400 x 400 pixel, sama persis seperti milik Asus ZenWatch 3.

Meskipun tidak dibekali konektivitas seluler, smartwatch ini masih bisa dipakai untuk menerima atau melakukan panggilan telepon berkat mikrofon dan speaker terintegrasi. Selebihnya, Movetime siap memonitor bermacam data, mulai dari jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar, jarak tempuh, durasi, laju jantung, bahkan asupan air dan kafein.

Movetime WiFi Watch memiliki desain yang simpel nan elegan layaknya jam tangan tradisional / Alcatel
Movetime WiFi Watch memiliki desain yang simpel nan elegan layaknya jam tangan tradisional / Alcatel

Seperti smartwatch perdananya, Alcatel OneTouch Watch, Movetime WiFi juga menjalankan OS bikinan Alcatel sendiri. Pun begitu, smartwatch ini masih mendukung navigasi berbasis gesture seperti smartwatch Android Wear.

Movetime WiFi Watch rencananya akan dipasarkan mulai akhir bulan ini seharga €169. Pilihan warna yang tersedia adalah silver, abu-abu dan emas.

Moveband

Moveband di sisi lain merupakan sebuah activity tracker sederhana yang siap memonitor berbagai kegiatan fisik pengguna, termasuk halnya pola tidur. Fitur notifikasi turut didukung, dan waktu charging-nya diperkirakan tidak lebih dari dua jam – daya tahannya sendiri tidak diungkapkan.

Moveband rencananya akan dipasarkan dalam wujud bundel bersama smartphone Alcatel.

Movetrack

Bentuk Alcatel Movetrack yang mungil membuatnya ideal untuk mengamankan barang-barang seperti kumpulan kunci / Alcatel
Bentuk Alcatel Movetrack yang mungil membuatnya ideal untuk mengamankan barang-barang seperti kumpulan kunci / Alcatel

Kalau dua perangkat di atas lebih ditujukan untuk menemani pengguna setiap saat, Movetrack didesain untuk menjadi pendamping barang-barang penting milik pengguna, seperti kunci atau tas koper saat bepergian. Yup, ini merupakan sebuah GPS tracker mungil dengan bobot 33 gram, cukup ringan untuk bisa dicantolkan pada collar anjing atau kucing kesayangan.

Movetrack juga mendukung fitur geofencing, dimana pengguna bisa menetapkan pagar virtual sehingga notifikasi akan dikirimkan ketika benda-benda yang dipasangi Movetrack tadi masuk atau keluar dari ‘zona aman’.

Move Track&Talk

Move Track&Talk punya desain colorful yang memikat di mata pengguna anak-anak / Alcatel
Move Track&Talk punya desain colorful yang memikat di mata pengguna anak-anak / Alcatel

Masih seputar GPS tracker, Alcatel tidak lupa merancang satu untuk pengguna anak-anak dalam wujud smartwatch. Berkat perangkat bernama Move Track&Talk ini, orang tua pengguna bisa memonitor keberadaan mereka, mengirim pesan suara atau menelepon, semuanya dari satu aplikasi yang sama.

Alcatel sama sekali tidak ingin menyusahkan anak-anak dengan pengoperasian yang ribet. Itulah mengapa Move Track&Talk mampu menyimpan lima nomor speed-dial dan 10 kontak untuk kepentingan darurat. Soal baterai, perangkat ini diperkirakan bisa beroperasi selama 4 hari nonstop.

Sumber: 1, 2, 3.

Asus Umumkan ZenWatch 3 yang Lebih Stylish Sekaligus Berkinerja Lebih Baik

Selain Samsung Gear S3, IFA 2016 juga menjadi panggung debut untuk smartwatch terbaru Asus. ZenWatch 3 membawa perubahan yang cukup drastis dibanding kedua pendahulunya, dimana layarnya kini telah mengadopsi desain membulat ketimbang persegi.

Sepintas wujudnya terlihat mirip seperti Huawei Watch. Kendati demikian, ZenWatch 3 punya sejumlah elemen desain yang patut mendapat sorotan khusus. Utamanya adalah tebal bodi tahan air yang tidak sampai 1 cm – 9,95 mm tepatnya, bahkan lebih tipis ketimbang Apple Watch.

Sasisnya terbuat dari material stainless steel 316L yang diklaim Asus 82 persen lebih tangguh ketimbang baja biasa. Layarnya dilapisi kaca Gorilla Glass yang sedikit melengkung untuk memudahkan gesture swipe. Di sebelah kanan bezel super-tipisnya, terdapat tiga tombol pengoperasian – satu di antaranya bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan.

Spesifikasi Asus ZenWatch 3 meliputi layar AMOLED 1,39 inci beresolusi 400 x 400 pixel (287 ppi), chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100 yang secara spesifik dirancang untuk perangkat wearable, RAM 512 MB dan storage internal sebesar 4 GB.

Asus ZenWatch 3 juga akan hadir dalam varian rose gold / Asus
Asus ZenWatch 3 juga akan hadir dalam varian rose gold / Asus

Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 2 hari pemakaian, akan tetapi Asus tak lupa membekali ZenWatch 3 dengan teknologi HyperCharge yang bisa mengisi baterai hingga 60 persen kapasitas dalam waktu 15 menit saja. Charger-nya sendiri menempel pada sisi belakang smartwatch menggunakan magnet.

Bisa disambungkan ke perangkat Android maupun iOS, ZenWatch 3 menjalankan sistem operasi Android Wear – kemungkinan besar versi 2.0 yang Google umumkan bulan Mei lalu – didukung oleh deretan watch face kreasi Asus sendiri. Dari segi kinerja, Asus mengklaim ZenWatch 3 dapat memonitor jumlah langkah kaki dengan tingkat akurasi 95 persen.

Asus rencananya bakal memasarkan ZenWatch 3 mulai bulan Oktober mendatang seharga €229 atau sekitar Rp 3,4 juta. Terdapat tiga pilihan warna yang ditawarkan – gunmetal, silver dan rose gold – dan pengguna bisa memilih strap yang berbahan karet atau kulit.

Sumber: The Verge dan Asus.

Samsung Gear S3 Resmi Diperkenalkan

Samsung Gear S2 merupakan salah satu smartwatch terbaik yang dirilis tahun lalu. Desainnya tidak kalah anggun dari jam tangan analog, sedangkan bezel berputarnya benar-benar bisa memberikan pengalaman yang alami dalam mengoperasikan perangkat. Lalu bagaimana caranya Samsung bisa melampaui standar tinggi yang mereka tetapkan sendiri?

Seperti yang sudah dikabarkan sebelumnya, Samsung Gear S3 akhirnya nongol di ajang IFA 2016 di Berlin. Dijejerkan dengan Gear S2, tampak bahwa suksesornya ini punya dimensi yang lebih besar dan tebal; diameter casing stainless steel-nya membengkak menjadi 46 mm dibanding 42 mm milik Gear S2, dengan bobot yang berkisar di angka 62 gram.

Perubahan ini punya dampak negatif sekaligus positif. Di satu sisi, kaum perempuan mungkin akan mendapati Gear S3 terlalu besar dan terlihat kurang anggun di tangan mereka. Di sisi lain, ukuran yang lebih besar berarti Samsung bisa lebih mudah menjejalkan baterai berkapasitas lebih besar pula.

Samsung Gear S3 Frontier dan Gear S3 Classic / Samsung
Samsung Gear S3 Frontier dan Gear S3 Classic / Samsung

Benar saja, Gear S3 kini mengemas baterai berkapasitas 380 mAh, diperkirakan bisa bertahan selama 4 hari pemakaian dalam satu kali charge. Di saat yang sama, ukuran layarnya juga ikut membesar menjadi 1,3 inci, tetap memakai panel Super AMOLED beresolusi 360 x 360 pixel. Bedanya, layar Gear S3 kini bisa menampilkan warna meski dalam posisi always-on.

Melapisi layar tersebut adalah kaca Gorilla Glass 3 SR+ yang diklaim punya daya tahan lebih tinggi terhadap goresan. Layar juga masih dikitari oleh bezel berputar yang inovatif. Di baliknya, bernaung prosesor dual-core Exynos 7270 1 GHz, RAM 768 MB dan storage sebesar 4 GB. Yang juga baru untuk Gear S3 adalah komponen speaker, plus chip GPS.

Selebihnya, fitur-fitur yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan Gear S2. Sensor-sensornya mencakup barometer, altimeter dan optical heart-rate. Bodinya tahan air dengan sertifikasi IP68, dan ia kini mendukung sistem pembayaran Samsung Pay, baik yang mengandalkan NFC maupun MST (Magnetic Secure Transmission).

Gear S3 Frontier punya desain keseluruhan yang lebih sporty / Samsung
Gear S3 Frontier punya desain keseluruhan yang lebih sporty / Samsung

Samsung Gear S3 akan hadir dalam dua model yang berbeda: Frontier dan Classic, sejalan dengan yang dirumorkan. Frontier punya desain yang lebih rugged dan sporty, plus akan ditawarkan dalam varian berkonektivitas LTE. Classic di sisi lain punya cita rasa yang lebih simpel dan elegan, tapi hanya akan tersedia dalam varian Wi-Fi saja.

Sejauh ini Samsung masih bungkam soal harga dan jadwal pemasaran smartwatch ber-OS Tizen buatannya ini. Sama seperti tahun lalu, Samsung ke depannya juga berencana memperkenalkan watch face dan strap khusus garapan seniman ternama untuk Gear S3.

Sumber: CNET dan Samsung.