BRI Partners with Grab to Enable Buka Rekening Digital Saving

BRI has recently reported to partner with Grab as a digital platform to enable online-based account opening (digital saving).

Based on DailySocial observation, the collaboration can be seen from the promotional banners displayed on the main page of the Grab application. From its official website, BRI said that this program is valid from July 14 to July 20, 2020.

Grab adds up to BRI’s collaboration with digital platforms in Indonesia. Previously, BRI had collaborated with Tokopedia and Traveloka to introduce BRI Ceria or digital loans for transactions through e-commerce or online travel sites.

BRI is known to aggressively increase the number of customers through digital platforms. A week earlier, BRI had just introduced an online-based account opening through the BRI Open Account platform. This service is accessible through the official website bukarekening.bri.co.id.

This service allows customers to create new accounts without having to visit the bank and directly meet the staff. The company utilizes face recognition and digital signature technology in the KYC process. Potential customers who make online accounts will automatically become BRI internet banking users (BRImo).

“We are targeting to add 1 million new customers through this online account opening channel,” BRI’s Consumer Director Handayani said in her official statement.

Separately, BRI’s Digital Director, Information Technology and Operations Indra Utoyo revealed that this collaboration is quite a big picture of the state-owned banks to move into the “banking everywhere” era.

“Now, there is another way to open an account besides BRImo application. Prospective customers can use partner’s platforms, such as e-commerce partners, ride-sharing, fintech, and others. This platform is the front-end of our service,” Indra told DailySocial.

Digital saving with digital platforms

In general note,  Indonesian banking is now increasingly open in utilizing digital technology to increase the number of its customers. Not only application-based banking services and Open API, but also offers digital-based account opening.

Some banks already offer online account opening services, however, mostly through mobile banking applications, such as BRI, CIMB Niaga, Mandiri, and PermataBank applications.

In BRI’s case, the company utilizes the digital platform as a front-end for digital banking services. To date, BRI has collaborated with Grab, Tokopedia (BRI Ceria), and Tokopedia (BRI Ceria).

This is a proof of Indonesian banks’ effort to change the conventional approach to consumers. Moreover, many unbanked segments in Indonesia with limited access to branch offices is quite an obstacle. This has become a strategic collaboration with the support of the application platform and customer base.

“The digital essence is to provide solutions and benefits to customers to make it faster, better, and more efficient. BRI became the first bank to offer a full digital account opening and has been approved by the Financial Services Authority (OJK). Other players still have the KYC process with video calls and meet at physical outlets. ”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BRI Gandeng Grab untuk Layanan Buka Rekening Online

Baru-baru ini BRI diketahui menggandeng Grab sebagai salah satu mitra platform digital untuk mendorong pembukaan rekening berbasis online (digital saving).

Berdasarkan pantauan DailySocial, kerja sama tersebut terlihat dari banner promosi yang ditampilkan di laman utama aplikasi Grab. Dari laman resminya, BRI menyebutkan program ini berlaku pada periode 14 Juli 2020-20 Juli 2020.

Kolaborasi dengan Grab menambah deretan kerja sama BRI dengan platform digital di Indonesia. Sebelumnya, BRI telah menggandeng Tokopedia dan Traveloka untuk memperkenalkan BRI Ceria atau pinjaman digital untuk pembiayaan transaksi melalui e-commerce atau online travel site.

BRI diketahui tengah gencar meningkatkan jumlah nasabah melalui platform digital. Seminggu sebelumnya, BRI baru saja memperkenalkan layanan pembukaan rekening secara digital melalui platform BRI Buka Rekening. Layanan ini dapat diakses lewat situs resmi bukarekening.bri.co.id.

Layanan ini memungkinkan nasabah membuat rekening baru tanpa perlu datang ke bank dan bertatap muka dengan petugas. Perusahaan memanfaatkan teknologi face recognition dan digital signature pada proses KYC. Calon nasabah yang membuat rekening online otomatis akan menjadi pengguna internet banking BRI (BRImo).

“Kami menargetkan penambahan 1 juta nasabah baru melalui channel pembukaan rekening online ini,” ungkap Direktur Consumer BRI Handayani dalam keterangan resminya.

Dihubungi terpisah, Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi BRI Indra Utoyo mengungkap bahwa kolaborasi ini menjadi salah satu gambaran besar bank pelat merah ini untuk menuju era “banking everywhere“.

“Sekarang buka tabungan tidak harus lewat aplikasi BRImo. Calon nasabah bisa menggunakan platform dari mitra e-commerce, ride-sharing, fintech, dan lainnya. Platform ini menjadi front-end dari layanan kami, ” tutur Indra kepada DailySocial.

Digital saving dengan memanfaatkan platform digital

Sebagaimana diketahui, perbankan Indonesia kini semakin terbuka dalam memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan jumlah nasabahnya. Tak hanya layanan perbankan berbasis aplikasi dan Open API, tetapi juga menawarkan pembukaan rekening berbasis digital.

Sejumlah bank sudah menawarkan layanan pembukaan rekening online, tetapi kebanyakan masih melalui aplikasi mobile banking, seperti pada aplikasi milik BRI, CIMB Niaga, Mandiri, dan PermataBank.

Pada kasus BRI, perusahaan memanfaatkan platform digital sebagai front-end untuk layanan perbankan digital. Sejauh ini, BRI telah berkolaborasi dengan Grab, Tokopedia (BRI Ceria), dan Tokopedia (BRI Ceria).

Ini menandakan upaya perbankan Indonesia untuk mengubah pendekatan konvensional terhadap konsumen. Terlebih masih banyak segmen unbanked di Indonesia di mana keterbatasan akses ke kantor cabang menjadi salah satu kendala. Kolaborasi ini menjadi strategis dengan dukungan platform dan basis pelanggan aplikasi tersebut.

“Esensi digital itu adalah memberikan solusi dan manfaat kepada customer agar lebih cepat, lebih baik, dan lebih efisien. BRI menjadi bank pertama yang menawarkan pembukaan rekening secara full digital dan sudah disetujui Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemain lain masih ada proses KYC dengan video call dan bertemu di outlet fisik.”

BRI Ventures Sets a New Managed Funds to Non-Fintech Startup in Jakarta and Singapore

BRI Ventures, a corporate venture capital under BRI, is preparing new managed funds as an investment vehicle for non-fintech startups in 2020.

BRI’s Director of Digital, Information Technology and Operations Indra Utoyo ensured the license to invest in non-fintech (Special Purpose Vehicle / SPV) is on progress by the Financial Services Authority (OJK).

“It is under BRI Ventures authority, yet named a venture fund because it is to be used to any [investment] including non-fintech. [For funding] We have our Limited Partner overseas,” Utoyo said to DailySocial.

In a recent interview, BRI’s VP of Investor Relation and Strategy, Markus Liman has mentioned the managed funds is to be finalized by February.

There are seven non-fintech ecosystems to be targeted for investment, including agro-maritime, health, education, tourism and travel, transportation, as well as retail and creative industries.

“We are opportunistic in number, therefore, we are not targeting quantity. Instead, we already have 6-8 deals in a pipeline for a year seeing the existing bandwidth and opportunities, “he said.

Based on the latest information Markus told DailySocial, the team is currently preparing an SPV license not only in Indonesia but also in Singapore.

“There will be an entity in Singapore to acquire a license to the Monetary Authority of Singapore. However, the fund remains as an investment vehicle, “Markus said.

Meanwhile, as noted in BRI’s financial statements in 2019, BRI Ventures is said to aim at the retail and creative industries as its main focus of investment in 2020.

Markus said the retail and creative industries either in Indonesia or overseas have a more mature market. He thought other business verticals require longer effort to run.

“This sector is more mature, both from [business] actors and their supporting ecosystems,” he added.

BRI Ventures, which was founded in 2019, has received fund injection up to Rp1.5 trillion from its parent company. The financial report noted these funds have been distributed in three phases, Rp 200 billion (March), Rp 800 billion (July), and Rp 500 billion (December).

In 2019, BRI Ventures has just invested a total Rp278.11 billion through 17 percent investment in the LinkAja e-money platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BRI Ventures Siapkan Dana Kelolaan untuk Startup Non-Fintech di Jakarta dan Singapura

BRI Ventures, corporate venture capital milik BRI, tengah menyiapkan dana kelolaan baru sebagai kendaraan investasi untuk startup non-fintech di 2020.

Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo memastikan izin untuk berinvestasi di non-fintech (Special Purpose Vehicle/SPV) tengah diurus di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Ini masih dalam kendali BRI Ventures, tapi disebut venture fund karena bisa untuk [investasi] apa saja termasuk non-fintech. [Untuk funding] ada Limited Partner kami dari luar,” ujar Indra kepada DailySocial.

Dalam wawancara beberapa waktu lalu, VP of Investor Relation and Strategy BRI Ventures Markus Liman sempat menyebut bahwa persiapan dana kelolaan ini ditargetkan rampung pada Februari ini.

Ada tujuh ekosistem non-fintech yang menjadi target investasi, antara lain agro-maritim, kesehatan, pendidikan, pariwisata dan perjalanan, transportasi, serta retail dan industri kreatif.

“Kami oportunis secara jumlah, jadi kami tidak mengincar harus berapa deal. Tapi di pipeline, kami sudah ada 6-8 deal dalam setahun jika melihat bandwith dan opportunity yang ada,” tuturnya.

Berdasarkan informasi terbaru kepada DailySocial, Markus juga mengungkap bahwa pihaknya saat ini sedang menyiapkan izin SPV tak hanya Indonesia, tetapi juga di Singapura.

Entity akan dibentuk di Singapura untuk acquire license ke Monetary Authority of Singapore. Namun, kendaraan investasi tetap fund,” ungkap Markus.

Sementara, sebagaimana tercatat dalam laporan keuangan BRI di 2019, BRI Ventures disebutkan akan membidik industri retail dan kreatif sebagai fokus utama investasi di 2020.

Menurut Markus, industri retail dan kreatif di Indonesia maupun di luar memiliki pasar yang lebih siap. Ia menilai vertikal bisnis lainnya membutuhkan effort yang lebih panjang untuk bisa jalan.

“Sektor ini lebih siap, baik dari para pelaku [bisnis] maupun ekosistem pendukungnya,” tambahnya.

BRI Ventures yang baru berdiri di 2019, telah mendapatkan suntikan dana sebesar Rp1,5 triliun dari induk usahanya. Laporan keuangan mencatat dana ini telah disalurkan dalam tiga tahap, yakni Rp200 miliar (Maret), Rp800 miliar (Juli), dan Rp500 miliar (Desember).

Total investasi yang disalurkan BRI Ventures di 2019 baru sebesar Rp278,11 miliar dalam bentuk penyertaan saham 17 persen ke platform e-money LinkAja.

BRI Introduces “Ceria”, An Application for Virtual Credit Card Services

BRI has launched BRI Ceria, a paylater service or virtual credit card targeting underbanked debtors. The application is now available to download in the Android version.

It’s further detailed in the release that BRI Ceria is to provide loans start from Rp500 thousand up to Rp20 million with a tenor of 1-12 months. The interest rate is 1.42% per month or 17.04% per year. If it’s already past the due date, customers may incur a late payment fee for 3% of the total bill or up to Rp150 thousand.

This feature is limited only for BRI customers. It’s a strategy to make credit scoring and prevent fraud.

Another requirement is for the customers should at least 21-50 years old, with minimum income of Rp3 million, and have Taxpayer Identification Number (NPWP).

BRI claimed, once the data submitted, the verification process will only take 30 minutes. Once approved, the credit limit is available to shop at online merchants. This concept is similar to the ones issued by Kredivo and Akulaku.

In the initial stage, BRI Ceria has available to use for payment on Tokopedia, purchase flight tickets on the Panorama JTB site, and the electronic products e-commerce Dinomarket.

Quoted from Kontan, BRI’s Director of Digital, IT, and Operational, Indra Utoyo explained. Ceria is BRI’s paylater with a limit of up to Rp20 million targeting ultra micro customers.

“The new product Ceria is to be launched soon, BRI’s paylater up to Rp20 million limit for ultra micro,” he said.

Prior to this, BRI through its subsidiary, BRI Agro, has launched a similar application named Pinang.

The development of BRIBOX

Next year, the company will continue the digital initiation through BRIBOX, it’s a modernization of work unit network infrastructure throughout Indonesia, modernization of cloud-based data centers, and implementation of core banking modernization.

The initiation is to absorb the largest allocation for IT-related capital expenditure. Indra also revealed the bank has prepared Rp4.2 trillion for next year’s budget, increased by 13.5% from this year’s budget.

“The main effect of modernization is to be eager to face the growth and innovation of digital services that are flexible, scalable, secure, and reliable.”

The digital transaction has now dominated the entire transaction at BRI. About 80% [of the transactions] come from non-branches. Moreover, the company plans to shift the employees’ role in branch offices as customers’ advisors and counselors.

“Closing branch offices is a normal consequence, but its role will later be rethought. Teller’s current role is now being repurposed because there will be a lot of self-service and assisted service in the future,” Indra said.

Application Information Will Show Up Here

BRI Buat “Ceria”, Aplikasi Khusus Layani Kartu Kredit Virtual

BRI merilis aplikasi BRI Ceria, layanan paylater atau kartu kredit virtual untuk menyasar debitur yang underbanked. Aplikasi sudah dapat diunduh, namun baru tersedia versi Android.

Dalam penjelasannya, BRI Ceria memberikan pinjaman mulai dari Rp500 ribu sampai Rp20 juta dan tenor 1-12 bulan. Bunga per bulannya 1,42% atau 17,04% dalam setahun. Bila terlambat membayar, nasabah akan dikenakan tambahan 3% dari jumlah tagihan atau maksimal Rp150 ribu.

Fasilitas tersebut hanya diberikan untuk nasabah BRI. Hal ini sebagai strategi BRI dalam melakukan credit scoring dan mencegah wanprestasi.

Prosedur lainnya yang harus dipenuhi nasabah adalah berusia 21-50 tahun, minimal penghasilan Rp3 juta, dan memiliki NPWP.

Pihak BRI mengklaim bila seluruh data sudah diserahkan, proses verifikasi hanya memakan waktu 30 menit. Bila disetujui, limit kredit dapat digunakan untuk berbelanja di merchant online. Konsep ini sama dengan produk sejenis yang dikeluarkan Kredivo dan Akulaku.

Untuk tahap awal, BRI Ceria sudah dapat digunakan berbelanja di Tokopedia, pembelian tiket penerbangan di situs Panorama JTB, dan e-commerce produk elektronik Dinomarket.

Dikutip dari Kontan, Direktur Digital, TI, dan Operasi BRI Indra Utoyo menjelaskan, Ceria adalah paylater dari BRI dengan limit pinjaman maksimal Rp20 juta untuk nasabah ultra mikro.

“Produk baru Ceria sebentar lagi keluar, paylater-nya BRI yang Rp20 juta ke bawah untuk ultra mikro,” katanya.

Sebelumnya, strategi bisnis serupa juga telah dilakukan BRI melalui anak usahanya, BRI Agro, dengan aplikasi Pinang.

Pengembangan BRIBOX

Tahun depan perseroan akan melanjutkan inisiasi digital melalui BRIBOX, yakni modernisasi infrastruktur jaringan unit kerja seluruh Indonesia, modernisasi data center berbasis cloud, dan implementasi modernisasi core banking.

Inisiasi tersebut akan menyerap anggaran terbesar untuk belanja modal BRI terkait TI. Indra menjelaskan, tahun depan bank menyiapkan anggaran Rp4,2 triliun, naik 13,5% dibandingkan anggaran tahun ini.

“Efek modernisasi utamanya kesiapan menghadapi pertumbuhan dan inovasi layanan digital yang fleksibel, terukur, secured serta reliable.”

Transaksi digital kini mendominasi keseluruhan total transaksi di BRI. Sekitar 80% datang dari non-branch. Alhasil perseroan berencana untuk mengalihkan peran pegawai di cabang menjadi pendamping dan penyuluh nasabah.

“Pengurangan branch adalah konsekuensi yang normal, namun perannya pun nanti akan dipikirkan ulang. Peran teller yang sekarang di-repurpose karena ke depan akan banyak self service dan assisted,” pungkas Indra.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Digital Banking” BRImo, Cara BRI Gaet Nasabah Milenial

BRI merilis aplikasi digital banking BRImo untuk menggaet nasabah baru dari kalangan milennial. Produk ini ditargetkan dapat mengantarkan perseroan sebagai consumer banking terdepan di Indonesia.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo menjelaskan selama ini perseroan memang dikenal sebagai bank yang fokus ke segmen UKM. Namun seiring pesatnya perkembangan teknologi, membuat perseroan harus terus berinovasi untuk melayani konsumen lebih baik.

“Tahun ini BRI fokus untuk menjadi the leading consumer banking di Indonesia. BRImo menjadi salah satu strategi penting di dalamnya,” terang Indra kepada DailySocial.

Dia melanjutkan, BRImo disiapkan untuk menyasar pasar milenial dengan memberikan kemudahan dalam bertransaksi secara digital. Termasuk di dalamnya kemudahan dalam pembukaan rekening BRI Britama Muda, login dengan finger print/face recognition, dan akses info promo.

“Nasabah dapat merasakan layanan perbankan yang semakin cepat, semakin baik, dan juga mengedepankan user experience yang fokus ke pelanggan.”

BRImo merupakan pengembangan terbaru dari aplikasi BRI Mobile yang telah ada sebelumnya. Disebutkan terdapat lebih dari 11 juta pengguna BRI Mobile dengan jumlah transaksi mencapai 575 juta sepanjang tahun lalu.

Aplikasi ini menggabungkan fungsi mobile banking, internet banking, dan uang elektronik (Tbank) dalam satu aplikasi dengan menu transaksi yang lebih lengkap dan menarik.

Indra menyebut, secara perlahan perseroan akan mengalihkan seluruh transaksi perbankan digital dari BRI Mobile ke BRImo. Di saat yang sama, perseroan akan terus menambah fitur BRImo untuk menjadikannya sebagai one-stop mobile banking solution di Indonesia.

“Saat ini kami masih buka akses untuk BRI Mobile yang lama karena masih banyak nasabah yang bertransaksi di sana. Tetapi, secara perlahan, akan kami pindahkan ke BRImo.”

Fitur BRImo

Indra menjelaskan BRImo memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan aplikasi BRI Mobile terdahulu. Diantaranya kemudahan dalam pembukaan rekening tabungan secara online, login aplikasi dengan finger print atau face ID recognition, penggunaan alias rekening serta akses promo bank.

Untuk menggunakan produk ini, nasabah BRI tidak perlu datang ke kantor cabang BRI. Cukup login menggunakan user ID dan password internet banking nasabah. Buat non nasabah, dapat melakukan registrasi melalui aplikasi untuk mendapatkan user ID dan password dengan sumber dana Tbank agar dapat bertransaksi dengan BRImo.

Apabila ingin menjadi nasabah BRI, BRImo dapat mengakomodasinya tanpa nasabah harus mendatangi kantor cabang BRI. Proses KYC-nya dapat dilakukan secara online, nasabah perlu mengunggah foto KTP, NPWP, tanda tangan digital. Lalu, nasabah diminta untuk merekam video wajah tampak depan, samping kiri, dan samping kanan selama tiga detik.

Pihak BRI akan memverifikasinya dalam kurun waktu lima jam setelah semua data diterima. Setelah selesai, nasabah akan diberi nomor virtual untuk melakukan setoran awal ke rekening tabungan. Apabila sudah melakukan setoran, secara otomatis nomor rekening tabungan bisa dipakai.

Agar bisa mendapatkan kartu fisik, nasabah cukup memilih desain yang tersedia di aplikasi dan memilih kantor cabang BRI terdekat untuk pengambilan kartu.

BRImo juga mengakomodasi nasabah yang ingin tarik tunai di ATM tanpa kartu. Nasabah cukup memilih sumber rekening dan nominal yang ingin ditarik, lalu memasukkan password BRImo. Nantinya dalam aplikasi akan tertera kode unik yang harus dimasukkan ke ATM.

Indra menambahkan, untuk sementara ini Tbank masih tersedia di BRImo. Apabila nantinya integrasi LinkAja kelar, Tbank akan segera disintegrasi dari BRImo.

Dikutip dari Kontan, BRI menyiapkan belanja modal pengembangan TI sebesar Rp3,7 triliun dan digital banking Rp500 miliar pada tahun ini. Dana tersebut digunakan untuk modernisasi infrastruktur, cloud, big data, core banking, dan terkait pengembangan digital banking.

Kehadiran BRImo, menjadi jawaban atas bank terhadap pesatnya perkembangan teknologi. Sebelumnya, BTPN bisa hadir dengan solusi Jenius, DBS dengan Digibank untuk solusi perbankan digital. Bank lainnya, dinilai oleh OJK belum benar-benar sepenuhnya digital, artinya nasabah masih perlu datang ke kantor cabang.

Dalam mendorong inovasi perbankan digital, OJK merilis aturan mengenai hal tersebut tertuang di POJK Nomo 12 Tahun 2018. POJK tersebut mengantur beberapa layanan digital banking seperti video banking dan layanan pengajuan kredit rumah kepada nasabah.

Dijelaskan pula bahwa bank bisa membuka layanan pembukaan rekening secara mandiri melalui ATM atau aplikasi dalam smartphone. Juga ditambahkan fitur pemindai sidik jari, pemindai kartu identitas, dan video banking.

Application Information Will Show Up Here

Integrasi Belum Rampung, Produk E-Money Himbara Diprediksi Tersedia di LinkAja Akhir Maret

Kemarin, Minggu (3/3), Menteri BUMN Rini Soemarno mengumumkan LinkAja sudah dapat digunakan sebagai alat pembayaran berbasis digital. Dalam keterangan resminya, LinkAja ke depannya dapat digunakan untuk beragam jenis transaksi, termasuk pembayaran bahan bakar di SPBU milik Pertamina, pembelian tiket kereta api dan Damri, serta asuransi Jiwasraya.

Untuk saat ini, LinkAja baru bisa digunakan pengguna Tcash yang sudah melebur pada akhir Februari lalu. Integrasi aplikasi pembayaran digital milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ke LinkAja, seperti E-cash (Bank Mandiri), T-Bank (BRI), UnikQu dan Yap! (BNI), akan dilakukan secara bertahap. Realisasi ini mundur dibanding target semula awal Maret.

Dalam pesan singkatnya kepada DailySocial, General Manager Divisi E-Banking BNI Anang Fauzi menyebutkan bahwa pengguna UnikQu dan Yap! saat ini memang belum bisa menggunakan LinkAja.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI, Indra Utoyo juga memastikan pihaknya belum melakukan integrasi pelanggan T-Bank ke LinkAja karena aspek keamanan. Integrasi ini baru akan dilakukan pertengahan Maret ini.

“Masih ada pengujian yang harus dilalui, termasuk aspek keamanan. Dari tahap migrasi TCash ke LinkAja, ada beberapa masukan untuk perbaikan. Ditambah pengujian sistem dan keamanan untuk memastikan kesiapan sebelum migrasi nasabah uang elektronik bank Himbara,” ujarnya dalam pesan singkat.

Ia menegaskan, migrasi nasabah layanan bank tetap mematuhi ketentuan, yakni migrasi data dan dana telah mendapat persetujuan nasabah. Para nasabah diharapkan sudah memberikan respons atas pemberitahuan bank sejak 1 Februari lalu

Indra menargetkan T-Bank sudah bisa melebur ke LinkAja dan dapat dinikmati pengguna pada akhir Maret ini.

“Sejauh ini kesepakatan dengan bank-bank Himbara sama. Secara tahap migrasi, [saya rasa] bisa diprediksi demikian,” ujarnya.

LinkAja merupakan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code yang dikelola kongsi empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, Asuransi Jiwasraya, dan Pertamina.

Sebelumnya, TCash sudah lebih dulu melebur ke dalam aplikasi LinkAja pada 22 Februari lalu yang sempat diwarnai sejumlah gangguan teknis di aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Produk E-Money Bank BUMN Berbasis Server Segera Dilebur Jadi LinkAja

Perusahaan fintech BUMN LinkAja (PT Finarya) bakal diresmikan pada 1 Maret 2019. Empat bank yang tergabung dalam Himbara (Perhimpunan Bank Negara) secara paralel akan melakukan migrasi produk e-money berbasis server milik mereka menjadi LinkAja.

BNI jadi bank pertama yang mengumumkan informasi peleburan ini kepada publik pada pekan lalu, bersamaan dengan T-Cash.

General Manager Divisi E-Banking (EBK) BNI Anang Fauzi menjelaskan, penyebaran informasi ini merupakan langkah bank dalam melakukan sosialisasi yang menurut aturan harus dilakukan setidaknya sebulan sebelumnya.

BNI menyebar informasi berbentuk pesan singkat ke konsumen tentang penggabungan produk Yap! dan UnikQu ke dalam LinkAja ini.

Di situsnya, BNI menjelaskan LinkAja adalah produk fintech sinergi milik BUMN (Himbara, Telkomsel, Pertamina, dan Jiwasraya) yang menghadirkan layanan untuk kemudahan dan kenyamanan bertransaksi untuk kebutuhan masyarakat.

LinkAja akan jadi produk fintech milik BUMN yang fokus menjalankan bisnis e-money berbasis server. LinkAja menghadirkan layanan holistik dengan beragam fitur pembayaran, seperti pembayaran tagihan (listrik, PDAM, BPJS, internet), transaksi di merchant, pembayaran moda transportasi, hingga pembelian online.

Anang melanjutkan, saat ini secara paralel pihaknya sedang menyiapkan proses migrasi dengan baik agar pengalaman pengguna tetap baik dan nyaman. Secara bertahap migrasi dimulai dari Maret 2019. Namun ia enggan menjelaskan lebih detail apakah BNI akan jadi bank pertama yang meleburkan sistemnya dengan LinkAja.

“Migrasi bertahap di bulan Maret. Apakah BNI pas tanggal tersebut? Belum tahu, lihat kesiapan teknis nanti karena masih koordinasi. Tanggal launching nanti akan ada press release tersendiri,” jelasnya kepada DailySocial.

UnikQu dirilis pada 2016, sementara Yap baru tahun lalu. Bila ditotal, keduanya telah memiliki sekitar 400 ribu pengguna. Adapun jumlah merchant-nya sebanyak 200 ribu tersebar di seluruh Indonesia.

Anang berharap ide menggabungkan seluruh platform uang elektronik berbasis server dan e-wallet Himbara dan BUMN menjadi hal yang positif. Pasalnya penerimaannya akan sangat luas karena melibatkan semua BUMN yang ada.

Direktur IT BRI Indra Utoyo menambahkan, peleburan ke LinkAja ini hanya berlaku untuk produk e-money berbasis server. Sementara yang berbasis kartu masih dikelola sendiri oleh perbankan.

“Yang dialihkan bukan Brizzi tapi nasabah T-Bank yang berbasis server. Brizzi masih dikelola kami. Rencananya per bulan Maret 2019 sudah bisa beralih ke LinkAja,” katanya.

BRI merilis produk e-money berbasis server bernama T-Bank di 2013, yang kini disebutkan memiliki sekitar 520 ribu pengguna. Sementara kartu Brizzi sudah tersebar sebanyak 12,5 juta buah.

“Tentu kita berharap di era digital payment dengan kolaborasi LinkAja bisa lebih menguntungkan.”

Sementara itu, Bank Mandiri juga mengonfirmasi bahwa peresmian LinkAja akan dimulai pada 1 Maret.

“Ya. Rencana launch 1 Maret,” kata Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans.

Saat ini Bank Mandiri memiliki E-Money dan E-Cash yang bila ditotal jumlahnya mencapai 47 juta buah.

Rico tidak menjelaskan lebih detail bagaimana nasib Mandiri Pay setelah kehadiran LinkAja. Sebelumnya diinfokan Mandiri Pay akan jadi aplikasi pembayaran dengan pemindai QR yang terintegrasi dengan e-money, kartu debit, dan kredit. Modelnya seperti Yap yang diusung BNI.

Bank BUMN lain, BTN, juga turut mengisi berpartisipasi kepemilikan di LinkAja. Dibandingkan bank pelat merah lainnya, inovasi BTN tidak agresif. BTN baru merilis kartu e-money Blink hasil co-branding dengan Bank Mandiri E-Money.

Saat ini 99,99% saham di LinkAja (dengan entitas Finarya) dikuasai Telkomsel. Nantinya kepemilikan Telkomsel tersebut akan terdilusi seiring masuknya sejumlah BUMN yang tergabung dalam konsorsium. BNI, BRI, dan Bank Mandiri masing-masing akan menguasai 20%, Telkomsel (25%), BTN (7%), dan Jiwasraya (1%). Belum ada informasi lebih lanjut tentang Pertamina, yang disebut-sebut juga ikut di dalam konsorsium, dan jumlah kepemilikannya.

BUMN Fintech Pengelola Sistem Pembayaran Berbasis QR “LinkAja” akan Diumumkan Maret Mendatang

Keenam perusahaan pelat merah (BUMN) yang terlibat dalam kongsi BUMN Fintech akan mengumumkan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code pada awal Maret 2018. Sistem pembayaran ini akan diberi nama LinkAja

Adapun, keenam perusahaan yang terlibat antara lain empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, BTN), Telkomsel, dan Pertamina. Adapun, kepemilikan saham entitas baru yang menaungi LinkAja, akan dibagi rata ke enam perusahaan BUMN.

Belum ada informasi lebih lanjut terkait entitas baru ini, termasuk siapa saja yang berada di dalam susunan direksinya. Namun, pihaknya saat ini masih mengurus perizinan ke Bank Indonesia (BI).

Diminta konfirmasinya, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI Dadang Setiabudi tidak berkomentar banyak. “Masih belum final, nanti saya infokan jika sudah,” ucapnya dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Sementara itu, Manager Media Relation Telkomsel, Singue Kilatmaka mengungkapkan, pihaknya saat ini belum bisa memberikan komentar lebih lanjut terkait pembentukan BUMN Fintech tersebut. Ia juga belum bisa memberikan gambaran jelas mengenai platform LinkAja.

“Telkomsel termasuk ke dalam [kongsi] ini karena secara langsung Telkomsel itu bagian dari Telkom Group yang juga adalah BUMN. Saat ini, informasinya masih digodok di level BUMN, tunggu saja nanti informasi dari entitas baru [BUMN Fintech]. Yang jelas, platform ini pure buatan BUMN,” tuturnya kepada DailySocial.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, BUMN Fintech berencana bekerja sama dengan WeChat Pay dan Alipay yang merupakan penyedia jasa pembayaran digital asal Tiongkok. Statusnya saat ini masih belum jelas, bahkan Menteri BUMN Rini Soemarno membantah adanya rencana kerja sama tersebut.

DailySocial telah mencoba menghubungi sejumlah direksi BUMN untuk mengetahui rencana selanjutnya. Kami mengontak Managing Director Digital Banking and IT BRI, Indra Utoyo, Director Digital and Strategic Portfolio Telkom David Bangun, dan Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Gatot Trihargo.

Hingga berita ini diturunkan, kami masih menunggu konfirmasi dari sejumlah direksi BUMN yang kami hubungi tersebut.