Bizhare Selenggarakan Konferensi, Edukasi Masyarakat tentang “Equity Crowdfunding”

Pengembang platform equity crowdfunding untuk bisnis franchise Bizhare baru-baru ini sukses menyelenggarakan acara bertajuk “Bizhare Investment Conference 2019” di Rombak Event Space, Menara by Kibar Jakarta. Acara ini dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari investor bisnis dan masyarakat umum yang ingin mulai berinvestasi melalui mekanisme equity crowdfunding.

Mekanisme equity crowdfunding sederhananya ialah mengajak masyarakat umum untuk berinvestasi membangun sebuah bisnis. Keuntungannya masing-masing orang akan mendapatkan jatah kepemilikan sesuai dengan modal yang disetor. Bizhare sendiri mengembangkan platform untuk mengakomodasi proses transaksi penanaman modal tersebut.

Mengusung tema “Investing Business in Digital Era”, Bizhare menghadirkan pemateri dari berbagai kalangan; mulai dari pebisnis, asosiasi, praktisi investasi, hingga pemilik franchise. Acara ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan seputar strategi pengelolaan keuangan dan bagaimana menjalankan usaha di bisnis franchise yang bisa bersaing dan dapat diterima di masyarakat, serta sebagai ajang networking antara investor dengan franchisor terbaik di Indonesia.

Konferensi dibuka oleh CEO & Co-Founder Bizhare Heinrich Vincent, dalam sambutannya ia mengatakan, “Acara ini kami buat supaya peserta bisa mengetahui langsung tentang seluk beluk bisnis yang akan mereka investasikan, sekaligus bagaimana dengan modal Rp5 juta saja kita semua bisa ikut memiliki bisnis franchise besar bernilai ratusan juta hingga miliaran rupiah, yang tadinya hanya untuk kalangan menengah atas saja.”

Franchisor yang diundang sebagai pembicara sebagian besar telah bekerja sama dengan Bizhare, sehingga siapa saja yang ingin membuka usaha franchise tersebut, namun modalnya masih terbatas, bisa dibantu untuk berinvestasi bersama-sama investor lainnya melalui Bizhare.

Di acara Bizhare Investment Conference kemarin, juga menjadi ajang bagi Bizhare juga memperkenalkan produk-produk terbaru yang akan segera di rilis dalam waktu dekat, untuk memudahkan investor dalam berinvestasi seperti Fastpass, Top up dan Pay with Wallet, serta Secondary Market.

“Diharapan dengan acara ini, lebih banyak masyarakat Indonesia yang mulai paham bagaimana strategi mengelola keuangan dan berinvestasi bisnis yang tepat, sehingga bisa meraih kebebasan finansial mereka,” ujar Vincent.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Bizhare Investment Conference

Bizhare Sediakan Platform “Equity Crowdfunding” untuk Bantu Permodalan UKM

Bizhare merupakan platform equity crowdfunding yang memfasilitasi bisnis franchise. Sistem yang dimiliki memungkinkan masyarakat umum terlibat sebagai investor. Bizhare memfasilitasi skema permodalan bagi pengusaha baru atau yang sebelumnya sudah memiliki usaha lalu ingin membuka cabang di lain lokasi.

Menurut pemaparan Founder & CEO Bizhare Heinrich Vincent, saat ini banyak sekali bisnis UKM yang memiliki potensi untuk berkembang pesat, namun pada kenyataannya mereka hanya stagnan di situ-situ saja. Setelah ditelusuri sebagian besar permasalahannya pada permodalan, sehingga mereka tidak bisa meningkatkan skala dan cakupan bisnis.

Kondisi lain yang turut menginspirasi pengembangan Bizhare adalah banyak pelaku UKM di Indonesia yang tidak memiliki akses ke perbankan, dalam kaitannya dengan kredit usaha — mungkin sebagian memang tidak menghendaki. Dari dua hal tersebut Bizhare menilai bahwa equity crowdfunding dapat memberikan jalan tengah.

Equity crowdfunding memungkinkan siapa saja untuk turut memberikan modal bagi sebuah usaha. Implikasinya para penanam modal akan mendapatkan jatah kepemilikan sesuai kesepakatan dengan pendirinya. Di usaha skala besar, praktik seperti ini mungkin sudah umum terjadi, namun di skala UKM memang masih menjadi hal yang tidak terlalu lumrah.

“Bizhare hadir untuk memberikan akses permodalan ke bisnis dengan cara membagikan kepemilikan saham kepada masyarakat untuk mendapatkan dana cash untuk membuka cabang berikutnya. Setelah cabang kedua profit, bisnis bisa melakukan hal yang sama untuk membuka cabang ketiga, dan seterusnya,” ujar Vincent.

Ia juga memaparkan dari 1.700 triliun Rupiah kebutuhan modal di UKM, baru sekitar 700 triliun yang terfasilitasi perbankan. Sisanya masih membutuhkan solusi alternatif sehingga sektor UKM tersebut bisa tumbuh sesuai yang ditargetkan. Model equity crowdfunding dinilai menjadi cara yang paling efisien untuk menghadirkan akses keuangan inklusif bagi pemilik usaha di tingkat UKM. Termasuk jika dibandingkan crowdfunding atau peer-to-peer yang dinilai memberatkan karena harus meyediakan jaminan aset.

Menurut Vincent, equity crowdfunding juga dapat meminimalkan risiko bagi investor maupun UKM, karena mengutamakan pembagian keuntungan sehingga para investor bisa menerima pendapatan pasif. Profit bisa segera diberikan kepada investor layaknya dividen di pasar modal, sesuai dengan porsi kepemilikan saham.

Saat ini Bizhare memiliki dua produk utama, yakni untuk Take-Over dan Grand Openning. Bizhare Take-Over merupakan sistem yang didesain untuk membantu bisnis yang sudah berjalan dan ingin mengembangkan sayapnya. Sementara Bizhare Grand Openning menyediakan sistem untuk memfasilitasi pengusaha baru yang ingin memulai bisnisnya.

Bizshare
Tim pengembang platform Bizhare / Bizhare

Selain Vincent, Bizhare dikembangkan bersama tiga orang lainnya, yakni Gatot Adhi Wibowo (CFO), Giovanni Umboh (CTO), dan Wahyu Sanjaya (CIO). Sebelumnya Bizhare juga menjadi finalis lokal untuk ajang Seedstar Summit yang diadakan pada tahun 2018 lalu, dan sempat memenangkan ajang kompetisi startup yang diadakan oleh Tempo.

Di platform Bizhare saat ini sudah ada beberapa jenis usaha yang dibantu permodalannya, mulai dari usaha kuliner, gerai ritel hingga usaha jasa lainnya. Masyarakat dapat membantu permodalan mulai dari Rp5 juta. Perolehan sahamnya akan bergantung dengan nilai yang ditargetkan dari pendanaan tersebut.

Di lain sisi, regulasi mengenai equity crowdfunding sedang dirampungkan oleh OJK. Namun dari pemaparan yang sudah disampaikan sebelumnya, OJK menginginkan skema ini menjadi lebih sederhana untuk UKM. Karena model ini dinilai sebagai alternatif pendanaan usaha selain IPO melalui BEI.

Intudo Ventures Provides 706 Billion Rupiah to Invest in Early-Stage Startups in Indonesia

Intudo Ventures (2/14), officially closed $50 million (706 billion rupiah) funding to invest on early-stage startups. A venture capital led by Eddy Chan and Patrick Yip as Managing Partner, made its debut in Indonesia in mid-2017. It was then, they raised $10 million, up to $20 million in early 2018.

Intudo Ventures representative said the funding was raised from Limited Partners (LP) of three countries, including US, Indonesia, and Taiwan. Participated also Founders Fund, Wasson Enterprise, Walgreens, WiL, CTBC Group, with more than twenty undisclosed Indonesian conglomerates.

They’re quite confident with the market growth of startup products. There are two main reasons, it’s the rapid increase of consumption, and significant improve of Indonesian middle class.

The funding requirements are: Indonesian-based startup, operate independently, in early-stage, and have concentrated portfolio. Some startup which already received Intudo Ventures’ investment include: BeliMobilGue, CoHive, Xendit, Ride Jakarta, Nalagenetics, Dana Cita, Oriente, EMQ, and ARTOTEL.

Strategy in Indonesia

Intudo Ventures Founding Partner, Eddy Chan and Patrick Yip
Intudo Ventures Founding Partner, Eddy Chan and Patrick Yip / Intudo Ventures

In its operational, Intudo Ventures connects startups with funding access from International VC. They also have local VC and distribution partners to create opportunity for startup in its portfolio list. It’s called a “beach-head strategy”.

Intudo Ventures is an independent venture capital company. Each LP is limited to contribute maximum 10% of the total raise in a round. Using “return-driven manner” approach, they’re confident to acquire partners.

The plan is to have 12-16 startups to invest in this round. Each startup is to get $500 thousand – $5 million. However, it’s possible for Intudo to invest in Series A and Series B. Each portfolio startup is expected to be passionate for market growth in the region.

In the previous interview with DailySocial, Eddy Chan mentioned that they’re focusing on early-stage in consumer, financial, health, education, and media sector. They’re chosen by reasons. He said those sectors are to have rapid growth along with the consumption increase of mid to high class society in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Intudo Ventures Siapkan 706 Miliar Rupiah untuk Diinvestasikan ke Startup Tahap Awal di Indonesia

Intudo Ventures kemarin (14/2) secara resmi mengumumkan penutupan pengumpulan dana senilai $50 juta (706 miliar Rupiah) yang akan difokuskan untuk investasi pada startup tahap awal di Indonesia. Pemodal ventura yang dipimpin oleh Managing Partner Eddy Chan dan Patrick Yip memulai debutnya di Indonesia sejak pertengahan tahun 2017. Kala itu mereka mengumpulkan $10 juta, lalu ditingkatkan menjadi $20 juta pada awal 2018.

Dalam pernyataannya, pihak Intudo Ventures menyampaikan bahwa dana tersebut dikumpulkan dari Limited Partners (LP) di tiga negara, meliputi Amerika Serikat, Indonesia dan Taiwan. Beberapa nama yang berpartisipasi seperti Founders Fund, Wasson Enterprise, Walgreens, WiL, CTBC Group dan lebih dari dua puluh keluarga konglomerat Indonesia yang tidak disebutkan detailnya.

Mereka juga cukup yakin dengan pertumbuhan pangsa pasar terhadap produk yang dihadirkan startup. Ada dua alasan utama, pertama terjadi peningkatan konsumsi yang cukup cepat; dan yang kedua adanya peningkatan kelas menengah yang signifikan di Indonesia.

Mereka mensyaratkan, startup yang akan mendapatkan pendanaan harus: berbasis di Indonesia, beroperasi secara independen, berada di tahap awal, dan memiliki portofolio yang terkonsentrasi. Beberapa nama startup yang sudah mendapatkan investasi dari Intudo Ventures meliputi: BeliMobilGue, CoHive, Xendit, Ride Jakarta, Nalagenetics, Dana Cita, Oriente, EMQ dan ARTOTEL.

Strategi di Indonesia

Intudo Ventures
Founding Partner Intudo Ventures Eddy Chan dan Patrick Yip / Intudo Ventures

Dalam operasionalnya, Intudo Ventures menghubungkan startup dengan akses pendanaan dari pemodal internasional. Mereka juga bekerja sama dengan pemodal lokal dan mitra distribusi untuk menciptakan peluang pertumbuhan bagi startup yang masuk dalam portofolionya. Mereka menyebutnya sebagai “beach-head strategy”.

Intudo Ventures merupakan perusahaan modal ventura independen. Setiap LP dibatasi memberikan dana maksimal 10% dari total di setiap putaran. Dengan pendekatan “return-driven manner”, mereka optimis dapat merangkul banyak mitra untuk turut serta.

Targetnya akan ada 12-16 perusahaan yang diinvestasi dengan putaran dana kali ini. Kisaran dana yang akan diberikan untuk masing-masing startup antara $500 ribu – $5 juta. Namun tidak menutup kemungkinan Intudo juga akan berinvestasi pada seri A dan seri B. Diharapkan startup portofolionya juga memiliki gairah untuk menumbuhkan pasar di area regional.

Dari wawancara sebelumnya dengan DailySocial, Eddy Chan menyebutkan bahwa mereka fokus startup tahap awal di bidang konsumer, finansial, kesehatan, pendidikan, dan media. Dipilihnya beberapa sektor tersebut bukan tanpa alasan. Pihaknya mengemukakan bahwa bidang tersebut diyakini akan berkembang pesat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas di Indonesia.

BeliMobilGue Secures Series A Funding Worth 140 Billion Rupiah

A marketplace for used cars, BeliMobilGue, secures Series A funding worth $10 million (around Rp140 billion) led by Frontier Car Group. Participated also in this funding, Jardines, under PT Toyota Tunas Indonesia and some previous investors. It is to be used for expansion to other cities, launch new vertical, increase sales, and talent acquisition.

Since the first launch in April 2017, BeliMobilGue focused on the marketplace concept which facilitates user to sell and connect with more than 1,000 qualified buyers.

BeliMobilGue has a special team for inspection with 300 points in total for each used car. Moreover, the result will be uploaded to the app for all partners can immediately bid.

BeliMobilGue’s Founder and CEO, Rolf Monteiro said that this is a big achievement for him. The new investors and involvement of the previous investors are the reflection of trust and excitement. BeliMobilGue also claims to have achieved annual business growth of up to 10 times.

“I believe this round will show investor’s strong validation towards our business in Indonesia, trusted and excited by the new investors coming to us. Using the latest funding, this round will fasten the growth through global affiliation and local strategic partnership,” he explained.

After build up its business in Jabodetabek, BeliMobilGue is to introduce services in big cities around Java. It’s still focused on Indonesian market which is considered as the biggest car market in Southeast Asia.

Included also the plan after funding, to develop technology platform, to provide better service for partners and users. BeliMobilGue also plans to recruit more talents for business development and ensure the high-quality experience for all end users.

Before this round, BeliMobilGue has secured $3.7 million pra-Series A funding or Rp52 billion led by Intudo Ventures and supported by Amand Ventures, Tasman Fund, and Digital Garage.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BeliMobilGue Amankan Pendanaan Seri A Senilai 140 Miliar Rupiah

Layanan marketplace mobile bekas BeliMobilGue amankan pendanaan seri A sebesar $10 juta (setara dengan Rp140 miliar) yang dipimpin oleh Frontier Car Group. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini Jardines yang dimiliki oleh PT Toyota Tunas Indonesia dan sejumlah investor lamanya. Perolehan kali ini akan digunakan untuk ekspansi ke kota-kota baru, meluncurkan vertikal baru, meningkatkan penjualan dan pemasaran, dan merekrut talenta baru.

Sejak awal diluncurkan pada April 2017, BeliMobilGue fokus pada konsep marketplace yang memudahkan penggunanya menjual mobil dan terhubung dengan jaringan pembeli yang terdiri dari lebih dari 1000 pembeli terkualifikasi.

BeliMobilGue juga memiliki tim ahli untuk melakukan inspeksi dengan total 300 poin inspeksi pada setiap mobil bekas. Selanjutnya hasil laporan inspeksi akan diunggah ke aplikasi mitra sehingga seluruh mitra dari BeliMobilGue bisa langsung memberikan penawaran.

Founder dan CEO BeliMobilGue Rolf Monteiro menyebutkan, putaraan pendanaan kali ini merupakan pencapaian besar baginya. Masuknya investor baru dan keterlibatan investor lama dilihat sebagai sebuah kepercayaan dan kegembiraan. BeliMobilGue juga mengklaim telah mencapai pertumbuhan bisnis tahunan hingga 10 kali lipat.

“Saya percaya bahwa babak ini menunjukkan validasi investor yang kuat terhadap bisnis kami di Indonesia, yang mencerminkan kepercayaan dan kegembiraan yang dimiliki oleh investor baru dan yang sudah ada bagi kami. Dengan pendanaan terbaru, putaran ini akan lebih mempercepat pertumbuhan melalui keterlibatan global dan kemitraan strategis lokal,”  jelas Rolf.

Setelah memperkuat kehadirannya di Jabodetabek, BeliMobilGue segera menghadirkan layanan di berbagai kota besar di pulau Jawa. Masih fokus di pasar Indonesia yang disebut-sebut sebagai pasar mobil terbesar di Asia Tenggara.

Termasuk di dalam rencana setelah pendanaan adalah mengembangkan platform teknologi untuk memberikan pelayanan prima bagi mitra dan pengguna. BeliMobilGue juga merencanakan untuk merekrut lebih banyak talenta untuk mendorong pertumbuhan bisnis dan memastikan pengalaman berkualitas bagi semua pengguna akhir.

Sebelum putaran ini BeliMobilGue mengamankan pendanaan pra-seri A senilai $3,7 juta atau senilai Rp52 miliar yang dipimpin oleh Intudo Ventures dan didukung oleh Amand Ventures, Tasman Fund, dan Digital Garage.

Stockbit Akuisisi Layanan Marketplace Reksa Dana Online “Bibit”

Aplikasi investasi saham Stockbit mengumumkan akuisisi saham mayoritas terhadap layanan marketplace reksa dana online Bibit dengan nilai yang tidak disebutkan. Bibit menjadi cara Stockbit untuk menangkap potensi investor reksa dana dari semua kalangan, terutama milenial.

“Kami percaya bahwa reksa dana adalah produk yang tepat untuk masyarakat Indonesia mulai berinvestasi. Saat ini kami adalah pemegang mayoritas di Bibit,” ucap Founder dan CEO Stockbit Wellson Lo kepada DailySocial.

Wellson menambahkan pihaknya melirik pasar reksa dana lantaran banyak pertanyaan yang dilontarkan dari para pengguna Stockbit, salah satunya terkait cara mulai berinvestasi. Dia percaya bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih tergolong investor baru.

Bibit telah mengantongi lisensi dari OJK pada akhir 2018 sebagai agen penjual reksa dana. Sebelumnya dijalankan oleh Juvenco Pelupessy, William Anwar, Hendy Djuarto, dan Harry Dinata. Bibit juga didukung oleh angel investor Christopher Angkasa untuk operasional awalnya.

Para founder masih tetap ada di Bibit, namun kelola aplikasi kini sudah diserahkan sepenuhnya ke pihak Stockbit. Pengguna Bibit disebutkan telah menyentuh angka 5 ribu orang.

Model bisnis Bibit

Bibit diklaim berbeda dengan layanan sejenis. Yang paling ditonjolkan dari Bibit adalah penggunaan prinsip Modern Portofolio Theory untuk merancang portofolio yang optimal khusus investor.

Prinsip ini diperkenalkan oleh ekonom Harry Markowitz yang telah terbukti dan diterima oleh kalangan profesional dan akademis sebagai standar best practice untuk portofolio management.

“Kami bukan sekadar fund supermarket. Namun kami juga menggabungkan elemen financial advisor dan financial planning untuk semua kalangan.”

Menurutnya, teknologi ini bisa secara dinamis menyesuaikan portofolio investor berdasarkan kepribadian masing-masing. Seperti umur, penghasilan, level risiko, target, dan tujuan hidup.

Investor pun akan terima portofolio yang terdiri dari reksa dana yang berbiaya rendah dan sudah terdiversifikasi ke dalam deposito, obligasi, dan saham. Portofolio tersebut akan secara otomatis diseimbangkan kembali seiring berjalannya waktu, sehingga investasi akan selalu sejalan dengan tujuan investor.

Karena bertujuan ingin mendorong investor yang datang dari semua kalangan, Bibit membuka peluang investasi reksa dana mulai dari Rp10 ribu tanpa biaya komisi. Proses pendaftarannya dapat diselesaikan dalam hitungan menit, tanpa dokumen fisik.

Wellson menegaskan untuk monetisasinya perusahaan tidak mengutip dari nasabah, melainkan dari para manajer investasi. Hanya saja, Wellson enggan mengungkap target nasabah yang dibidik untuk tahun ini.

Saat ini Bibit telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan manajer investasi (MI), diantaranya Avrist Asset Management, Majoris Asset Management, Pinnacle Investment, dan Sinar Mas Asset Management.

Perusahaan akan terus menambah kerja sama dengan perusahaan MI agar nasabah memiliki banyak pilihan. Akan tetapi, Wellson memastikan bahwa MI yang akan dipilih tetap dikurasi berdasarkan imbal hasil, expense ratio, AUM, dan reputasinya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu nasabah mulai berinvestasi reksa dana tanpa perlu memilih lagi.

“Untuk mitra MI kita akan tambah terus. Akhir Februari ini, kami target ada 3-4 MI baru yang bergabung dengan kami.”

Rencana Stockbit

Terkait rencana Stockbit, Wellson menyebut Stockbit telah menghimpun 150 ribu investor saham setelah memasuki usianya yang kelima. Perusahaan akan terus menambah kemitraan dengan perusahaan sekuritas dari saat ini dengan Sinarmas Sekuritas saja.

“Tidak menutup kemungkinan untuk kita kerja sama dengan sekuritas lain. Kami masih bicara dengan yang lain, sekitar 15 mungkin penambahan mitranya.”

Dalam aplikasi Stockbit, antar pengguna dapat saling berdiskusi dan menganalisa saham, mendapatkan data real time terkait perdagangan saham, berita dari pasar saham, memantau saham yang sedang diincar, dan sebagainya.

Pengguna juga dapat membeli dan menjual saham secara online. Biaya komisi yang dikutip Stockbit mulai dari 0,15%.

Wellson enggan menjelaskan terkait kehadiran Stockbit di Malaysia. Menurut dia, tim masih dalam tahap eksplorasi dan sedang dipelajari, sehingga belum dianggap waktu yang tepat untuk diekspos.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

East Ventures Beri Pendanaan Tahap Awal untuk Startup Kesehatan “The Fit Company”

East Ventures mengumumkan pendanaan teranyar untuk startup kesehatan dan gaya hidup The Fit Company dengan nilai yang tidak disebutkan. Tidak ada investor lain yang berpartisipasi di putaran ini. Pendanaan akan digunakan untuk ekspansi bisnis dan meluncurkan situs, serta aplikasi dalam rangka pergeseran dari offline ke online.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menuturkan, The Fit Company diisi orang-orang yang memiliki minat yang tinggi terhadap apa yang mereka kerjakan. Terlebih lagi, kategori wellness tergolong sangat baru di Indonesia dan ada peluang besar karena sekarang terjadi pergeseran gaya hidup di kalangan middle dan affluent.

“Kalangan ini kebutuhan dasarnya bukan lagi sandang dan pangan saja, tapi sudah ke wellness sehingga lebih sadar untuk menjalankan hidup sehat dan sebagainya. Kami percaya tim The Fit Company memiliki visi yang tepat dan kemampuan eksekusi yang kuat untuk membuka potensi wellness economy di Indonesia,” katanya, Selasa (29/1).

CEO The Fit Company Jeff Budiman menambahkan, konsep wellness ecosystem tergolong masih asing buat orang Indonesia. Padahal secara global potensi Wellness Economy (mencakup health-tech, fit-tech, dan makanan sehat), dikutip dari Global Wellness Insitute, mencapai $4,2 triliun atau sekitar Rp59 ribu triliun pada 2017. Angka tersebut diprediksi dapat tumbuh sekitar 6,4% setiap tahunnya.

Wellness itu bukan bicara soal kesehatan fisik saja, tapi juga tourism, personal care, makanan sehat, obat-obatan, dan fasilitas publik. Banyak irisan dengan semua unsur tersebut dengan lini bisnis kami,” terang Jeff.

The Fit Company merupakan perusahaan induk dengan lima lini bisnis yang terdiri dari Kredoaum (distributor alat fitness), 20Fit (MicroGym), Fitstop (Gym), Fit Lokal (restoran makanan sehat), dan Fitmee (mie instan sehat). Kredoaum dan 20Fit dirintis oleh Jeff bersama dua temannya sejak 2014. Kini 20Fit memiliki 16 studio tersebar di Jabodetabek.

Lalu, Fit Lokal hadir pada 2017 karena ada tantangan dalam gaya hidup sehat yakni pola makan. Fit Lokal kini tersedia di tiga lokasi, bersamaan di tahun yang sama meluncurkan Fitmee karena Indonesia termasuk negara dengan konsumsi mie instan tertinggi ke-2 di dunia.

Holding ini baru ada pada tahun ini, sebelumnya semua bisnis jalan sendiri-sendiri.”

Rencana bisnis The Fit Company

Jeff mengungkapkan dengan pendanaan ini, pada tahap awal perusahaan akan fokus mengalihkan bisnisnya dari konvensional ke online. Dimulai dari situs 20Fit versi beta pada Maret 2019 dengan menjual produk makanan sehat. Aplikasi akan menyusul pada tahap berikutnya.

Nanti baik aplikasi maupun situs akan menjadi marketplace yang menghubungkan semua lini bisnis The Fit Company sehingga lebih terintegrasi. Konsep besarnya, aplikasi ini akan menyediakan informasi terkait jadwal training, menu catering makan siang, memesan makan malam, dan sebagainya.

“Kita percaya bisnis dan gaya hidup sehat itu journey, jadi pertama-tama kita mau jual makanan sehat dulu lewat 20Fit. Setelah itu di semester II ini akan luncurkan aplikasinya, nanti bisa cari trainer lewat aplikasi.”

Perusahaan juga berencana untuk merekrut mantan atlit Indonesia agar ikut terdaftar sebagai pelatih di platform The Fit Company. Tujuannya agar mereka tetap memperoleh penghasilan dengan kemampuan mereka, pengguna pun akan semakin memiliki banyak pilihan olahraga yang bisa dipilih.

Jeff menerangkan pihaknya akan bersiap untuk memasuki segmen wellness tourism pada tahun depan. Belum banyak hal yang dia gambarkan terkait ini, apakah bakal dikerjakan bersama perusahaan lain atau sendiri.

Namun dia menganologikan wellness tourism itu daerah wisata yang menarik untuk dikunjungi dan memiliki alasan khusus untuk mendatanginya. Seperti Ubud dan Banyuwangi. Ubud menjadi kawasan wisata yang cocok untuk “healing.”

“Nanti kami mau explore lebih jauh, semoga tahun 2020 bisa segera kita wujudkan,” pungkasnya.

Bukalapak Closes 706 Billion Rupiah Fresh Funding From Mirae Asset and Naver Corp

After the rumor spread about Bukalapak receiving funding from Naver Corp, they finally announced to secure fresh funding from Asia Growth Fund initiated by Mirae Asset and Naver Corp.

Bukalapak didn’t mention the value, but Mirae Asset revealed the funding worth up to $50 million or at least Rp706 billion.

As one of four unicorns in Indonesia, Bukalapak is said to be supported by EMTEK, GIC, and Ant Financial (Alipay management) as the major shareholders. Bukalapak, through these new investors, plans to innovate more and help Indonesian SMEs grow the business.

“We appreciate the support of Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund to Bukalapak. We expect this partnership can accelerate us to make innovation through technology in taking small business in Indonesia to the next step,” Fajrin Rasyid, Bukalapak’s President and Co-Founder said.

In the official release, Bukalapak is said to make a significant improvement in 2018. In the 4th quarter of 2018, their transaction revenue exceeded their one-year income in 2017.

However, Mirae Asset team said the investment was a form of partnership between financial and technology company in development. They also committed to keep supporting Bukalapak through its development

“This investment is a co-investment fund between financial and technology company developing rapidly in Southeast Asia with strong characteristic. Through the strategic partnership, we’ll support Bukalapak to develop better,” Jikwang Chung, Head of New Growth Investment Mirae Asset Capital said.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund plans to invest more on the company with rapid growth, new innovation, and long-term development. The observation are Including some industries, such as e-commerce, consumption products, distribution, health, internet platform, and logistics.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Kantongi Pendanaan Baru 706 Miliar Rupiah dari Mirae Asset dan Naver Corp

Setelah santer diberitakan akan mendapat pendanaan dari Naver Corp, akhirnya Bukalapak mengumumkan telah mengantongi dana segara dari Asia Growth Fund yang diprakarsai Mirae Asset dan Naver Corp.

Bukalapak tidak menyebutkan berapa besaran dana yang dikucurkan melalui Fund tersebut, tapi pihak Mirae Asset menyebutkan dana yang dikucurkan mencapai $50 juta atau setara dengan Rp706 miliar.

Sebagai satu dari empat unicorn yang dimiliki Indonesia saat ini, Bukalapak disebut didukung EMTEK, GIC, dan Ant Financial (pengelola Alipay) sebagai pemegang saham utama. Dengan investor baru ini Bukalapak berencana terus berinovasi dan membantu UKM Indonesia memajukan bisnisnya.

“Kami menyambut baik dukungan dari Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund kepada bisnis Bukalapak. Kami berharap dengan adanya dukungan kemitraan ini dapat semakin mempercepat langkah kami untuk berinovasi melalui teknologi untuk mendorong usaha kecil di Indonesia semakin naik kelas,” terang Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid.

Dalam keterangan resminya dijelaskan bahwa Bukalapak mengalami peningkatan yang cukup signifikan di 2018. Di kuartal ke-4 2018 jumlah pendapatan transaksi mereka melampaui apa yang mereka raih selama satu tahun pada periode 2017.

Sementara itu pihak Mirae Asset menyebutkan bahwa investasi yang mereka berikan merupakan bentuk kerja sama antara perusahaan finansial dan perusahaan teknologi yang sedang berkembang. Mereka juga berkomitmen untuk terus mendukung Bukalapak untuk terus berkembang.

“Investasi kali ini merupakan bentuk kerja sama co-investment fund antara perusahaan finansial dan salah satu perusahaan teknlogi yang sedang berkembang sangat pesat di Asia Tenggara yang memiliki karakteristik kuat. Melalui program kolaborasi strategis kami akan mendukung Bukalapak agar dapat terus berkembang,” ujar Head of New Growth Investment Mirae Asset Capital Jikwang Chung.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund berencana untuk terus berinvestasi pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi, terus berinovasi dan memberikan pertumbuhan jangka panjang. Industri yang masuk dalam pantauan seperti e-commerce, platform internet, kesehatan, distribusi, barang konsumsi, dan logistik.

Application Information Will Show Up Here