Investree Resmi Luncurkan Layanan “Employee Loan”

Bertempat di Midtown, Jakarta, hari ini (29/11) startup fintech penyedia layanan peertopeer lending Investree mengumumkan peluncuran layanan terbarunya, yakni Employee Loan atau Pembiayaan Karyawan. Melalui Employe Loan, Investree akan berperan sebagai mitra perusahaan untuk memberikan akses pembiayaan di luar gaji pokok bagi karyawan yang bekerja di perusahaan rekanan. Nominal pinjaman atau pembiayaan yang bisa diajukan dimulai dari Rp5 juta-Rp50 juta.

Chairman dan Co-Founder Investree Adrian Gunadi menjelaskan bahwa hadirnya layanan Investree dan juga Employee Loan dilatarbelakangi oleh rendahnya akses masyarakat Indonesia ke pembiayaan. Di sisi lain, ada banyak juga masyarakat yang memiliki kelebihan dana tetapi tidak tahu harus mengalirkan dana tersebut ke mana.

Berdasarkan survei internal Investree, ditemukan bahwa ada 57 persen masyarakat Indonesia yang mengajukan pinjaman dengan berbagai latar belakang dan dari berbagai sumber dalam 12 bulan ke belakang. Dari 57 persen tersebut, 42 persennya meminjam dari keluarga atau teman dekat. Sementara yang meminjam dari financial institution hanya mencapai 12 persen dan sisanya dari sumber lain seperti rentenir.

“[Employee Loan] Seperti halnya Kredit Tanpa Agunan [KTA]. Bantuan pembiayaan tersebut nantinya dapat dimanfaatkan oleh karyawan untuk berbagai keperluan. Mulai dari pendidiakn, kesehatan yang tidak tercakup asuransi, hingga renovasi rumah,” ujar Adrian.

Untuk memperoleh pinjaman, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh karyawan yang bersangkutan. Di antaranya, karyawan yang menjadi peminjam harus berusia minimal 21 tahun, terdaftar sebagai karyawan di perusahaan yang bekerja sama dengan Investree, berpenghasilan tetap dengan gaji minimal Rp 3,1 juta per bulan, dan memiliki kelengkapan dokumen seperti KTP, NPWP, Surat Keterangan Kerja, dan slip gaji.

Employee Loan dan Invoice Financing untuk UKM / DailySocial
Employee Loan dan Invoice Financing untuk UKM / DailySocial

Setelah pinjaman diajukan, prosedur verifikasi pinjaman akan dilakukan oleh Investree sedangkan verifikasi karyawan akan dilakukan oleh pihak HRD melalui dashboard khusus. Dari dashboard tersebut juga pihak perusahaan dapat memantau siapa saja  yang mengajukan pinjaman. Pengajuan pinjaman ini pun sifatnya terbuka untuk karyawan tetap atau kontrak dari perusahaan rekanan.

Adrian mengatakan, “Verifikasi dilakukan secara online. Peminjam kan nanti harus unggah slip gaji dan sebagainya, dari situ kami bisa verifikasi. Kami juga membukakan dashboard kepada HRD-nya, jadi nanti mereka juga ikut memverifikasi. […] Yang approved pinjaman Investree, HRD yang verified [status karyawan].”

Jumlah pinjaman yang dapat diajukan oleh karyawan adalah Rp 5 – 50 juta dengan jangka waktu mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan. Sementara pembayaran pinjaman sendiri akan dilakukan dengan metode potong gaji. Sedangkan dari sisi pemberi pinjaman, minimum pinjaman yang diberikan untuk layanan Employee Loan adalah satu juta Rupiah.

Terkait realisasi produk, Adrian mengklaim bahwa layanan Employee Loan yang telah berjalan sejak bulan Mei ini telah bekerja sama dengan kurang lebih 10 perusahaan besar dengan total 8000-an karyawan. Beberapa di antaranya adalah Qerja, Jatis Group, JuvisK, dan CAS Group. Ke depannya, Investree akan terus membuka kesempatan  bagi perusahaan terdaftar lainnya untuk bekerja sama.

Sejauh ini, sejak melucur, Investree sendiri mengklaim telah berhasil memberikan 172 pinjaman dengan total dana yang diberikan mencapai Rp34.5 miliar. Adrian berharap angkanya akan menjadi Rp40 miliar di akhir tahun dan menargetkan layanan Employee Loan untuk berkontribusi setidaknya 30 persen dari pinjaman yang diberikan yang saat ini masih didominasi oleh pinjaman untuk UKM.

Kejora Ventures Dorong Kolaborasi Bisnis Antar Startup dalam Grup

Banyaknya perusahaan startup yang bermunculan di Tanah Air, di satu sisi memang memicu persaingan apalagi dengan perusahaan yang memiliki ranah bisnis yang serupa. Namun di sisi lain, perlu ada proses sinergi sebagai bentuk dukungan satu sama lain. Hal inilah yang ingin didorong oleh Kejora Ventures untuk seluruh startup inkubatornya.

Sejak 2,5 tahun Kejora berdiri, sudah ada 28 startup yang pernah didanai. Beberapa di antaranya adalah CekAja, Qerja, Y Digital Asia, Etobee, Investree, Jualo, Wavoo, dan ProSehat. Hampir semua startup disatukan dalam space coworking seluas 4.000 m2 bernama Kejora Headquarters.

Sebastian Togelang, Founding Partner Kejora Ventures, menjelaskan dengan menyatukan seluruh startup yang pernah mereka danai menunjukkan keinginan agar antar perusahaan saling membantu satu sama lain untuk mendukung pertumbuhannya bisnisnya.

[Baca juga: Kejora Ventures Siap Berinvestasi di Startup Baru Akhir Tahun Ini]

Tak hanya itu, dengan penyatuan ruangan kerja pada akhirnya akan tercipta ide baru dan kolaborasi yang bakal tercipta. Pasalnya, antar startup memiliki hubungan komplementer satu sama lain.

Tidak hanya itu, sambungnya, pihaknya juga menyediakan berbagai kegiatan sharing session dengan para pembicara dan ahli dari bidang startup, konferensi developer seperti kerja sama dengan Facebook, hingga mengadakan Founder Institute Acceleration untuk meningkatkan kapabilitas pemimpin startup.

“Tujuan kami menyatukan startup yang pernah didanai agar mereka saling belajar satu sama lain. Dari situ akan banyak tercipta ide, masukan, bahkan kerja sama lain yang bisa membantu akselerasi pertumbuhannya. Tak hanya itu, kami ingin membentuk suatu ekosistem yang positif dalam pengembangan industri startup di Tanah Air lewat berbagai kegiatan yang kami adakan,” ujarnya, Kamis (20/10).

Suasana ruangan kerja dalam salah satu lantai di Kejora Headquarters / Kejora
Suasana ruangan kerja dalam salah satu lantai di Kejora Headquarters / Kejora

Salah satu kolaborasi bisnis yang akan segera hadir sebelum akhir tahun ini adalah kerja sama antara Investree dengan CekAja dan Etobee. Adrian Gunadi, Co-Founder dan Chairman Investree, menjelaskan dengan CekAja pihaknya akan memanfaatkan platform untuk distribusi produk Investree.

“Investree juga pernah melakukan kerja sama dengan Qerja dalam hal referral memperkenalkan produk kami ke klien mereka. Untuk Etobee dan CekAja diharapkan sebelum akhir tahun ini sudah bisa dilaksanakan,” terangnya.

Irijanto, Head of Content and Media Relations CekAja, menjelaskan dalam situs CekAja terdapat kolom afiliasi, di situ rekanan CekAja dapat dibantu penjualan dan promosi produk-produknya. Bentuknya, melalui penempatan banner, rekomendasi, produk finansial terbaik, kalkulator finansial, dan lainnya.

Iman Kusnadi, Co-Founder dan COO Etobee, menambahkan tak hanya mengandalkan kerja sama dengan antar startup dalam inkubator Kejora, pihaknya ingin terus menambah eksistensi di luar inkubator agar branding bisa lebih kuat. “Kami ingin branding Etobee bisa lebih terdengar di luar grup Kejora, klien kami adalah perusahaan e-commerce. Hal ini jadi langkah kami dalam mengejar volume bisnis.”

Kejora juga aktif melakukan kerja sama dengan berbagai institusi yang bergerak di bidang teknologi digital, mulai dari operator telekomunikasi, cloud server, dan lainnya guna mendukung akselerasi bisnis.

Veronika Linardi, Co-Founder Qerja, menjelaskan pasca pihaknya bergabung sebagai inkubator startup dari Kejora banyak arahan ilmu yang bisa didapat, serta jaringan relasinya pun semakin luas. “Kejora tidak hanya memberikan dana, tetapi juga memberi kami guidance saat mencari pendanaan, biasanya diberi arahan siapa investor potensial. Untuk menjadi besar di bidang teknologi itu butuh kolaborasi, tidak bisa besar sendirian.”

Investree: Tingkat Kepercayaan Konsumen terhadap Bisnis “P2P Lending” Mulai Meningkat

Konsep bisnis peer-to-peer (P2P) lending di Indonesia terbilang masih sangat baru, apalagi sampai saat ini belum ada regulasi yang menjadi payung hukumnya. Berbeda kondisinya di Amerika Serikat, konsep bisnis ini sudah dikenal sejak 2009 silam. Kendati demikian, dari hasil pantauan kinerja yang dijabarkan oleh Investree, penyedia layanan P2P lending marketplace, tercatat jumlah penyaluran pinjaman sudah mencapai angka 22,2 miliar Rupiah per 28 September 2016.

Lebih dalam dijabarkan, dari total penyaluran sekitar 16,1 miliar Rupiah diantaranya adalah pinjaman lunas terbayarkan. Dari portofolio penyaluran, didominasi oleh industri kreatif sekitar 38%, outsource 25,3%, katering 20%, dan sisanya industri lainnya. Adapun untuk gagal bayar (default) 0% dan rata-rata tingkat pengembalian sebesar 19,1%.

Adrian A Gunadi, Co-Founder dan Chairman Investree, menjelaskan dari pencapaian tersebut menjadi indikasi bahwa respons masyarakat terhadap model bisnis P2P sangat membantu mereka untuk mendapatkan pinjaman. Sebab, banyak pengusaha yang sebenarnya bankable namun belum tersentuh oleh perbankan karena bisnisnya yang tidak memiliki fixed asset untuk dijadikan jaminan (collateral).

Saat awal Investree berdiri, lanjutnya, untuk mendapatkan pendana (lender) butuh waktu berhari-hari. Kini hanya dalam hitungan menit, peminjam (borrower) sudah bisa mendapatkan dana pinjaman. Selain itu, untuk meningkatkan kepercayaan konsumen, Investree mengadopsi azas transparansi. Artinya, seluruh transaksi akan terlihat dan bisa dipantau secara real time.

“Dengan transparansi, seluruh lender dan borrower dapat memantau secara real time dan online. Ini bisa meningkatkan kepercayaan, meski saat ini belum ada payung hukum untuk bisnis P2P belum ada,” ujarnya, Rabu (28/9).

Untuk meningkatkan kepercayaan lender, Investree juga menerapkan proses analisis credit scoring untuk mitigasi bisnis borrower dalam mencegah terjadinya default. Ada banyak variabel pengukuran yang dilakukan, salah satunya scoring lewat media sosial. Setelah itu, Investree akan menetapkan berapa besar bunga yang diberikan untuk borrower sesuai dengan grade-nya.

Adapun besaran bunga di kisaran 1,2%-2,5%. Sementara, imbal hasil (return) yang ditawarkan untuk lender sekitar 14%-20% per tahunnya. “Selain itu, kami juga memiliki skema pinjaman bisnis lewat invoice financing untuk produk business loan. Meski borrower adalah perusahaan skala kecil, apabila sudah memiliki invoice dari perusahaan skala besar mereka bisa mendapat pinjaman dari kami. Skema ini juga menjadi salah satu cara mitigasi kami.”

Menurut Adrian, kinerja yang sudah dicapai Investree terhitung cukup memuaskan. Pasalnya, perusahaan baru resmi beroperasi pada Mei 2016. Untuk itu, pihaknya optimis memasang target lebih tinggi, sampai Juni 2017 jumlah penyaluran pinjaman diharapkan dapat menembus angka 100 miliar Rupiah.

Untuk bisa menembus target, pihaknya memerlukan jumlah borrower hingga 3x lipatnya dari total sekarang. Sebab secara rerata per lender biasanya meminjamkan uangnya sebesar 10 juta Rupiah. Agar angka lender terus bertambah, pihaknya akan gencar melakukan edukasi ke berbagai komunitas di industri dan banyak menggaet perusahaan skala besar.

Investree juga mengadakan program reward berbentuk komisi untuk lender atau borrower aktif yang aktif mengajak teman, saudara, atau koleganya bergabung sebagai anggota.

Investree Amankan Pendanaan Seri A dari Kejora (updated)

Investree salah satu penyedia layanan P2P (Peer-to-Peer) lending marketplace di Indonesia dikabarkan baru saja mendapatkan pendanaan Seris A dari Kejora dengan detil yang tidak disebutkan. Dengan pendanaan ini kemungkinan akan digunakan untuk menambah personil yang ahli di bidang marketing dan legal dan juga untuk mendirikan kantor penjualan.

“Bermitra dengan Kejora akan membawa pertumbuhan modal dan juga potensi kolaborasi dengan ekosistem yang ada. Dana baru akan digunakan untuk merekrut tenaga ahli dari pemasaran hingga legal dan juga mendirikan kantor penjualan,” ujar Chairman Investree Adrian Gunadi seperti dikutip Deal Street Asia..

Selain itu Gunadi juga mengungkapkan rencana Investree untuk memperluas jangkauan layanannya di kota-kota lain di Indonesia, seperti Surabaya, Makassar, dan Semarang. Rencananya ekspansi ini akan dimulai sekarang dan diharapkan akan rampung bulan Januari mendatang.

Tak hanya itu Investree dijelaskannya juga akan menghadirkan produk syariah sebagai alternatif dan juga menghadirkan aplikasi mobile baik itu iOS dan Android untuk semakin dekat para pengguna mereka.

Selain mendapat suntikan dana dari Kejora Adrian yang dihubungi langsung oleh Dailysocial mereka juga akan melakukan sinergi dengan beberapa portofolio Kejora lainnya seperti CekAja dan Qerja.

Dengan pendanaan yang dibukukan saat ini dan gambaran rencana-rencana yang akan dilakukan Investree sedikit banyak menggambarkan persaingan di pasar marketplace P2P lending. Dan Investree berada di jalur yang siap bersaing dengan gerak cepat dan sejumlah inovasi yang sudah disiapkan.

Saat ini, menurut Adrian di tahun ini edukasi akan menjadi salah satu fokus Investree saat ini. Baik itu edukasi masyarakat maupun stakeholder yang terkait dengan P2P lending dan juga pengembangan bisnis dengan kerja sama B2B dengan model supply chain.

“Marketnya masih sangat luas mengingat penetrasi perbankan yang masih terbatas utk penyaluran pembiayaan, dan instrumen investasi jangka pendek. Kami justru bekerjasama juga dengan Modalku melalui Asosiasi Fintech sebagai co-chair untuk memberikan masukan kepada OJK terkait ecosystem P2P dan regulasi yang sehat,” ungkap Adrian.

Seperti diketahui bersama ketika fintech sudah mulai diperhitungkan akan menjadi salah satu sektor yang tumbuh di tahun ini banyak startup-startup marketplace P2P lending bermunculan. Mereka akan bersaingan dengan beberapa pemain yang sudah dulu berada di sektor yang sama.

Tercatat selain Investree di sektor marketplace P2P lending ini ada Amartha, Crowdo, Koinworks, Modalku,dan lainnya. Ini akan menjadi persaingan yang menarik. Mari kita tunggu bersama dengan segala kecanggihan teknologi dan keunggulan yang dibawa masing-masing layanan dan lampu hijau dari pemerintah sejauh mana bisa membantu para peminjam, dalam hal ini UMKM.

Update : tanggapan langsung Chairman Investree Adrian Gunadi.

Optimisme Investree Hadapi Persaingan Pasar P2P Lending

Salah satu kategori startup fintech yang kian ramai di Indonesia adalah startup dengan layanan peer to peer lending (P2P). Startup ini memiliki konsep marketplace yang akan mempertemukan para investor (mereka yang mempunyai dana) dengan peminjam. Satu dari startup P2P lending di Indonesia adalah Investree.

Investree hadir di Indonesia pada November tahun lalu. Baru di awal tahun ini layanan Investree melakukan soft-launching. Startup yang digawangi oleh Adrian Asharyanto Gunadi, Andi M Andries dan Dickie Widjaja ini sejauh ini masih berjalan dengan modal pribadi. Dengan pengalaman masing-masing Founder dan Co-founder, Investree berkomitmen untuk memberikan layanan yang terbaik bagi penggunanya.

Tak hanya didukung dengan teknologi untuk transaksi dan pencatatan, layanan Investree juga didukung dengan analisis manajemen risiko yang tinggi. Sejak aktif pada bulan November silam, Investree mengklaim memiliki pertumbuhan yang baik. Menurut data internal Investree saat ini total pembiayaan yang telah dilakukan mencapai Rp 2,5 M. Angka tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya jumlah investor yang tergabung dalam sistem Investree.

“Rata-rata transaksi berhasil didanai dalam waktu 5 hari oleh 6 lenders. Investree juga telah menjalankan proses repayment atas pinjaman yang didanai dan menangani beberapa deal dengan Borrower yang datang dari berbagai macam latar belakang bisnis, termasuk penyedia tenaga kerja outsourcing, digital agency, hingga perusahaan konstruksi. Seluruh pinjaman yang ditawarkan berhasil didanai 100% dengan proses repayment yang aman dan terkendali. Pertumbuhan perusahaan telah mendekati 100% per bulan dari segi pinjaman dan visitor,” ungkap Adrian saat menjelaskan kondisi layanan Investree kepada Dailysocial.

Sama seperti P2P lending lainnya Investree juga bermitra dengan pihak bank. Saat ini Investree bermitra dengan bank Danamon sebagai cash management. Menurut penjelasan Adrian kerja sama ini sejalan dengan prinsip bisnis Investree yang tidak melakukan penghimpunan dana.

“Setiap transaksi yang diadministrasikan oleh Investree akan dilakukan melalui Virtual Account (VA) dalam sistem Bank Danamon. Investor dan Borrower pun akan memiliki sebuah VA dengan nomor rekening tertentu yang dapat digunakan untuk aktivitas transaksi di Investree,” terang Adrian.

Menatap persaingan dengan optimis

Konsep layanan P2P lending di Indonesia tergolong masih baru meski sudah banyak yang memberikan layanan ini. Itu lah mengapa pihak Investree merasa tertantang untuk bisa mengedukasi masyarakat mengenai layanan ini.

P2P lending pada dasarnya ingin membantu masyarakat memperoleh pinjaman, terutama bagi mereka yang kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank. Salah satu yang menjadi fokus Investree adalah UKM.

“Sektor UKM, yang menjadi salah satu fokus Investree, adalah satu contoh nyata. Mereka menyumbang 99% pekerjaan yang ada di Indonesia, namun porsi pembiayaan di sektor tersebut masih sangat rendah. Oleh karena itu, kami mendukung pertumbuhan P2P lending dan layanan serupa yang dapat membantu masyarakat Indonesia meraih akses finansial secara mudah. Kami juga secara aktif berkomunikasi dengan OJK melalui Task Force Fintech untuk mendiskusikan regulasi tentang P2P lending bersama dengan perusahaan P2P lending lainnya agar industri ini dapat berkembang secara sehat di masa depan,” jelas Adrian.

Adrian bercerita ada beberapa hal yang menjadi keunggulan Investree dibanding dengan startup P2P lending lainnya. Dari sisi produk, Investree fokus pada bidang pinjaman bisnis dengan produk berupa pembiayaan piutang, selain itu dalam waktu dekat Investree juga akan menyajikan produk consumer loans yang ditujukan kepada para peminjam individual untuk keperluan-keperluan seperti renovasi rumah, pinjaman pernikahan atau pinjaman umroh.

Selain itu Investree juga mengklaim memiliki sistem credit scoring yang kredibel dalam menganalisis, menyeleksi dan menyetujui permintaan pinjaman yang diajukan oleh peminjam. Hal tersebut akan memastikan bahwa hanya peminjam yang layak yang akan tersedia di marketplace Investree.

Fokus dan target saat ini

Adrian menjelaskan saat ini pihaknya sedang berusaha memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi pengguna Investree, baik peminjam maupun investor. Di samping itu, sebagai persiapan menuju grand-launching Investree yang rencanannya akan dilakukan pada bulan Mei mendatang saat ini Investree tengah giat melakukan digital campaign.

Untuk target jangka pendek pihak Investree tengah berupaya menambah jumlah basis pengguna baik itu peminjam maupun investor, memperkuat SDM untuk menunjang layanan Investree, dan peluncuran aplikasi mobile di akhir tahun ini.

Sedang untuk jangka panjang Investree berharap bisa melakukan ekspansi ke kota dan negara lain, menambah portofolio produk dan berupaya menjadi “Indonesia’s leading peer-to-peer marketplace” yang mampu meningkatkan inklusi finansial di tanah air.