Anki Cozmo Ialah Robot Mungil yang Punya Emosi, Berkarisma dan Bisa Berinteraksi dengan Manusia

Masih ingat dengan Anki, perusahaan robotik yang didirikan oleh tiga cendekiawan asal Carnegie Mellon University? Dalam tiga tahun terakhir, mereka sempat mencuri perhatian lewat Anki Drive dan Anki Overdrive, yang tak lain merupakan permainan balap mobil berbekal kecerdasan buatan.

Kini Anki sudah siap mewujudkan visinya yang diusung sejak awal perusahaan terbentuk, yakni menghidupkan sebuah karakter robot yang punya emosi, berkarisma dan dapat berinteraksi dengan manusia. Bernama Anki Cozmo, robot ini merupakan hasil riset dan pengembangan dari tim yang memiliki latar belakang sangat beragam, mulai dari ahli robotik, animator, game developer sampai desainer Batmobile.

Cozmo istimewa karena ia merupakan perpaduan teknologi robotik dan kecerdasan buatan. Wujudnya sepintas memang mirip robot dari film WALL-E garapan Pixar, dan ukurannya pun hanya sekepalan tangan; tapi jangan salah, dalam sedetik saja ia dapat mengolah data lebih banyak ketimbang seluruh robot Mars Rover buatan NASA.

Namun letak keunikan Cozmo justru ada pada karismanya. Berbekal teknologi computer vision dan emotion engine, Cozmo dapat mengenali dan mengingat wajah beserta nama Anda. Semakin sering Anda berinteraksi dengan Cozmo, semakin terikat pula ia dengan Anda; ekspresi wajahnya akan berbeda ketika melihat orang yang baru ia kenal dan yang sudah ia anggap sebagai sahabat.

Cozmo dapat mengeluarkan ekspresi yang kompleks berdasarkan emosinya saat itu. Jika Anda sudah mengabaikannya terlalu lama, maka ia akan sedikit cemberut. Ia pun tidak betah tinggal diam begitu saja, dan akan mengajak Anda bermain-main dengan sejumlah aktivitas yang bisa diakses lewat aplikasi smartphone.

Anki Cozmo dapat mengenal dan mengingat wajah beserta nama Anda / Anki
Anki Cozmo dapat mengenal dan mengingat wajah beserta nama Anda / Anki

Untuk bisa mulai bermain dengan Cozmo, pengguna sama sekali tak perlu merakit komponen demi komponen. Cozmo bisa langsung diaktifkan melalui aplikasi di perangkat Android maupun iOS. Lucunya, ketika ia sedang di-charge, akan kedengaran suaranya sedang mendengkur.

Anki saat ini sudah menerima pre-order Cozmo seharga $160. Rencananya Cozmo akan mulai dipasarkan secara luas mulai bulan Oktober mendatang dengan harga retail $180. Sepintas ia memang terdengar mahal, namun sebagai perbandingan, replika BB-8 buatan Sphero dibanderol $150, dan robot tersebut sama sekali tak dilengkapi indera penglihatan maupun kecerdasan buatan.

Sumber: Anki.

Minibus Elektrik Ini Padukan Teknologi Kemudi Otomatis dan Kecerdasan Buatan

Di saat pabrikan otomotif tengah berlomba-lomba mengembangkan teknologi elektrik dan kemudi otomatis, sebuah minibus bernama Olli sudah mulai melintasi jalanan-jalanan umum di Washington D.C. dengan sendirinya dan tanpa menghasilkan emisi karbon. Tak hanya itu, Olli juga siap bercengkarama dengan para penumpangnya seramah mungkin.

Olli dirancang dan dibuat oleh pabrikan bernama Local Motors. Bagi yang tidak tahu, Local Motors sempat menjadi buah bibir dua tahun yang lalu ketika mereka memperkenalkan mobil 3D printed pertama di dunia. Sama halnya dengan Olli, sebelum dirakit komponen-komponennya dibuat menggunakan 3D printer.

Kabin Olli sanggup mengakomodasi hingga 12 penumpang. Sistem kemudi otomatisnya dirancang sendiri oleh Local Motors, tapi di saat yang sama mereka juga menyematkan sistem kecerdasan buatan (AI) IBM Watson, membuatnya mampu berinteraksi dengan penumpang secara alami layaknya seorang sopir sebenarnya.

Kabin Olli bisa diisi oleh 12 penumpang sekaligus / Local Motors
Kabin Olli bisa diisi oleh 12 penumpang sekaligus / Local Motors

Berkat Watson, Olli dapat memahami pertanyaan maupun permintaan penumpang yang disampaikan dalam bahasa sehari-hari, seperti misalnya ketika penumpang hendak diantar ke lokasi tertentu, atau ketika penumpang menanyakan tentang cara kerja Olli – mengingat Watson dapat mengakses data yang dikumpulkan oleh sekitar 30 sensor eksternal Olli.

Kehadiran Watson juga memungkinkan Olli untuk merangkap tugas sebagai pemandu wisata, menyampaikan rekomendasi restoran-restoran populer maupun situs-situs bersejarah berdasarkan selera masing-masing penumpang. Sopir dengan bakat pemandu wisata, sebuah perpaduan yang cukup langka sekarang ini.

Dalam beberapa bulan ke depan, Olli akan diuji di jalanan umum Washington D.C. sebelum dibawa ke Miami dan Las Vegas pada akhir tahun. Local Motors juga memiliki visi untuk menghadirkan Olli di luar Amerika Serikat dengan cara membangun pabrik-pabrik kecil di berbagai kawasan yang dapat mencetak dan merakit satu unit Olli dalam waktu 10 jam saja.

Sumber: Engadget dan IBM. Sumber gambar: Olli.

Microsoft Akuisisi Wand Labs untuk Genjot Perkembangan Teknologi Chatbot

Baru beberapa hari setelah mengakuisisi LinkedIn senilai $26,2 miliar, Microsoft sudah melirik perusahaan lain untuk dipinang seluruh asetnya, yaitu Wand Labs. Meski skalanya tidak sebesar LinkedIn, akuisisi Wand Labs memegang peran penting dalam realisasi visi Microsoft ke depannya.

Visi tersebut adalah seputar chatbot atau bot, dimana Microsoft sempat menyinggungnya dalam event tahunan Build beberapa bulan yang lalu. Di mata Microsoft, bot nantinya berpotensi menjadi platform percakapan yang dapat diintegrasikan ke berbagai layanan maupun aplikasi, mewujudkan berbagai fitur otomatisasi yang efektif.

Kembali ke kabar soal akuisisi ini, Wand Labs sendiri merupakan pengembang aplikasi pesan instan yang cukup unik. Unik karena aplikasi tersebut menerapkan integrasi berbagai layanan dengan bantuan bot sebagai perantaranya. Dari sini saja sebenarnya sudah menjelaskan mengapa Microsoft tertarik mengakuisisi Wand Labs.

Didirikan pada tahun 2013, Wand Labs telah mematangkan teknologi di bidang natural language processing maupun integrasi mulus dengan developer pihak ketiga. Konsep yang ditawarkan aplikasi Wand, dimana pengguna bisa mengakses berbagai layanan hanya dengan memakai keyboard dan tanpa berpindah aplikasi, juga sejalan dengan fitur Skype Bots yang dicanangkan Microsoft.

Singkat cerita, kehadiran tim Wand Labs akan semakin mendorong komitmen sekaligus progress Microsoft dalam mengembangkan bot sebagai platform di masa yang akan datang. Tidak cuma itu, Microsoft juga optimis bahwa Wand Labs dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap entitas pintar di balik Bing.

Sumber: Microsoft dan Wand Labs.

Lewat Proyek Magenta, Google Kembangkan AI Berjiwa Seni

Kecintaan dan komitmen Google terhadap kecerdasan buatan (AI) sangatlah besar. Kalau tidak, mereka tidak akan ambil pusing demi merilis TensorFlow secara open-source maupun memperkenalkan versi baru Google Assistant yang lebih cerdas.

AI memang memegang banyak peran dalam kinerja produk-produk Google. Contoh yang paling gampang adalah hasil pencarian dan rekomendasi lagu yang diberikan pada layanan Google Play Music, tidak ketinggalan juga algoritma penyortir foto dalam Google Photos.

Namun kini Google ingin menggali potensi AI lebih dalam lagi. Problem teknis mungkin mudah saja diselesaikan oleh AI, tapi bagaimana dengan pekerjaan yang membutuhkan kreativitas? Bagaimana dengan seni? Apakah AI juga bisa bermain musik atau malah melukis?

Pertanyaan-pertanyaan itulah yang menjadi alasan di balik lahirnya proyek bernama Magenta. Magenta pada dasarnya merupakan upaya riset Google dalam mengembangkan AI yang berjiwa seni, yang bisa menciptakan karya seni dengan sendirinya.

Magenta dipimpin oleh Douglas Eck, seorang peneliti yang sebelumnya bertanggung jawab atas rekomendasi musik dalam Google Play Music. Beliau kini ingin melihat apakah AI juga bisa menciptakan musik di samping sekadar memberikan rekomendasi berdasarkan riwayat dan selera pengguna.

Merupakan bagian dari tim Google Brain, Magenta memanfaatkan teknologi yang dikemas dalam TensorFlow. Proyek ini pun juga akan dijalankan secara open-source, mengundang para peneliti maupun akademisi lain untuk ikut berpartisipasi via GitHub.

Tujuan akhirnya tentu untuk mencari tahu apakah AI benar-benar bisa berkarya di bidang seni atau tidak. Nantinya tim berencana merilis aplikasi Magenta yang akan menampilkan seni rupa maupun musik gubahan AI dari proyek Magenta.

Sumber: Popular Science dan Quartz.

Aplikasi The Roll Andalkan AI untuk Merapikan Camera Roll Anda

Pengguna iPhone, coba cek Camera Roll Anda. Besar kemungkinan isinya berantakan; banyak duplikat di sana-sini. Namun ini malah bisa menjadi pertanda bahwa Anda sangat puas dengan kamera iPhone, sampai-sampai terkadang Anda menjepret terlalu banyak foto.

Manajemen foto yang ditawarkan aplikasi Photos bawaan iPhone sejauh ini masih kurang efisien, hanya mengandalkan fitur timeline saja. Di saat yang sama, foto-foto duplikat masih berkeliaran dan menjadi momok bagi storage iPhone yang terbatas di angka 16 GB saja – beruntung apabila Anda memilih varian yang lebih besar.

Kalau seperti itu masalahnya, Anda bisa mencoba aplikasi baru bernama The Roll. Tujuan utamanya hanya satu, yaitu menjadi pengganti Camera Roll secara penuh. Untuk itu, The Roll mengandalkan kecanggihan kecerdasan buatan (AI) dalam menerapkan manajemen foto secara otomatis.

The Roll akan sangat bermanfaat bagi pemilik iPhone 16 GB / EyeEm
The Roll akan sangat bermanfaat bagi pemilik iPhone 16 GB / EyeEm

Pertama-tama, The Roll akan mengelompokkan foto-foto yang mirip, lalu menempatkan satu foto yang terbaik di paling atas. Selanjutnya, masing-masing foto tersebut akan diberi tag berdasarkan konteks maupun objek yang dijumpai dalam gambar.

Di sinilah peran AI sangat dibutuhkan. Pihak pengembang The Roll menerapkan teknologi pengenal gambar yang telah dilatih dengan jutaan gambar, sanggup mendeteksi beragam objek yang ada di dalam foto Anda secara akurat. Dari situ pengguna nantinya bisa lebih mudah mencari foto-foto tertentu hanya dengan mencantumkan tag-nya.

The Roll akan mencantumkan tag berdasarkan konteks dan objek-objek yang dijumpai pada gambar / EyeEm
The Roll akan mencantumkan tag berdasarkan konteks dan objek-objek yang dijumpai pada gambar / EyeEm

Setelahnya, tiap-tiap foto akan diberi skor berdasarkan aspek estetikanya. Mempertimbangkan itu semua, Anda pun bisa lebih mudah memilih foto-foto terbaik dan menghapus sisanya demi menyediakan storage lebih untuk iPhone Anda yang sudah kritis.

Yang menjadikan The Roll lebih menarik lagi, ia bisa didapatkan di App Store secara cuma-cuma, tanpa ada in-app purchase atau selipan iklan sama sekali. Bagi para pemilik iPhone 16 GB, jangan ragu mengunduh aplikasi ini.

Sumber: PetaPixel.

Viv Ialah Asisten Virtual Berbekal Kecerdasan Buatan dari Pencipta Siri

Pengguna iOS atau bukan, besar kemungkinan Anda mengenal yang namanya Siri. Namun yang mungkin Anda tidak tahu adalah Dag Kittlaus, yang tidak lain merupakan pencipta Siri. Dua tahun setelah Siri diakuisisi oleh Apple di tahun 2010, beliau kembali menekuni bidang kecerdasan buatan (AI) secara mandiri dan pada akhirnya mengembangkan Viv.

Apa itu Viv? Well, Viv bisa dibilang sebagai penerus Siri yang sangat potensial. Dalam ajang TechCrunch Disrupt NY, Dag mendemonstrasikan apa yang membuat Viv begitu istimewa, sekaligus memberikan gambaran terkait ke arah mana nantinya perpaduan asisten virtual dan AI ini akan berkembang.

Keunggulan utama Viv terletak pada kemampuannya memahami percakapan secara spesifik dan berkonteks. Ia seakan-akan punya ingatan tersendiri, sanggup mengaitkan pertanyaan terbaru dengan yang disampaikan pengguna beberapa saat yang lalu.

Dalam demonstrasinya, Dag sempat bertanya ke Viv: “Apakah cuaca di dekat jembatan Golden Gate bakal lebih panas dari 70 derajat Fahrenheit lewat jam 5 sore besok lusa?” Tanpa kesulitan, Viv pun langsung tanggap memberikan jawaban yang diinginkan meski pertanyaannya begitu merinci dan kompleks.

Selain komprehensi yang sangat baik, Viv juga dirancang sebagai platform bersifat terbuka, dimana para developer pihak ketiga bisa dengan mudah mengintegrasikan layanannya masing-masing. Contoh integrasi yang menarik adalah dengan layanan dompet digital Venmo, dimana pengguna tinggal memanggil Viv dan memintanya membayar sejumlah uang ke seorang teman, dan selanjutnya sang pengguna hanya perlu menyentuh tombol “Pay” sebagai konfirmasi.

Itu barulah salah satu contoh, dan paling tidak dalam tahun ini juga bakal ada lebih banyak lagi integrasi layanan pihak ketiga pada Viv. Nantinya Viv diproyeksikan bakal tersedia di bermacam perangkat, namun soal kapan pihak pengembangnya enggan memastikan.

Sumber: TechCrunch.

Setelah Mobile, Menyempurnakan Kecerdasan Buatan Adalah Fokus Google Selanjutnya

Pembahasan soal kecerdasan buatan biasanya mengingatkan kita pada film-film fiksi ilmiah, tapi sebetulnya AI dapat Anda temukan di mana-mana, contohnya layanan penerjemah bahasa. Bagi Google, artificial intelligence bukanlah hal baru. Mereka sudah lama bermain-main di ranah itu, sempat mengakuisisi DeepMind Technologies demi memantapkan cengkramannya.

Di bulan Maret, Google dilaporkan memperoleh pencapaian membanggakan: super computer AlphaGo ciptaan DeepMind berhasil mengalahkan pemain Go legendaris, Lee Se-dol, dalam tiga dari empat pertandingan berturut-turut. Kemenangan tersebut memperlihatkan potensi besar di sektor pengembangan AI. Dan dari komentar Google, kecerdasan buatan tampaknya menjadi fokus mereka selanjutnya.

Menjawab pertanyaan seorang analis mengenai cara Alphabet – perusahaan induk Google – memimpin inovasi dan bukan sekedar adaptasi terhadap perubahan di dunia teknologi, CEO Sundar Pichai menguraikan apa yang akan mereka kerjakan selama 10 tahun ke depan. Ia mengakui bahwa VR merupakan tema terpanas saat ini, dan saat menutup penjelasannya, Pichai juga bilang, “Saya pikir kami akan berupaya mengevolusi computing dari mobile-first world ke AI-first world.”

Pichai menuturkan bagaimana kesukseskan AlphaGo menundukkan Lee Se-dol merupakan tonggak sejarah penting bagi artificial intelligence. Ia menyampaikan, “Momen tersebut adalah langkah besar dalam menciptakan AI yang bisa membantu kita mengerjakan tugas sehari-hari hingga hal-hal rumit seperti membantu menanggulangi perubahan iklim sampai mendiagnosis kanker.”

Sang CEO menjabarkan, Google dan seisi industri akan mengalihkan perhatian mereka dari lini mobile sebagai teknologi kunci menjadi bagaiamana mengupayakan AI agar dapat digunakan untuk meningkatkan layanan. Google telah berinvestasi besar di bidang tersebut dan machine learning, khususnya di area-area yang bisa memperoleh manfaat langsung. Namun selain itu, Pichai belum menerangkan lebih rinci pandangan mereka tentang ‘AI-first world‘.

Contoh lain penggunaan AI yang cukup familier ialah Google Now, dan tidak mengherankan jika Google mengusung Now sebagai basisnya. Tentu saja, ‘robot digital’ tetap membutuhkan tempat tinggal. Itu artinya, perangkat-perangkat bergerak masih dibutuhkan dan tak akan hilang di waktu dekat.

Perlu Anda ketahui, tak cuma Google yang terlihat tertarik dengan tool-tool berbasis artificial intelligence. Facebook mengungkap kemampuan bot di app Messenger sewaktu konferensi F8 dilaksanakan, lalu Microsoft juga sudah mengumumkan waktu ketersediaan Skype Bots.

Selain AI, Google juga mencoba menitikberatkan pengembangan ekosistem cloud. Boleh jadi semuanya disingkap lebih jelas dan lengkap di acara Google I/O 2016 bulan depan.

Sumber: Tech Radar & The Inquirer.

Facebook Kembangkan Teknologi untuk Mendeskripsikan Gambar Secara Otomatis pada Kaum Tuna Netra

Salah satu wujud pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) adalah kemampuan untuk mengenali berbagai objek dari sebuah gambar. Facebook sebagai salah satu perusahaan yang percaya akan pentingnya AI dalam kemajuan teknologi baru-baru ini memperkenalkan sebuah fitur anyar yang berfungsi untuk membantu kaum tuna netra memahami gambar-gambar yang diunggah ke jejaring sosial terbesar itu.

Fitur bernama Automatic Alternative Text ini pada dasarnya dapat mendeskripsikan sebuah foto yang diunggah menggunakan teknologi pengenal gambar. Dengan begitu, pengguna yang memiliki gangguan penglihatan bisa mendengar deskripsi objek apa saja yang terdapat dalam gambar.

Sebelum ini, fitur screen reader yang tersedia hanya akan membacakan siapa nama orang yang membagikan foto tersebut. Namun berkat Automatic Alternative Text, kini pengguna bisa mendengarkan deskripsi yang lebih lengkap, seperti misalnya “gambar mungkin mencakup tiga orang, tersenyum, di luar ruangan”.

Teknologi pengenal gambar yang diciptakan Facebook ini diklaim telah dilatih menggunakan jutaan contoh gambar guna memberikan deskripsi seakurat mungkin. Dengan adanya fitur ini, harapannya kaum tuna netra bisa mendapat pengalaman yang setara saat tengah mengakses Facebook.

Baru minggu kemarin, Twitter sempat meluncurkan fitur serupa. Namun dalam kasus Twitter, mereka tidak memanfaatkan kecerdasan buatan maupun teknologi pengenal gambar. Sang pengunggah foto-lah yang diminta untuk memberikan deskripsi teks pada gambar, agar kemudian pengguna dengan gangguan penglihatan bisa mendengarkan deskripsi lengkapnya.

Dalam waktu dekat, fitur Automatic Alternative Text ini akan dirilis untuk iOS dan dalam bahasa Inggris. Namun Facebook sudah berencana menghadirkan fitur yang sama untuk bahasa maupun platform lain ke depannya.

Sumber: Facebook.

Nvidia Drive PX 2 Dipercaya Menjadi Otak dari Mobil Balap Tanpa Sopir Roborace

Beberapa waktu yang lalu, kita sudah melihat wujud mobil balap tanpa sopir Roborace rancangan desainer kondang Daniel Simon. Kinetik selaku perusahaan yang bakal mengembangkan mobil tersebut belum mau mengungkap detail yang merinci, namun kini ada pihak lain yang ikut angkat suara: Nvidia.

Apa kaitan sang pabrikan kartu grafis ini dengan Roborace? Rupanya Nvidia telah diserahi tanggung jawab oleh Kinetik untuk merancang sistem kemudi otomatis yang bakal digunakan di Roborace.

Nvidia sendiri sebenarnya sudah punya sistem serupa bernama Drive PX, dan di ajang CES 2016 kemarin, mereka mengumumkan versi keduanya: Drive PX 2, yang nantinya bakal dipakai dalam kompetisi Roborace.

Nvidia Drive PX 2 sejatinya merupakan sebuah supercomputer berbekal kecerdasan buatan (AI) yang sangat bertenaga, dikemas dalam casing yang tak lebih besar ketimbang sebuah kotak makan siang. Kotak kecil inilah yang nantinya akan menjadi otak dari semua mobil di kompetisi Roborace, tentunya ditemani oleh sederet sensor macam radar, lidar, kamera, GPS dan high definition mapping.

Menurut Nvidia, semakin sering mobil-mobil balap ini digunakan, kinerja Drive PX 2 akan semakin meningkat berkat konsep deep learning yang diusung. Namun semuanya tetap kembali ke tangan tim yang bakal beradu di Roborace, dimana mereka harus mengoptimalkan software kemudi otomatisnya masing-masing.

Sumber: Nvidia via Engadget.

Microsoft Ciptakan Chatbot dengan Gaya Bicara Seperti Seorang Remaja

Ada-ada saja yang dilakukan tim Microsoft Technology and Research di waktu luangnya. Demi mendalami kemampuan sistem kecerdasan buatan (AI) dalam memahami percakapan secara alami, mereka menciptakan sebuah chatbot bernama Tay. Tay bukan sembarang chatbot, karena ia dirancang untuk berbicara layaknya seorang remaja perempuan.

Secara garis besar, Tay memang memenuhi klaimnya. Ia ditargetkan pada pengguna berusia 18 sampai 24 tahun, mengingat variasi kosa katanya bisa agak sulit dimengerti oleh pengguna yang berusia lebih tua. Sesuai dugaan, ia pun juga menguasai percakapan yang didominasi oleh emoji.

Menurut Microsoft, semakin sering Anda mengajak Tay chatting, semakin pintar pula ia dalam memberikan balasan. Hal ini dikarenakan Tay akan menyimpan sejumlah data dari lawan bicaranya, yang mencakup nama panggilan, jenis kelamin, makanan favorit, kode area lokasi sampai status hubungan. Data-data ini dimaksudkan agar balasan Tay bisa lebih dipersonalisasikan dengan gaya dan karakter masing-masing lawan bicaranya.

Kalau melihat kicauan Tay di Twitter, bisa dilihat bahwa gaya bicaranya memang menyerupai seorang remaja yang terbiasa berinteraksi lewat dunia maya. Ia bahkan tak segan mengirimi bermacam GIF atau meme secara tak terduga kepada lawan bicaranya.

Topik pembicaraan dengan Tay bisa sangat luas, tapi Microsoft telah memberikan panduan awal jika Anda bingung harus berkata apa kepadanya. Jika sedang bosan menunggu seseorang, Anda bisa mengajak Tay bercanda atau memintanya memberi tahu ramalan bintang Anda. Ia pun juga siap memberikan komentar yang jujur pada tiap-tiap foto yang Anda kirim kepadanya.

Untuk bisa bercakap-cakap dengan Tay, cukup mention @TayandYou di Twitter atau langsung dengan mengiriminya DM. Kalau Anda menggunakan Kik Messenger atau GroupMe, Anda bisa menambahkan Tay sebagai kontak.

Sumber: TheNextWeb.