Gojek’s GMV Exceeds 175 Trillion Rupiah in 2018

Gojek is said to be the tech startup with the largest transaction in Southeast Asia. During last year, the total GMV has reached US$12.5 billion (around Rp175 trillion).

In Indonesia, Go-Food’s vertical service contributes around US$2.5 billion (around Rp35 trillion). In addition, Gojek has 2 million driver partners and 400 thousand Go-Foood merchants. The app has been downloaded 130 million times throughout Southeast Asia.

It was direcly stated by Kevin Aluwi, Gojek’s Co-Founder when attending Indonesia PE-VC Summit 2019 as a speaker, yesterday (1/24).

In addition, Aluwi also shared a brief information related to the overseas expansion and its challenges, his opinion on IPO’s issue and Gojek’s outlook in a year.

He also said the overseas expansion is a new thing and it’s normal to adapt a little bit. However, he ensures that Philippines is a valuable market and they’re working hard with various institutions to get the best solution. He expects to arrive in Philippines soon.

Regarding Ministry of Communication and Information (Kemkominfo) minister, Rudiantara, offering to facilitate Gojek’s plan in Philippines, Aluwi said the team’s appreciation. However, the company always strives to partner with the right ones, local and international, for the success of the launching.

“It’s very important for me to work in team and comply with the requirements of local government. Overall, the expansions has gained positive response beyond our internals’ expectation,” he said.

International expansion

Gojek transportation services in Vietnam has grown rapidly that gives them enough confidence to launch Go-Food in the region. The achievement is said to mark second position in the market after 1.5 months launching.

In Thailand, it might be too soon to define. However, it’s having a positive response, even though Gojek hasn’t 100% final.

Singapore is considered as Gojek’s most publicized expansion. The team is quite surprised with Singaporean response, both supply and demand. There’s a huge desire to have a competitive and fair market.

We’ve far exceeded this year’s target for Singapore. Therefore, we’ll re-evaluate our activity due to the surprising response.”

He said Gojek transportation service had exceeded 1 million trips post launching for less than two months.

Another thing was added regarding Gojek’s plan to enter Malaysia. He said the possibility is in there, but the team is still exploring the vertical service to be offered in the region.

Both Malaysia and Singapore are opposing the two-wheeler transportation service due to unsafe. Therefore, Gojek only provides taxi transportation service for Singapore.

In the future outlook, the company is said to keep digging from last year. Besides international expansion, Gojek has done several activities in 2018. One is to release Go-Pay from ecosystem and to be utilized by many as a payment method.

On the same occasion, Kevin Aluwi avoids to make further statement on the Rumor saying Gojek is processing a new funding round of US$2 billion (around Rp28 trillion). He only mentioned they have some exciting news coming soon.

In terms of IPO, he said similar statement as the previous Gojek management, that IPO is not the main priority, either internals or investors. He didn’t explicitly choose to be registered in the IDX.

“Are we going to do it [IPO] in IDX, I think it’s not the time and it’s still a hypothesis rather than choosing a strong thesis regarding what to do. In the end, we’ll try our best for the shareholders and our customers.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GMV Gojek Tembus Lebih dari 175 Triliun Rupiah di 2018

Gojek mengklaim sebagai perusahaan teknologi dengan transaksi terbesar se-Asia Tenggara. Diungkapkan total GMV yang terjadi sepanjang tahun lalu mencapai US$12,5 miliar (sekitar Rp175 triliun).

Untuk Indonesia saja, layanan vertikal Go-Food menyumbang angka sekitar US$2,5 miliar (sekitar Rp35 triliun). Tak hanya itu, Gojek memiliki 2 juta mitra pengemudi dan 400 ribu merchant Gofood. Aplikasi Gojek disebut telah diunduh 130 juta kali di seluruh Asia Tenggara.

Informasi ini disampaikan langsung oleh Co-Founder Gojek Kevin Aluwi yang hadir sebagai pembicara di Indonesia PE-VC Summit 2019, kemarin (24/1).

Tak hanya itu, Kevin juga berbagi informasi singkat terkait ekspansi ke luar negeri beserta tantangannya, pandangannya terhadap isu IPO, dan outlook Gojek dalam setahun ke depan.

Kevin mengatakan ekspansi ke luar negeri adalah hal baru yang dilakukan Gojek, sehingga wajar kalau ada kagok dalam beberapa hal. Namun dia memastikan Filipina adalah pasar yang sangat penting dan pihaknya sedang bekerja keras dengan berbagai lembaga-lembaga untuk mendapatkan solusi yang tepat. Dia berharap Gojek bisa segera mengaspal di Filipina.

Terkait penawaran yang diberikan Menteri Kemkominfo Rudiantara untuk memuluskan rencana Gojek di Filipina, Kevin hanya mengatakan pihaknya menghargai bantuan tersebut. Namun perusahaan selalu berupaya untuk berinteraksi dengan mitra yang tepat secara internasional dan lokal demi peluncuran layanan yang berhasil.

“Sangat penting bagi kami untuk bekerja erat dan mematuhi persyaratan dari pemerintah setempat. Namun secara keseluruhan, ekspansi ini mendapat respons yang luar biasa melampaui harapan dari tim internal kami,” terangnya.

Ekspansi internasional

Layanan transportasi Gojek di Vietnam mengalami pertumbuhan yang cukup pesat sehingga memberi keyakinan kepada Gojek untuk meluncurkan layanan Go-Food di sana. Pencapaian Go-Food diklaim telah merebut posisi kedua di pasar setelah 1,5 bulan resmi diluncurkan.

Untuk Thailand, menurutnya, masih terlalu dini untuk membicarakannya. Namun diklaim mendapat responsnya yang sangat terbuka, kendati dia mengaku Gojek belum 100% sudah maksimal. Perusahaan pun terus berupaya melakukan ekspansi agresif dengan menghadirkan layanan vertikal apa yang bisa dihadirkan untuk negara tersebut.

Singapura dianggap sebagai ekspansi Gojek yang paling banyak dipublikasikan. Kevin mengaku tim cukup terkejut dengan respons dari warga Singapura, baik dari sisi suplai dan permintaan. Pasalnya, di sana keinginan untuk memiliki pasar yang kompetitif dan adil sangat besar.

“Kami telah jauh melampaui target pada tahun ini untuk Singapura. Untuk itu kami akan mengevaluasi kembali tentang apa yang ingin kami lakukan karena responsnya benar-benar mengejutkan.”

Kevin menyebut layanan transportasi Gojek telah tembus lebih dari 1 juta perjalanan pasca kurang dari dua bulan mengaspal di sana.

Hal lainnya yang sempat ditanyakan ke Kevin adalah ada atau tidaknya rencana Gojek untuk hadir di Malaysia. Dia menjawab kemungkinan tersebut tetap ada, namun pihaknya masih mendalami layanan vertikal apa yang bakal dihadirkan untuk negara tersebut.

Baik Malaysia dan Singapura adalah negara yang menentang layanan transportasi dari roda dua karena dianggap tidak aman. Oleh karenanya, Gojek hanya menyediakan layanan transportasi taksi untuk Singapura.

Secara outlook ke depannya, dia menerangkan perusahaan akan terus perdalam dari apa yang sudah dilakukan sejak tahun lalu. Selain ekspansi ke luar negeri, banyak hal yang telah Gojek lakukan pada tahun 2018. Di antaranya melepas Go-Pay keluar dari ekosistem Gojek dan kini bisa dimanfaatkan oleh berbagai pihak sebagai metode pembayaran.

Dalam kesempatan yang sama Kevin juga enggan berkomentar lebih jauh terkait rumor yang menyebut Gojek sedang memproses putaran pendanaan baru sebesar US$2 miliar (sekitar Rp 28 triliun). Dia hanya menyebut Gojek segera memberi informasi yang menarik dalam beberapa pekan mendatang.

Mengenai dorongan untuk IPO, pernyataan Kevin tetap seperti manajemen Gojek yang sudah diberikan sebelumnya, bahwa pertimbangan IPO bukan menjadi prioritas utama baik dari internal maupun para investornya. Dia juga tidak secara eksplisit pasti memilih untuk tercatat di dalam negeri di BEI.

“Apakah kita akan melakukannya [IPO] di BEI, saya pikir belum ada dan pada tahap ini masih dipandang sebagai hipotesis daripada memilih tesis yang kuat tentang apa yang ingin kita lakukan. Pada akhirnya kami akan melakukan yang terbaik untuk pemegang saham dan pengguna kami.”

Go-Jek Berharap Bisa Segera Mengaspal di Filipina

Go-Jek dikabarkan tengah dalam pembicaraan dengan pemerintah Filipina untuk bisa beroperasi di sana. Sebelumnya langkah ekspansi Go-Jek tersandung moratorium transportasi online di wilayah setempat.

“Kami sedang berbicara dengan semua lembaga pemerintah dan optimis kami akan segera berada (beroperasi) di pasar (Filipina),” terang Co-Founder & CIO Go-Jek Kevin Aluwi seperti dikutip oleh Reuters.

Sejak tahun 2018 Go-Jek mulai melaksanakan operasi ekspansinya ke pasar Asia Tenggara. Tercatat saat ini Go-Jek sudah hadir di Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Belum lama ini Go-Jek mengabarkan telah melakukan akuisisi saham mayoritas startup fintech di Filipina, bernama Coins.ph. Akan ada sinergi strategis antara kedua perusahaan, termasuk membawa keunggulan Go-Pay di pasar Filipina.

Banyak yang berpendapat bahwa akuisisi ini bagian dari upaya memperlancar ekspansi Go-Jek. Coins.ph sendiri menawarkan aplikasi e-money, serupa dengan Go-Pay. Kemungkinan besar nantinya akan diintegrasikan saat layanan ride-hailing Go-Jek debut di Filipina.

Salah satu strategi ekspansi yang dilakukan Go-Jek ialah melakukan pelokalan. Termasuk dengan membangun tim lokal di negara ekspansi. Sebagai contoh di wilayah Thailand, mereka beroperasi melalui tim lokal di bawah kendali Co-founder & CEO Get Pinya Nittayakasetwat.

Bahkan selain di Singapura, ekspansi Go-Jek sejauh ini juga membawa brand baru — ada GET di Thailand dan Go-Viet di Vitnam. Harapannya dapat mempercepat penetrasi di pangsa pasar setempat.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Confirms Investment and Collaboration with Global Digital Niaga

Go-Jek declares partnership and undisclosed investment from Global Digital
Nusantara (GDN), a part of GDP Ventures. It is expected to spread the use of Go-Pay, Go-Send, and others, as well as helping SMEs partners.

There will be collaboration and partnership through Blibli in developing ideal formulas and ideas. Go-Jek previously announced  $150 million investment from Astra.

Blibli and Go-Jek’s extensive collaboration

Nadiem Makarim, Go-Jek’s CEO, said to the media, the collaboration and fundraising process with GDN has been running for 1.5 years. The long discussion ended with a collaboration and some fresh fund to be integrated gradually, following Go-Jek and Blibli partnership’s needs and development.

“I see that GDN has created many job opportunities and empowered Indonesia’s
SMEs. It matches Go-Jek’s vision and mission.”

In this occasion, Tiket.com’s CEO George Hendrata and Blibli’s CEO Kusumo Martanto, avoid mentioning the investment value.

“It’s not only about [cash] money, we will collaborate with Go-Jek to support Indonesia’s SMEs. On the other hand, we also want to use Go-Jek’s current technology,” Martanto said.

Hendrata added that there will be a continuous synergy between all Blibli’s
services and features with Go-Jek.

“This investment is not only given once, there are others in need along with the access and so on. This is only the first step.”

Go-Jek’s plan for Go-Pay in 2018

Makarim reiterates on this occasion regarding Go-Pay’s position that remains a part of Go-Jek. It is Go-Jek’s long-term plan to complete the payment platform and make it accessible to the public.

“I just want to straighten out media perception that said Go-Pay will be going independent, [going] out of Go-Jek’s ecosystem. It’s not true. Go-Pay will always be a part of Go-Jek,” he said clearly.

He also added that Go-Pay has helped many people getting access to cashless
transaction along with Go-Jek’s mission is to build cashless society in
Indonesia.

“Since the very beginning, we introduce Go-Pay to help people on doing cashless transaction. Furthermore, we’ll always help our partners getting more benefits from Go-Pay,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Konfirmasi Perolehan Investasi dan Kolaborasi dengan Global Digital Niaga (GDN)

Hari ini Go-Jek meresmikan kemitraan serta investasi yang tidak disebutkan jumlahnya dari Global Digital Nusantara (GDN) yang merupakan bagian dari GDP Ventures. Bentuk kerja sama ini nantinya diharapkan bisa memperluas penggunaan Go-Pay, Go-Send dan lainnya, sekaligus menyejahterakan mitra UKM.

Melalui Blibli nantinya akan dihadirkan kolaborasi hingga kerja sama yang saat ini masih dalam pengembangan baik ide dan formula yang ideal. Turut hadir dalam acara peresmian tersebut, Menkominfo Rudiantara. Sebelumnya Go-Jek juga telah mengumumkan investasi sebesar US$150 juta (2 triliun Rupiah) dari Grup Astra.

Kolaborasi menyeluruh antara Go-Jek dan Blibli

Kepada media, CEO Go-Jek Nadiem Makarim menyebutkan, proses kerja sama dan fundraising dengan GDN telah berjalan selama 1,5 tahun. Diskusi panjang yang berakhir dengan bentuk kolaborasi dan sejumlah dana segar nantinya akan terintegrasi secara bertahap, melihat perkembangan dan kebutuhan mitra Go-Jek dan Blibli.

“Saya melihat selama ini GDN sudah menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak serta melakukan pemberdayaan kepada UKM di Indonesia. Visi dan misi tersebut, sejalan dengan kami dari Go-Jek.”

Dalam kesempatan tersebut turut hadir perwakilan dari GDN, CEO Tiket.com George Hendrata dan CEO Blibli Kusumo Martanto. Disinggung berapa jumlah investasi yang digelontorkan kepada Go-Jek, baik George dan Kusumo enggan mengungkapkannya.

“Bukan hanya investasi dalam bentuk uang saja, bersama dengan Go-Jek nantinya juga akan kami lakukan kolaborasi, untuk mendukung UKM di Indonesia. Di sisi lain kami juga ingin memanfaatkan teknologi yang saat ini dimiliki oleh tim dari Go-Jek,” kata Kusumo.

George menambahkan, nantinya akan ada sinergi yang berkesinambungan, antara semua layanan dan fitur di Blibli dengan Go-Jek.

“Investasi ini tidak hanya kami berikan satu kali, dalam beberapa kesempatan jika dibutuhkan akan kami berikan juga berupa akses dan lainnya. Investasi kali ini merupakan tahap yang pertama.”

Rencana Go-Jek terhadap Go-Pay di tahun 2018

Dalam kesempatan tersebut, Nadiem kembali menegaskan posisi Go-Pay yang tetap menjadi bagian dari Go-Jek. Hal tersebut merupakan rencana jangka panjang Go-Jek, untuk menjadikan platform pembayaran tersebut semakin lengkap dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

“Saya hanya ingin meluruskan adanya persepsi dari media selama ini yang menyebutkan bahwa Go-Pay akan berdiri sendiri dan keluar dari ekosistem Go-Jek. Hal tersebut saya tegaskan tidak benar. Go-Pay akan terus menjadi bagian dari Go-Jek,” kata Nadiem.

Nadiem menambahkan, selama ini Go-Pay sudah membantu banyak orang mendapatkan akses transaksi tanpa uang tunai yang sejalan dengan misi awal Go-Jek, yaitu membangun cashless society di Indonesia.

“Sejak awal Go-Pay kami hadirkan ingin membantu orang yang tidak memiliki uang tunai untuk melakukan transaksi dengan mudah melalui Go-Pay. Selanjutnya kami akan terus membantu mitra kami untuk mendapatkan manfaat lebih dari Go-Pay,” kata Nadiem.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Implementasi Lanjutan Big Data, Go-Jek Segera Rilis Prediksi Pemesanan Makanan untuk Mitra Pengemudi

Sebagai bentuk implementasi dari pemanfaatan big data, Go-Jek segera merilis fitur prediksi permintaan pesanan makanan untuk layanan Go-Food. Nantinya mitra pengemudi akan diberitahu oleh sistem Go-Jek lokasi restoran mana saja dalam kurun waktu 30 menit mendatang, akan ramai dipesan pengguna. Rencananya tambahan fitur ini akan siap diterapkan pada satu bulan mendatang.

“Sebulan lagi bakal live. Driver akan dapat notifikasi dalam 30 menit mendatang, lokasi restoran mana yang akan banyak di-order pengguna,” terang Co-Founder & Head of Business Intelligence Go-Jek Kevin Aluwi kepada DailySocial.

[Baca juga: Kevin Aluwi Ceritakan Peran “Business Intelligence” dalam Bisnis GO-JEK]

Pengembangan fitur ini, menurut Kevin, akan sangat berdampak pada upaya perusahaan untuk terus meningkatkan pelayanan kepada pengguna. Apalagi, di tengah ketatnya persaingan dengan aplikasi ride hailing lainnya di tanah air, mau tak mau harus membuat Go-Jek terus berinovasi dengan cepat.

Kehadiran tim Business Intelligence yang kini dipimpinnya membuat proses pengambilan keputusan tim Go-Jek jadi lebih cepat, tepat sasaran, dan lebih efisien.

Tak hanya digunakan untuk meningkatkan pelayanan ke pengguna, tim Business Intelligence juga menerapkan big data untuk konsumen maupun karyawan Go-Jek itu sendiri. Misalnya, untuk mengetahui performa karyawan Go-Jek telah tersedia survei yang digunakan dalam menilai kualitas diri.

“Ini baru kita kerjain, ini [data science HRD] menarik. Gimana kita ngerti performance karyawan dan tim, serta membangun tim berdasarkan hasil survei yang diklaim pribadi. Ke depannya, kami akan terapkan penilaian lebih detil, bagaimana menilai performa dari data yang diklaim karyawan dibandingkan dengan masukan dari orang lain.”

Adapun pemanfaatan data science untuk konsumen, sambung Kevin, banyak diarahkan untuk kebutuhan tim pemasaran Go-Jek dalam mengakuisisi konsumen baru dengan memberikan voucher gratis. Mengingat, aplikasi sangat erat kaitannya dengan churn rate yang tinggi.

“Kita bisa pakai [data] untuk drive konsumen yang kita lihat rawan untuk churn, kita kasih mereka voucher gratis. Itu ada analisanya [dari data yang kita kumpulkan].”

Bangun budaya perusahaan berbasis data

Kevin menuturkan migrasi Go-Jek yang kini menjadi data-driven company merupakan suatu kebutuhan yang perlu dilakukan sebagai perusahaan teknologi. Big data menjadi suatu budaya yang perlu dibangun sejak Go-Jek berdiri. Hal ini dimaksudkan agar ke depannya seluruh karyawan Go-Jek dapat berkomunikasi berdasarkan data, bukan asumsi.

“Mandat pertama dari [tim Business Intelligence] adalah memberikan visibilitas ke seluruh tim apa yang sedang terjadi. Membantu menjawab persoalan yang dihadapi tim Go-Food, operasional, CS, kondisi kita sekarang gimana sih. Mau memastikan karyawan mengerti kondisi organisasi, fungsi mereka, dan ujung-ujungnya lebih dipakai untuk push decision agar bisnis lebih baik.”

Data konsumen yang dikumpulkan tim Business Intelligence pun bermacam-macam, seperti data aktivitas para mitra pengemudi dan pengguna. Contohnya, lokasi penjemputan, drop off-nya, jarak yang ditempuh, dan sebagainya. Seluruh data tersebut kemudian diolah dan dianalisa menjadi bahasa sederhana yang dapat segera ditindaklanjuti.

“Karena ujung-ujungnya driver itu kunci dari bisnis kita. Bisnis kita cuma bisa berpengaruh dengan level service yang tinggi apabila jumlah drivernya banyak. Kuncinya kita harus investasi di akusisi driver, setelah itu demand-nya akan datang. Ini fungsi utama dari hadirnya tim BI,” pungkas Kevin.

Application Information Will Show Up Here

Kevin Aluwi Ceritakan Peran “Business Intelligence” dalam Bisnis GO-JEK

Untuk turus menuai sukses, bisnis harus terus berinovasi. Hal tersebut juga dilakukan oleh startup on-demand lokal tersukses GO-JEK. Salah satu yang kini tengah dikembangkan dan dioptimalkan ialah divisi Business Intelligence untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan data di lingkup internal GO-JEK. Seperti diketahui bersama, bahwa data menjadi sangat penting untuk sebuah keputusan bisnis dalam bisnis digital saat ini. Hasil pengelolaan data mampu memberikan proyeksi tepat berdasarkan data historis yang dimiliki.

Dalam diskusi mingguan yang diadakah oleh DailySocial #SelasaStartup, dihadirkan Kevin Aluwi selaku Co-Founder & Head of Business Intelligence GO-JEK sebagai narasumber. Spesial untuk membahas bagaimana GO-JEK memanfaatkan data untuk mengoptimalkan sistem bisnis. Salah satu yang diimplementasikan ialah menerapkan konsep big data, hal ini dilakukan lantaran GO-JEK selalu mendapatkan data dengan velocity yang sangat besar, dan harus mampu dibaca secara cepat dan cermat.

Mengawali implementasi data untuk pelaporan

Sama layaknya improvisasi teknologi pada umumnya, implementasi data di GO-JEK dilakukan secara berangsur. Kala itu data pertumbuhan dan transaksi sangat dibutuhkan untuk bukti pelaporan terhadap investor –terutama di awal fundraising GO-JEK. Selain datanya banyak dan besar, variasinya juga cukup beragam, mulai dari data pengemudi, rekam jejak, jenis makanan yang dibeli dan lain sebagainya.

Kala itu GO-JEK memfokuskan divisi data khusus untuk membuat laporan tersebut. Karena investor membutuhkan laporan mingguan dan bulanan mengenai kinerja dari layanan GO-JEK. Hingga akhirnya Kevin merasa bahwa seharusnya optimasi data ini dapat dimanfaatkan secara lebih mendalam untuk meningkatkan performa bisnis.

Pada akhirnya Business Intelligence mulai menjadi divisi khusus yang fokus pada pengolahan data secara lebih terstruktur. Kini sudah ada tim yang didedikasikan khusus sebagai data science dan data engineer untuk tidak hanya sekedar melaporkan data yang masuk, tapi lebih dari itu. Termasuk untuk memproyeksikan berbagai hal dengan data yang dimiliki.

Keputusan tepat di tengah persaingan yang kuat

Kevin menceritakan, pada pertengahan tahun 2015 ia melihat kebutuhan untuk adanya analisis data produktif dari keseluruhan operasi layanan. Hal tersebut dibutuhkan untuk melihat tren penggunaan layanan, hingga melihat kecenderungan konsumen secara lebih personal terhadap layanan yang digemari.

Namun pada saat itu misi tim engineer masih difokuskan untuk memastikan bahwa aplikasi GO-JEK tidak mengalami crash, demi menjamin operasi bisnisnya lancar. Hal ini dirasa krusial, karena harus berhadapan dengan pesaing yang kuat. Sehingga keandalan benar-benar menjadi fokus setiap anggota tim.

Saat layanan GO-JEK sudah sangat stabil, kini tim engineer mulai menjalankan peran khusus di masing-masing area. Salah satunya tim yang dipimpin Kevin, yakni untuk menjalankan sebuah kegiatan intelijen bisnis untuk memaksimalkan potensi perolehan konsumen dari layanan yang dimiliki GO-JEK. Proses tersebut dimulai dengan mengolah data, memvisualisasikan data, hingga membaca data tersebut menjadi sebuah insight berharga.

Salah satu manfaat dari penerapan business intelligence kini GO-JEK dapat membuat sebaran mitra pengemudi menjadi lebih merata. Hal ini untuk memastikan konsumen dapat dengan cepat mendapatkan pengemudi. Kasus lama, biasanya pengemudi menggerombol di area tertentu saja, akibatnya di area lain sering tidak ada pengemudi terdekat.

Dengan data ini, GO-JEK dapat menyesuaikan policy misalnya di jam-jam rame pada area tertentu, untuk menggiring pengemudi di sana, bisa memberikan bonus khusus untuk mitra yang mengambil pesanan dari area tersebut. Dan masih banyak skenario lain yang bisa dioptimalkan dengan hasil pengelolaan data bisnis.

Siap menerapkan data science di departemen SDM

Selain untuk operasional, data sicence juga mulai diterapkan ke area yang lebih luas, salah satunya pada divisi sumber daya manusia (SDM). Data-data didapat dari statistik performa tim dan hasil evaluasi yang dilakukan. Semua kinerja tim dapat disimpulkan hasilnya dengan sebuah sistem cerdas atas apa yang telah ia kerjakan di dalam lini bisnis, sehingga lebih terukur dan lebih memahami aspek-aspek yang perlu diperkuat.

 

Pembekalan Matang Startup Melalui Ajang Mentorship Hub.id

IMG_1192

Serangkaian roadshow yang telah dijalankan oleh Hub.id kini dilanjutkan oleh tahap mentorship untuk seluruh startup yang telah tergabung di dalam ekosistemnya. Dalam kesempatan kali ini, sejumlah 20 startup akan menjalani program selama dua hari yang dibina oleh para ahli di bidangnya. Program ini akan mengeliminasi 10 finalis dan menyisakan 10 lainnya untuk mengikuti tahapan presentasi di hadapan para investor.

Continue reading Pembekalan Matang Startup Melalui Ajang Mentorship Hub.id

DScussion #20: Kevin Aluwi about Go-Jek’s Business Evolution (Episode 2)

This week’s DScussion still features Kevin Aluwi, Go-Jek’s CFO. In this episode, he explained about the percentage of retail vs corporate customers, the strategy of growing Go-Food, how Go-Jek perceives itself as an infrastructure provider (logistic in this case), and how Go-Jek supports DKI Jakarta’s program as a feeder network. Continue reading DScussion #20: Kevin Aluwi about Go-Jek’s Business Evolution (Episode 2)