Bank CTBC Indonesia Masuk ke Segmen Pinjaman Online Lewat “Dana Cinta”

PT Bank CTBC Indonesia (Bank CTBC) resmi meluncurkan platform Kredit Tanpa Agunan (KTA) Instan Dana Cinta. Melalui platform berbasis web ini, pelanggan dapat mengajukan pinjaman secara digital dengan proses persetujuan dalam 60 detik.

Dalam keterangan pers, Presiden Direktur Bank CTBC Indonesia Iwan Satawidinata mengatakan, peluncuran KTA digital ini menandai tonggak baru perusahaan dalam menghadapi disrupsi ekonomi digital di industri keuangan dan perbankan Indonesia.

“Langkah ini menjadi komitmen kami untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan inklusi keuangan ke masyarakat yang tidak punya akses layanan perbankan,” ungkap Iwan.

Selain itu, peluang pinjaman online dinilai masih besar di Indonesia, terlebih dengan semakin teredukasinya masyarakat dengan produk ini. Hal ini semakin diperkuat juga dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mulai memprioritaskan kegiatan nonfisik selama masa pandemi Covid-19.

Sebelumnya beberapa bank lain juga rilis platform KTA Online serupa, misalnya Amar Bank dengan aplikasi Tunaiku, atau BRI dengan Pinang yang kini tengah disiapkan menjadi bank digital. Sementara di pasar saat ini layanan serupa lebih banyak disajikan oleh startup fintech lending.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pencairan pinjaman melalui fintech lending di 2020 tercatat sebesar Rp74,4 triliun atau naik 24% dari pencapaian di 2019, yaitu Rp58,84 triliun.

Sementara, Executive Director of Retail Banking PT Bank CTBC Indonesia Bambang Simon Simarno meyakini bahwa pertumbuhan bisnis KTA di Indonesia dapat mencapai 24% di 2021. Pihaknya menyebut CTBC Indonesia sebagai satu-satunya bank yang menawarkan persetujuan prinsipal secara instan untuk pinjaman pribadi tanpa jaminan dengan limit mencapai Rp200 juta.

Sejak tahap awal dari proses uji coba, Bank CTBC Indonesia mencatat telah menerima sebanyak 20 ribu pengajuan pinjaman online dalam kurun waktu kurang dari empat bulan. Pihaknya menargetkan pinjaman online KTA Instan Dana Cinta dapat mengantongi 50% pangsa pasar dalam lima tahun ke depan.

Sebagai informasi, Bank CTBC Indonesia bekerja sama dengan Dukcapil dan PEFINDO untuk mendukung proses pengajuan pinjaman online, mulai dari verifikasi eKYC hingga credit scoring. Pengguna dapat memperoleh persetujuan pinjaman dalam 60 detik saja, di mana pinjaman memiliki opsi tenor 6-36 bulan dengan bunga flat 0,85% per bulan.

Sekadar informasi, PT Bank CTBC Indonesia sebelumnya bernama PT Bank Chinatrust Indonesia. Saat ini saham Bank CTBC Indonesia dikuasai oleh CTBC Bank Co. Ltd sebesar 99% dan sisanya 1% oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

Layanan KTA Online Tunaiku Incar Penyaluran Lebih Dari Rp1 Triliun Sepanjang 2018

Layanan KTA online Bank Amar “Tunaiku” mengincar realisasi penyaluran pinjaman lebih dari Rp1 triliun sepanjang tahun ini untuk 100 ribu nasabah di seluruh Indonesia.

Target yang dipasang ini sebenarnya hampir melampaui bila dilihat dari pencapaian yang diklaim perusahaan sebesar Rp700 miliar untuk 70 ribu nasabah hingga pertengahan Mei 2018. Pertumbuhan bisnis secara keseluruhan di Tunaiku tumbuh rerata 30% per kuartalnya.

“Tahun ini kami memasuki usia ke-4. Misi kami adalah memberikan kredit untuk orang yang benar-benar butuh, bukan sekadar untuk kebutuhan konsumtif,” terang CEO Tunaiku Vishal Tulsian kepada DailySocial.

Pihaknya akan terus memperbaiki kualitas pelayanan agar proses pengajuan semakin seamless dan ramah bagi nasabah baru baik di situs desktop maupun aplikasi. Pun demikian, dari segi kualitas credit scoring untuk percepat penyaluran dana, sekaligus menekan kredit macet agar tidak tinggi.

Produk pinjaman pribadi seperti Tunaiku memiliki tantangan tersendiri dalam penyalurannya. Perusahaan harus memastikan tujuan penggunaannya harus tepat, bukan untuk kebutuhan konsumtif. Untuk itu kualitas saat melakukan credit scoring harus bagus karena risikonya besar.

“Tim data scientist kami membangun algoritma credit scoring yang canggih sehingga kami cukup memanfaatkan web footprint untuk bantu kami dalam menilai kualitas calon nasabah.”

Untuk pengajuan pinjaman di Tunaiku, calon nasabah dapat mengajukan mulai Rp2 juta-Rp20 juta dengan tenor 6-20 bulan, berbekal KTP saja. Besaran bunga yang diberlakukan adalah 3% per bulan (flat), berlaku untuk seluruh nasabah.

Mayoritas nasabah Tunaiku berlokasi di Jabodetabek dan Surabaya (kantor pusat Bank Amar). Bila digabung porsi dari dua lokasi tersebut mencapai 70% dari total nasabah. Tunaiku juga hadir di Sidoarjo dan Gresik. Sumbangsih dari Tunaiku masih menyumbang kurang dari 30% terhadap total portofolio bisnis KTA di Bank Amar.

Persaingan dengan fintech lending lainnya

Sebagai salah satu pionir layanan fintech lending di Indonesia, Vishal mengaku, pihaknya mengalami perjalanan yang panjang hingga akhirnya kini masyarakat mulai mengenal industri fintech. Lantaran pada waktu itu belum ada aturan yang mengatur bisnis fintech, terutama lending online.

“Kami turut berpartisipasi dengan regulator untuk membuat aturan soal lending. Sebab pada saat kami menghadirkan Tunaiku, fintech belum dikenal sama sekali.”

Lain dulu lain sekarang, sudah banyak pemain fintech lending yang beroperasi di Indonesia. Vishal mengaku pihaknya tidak khawatir dengan hal tersebut, sebab secara model bisnis, Tunaiku berada di posisi tengah-tengah. Antara fintech yang memberikan pinjaman dengan bunga harian dan fintech yang memberikan pinjaman untuk UKM.

Menurutnya, untuk menghadirkan layanan seperti Tunaiku memiliki tantangan, salah satunya KTA tergolong pinjaman tanpa jaminan sehingga risikonya besar. Memang, memberikan bunga harian yang tinggi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan.

Cara tersebut justru dinilai jadi tidak membantu nasabah karena cicilannya yang memberatkan. Untuk itu diputuskan untuk memberlakukan bunga flat untuk semua jenis nasabah, kendati mereka memiliki reputasi kredit yang kurang bagus.

“Tidak ada fintech yang beri pinjaman KTA dengan tenor antara 6-20 bulan, itu posisi kami. Inilah yang membedakan kami dengan fintech lending lainnya.”

Tambah kemitraan dengan Investree

Vishal, yang juga merupakan Managing Director Bank Amar, menambahkan saat ini perusahaan telah menambah kemitraan dengan Investree dengan menjadi lender dari kalangan institusi untuk para pengusaha UMKM.

Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan target pertumbuhan kredit Bank Amar, khususnya kredit produktif. Sebelum teken kemitraan dengan Investree, sebelumnya Bank Amar juga menjadi lender untuk Amartha dan Mekar.

“Penandatanganan ini adalah bukti kami kepada pemerintah yang menyatakan bahwa ke depannya inovasi digital akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan sektor UMKM, serta mampu memberikan dorongan finansial bagi masyarakat yang underserved,” pungkas Vishal.

Layanan Pembanding KPR SikatAbis Perluas Layanan Tahun Depan

Membeli properti bisa menjadi perkara yang rumit dan menghabiskan waktu bila calon pembeli tidak begitu memahami kompleksnya skema paket-paket Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang ditawarkan. Hal tersebut lah yang menjadi salah satu latar belakang hadirnya layanan SikatAbis di tahun 2013 silam. Pun saat ini fokus layanannya berada di properti, tahun 2017 mendatang SikatAbis berencana untuk memperluas layanan mereka ke KTA (Kredit Tanpa Agunan) untuk kredit kendaraan, modal usaha, asuransi, dan investasi.

Pada dasarnya, SikatAbis adalah startup Indonesia yang bergerak di sektor fintech dengan menyediakan layanan pembanding kredit rumah dan apartemen dari berbagai bank di Indonesia. Selain membandingkan penawaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), pengguna juga bisa langsung mengajukan pinjaman melalui SikatAbis. Layanan SikatAbis sendiri telah berdiri sejak tahun 2013 silam dan hingga saat ini masih berjalan secara bootstrap.

SikatAbis lahir dari tangan Chris Situmorang dan I Made Adi yang merupakan sahabat sejak sekolah di SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah. Keduanya pun bertemu kembali saat menjalani masa kuliah di Singapura, Chris di NUS (National University Singapore) dan Made di NTU (Nanyang Technology University). Namun, yang menjadi pemicu lahirnya layanan SikatAbis adalah pengalaman pribadi keduanya ketika ingin membeli apartemen saat menjalani masa bekerja di Singapura.

Chris mengatakan, “Semasa bekerja di Singapura […], saya merasakan repotnya mengumpulkan informasi paket KPR dari berbagai bank, betapa kompleksnya skema tersebut, dan betapa banyak waktu yang dihabiskan untuk memutuskan yang ‘termurah’ dari puluhan paket tersebut. Lalu kami berpikir, bagaimana kalau kita kembangkan jadi layanan untuk membantu orang lain yang juga butuh KPR?”

Setelah melakukan riset, Chris juga melihat besarnya potensi pasar Indonesia yang memiliki lebih dari 250 juta jiwa penduduk bila dibandingkan dengan Singapura yang hanya memiliki 6 juta penduduk. Maka dari itu, keduanya sepakat fokus pasar utama mereka adalah Indonesia karena yakin akan jauh lebih banyak orang yang membutuhkan layanan ini di Indonesia.

“Jika membandingkan, memilih, dan membeli tiket pesawat pakai Traveloka, maka membandingkan, memilih, dan mengajukan kredit pakai SikatAbis. […] Ini 100 persen gratis bagi konsumen. […] Kami selalu mengupayakan penghematan bagi konsumen, seperti Traveloka dan Tiket yang harga tiketnya biasanya lebih murah daripada beli langsung dari maskapai,” ujar Chris.

Rekanan, keunggulan layanan yang ditawarkan, dan rencana 2017

Kalkulator Take Over KPR milik Sikatabis / SikatAbis
Kalkulator Take Over KPR milik Sikatabis / SikatAbis

Selama kurang lebih tiga tahun berjalan, SikatAbis sendiri telah berhasil menjalin rekanan bisnis strategis. Saat ini, menurut Chris, setidaknya sudah ada 26 rekanan bank yang telah bekerja sama dengan SikatAbis. Jumlah ini menurut Chris juga lebih banyak daripada layanan serupa lainnya.

Ketika disinggung mengenai model bisnisnya saat ini, Chris hanya menjelaskan bahwa pihaknya mengenakan biaya pada bank yang memasarkan produk KPR/KPA mereka melalui SikatAbis layaknya ketika bank memasarkan produk ke konsumen melalui kanal pemasaran seperti iklan di TV, majalah, atau banner pinggir jalan.

Di samping menjalin kemitraan dengan bank, SikatAbis juga sebenarnya sudah menjalin kerja sama dengan startup Indonesia lainnya, yaitu UrbanIndo. Melalui kerja sama ini, SikatAbis akan menambahkan keterangan rekomendasi paket KPR terbaik beserta cicilan dan total biayanya. Namun, saat ini integrasi dengan UrbanIndo sedang tidak aktif karena ada pembaruan fitur.

Sedangkan terkait dengan keunggulan layanan, Chris optimis bahwa perbandingan KPR dan KPA di SikatAbis pilihannya lebih lengkap dan prosesnya pun lebih cepat dibanding layanan serupa. Selain itu, di samping mengajukan membandingkan dan mengajukan KPR atau KPA, konsumen juga bisa menurunkan cicilan kredit melalui fitur Take Over KPR dan juga mengajukan pinjaman uang tunai melalui Kredit Multi Guna (KMG).

Chris menjelaskan, “Kenapa fitur Take Over kami penting? [Pertama] Tren suku bunga saat ini sedang menurun. Demi mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah sejak Januari 2016 telah menurunkan suku bunga Bank Indonesia [sebanyak] empat kali, dari 7,5 persen sampai ke 6,5 persen yang disusul suku bunga produk-produk bank seperti KPR dan KPA.”

“[Kedua] Kebanyakan peminjam tidak tahu bahwa fasilitas KPR dan KPA yang sedang dicicil bisa dipindahkan ke bank lain yang suku bunganya lebih rendah [terkadang disebut Refinancing]. […] Dengan melakukan itu, klien kami dua bulan lalu menurunkan suku bunga KPA dari 13 persen menjadi 8,25 persen, [menghemat] lebih dari Rp500 juta,” lanjutnya.

Meski saat ini SikatAbis masih berjalan secara bootstrap, tetapi di tahun 2017 nanti Chris mengungkap bahwa SikatAbis berencana untuk memperluas layanan ke perbandingan Kredit Tanpa Agunan (KTA). Produknya antara lain adalah kredit mobil, kredit motor, kredit modal usaha, kartu kredit, asuransi, dan investasi.

“Di tahun 2017, Sikatabis.com akan memperluas layanan ke perbandingan KTA seperti Kredit Mobil, Kredit Motor, Kredit Modal Usaha, Kartu Kredit, Asuransi, dan Investasi. Selain bekerja sama dengan institusi konvensional seperti bank, kami juga terbuka untuk kolaborasi dengan platform kredit atau investasi baru seperti peer-to-peer lending,” tandas Chris.

Setelah Pivot, Pilih Pintar Kini Fokus Jadi Platform Online Pengajuan KTA

Berawal dari platform untuk mengajukan kartu kredit secara online, situs Pilih Pintar didirikan Indonesia. Setelah menjalankan bisnisnya selama tiga tahun, Pilih Pintar kemudian memutuskan untuk melakukan pivoting menjadi platform online untuk masyarakat Indonesia mengajukan Kredit Tanpa Agunan (KTA).

“Kami melihat pengajuan kartu kredit di Indonesia sangat rendah sehingga sulit bagi Pilih Pintar untuk melakukan monetisasi, akhirnya dua bulan lalu Pilih Pintar memutuskan untuk pivoting sebagai platform untuk pinjaman KTA dan lainnya,” kata CEO Pilih Pintar Vanessa Atmadja kepada DailySocial.

Dua bulan berjalan dengan model bisnis yang baru Pilih Pintar telah menjalin kerja sama dengan bank internasional, perusahaan finansial lokal, di antaranya adalah Marcorindo, Difobutama, Tunaiku, Bank DBS dan Bank Standard Chartered.

“Kami sengaja bermitra dengan bank internasional karena dari regulasi bank internasional cenderung lebih mudah dibandingkan dengan bank lokal yang memiliki regulasi yang cukup ketat,” kata Vanessa.

Platform perantara antara pengguna dan penyedia pinjaman

Konsep yang diterapkan oleh Pilih Pintar cukup sederhana, yaitu semua pengguna yang tertarik untuk mengajukan pinjaman wajib untuk mengisi formulir secara online melalui situs Pilih Pintar, kemudian tim Pilih Pintar akan melakukan proses penyaringan calon peminjam. Jika calon peminjam sesuai dengan kriteria bank atau perusahaan finansial yang diincar proses selanjutnya adalah meneruskan calon peminjam tersebut kepada bank dan perusahaan finansial terkait. Untuk selanjutnya komunikasi dan proses peminjaman dilakukan langsung oleh peminjam dan bank serta perusahaan finansial terkait.

“Kami pastikan proses penyaringan di awal dilakukan dengan ketat, agar mitra kami bisa dengan mudah melanjutkan proses peminjaman langsung dengan calon peminjam,” kata Vanessa.

Setiap kandidat yang berhasil mendapatkan pinjaman dari mitra terkait, Pilih Pintar akan mendapatkan komisi langsung. Metode tersebut terbilang cukup ampuh untuk mendapatkan profit dibandingkan dengan model bisnis awal yaitu sebagai platform pengajuan kartu kredit. Pesaing terdekat Pilih Pintar adalah CekAja.

Menjalankan bisnis secara bootstrapping dan rencana tahun 2017

Saat ini Pilih Pintar masih menjalankan bisnisnya dengan menggunakan modal sendiri yaitu dengan cara bootstrapping. Kegiatan pemasaran yang dilakukan juga tidak dilancarkan secara masif dan masih mengandalkan promosi secara organik.

“Karena kami baru saja pivoting untuk saat ini semua kegiatan pemasaran belum kami lakukan secara menyeluruh, karena fokus kami masih berusaha mengumpulkan mitra dan tentunya pengguna,” kata Vannesa.

Tahun 2017 mendatang Pilih Pintar masih berusaha menerapkan layanan pinjaman KTA dan melihat seberapa efektif layanan ini bisa diterima oleh masyarakat Indonesia dan apakah bisa mendapatkan pendapatan.

“Tahun 2017 mendatang adalah tahun untuk Pilih Pintar melakukan uji coba terkait layanan pinjaman yang kami tawarkan. Jika berhasil akan kami kembangkan jika tidak berhasil kami akan mencari cara menemukan model bisnis yang baru,” kata Vanessa.