Kasvlo Hadir Tawarkan Solusi Manajemen Keuangan untuk UKM

Badai pandemi belum selesai menghantam sektor UKM di Indonesia. Di tengah situasi krisis ini, Unzyp Software sebuah pengembang SaaS mencoba menawarkan solusi untuk bantu para pebisnis. Bekerja sama dengan Tech Data, pengembang software asal Malaysia, Unzyp meluncurkan aplikasi Kasvlo, buat bantu manajemen keuangan UKM.

CEO Unzyp Software Untag Pranata mengatakan, banyaknya keluhan akan data para pelaku bisnis yang tidak tersimpan di cloud sehingga menyebabkan hilangnya data saat restorasi smartphone, menjadi salah satu yang mendorong timnya untuk merampungkan layanan ini.

Solusi bisnis untuk UKM

Kasvlo menawarkan tiga solusi bisnis, yaitu fitur pencatatan pengeluaran dan pemasukan keuangan, fitur hutang piutang, dan pembuatan laporan secara otomatis. Dengan biaya berlangganan per bulan/tahun, semua data pelanggan akan tersimpan di cloud dan bisa diakses kapan saja melalui aplikasi.

Ketika disinggung mengenai ketersediaan layanan mereka di area dengan koneksi terbatas, Untag menyebutkan bahwa pihaknya juga mengembangkan fitur “db sync”, memungkinkan data tetap tersimpan secara offline di perangkat dan online di server. Nantinya, apabila pengguna tidak memiliki akses internet, data akan tetap tersimpan, lalu ketika koneksi sudah tersambung akan secara otomatis tersinkronisasi.

Saat ini, aplikasi Kasvlo sudah tersedia di platform Android dan iOS.

Strategi dan model bisnis

Kasvlo sendiri saat ini masih mengandalkan self-funding dalam menjalankan bisnis mereka. Hal ini juga terkait bisnis mereka yang tidak hanya bergerak di bidang SaaS, namun juga sebagai software house yang menyediakan perangkat lunak untuk korporasi

“Dari situlah kami menemukan sebuah pola dari banyaknya permintaan yang sebetulnya sama, maka itu kami berani berinvestasi untuk membangun Unzyp Cloud yang kiranya dapat membantu UMKM,” jelas Untag.

Selain itu, Unzyp Cloud tidak hanya memiliki Kasvlo saja tetapi juga memiliki banyak solusi lainnya seperti Aksesa yaitu software password management, dan juga Billing On untuk sistem penagihan otomatis. Rencananya, akan ada sekitar 9 produk baru untuk selanjutnya diluncurkan.

“Kami harapkan dengan adanya solusi dari kami, dapat membantu UMKM di Indonesia menjadi lebih produktif dan efektif,” tambahnya.

Faktanya, UMKM menjadi penyumbang 60% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Hal ini diduga menjadi pemicu banyaknya layanan teknologi bermunculan untuk ikut menunjang bisnis UKM. Baik dari sisi penjualan, distribusi, manajemen keuangan, juga pencarian talenta.

Sementara, sebenarnya layanan SaaS serupa untuk UKM di Indonesia pilihannya sudah sangat banyak. DailySocial pernah memetakannya dalam “Daftar Layanan-Layanan Pendukung Pengembangan Bisnis UKM“.

Application Information Will Show Up Here

Grab Ikut Uji Coba Layanan Ojek Online di Malaysia

Grab dikabarkan ikut uji coba layanan ojek online “GrabBike” di Malaysia, sebulan setelah kompetitornya, Gojek, mendapat lampu hijau untuk memulai operasi terbatas.

Mengutip dari Reuters, pihak Grab mengatakan layanan pilot ini akan dimulai di Lembah Klang -wilayah paling maju di Malaysia, di mana ibu kota Kuala Lumpur berada. Tidak hanya ojek online, Grab akan rambah pengiriman makanan “GrabFood.”

Perusahaan segera membuka perekrutan mitra baru pada Senin (2/12) mendatang melalui situs resminya. Persyaratannya, mitra memiliki sepeda motor yang berusia tidak lebih dari lima tahun sejak tanggal pendaftaran, lisensi sepeda motor yang valid, dan ketentuan lainnya sebagaimana diberlakukan oleh Kementerian Transportasi Malaysia.

Mitra yang diterima dalam program uji coba akan diberikan jaket Grab dan dua helm secara gratis. Grab akan memberitahu pelamar yang berhasil lolos pada 9 Desember 2019 untuk mengikuti proses orientasi dan pelatihan.

Pemerintah Malaysia memperbolehkan pemain ride hailing roda dua seperti Gojek untuk uji coba terbatas selama enam bulan, mulai dari Januari 2020 sebagai skema percontohan untuk mengukur tingkat permintaan layanan tersebut.

Dalam kurun waktu tersebut, memungkinkan pemerintah dan perusahaan yang berpartisipasi untuk mengumpulkan data dan mengevaluasi tingkat permintaan. Sementara, para pejabat menyusun rancangan undang-undang perihal ojek online.

Diboyongnya GrabBike ke Malaysia, membuat dinamika persaingan Grab dan Gojek akan semakin seru di Malaysia. Selama ini Grab cukup nyaman dengan monopolinya bermain di taksi online.

Layanan GrabBike saat ini tersedia di Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

Application Information Will Show Up Here

BaseConf2020 akan Digelar Awal Tahun Depan di Malaysia

START Malaysia bekerja sama dengan Techsauce Media Thailand menyelenggarakan Base Conference 2020 (BaseConf2020), acara konferensi teknologi dan bisnis terbesar di Malaysia, dengan cakupan peserta regional. Pagelaran ini akan berlangsung selama dua hari, 15-16 Januari 2020 bertempat di Iskandar Malaysia Studios.

Salah satu tujuan acara ini adalah untuk memperkenalkan ekosistem startup di Negeri Jiran tersebut, serta berbagai pengetahuan antar pemain startup di wilayah Asia Tenggara. Ditargetkan ribuan peserta yang terdiri dari pendiri startup, pemimpin bisnis, dan investor akan memadati acara ini.

Berbagai pemateri dari pemimpin bisnis di kawasan Asia akan dihadirkan. Termasuk perwakilan dari Alibaba, Traveloka, Ant Financial, hingga Techstars. Beberapa tema utama yang akan disampaikan dalam sesi konferensi meliputi inovasi korporasi, investasi ventura, teknologi masa depan, transformasi digital, cerita kompetisi startup, dan perkembangan e-commerce.

Acara berbasis berjejaring juga akan dihadirkan di sela-sela konferensi. Memungkinkan setiap peserta yang hadir untuk terhubung dengan rekanan, klien, atau investor potensial untuk meningkatkan bisnis di wilayah Asia Tenggara.

Saat ini pendaftaran Base Conference 2020 masih dibuka. Untuk informasi lebih lanjut seputar agenda, daftar pemateri, dan tiket dapat ditemukan melalui situs resminya, https://baseconf.com.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Base Conference 2020

Gojek Obtains Due Diligence in Malaysia by January 2020

Malaysian Government will authorize the two-wheeler ride-hailing service, one of which is Gojek, to have due diligence by January 2020. This has become the solution to accelerate Gojek’s international expansion to add two to three new countries next year.

The green light applies not only to Gojek, but also to the local player, Dego Ride. Both are to operate based on a proof-of-concept (POC) in measuring service on demand for six months.

“Bike-hailing will be an essential component to provide a comprehensive public transportation system as the first- and last-mile connectivity,” Malaysia’s Transportation Minister, Anthony Lee, said as quoted from Reuters.

Either Gojek or Dego will be available only in Lembah Klang area. This is the most developed area in Malaysia and the heart of Kuala Lumpur. However, it doesn’t mean to restrict the area forever.

During the POC or due diligence season, the government is to collect all data for further evaluation to gain insights related to the regulation.

“Bike-hailing will run under the current regulation for the e-hailing or four-wheeler.”

Last week, Gojek’s Co-CEO, Andre Soelistyo is quite confident for the company to run immediately in Malaysia next year, followed by the Philippines.

“Next year, there will be two more countries, Malaysia and the Philippine. We’re now preparing for all the requirements. We’re actually run in the Philippines as a payment system, and the transportation service will follow,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Dapat Izin Uji Tuntas di Malaysia Mulai Januari 2020

Pemerintah Malaysia akan mengizinkan pemain ride hailing roda dua, salah satunya Gojek untuk melakukan uji tuntas mulai Januari 2020. Kabar ini jadi titik terang untuk memuluskan rencana ekspansi internasional Gojek yang ingin menambah dua sampai tiga negara baru pada tahun depan.

Lampu hijau ini tidak hanya berlaku buat Gojek saja, tapi juga pemain lokal Malaysia yakni Dego Ride. Keduanya akan beroperasi berdasarkan proof-of-concept (POC) untuk mengukur permintaan layanan selama enam bulan.

Bike-hailing akan menjadi komponen penting dalam menyediakan sistem transportasi umum yang komprehensif, sebagai konektivitas first– dan last-mile,” terang Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke, seperti dikutip dari Reuters.

Baik Gojek maupun Dego hanya dapat melayani penumpang di kawasan Lembah Klang. Ini adalah wilayah paling maju di Malaysia dan menjadi ibukota Kuala Lumpur. Tidak menutup kemungkinan membuka lokasi lainnya jika ada permintaan.

Selama masa POC atau uji tuntas berlangsung, pemerintah akan mengumpulkan seluruh data yang masuk untuk dievaluasi lebih dalam agar mendapatkan gambaran terkait hal-hal apa saja yang perlu diatur saat membuat regulasinya.

Bike-hailing akan tunduk pada peraturan yang sama seperti yang ditetapkan untuk e-hailing atau roda empat.”

Akhir pekan lalu, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo cukup yakin perusahaan akan segera beroperasi di Malaysia pada tahun depan, juga Filipina.

“Tahun depan ada dua negara tambahan, Malaysia dan Filipina. Kami sedang persiapkan semua agar bisa hadir di dua negara tersebut. Di Filipina sebenarnya kami sudah hadir tapi sebagai sistem pembayaran, untuk layanan transportasinya sedang kami upayakan,” ucapnya.

Application Information Will Show Up Here

Melalui Sistem Gamifikasi, Aplikasi Feet’s Ingin Bantu Perusahaan Tingkatkan Produktivitas Karyawan

Peluang bisa ditemukan dari mana saja. Feet’s, sebuah startup asal Malaysia, melihat peluang itu dari aktivitas sehari-hari para karyawan perusahaan.

Beroperasi di Indonesia sejak April 2019, Feet’s baru saja meluncurkan aplikasinya pada Selasa (29/10). Aplikasi Feet’s ini bertujuan membantu perusahaan mengelola keterlibatan karyawan melalui pendekatan gamifikasi.

Head of Project Feet’s William Loh menyebut produk mereka bergerak dari premis bahwa kondisi karyawan dapat menentukan tingkat produktivitas. Dengan demikian, menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan menyenangkan jadi hal wajib untuk menyokong kondisi karyawan. Dia juga mengatakan kerap kali ada jarak antara pekerja dengan atasan.

Hal tersebut turut dikemukakan dalam laporan bertajuk “Global Employee Engagement Trends 2018” bahwa hanya 65 persen karyawan di perusahaan Asia Pasifik yang merasa terlibat mendalam dengan perusahaan.

“Kami sangat senang dapat memperkenalkan Feet’s di Indonesia guna membantu perusahaan mengubah cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan karyawan mereka, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, menyenangkan, sehat, dan produktif,” ujar William dalam peluncuran Feet’s.

Aplikasi Feet’s memiliki 5 fitur utama. Salah dua di antaranya adalah T’ing yang merupakan kotak saran dan Makan Buddy berfungsi mempertemukan sesama karyawan yang hendak istirahat makan siang.

Melalui sistem gamifikasi, Feet’s memberi poin atas setiap aktivitas karyawan melalui aplikasi ini. Semakin tinggi poin yang terkumpul, semakin besar pula kesempatan seorang karyawan memenangi suatu hadiah berupa potongan harga berbagai macam produk.

Alasan ekspansi ke Indonesia

Dengan 136,18 juta angkatan kerja, Indonesia jelas pasar yang menggiurkan bagi platform seperti Feet’s ini. Termasuk populasi angkatan milenial yang mencapai 39 persen dari total angkatan kerja tadi.

“Memang milenial ini lebih aktif dalam menggunakan mobile, tapi kami fokus ke semua lapisan [usia], tidak hanya milenial saja,” kata Managing Director Feet’s Ellyana Rosaline.

Setelah beberapa bulan beroperasi, Feet’s mengklaim sudah menggaet tiga perusahaan sebagai pelanggan mereka dengan total pengguna sekitar 5000 orang. Salah satu perusahaan yang sudah berlangganan jasa Feet’s adalah Perusahaan Gas Negara (PGN).

Monetisasi bisnis

Menurut Ellyana, arus pendapatan Feet’s hanya terjadi lewat biaya berlangganan. Perusahaan mana pun yang hendak memakai jasa Feet’s akan dikenakan biaya Rp18.000/bulan/orang. Lebih dari itu pihaknya mengaku belum punya cara monetisasi lain.

“Belum ada biaya lain lagi karena itu sudah bundle,” ucap Ellyana singkat.

Dari segi pendanaan, Ellyana menyampaikan pihaknya masih berstatus bootstrap. Kendati begitu, Feet’s berencana melakukan IPO pada tahun depan. Mereka yakin dalam satu tahun ini dapat menggaet lebih banyak perusahaan terutama dari kalangan pemerintah dan konglomerasi.

“Kita approach banyak sekali perusahaan-perusahaan di Indonesia yang butuh engagement mengingat banyaknya milenial di angkatan kerja,” pungkas Ellyana.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Dapat “Lampu Hijau” Beroperasi di Malaysia

Dalam waktu yang cukup singkat, Pemerintah Malaysia memberikan “lampu hijau” kepada pemain ride hailing, pasca pertemuan kabinet yang sudah diinformasikan sebelumnya oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Syed Saddiq Syed awal pekan ini.

Lampu hijau ini tidak hanya berlaku buat Gojek saja, tapi juga buat Dego Ride pemain sejenis dari Malaysia.

Dalam keputusan kabinet dijelaskan pemerintah setuju untuk mengimplementasikan ride hailing moda motor di Malaysia. Akan tetapi, Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Transportasi diminta untuk diskusi bersama perihal aturan apa saja yang harus diterapkan.

Menteri Pengembangan Wirausaha Datuk Seri Mohd Redzuan Yusof menjelaskan aturan terpenting yang harus diperhatikan adalah dari sisi keamanan, misalnya tidak dibolehkan pakai motor ketika masuk jalur tol. Aturan lainnya, seperti mencegah terjadinya praktik monopoli.

Legalitas adalah unsur terpenting yang harus dipenuhi apabila ingin diimplementasikan di Malaysia. Dia merasa prosesnya tidak akan cukup sulit karena cukup menyesuaikan dengan aturan yang sudah ada.

Salah satu aturan yang telah berlaku adalah mengenai geofencing untuk memantau operasional pemain aplikasi ride hailing.

Dia memprediksi butuh “sebulan atau dua bulan” buat dua kementerian tersebut untuk merumuskannya, setelah itu meminta persetujuan kembali dari kabinet.

“Kami ingin memastikan apapun yang kita kembangkan untuk menghidupi ekonomi anak muda, tidak boleh bertentangan dengan aturan yang sudah ada,” terangnya seperti dikutip dari The Star Malaysia.

Dalam unggahan resmi (22/8) Menteri Pemuda dan Olahraga Syed Saddiq di akun media sosial, dia mengatakan pada Rabu kemarin (21/8) kabinet dengan suara bulat setuju untuk mengizinkan layanan berbasis aplikasi, mirip seperti mobil pribadi, untuk tersedia di Malaysia.

“Kami tulus ingin memastikan kelompok ‘mat motor’ memiliki puluhan ribu peluang kerja. Sekaligus, memastikan para paman dan bibi pemilik warung bisa menjual produknya lewat aplikasi, tak menutup juga pengusaha muda,” katanya.

Di samping itu, bisa menjadi opsi berkendara yang lebih murah, dan sebagai “last mile” untuk mendorong masyarakat menggunakan transportasi publik.

Pasca kabar ini tersebar, sontak terjadi penolakan dari para pemain lokal. Operator taksi terbesar di Malaysia, Big Blue Taxi sepakat untuk menolak kehadiran Gojek. Mereka justru meminta kesetaraan antara pemain ride hailing dengan pengemudi taksi.

Founder Big Blue Taxi Shamsubahrin Ismail menambahkan Gojek sebagai karier tidak akan menjamin masa depan yang menjanjikan, generasi muda Malaysia pantas mendapat lebih dari itu.

Dalam sepak terjang ekspansi Gojek, Singapura dan Malaysia adalah dua negara yang paling menentang ride hailing moda motor karena dianggap tidak aman. Makanya, kehadiran Gojek Singapura hanya menyediakan roda empat saja. Selain Indonesia, opsi moda motor Gojek tersedia di Vietnam dan Thailand.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Kemungkinan Segera Mengaspal di Malaysia

Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Saddiq mengungkapkan rencananya untuk memboyong Gojek masuk ke negaranya dalam upaya mendukung mata pencaharian kelompok pengendara motor lokal.

Dalam unggahan video berdurasi satu menit di Twitter, dia mengatakan dalam mendukung kelompok ini, tidak cukup bagi pemerintah untuk mengatur program satu kali atau membangun lajur khusus motor saja.

“Mereka perlu dipertahankan, mereka membutuhkan pekerjaan, itu masalah yang lebih mendesak. Itulah sebabnya saya bertemu dengan pendiri Gojek Nadiem Makarim yang telah membantu menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari dua juta pengendara motor di Indonesia dan ratusan ribu lainnya di Thailand, Singapura, dan Vietnam,” ujar Syed.

Senin kemarin (19/8), sambungnya, telah diadakan pertemuan antara perwakilan Gojek dengan Perdana Menteri Mahathir Mohammad dan Menteri Transportasi Anthony Loke. Menurutnya, presentasi yang diberikan Gojek telah diterima dengan baik dan akan dibicarakan lebih lanjut dalam pertemuan kabinet yang digelar esok hari (21/8).

Sehari sebelumnya, sebelum video ini diunggah, Syed membuka jajak pendapat di Twitter. Dia bertanya apakah anak muda Malaysia menyetujui kehadiran Gojek di Malaysia untuk menaikkan perekonomian dengan hadirnya lapangan kerja baru.

Dari 56.427 orang yang mengikuti, 88% responden menyatakan setuju dan 12% lainnya tidak setuju dengan kehadiran Gojek.

Kabar yang disampaikan ini cukup kontradiktif dengan pernyataan pemerintah Malaysia yang melarang pemain lokal sejenis Gojek yakni Dego Ride untuk mengaspal di sana. Pada September 2018, Anthony Loke mengatakan pemerintah tidak akan ragu untuk mengambil tindakan terhadap Dego Ride jika beroperasi secara ilegal.

Pemerintah tetap mempertahankan sikapnya terhadap layanan ride sharing roda dua karena alasan keamanan.

“Kami tidak akan pernah mengesahkan Dego Ride di Malaysia karena kami tidak setuju dengan semua jenis layanan ride sharing yang melibatkan motor. Di Malaysia ada terlalu banyak kecelakaan yang melibatkan motor sehingga kami tidak bisa mengambil risiko,” terangnya.

Pertanyaan ini ditanyakan oleh seorang netizen dalam unggahan Syed, dia pun membalasnya lewat cuitan, “Pemerintah Malaysia hanya tidak akan menyetujui operasi penyedia layanan ojek tunggal. Bukan hanya satu perusahaan. Harus ekosistem yang kondusif, terbuka untuk semua. Tidak boleh ada monopoli,” ujarnya.

Sebelumnya Nadiem memang sudah mengisyaratkan rencana untuk ekspansi ke Malaysia, Myanmar dan Kamboja, setelah resmi hadir di Vietnam, Thailand, dan Singapura. Rencana perusahaan untuk masuk ke Filipina terganjal karena masalah kepemilikan saham yang belum memenuhi ketentuan.

Application Information Will Show Up Here

Interview Session with dahmakan Co-Founder & CEO on “Cloud Kitchen” and its Potential Business

The term “cloud kitchen” is getting popular as a new approach in the food cycle business. Digging further into the concept, DailySocial just had an interview with one of dahmakan Co-Founder, Jonathan Weins.

Entering the conversation, Jon told us the concept of cloud kitchen. He said, “Cloud kitchen is basically a restaurant designed for the delivery purpose only, it is to cut costs and design (packaging) ready stock food.”

Cloud kitchen providers mostly have no kiosk or exact building as common restaurants. However, they have different offers in terms of brand and products. A startup for cloud kitchen platform developer will serve as business middlemen between customers and kitchen stuff while providing delivery and transaction process.

A great opportunity in Southeast Asia

Jon explained one of the cloud kitchen signatures is advanced product innovation. Using a minimum capital, kitchen owners can brag for more distinct offers to minimize risks. Of the many potential and challenges, come various and high-quality menus. The kitchen partners compete for unique brands following the market share.

In South Asia’s market, the trend gains positive feedback. Along with the flexible access and instant process.

“In Europe. people prefer cooking at home than ordering food, whereas in Southeast Asia food delivery becomes a habit of the young generation in particular. They’re going to order food or having a takeaway,” he added.

Getting deeper into the issue through what happened in Indonesia, this model been mushrooming since on-demand services arrived. Some areas provide delivery order via GoFood or GrabFood without dine-in options.

Besides cloud kitchen as a business, it is to create opportunities for SMEs and housewives to start low-investment food-producing.

dahmakan to land in Indonesia

dahmakan team in Malaysia / dahmakan
dahmakan team in Malaysia / dahmakan

Customers have various options on dahmakan‘s app or website. In Kuala Lumpur as the native city, there are certain place and chefs to produce the menus. Some are the expat from starred hotels and restaurants. Thus, dahmakan has each unit to serve orders.

In each menu, attached the detailed information, such as food composition for reference. They are to expand in the last quarter of 2019 with a branch office in Indonesia.

“We are now recruiting for Indonesia’s core team. They will create some new, compelling menus and prepare the tech operation for launching. We have some supportive investors with a good connection in Jakarta. It’s our debut city before expanding services throughout Indonesia,” further explained.

Before closing the interview, Jon revealed his company’s mission to produce high-quality and affordable meals with easy access. What dahmakan offer is to fix the production and serving process using an efficient approach.

“Externally, we looked like cloud kitchen (usual), but we are fully redefined the whole cooking process using technology that 55% of food went cheaper from the restaurant price also given added value to the consumers,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Berbincang Bersama Co-Founder & CEO dahmakan Menganai “Cloud Kitchen” dan Potensinya

Istilah “cloud kitchen” dewasa ini cukup ramai diperbincangkan sebagai pendekatan baru dalam bisnis penyediaan kebutuhan makan. Untuk mendalami tentang konsep tersebut, DailySocial berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan salah satu Co-Founder dahmakan, Jonathan Weins.

Mengawali perbincangan, Jon menjelaskan kepada kami tentang definisi cloud kitchen. Ia mengatakan, “Cloud kitchen pada dasarnya adalah restoran  yang dirancang hanya melayani delivery order, sehingga memungkinkan menghemat banyak biaya serta merancang (pengemasan) makanan untuk siap kirim.”

Penyaji makanan di cloud kitchen umumnya tidak memiliki kedai atau tempat makan layaknya restoran biasa. Hanya saja, secara brand dan produk mereka memiliki daya tawar tersendiri. Startup pengembang platform cloud kitchen menjembatani proses bisnis antara dapur dengan pelanggan, sembari memberikan jasa pengiriman hingga transaksi.

Potensi besar di Asia Tenggara

Jon menceritakan, salah satu ciri khas dari cloud kitchen adalah inovasi produk yang berkelanjutan. Dengan modal yang minimal, pemilik dapur lebih berani untuk menawarkan sesuatu yang beda, karena risikonya relatif lebih kecil. Dari peluang sekaligus tantangan tersebut maka muncul menu-menu yang lebih beragam dan berkualitas. Mitra dapur berlomba-lomba membuat brand makanan unik, menyesuaikan pangsa pasar.

Di Asia Tenggara, dikatakan tren tersebut disambut cukup baik oleh pasar. Didukung fleksibilitas akses dan proses yang instan.

“Di Eropa masyarakatnya lebih gemar memasak di rumah alih-alih memesan dari luar, sebaliknya perilaku masyarakat di Asia Tenggara lebih suka memesan makan, terutama generasi muda. Trennya pesan makanan atau membeli makanan di luar lalu dibawa ke rumah,” ujar Jon.

Jika ditelisik lebih dalam, dengan mengamati yang terjadi di Indonesia, model seperti ini sudah mulai menjamur sejak layanan berbasis on-demand diminati masyarakat. Di beberapa daerah mulai banyak produk makanan yang masuk di aplikasi seperti GoFood atau GrabFood, namun hanya menerima pemesanan saja, tidak untuk dimakan di tempat karena tidak memiliki sarannya.

Selain menjadi peluang bisnis, cloud kitchen pun dinilai akan membuka kesempatan baru bagi UKM dan ibu rumah tangga untuk melahirkan produk makanan dengan modal kecil.

dahmakan segera masuk ke Indonesia

dahmakan
Tim dahmakan di Malaysia / dahmakan

Melalui aplikasi atau website dahmakan, pengguna bisa memilih beragam menu yang disajikan. Di kota basisnya, Kuala Lumpur, perusahaan memiliki chef dan dapur khusus untuk menyediakan menu makanan. Beberapa juru masak direkrut dari restoran dan hotel berbintang. Jadi, dahmakan memiliki unit-unit dapur sendiri yang siap melayani pesanan.

Pada setiap pilihan makanan yang disajikan, turut disertakan berbagai informasi, seperti bahan makanan, yang dapat digunakan pengguna sebagai referensi. Rencananya dahmakan akan ekspansi ke Indonesia di kuartal terakhir tahun 2019 ini. Mereka juga akan mendirikan kantor khusus di Indonesia.

“Saat ini kami sedang memulai proses perekrutan untuk tim inti di Indonesia. Mereka akan bekerja untuk menciptakan hidangan baru yang menarik dan mempersiapkan teknologi kami untuk peluncuran. Kami memiliki beberapa investor yang terhubung baik dari Jakarta yang sangat mendukung inisiatif ini. Kami akan meluncurkan pertama di Jakarta dan kemudian secara bertahap memperluas layanan ke kota-kota lain di seluruh Indonesia,” jelas Jon.

Di akhir perbincangan Jon mengungkapkan misi perusahaannya, yakni memproduksi makanan berkualitas tinggi yang terjangkau dan dapat diakses kapan saja. Apa yang dilakukan oleh dahmakan ialah menata kembali proses produksi dan penghidangan makanan dengan pendekatan yang lebih efisien.

“Di luar kami terlihat seperti cloud kitchen (biasa), namun kami sepenuhnya mendefinisikan ulang proses memasak menggunakan teknologi sehingga membuat makanan 55% lebih murah dari pada harga di restoran atau memberikan nilai lebih kepada konsumen,” terang Jon.

Application Information Will Show Up Here