Sony Pamerkan Mobil Elektrik Konsep, Seriuskah Mereka Berkecimpung di Ranah Otomotif?

Sebagai perusahaan konglomerat raksasa, Sony mempunyai sayap bisnis yang sangat luas, di antaranya penyediaan perangkat elektronik, gaming dan hiburan, hingga jasa finansial. Sony menguasai bisnis musik serta jadi pemain besar di industri film dan TV. Dan sejak beberapa bulan silam, khalayak tengah menanti penyingkapan console game next-gen mereka setelah pengumuman nama resminya, ‘PlayStation 5’.

Terkait home console-nya, Sony hanya memperlihatkan logo PS5 di CES 2020. Kejutan terbesar dari mereka di pameran teknologi tahunan itu malah sesuatu yang tidak kita duga: sebuah mobil listrik. Sony memperkenalkan Vision-S, yaitu konsep sedan elektrik yang mengusung berbagai macam teknologi futuristis, kemungkinan dibangun demi memperlihatkan kesanggupan Sony untuk turut bermain di ranah otomotif.

Sony Vision-S mempunyai penampilan yang cukup sederhana. Desainnya tidak terlalu sporty ataupun eksperimental, ia tampak seperti sedan modern dengan empat kursi biasa. Zona depan kendaraan mungkin mengingatkan kita sedikit pada Porsche, lalu melengkapi windshield dan jendela samping, Vision-S juga memiliki sunroof yang lapang. Selain itu, saya melihat penggunaan modul tipis menggantikan kaca spion – boleh jadi bagian dari sistem kameranya.

Mobil konsep ini dibekali oleh tidak kurang dari 33 buah sensor, diposisikan di luar dan dalam. Di bagian interior, Anda akan menemukan layar lebar mengisi area dashboard. Layar juga ditempatkan di depan penumpang belakang (ditambatkan di bagian atas jok depan). Vision-S turut ditopang sistem audio 360 derajat dan konektivitas ‘always-on‘. Beberapa teknologi di sana merupakan persembahan nama-nama seperti BlackBerry dan Bosch.

Detail mengenainya masih sangat minim karena Vision-S dipamerkan di penghujung konferensi pers. Sony hanya membahas kapabilitasnya selama beberapa menit. Satu hal yang jelas adalah, Vision-S ditenagai ‘platform electric vehicle baru’ yang diramu oleh perusahaan pemasok produk otomotif Magna. Sony bilang bahwa platform ini dapat mentenagai jenis kendaraan lain, misalnya SUV. Di atas panggung, CEO Kenichiro Yoshida menyampaikan, “Mobil purwarupa ini merepresentasikan kontribusi perusahaan pada masa depan industri otomotif.”

Tentu saja satu pertanyaan besar yang masih belum terjawab ialah, apakah penyingkapan Vision-S menandai langkah awal perusahaan memasuki segmen otomotif, atau ia hanyalah sebuah pembuktian – bahwa ‘Sony juga bisa menyediakan mobil elektrik pintar jika mereka menginginkannya’? Kemudian soal platform EV tadi, apakah ia tersedia secara eksklusif untuk Sony atau dapat pula digunakan oleh brand lain?

Via The Verge. Header: Pocket-lint.

VW Pamerkan Robot Otomatis untuk Mengisi Ulang Baterai Mobil Elektrik

Salah satu skenario paling menyebalkan yang dapat dialami pemilik mobil elektrik adalah ketika baterai mobilnya kritis, lalu ia mendapati lahan parkir umum yang dilengkapi fasilitas charging sedang ditempati oleh mobil konvensional. Ketimbang mengubah kebiasaan buruk orang-orang tidak bertanggung jawab seperti itu, Volkswagen menawarkan solusi yang lebih menarik.

Menurut VW, problem ini dapat diatasi dengan robot otomatis yang dapat mengisi ulang baterai mobil elektrik dengan sendirinya. Tanpa harus memarkirkan mobilnya di lahan khusus mobil elektrik, sang pemilik dapat memanggil robot ini via sebuah aplikasi smartphone.

VW robot charger

Setelahnya, robot ini akan datang bersama unit baterai portable berkapasitas 25 kWh. Robotnya sendiri turut dibekali baterai berkapasitas setara, yang berarti mobil dapat menerima suplai energi sebesar 50 kWh. Proses pengisiannya pun berlangsung tanpa campur tangan manusia.

VW bilang konsep robot ini dilengkapi sejumlah kamera, pemindai laser dan sensor ultrasonik supaya bisa beroperasi secara mandiri. Usai melaksanakan tugasnya, ia akan bergerak kembali menuju titik asalnya untuk melakukan pengisian ulang.

VW robot charger

Konsep ini jelas terdengar menarik, akan tetapi VW sejauh ini belum membeberkan detail penting lain, seperti misalnya seberapa cepat baterai mobil dapat di-charge menggunakan sistem ini. Idealnya, robot ini bakal ditempatkan di lahan parkir umum, dan ini berarti charging rate-nya harus cukup tinggi mengingat durasi parkirnya tidak mungkin seharian.

VW pun juga belum mengungkapkan rencana terkait implementasinya. Andai benar-benar terealisasikan, VW percaya robot ini bisa membantu menekan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur charging mobil elektrik.

Sumber: VW.

Tesla Cybertruck Adalah Pickup Elektrik yang Pantas Mendapat Peran di Film Mad Max

Tesla baru saja menyingkap mobil elektriknya teranyarnya, sebuah pickup berwujud sangar yang mereka juluki Cybertruck. Mobil ini sungguh berbeda dari seluruh karya Tesla selama ini, namun Tesla memastikan semuanya bisa terbayarkan oleh penawaran komprehensif Cybertruck dari sisi utilitas.

Sebelum kita membahasnya lebih jauh, mari menyinggung sedikit soal desainnya. Bentuknya sungguh tidak umum, dengan bagian bak yang menyatu ke bodi. Trapesium beroda, mungkin itu yang akan muncul di benak orang-orang yang kurang menyukai rancangannya. Saya sendiri langsung teringat dengan film atau game bertema post-apocalyptic saat melihat Cybertruck, spesifiknya Mad Max dan Borderlands.

Tesla Cybertruck

Desain eksentrik itu turut dibarengi oleh ketangguhan yang luar biasa. Rangkanya terbuat dari bahan stainless steel khusus, bahan yang sama yang digunakan untuk membangun roket SpaceX. Selain tahan benturan – dibuktikan lewat demonstrasi langsung di atas panggung menggunakan palu godam – rangkanya juga diklaim anti-peluru, setidaknya dari senjata-senjata kecil seperti pistol 9 mm.

Sekali lagi, saya yakin ada banyak orang yang kurang suka dengan desainnya, apalagi jika dibandingkan dengan salah satu calon rivalnya, Rivian R1T, yang jauh lebih tradisional. Namun untuk urusan performa, Cybertruck sama sekali tidak mau main-main.

Tesla Cybertruck

Varian termahalnya, yang dilengkapi tiga motor elektrik dengan sistem penggerak empat roda, disebut mampu mencatatkan akselerasi 0 – 100 km/jam dalam waktu 2,9 detik saja, angka yang tergolong langka bahkan untuk standar mobil sport. Di saat yang sama, utilitasnya juga tidak mengecewakan; selain mampu menggotong kargo hingga seberat 1,5 ton lebih, Cybertruck juga sanggup menderek objek beroda dengan bobot maksimum 6,35 ton.

Efisiensinya pun tidak kalah mengesankan. Tesla bakal menawarkan Cybertruck dalam tiga konfigurasi: single motor RWD, dual motor AWD, dan tri motor AWD, masing-masing dengan klaim jarak tempuh 400 km, 480 km, dan 800 km dalam sekali pengisian. Angka-angkanya cukup masuk akal mengingat panjang bodi Cybertruck mencapai 5,9 meter, yang berarti Tesla punya lebih banyak ruang untuk menanamkan baterai ketimbang mobil-mobil mereka lainnya.

Tesla Cybertruck

Sejumlah fitur lain yang semakin menambah daya tarik Cybertruck adalah sistem Autopilot yang menjadi opsi standar di semua varian, serta air suspension bersifat adaptif. Jadi selagi diperlukan, sasisnya bisa diangkat hingga memiliki ground clearance setinggi 40 cm. Sebaliknya, saat konsumen hendak memasukkan barang ke baknya, Cybertruck dapat menurunkan suspensi belakangnya saja demi semakin memudahkan prosesnya.

Bukan cuma itu, pintu penutup baknya di belakang juga bisa di-extend sampai membentuk tanjakan, sehingga konsumen bisa menaikkan objek beroda, macam sebuah ATV misalnya. Bukan suatu kebetulan, Tesla juga menyingkap ATV elektrik bersamaan dengan Cybertruck.

Tesla Cybertruck

Terakhir, Tesla juga menggambarkan bagaimana Cybertruck dapat diadaptasikan untuk kebutuhan lain, semisal berkemah. Seperti yang bisa kita lihat dari gambar render di atas, baknya yang begitu lapang dapat disulap menjadi tenda dadakan, tidak ketinggalan juga dapur darurat. Konsepnya tidak jauh berbeda dari yang Rivian tawarkan untuk pickup elektriknya.

Cybertruck juga menjadi bukti bahwa Tesla belum mau beralih dari tren interior super-minimalis. Seperti halnya Tesla Model 3 dan Model Y, dashboard Cybertruck benar-benar bersih dari pernak-pernik, menyisakan cuma layar sentuh 17 inci di bagian tengahnya, yang sudah pasti menjadi panel kontrol utama untuk segala fungsi mobil.

Tesla Cybertruck

Masih seputar interior, ciri khas lain Tesla juga masih dipertahankan di sini, yakni kaca depan yang memanjang sampai ke bagian atap, yang menumbuhkan kesan lebih lega di sekujur kabin. Juga menarik adalah fakta bahwa kabin Cybertruck bisa diisi enam orang, bukan hanya lima seperti pickup lain pada umumnya.

Lalu kapan Tesla Cybertruck bakal dijual? Masih lama. Produksinya baru akan dimulai di akhir 2021, dan varian termahalnya malah masih menyusul setahun setelahnya. Pun begitu, Tesla sudah punya rincian harganya: mulai $39.900 untuk varian termurahnya, atau mulai $69.900 untuk varian termahal dengan performa sekelas supercar dan efisiensi luar biasa itu tadi.

Sumber: CNET dan CNN.

Audi Ungkap e-tron Sportback, Lebih Sporty Sekaligus Lebih Efisien Ketimbang Mobil Elektrik Pertama Audi

Audi resmi memperkenalkan mobil elektrik perdananya, e-tron, pada bulan September 2018. Setahun berselang, portofolio mobil bertenaga listrik mereka sudah bertambah berkat kehadiran e-tron Sportback, yang disingkap ke publik di ajang LA Auto Show baru-baru ini.

Saya sebenarnya bisa mendeskripsikan mobil ini dalam satu kalimat: ia merupakan versi lebih sporty dari e-tron SUV. Namun pada kenyataannya, e-tron Sportback menawarkan lebih dari itu. e-tron Sportback pun sebenarnya masih masuk kategori SUV, akan tetapi atap belakangnya yang melandai membuat orang-orang lebih sreg menyebutnya sebagai crossover.

Audi e-tron Sportback

Perubahan fisik itu tak hanya mengubah nilai estetikanya semata, melainkan juga berpengaruh positif terhadap performanya. Audi mengklaim e-tron Sportback dengan atap melandainya punya drag coefficient yang lebih rendah, dan itu menjadikannya sanggup menempuh jarak yang sedikit lebih jauh meski kapasitas baterainya sama persis dengan milik e-tron SUV.

Pada varian yang dibekali baterai 95 kWh misalnya, e-tron Sportback disebut mampu menempuh jarak 446 kilometer dalam sekali pengisian, sedangkan e-tron SUV cuma 400 kilometer dengan kapasitas yang sama. Cukup mengesankan mengingat bobot mobil ini masih berkisar di angka 2,5 ton.

Menenagai sistem penggerak empat rodanya adalah sepasang motor elektrik, dengan output daya total sebesar 265 kW, atau setara 350 tenaga kuda. Akselerasi 0 – 100 km/jam ia catatkan di angka 5,7 detik, sedangkan top speed-nya dibatasi di angka 200 km/jam. Angka-angkanya kedengaran familier? Itu dikarenakan e-tron Sportback mengusung motor elektrik yang sama persis seperti saudaranya.

Audi e-tron Sportback

Kemiripannya terus berlanjut sampai ke interior futuristisnya yang dipenuhi layar. Total ada lima layar yang bisa kita jumpai di dalam kabinnya: 12,3 inci di balik lingkar kemudi, 12,1 inci di tengah dashboard dan 8,6 inci di bawahnya, serta sepasang layar 7 inci di sebelah ventilasi AC kiri dan kanan yang bertindak sebagai spion virtual.

Yang cukup berbeda adalah lampu depannya. e-tron Sportback menjadi panggung debut atas teknologi lampu LED digital matrix generasi terbaru buatan Audi. Kunci di balik teknologi ini adalah sebuah chip yang mengemas satu juta micromirror – disebut mikro karena lebar masing-masing cerminnya cuma satu per sekian ratus milimeter.

Audi e-tron Sportback

Tiap-tiap unit micromirror itu bisa dimiringkan hingga 5.000 kali per detik. Angka-angkanya benar-benar terdengar luar biasa, tapi apa kegunaannya sebenarnya? Sederhananya, sorotan lampu depan e-tron Sportback ini dapat diarahkan sekaligus dibentuk dengan amat presisi, dan ini sangat krusial demi meningkatkan keselamatan berkendara, baik untuk pemilik e-tron Sportback maupun pengemudi lainnya.

Lalu seberapa mahal e-tron Sportback jika dibandingkan saudaranya? Tidak banyak. Varian bawahnya yang dibekali baterai lebih kecil daripada yang dijelaskan di atas dibanderol mulai 71.350 euro – setara $79.000, hanya terpaut sedikit dibanding e-tron SUV. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai musim semi tahun depan.

Sumber: TopGear dan Audi.

Ford Resmi Perkenalkan Mobil Elektrik Pertamanya, Mustang Mach-E

Siapa yang tidak mengenal Ford Mustang? Salah satu ikon terbesar kategori muscle car ini telah eksis selama lebih dari setengah abad, dan dalam kurun waktu yang panjang itu, secara total Ford telah menelurkan enam generasi Mustang yang berbeda, dengan generasi terakhir yang dipasarkan mulai 2015.

Generasi keenamnya ini cukup istimewa. Istimewa karena untuk pertama kalinya, bakal ada model yang tak membutuhkan bensin di keluarga Mustang. Di saat muscle car identik dengan mesin V8 berkapasitas besar, Ford justru memberanikan diri merancang Mustang versi elektrik.

Ford Mustang Mach-E

Dari situ terlahir Ford Mustang Mach-E, Mustang pertama yang bertenaga listrik, sekaligus yang pertama kali mengadopsi rancangan SUV. Terlepas dari dua kejanggalan tersebut, sejumlah elemen khas Mustang memang masih bisa kita lihat jelas dari eksteriornya, dan kesan sporty-nya pun sama sekali tidak luntur meski berwujud SUV.

Sebagai bagian dari keluarga Mustang, Mach-E tentu tidak mau merusak reputasinya dalam hal performa. Konfigurasi termurahnya ditargetkan mampu menghasilkan daya sebesar 332 tenaga kuda dan torsi 417 Nm. Di saat yang sama, Ford juga bakal menawarkan Mach-E GT Performance Edition, varian paling mahal sekaligus paling bertenaga yang sanggup menghasilkan daya sebesar 459 tenaga kuda dan torsi 830 Nm, dengan akselerasi 0 – 100 km/jam di kisaran 3 detik.

Soal efisiensi, Mach-E pun tidak mengecewakan. Varian termurahnya bakal hadir membawa baterai berkapasitas 75,7 kWh, akan tetapi konsumen juga bisa memilih opsi dengan kapasitas lebih besar, tepatnya 98,8 kWh. Untuk yang berkapasitas besar ini, Ford bilang satu kali pengisian cukup untuk membawa Mach-E menempuh jarak 480 kilometer.

Ford Mustang Mach-E

Juga menarik adalah generasi terbaru sistem infotainment Ford SYNC yang akan menjalani debutnya bersama Mach-E. Premis yang Ford tawarkan adalah sistem yang adaptif, yang memanfaatkan machine learning untuk terus mempelajari preferensi pengemudi seiring berjalannya waktu.

Jadi semisal seorang pemilik Mach-E selalu menelepon rumahnya dalam perjalanan pulang dari kantor, SYNC bakal merekomendasikan hal tersebut di waktu yang tepat. Lalu seandainya pemilik mobil selalu berkunjung ke gym setiap hari Senin, SYNC juga akan menyuguhkan panduan navigasi ke lokasi tersebut secara otomatis di hari yang tepat pula.

Ford Mustang Mach-E

Interface-nya sendiri mengandalkan layar sentuh besar berukuran 15,5 inci yang diposisikan di tengah dashboard. Satu detail yang menarik menurut saya adalah bagaimana Ford turut mengintegrasikan kenop volume fisik pada bagian bawah layar. Ini menandakan bahwa tidak sedikit konsumen yang benci harus mengoperasikan layar sentuh hanya untuk mengatur volume audio. Ya, yang saya maksud adalah konsumen Tesla Model 3, yang dashboard-nya benar-benar bersih dari input fisik.

Dashboard Mach-E sendiri sudah tergolong cukup minimalis. Panel instrumen digital di balik lingkar kemudinya pun juga terkesan mungil. Detail lain yang tak kalah menarik adalah speaker rancangan Bang & Olufsen yang disembunyikan di sekujur panel dashboard di atas ventilasi AC hingga menyerupai sebuah soundbar.

Ford Mustang Mach-E

Di saat yang sama, ruang kabinnya terkesan cukup lega untuk lima penumpang, dan berhubung ia bertenaga listrik, ruang mesin di bagian depannya pun telah digantikan oleh bagasi tambahan. Terakhir, Mach-E juga menjadi mobil pertama Ford yang mengusung teknologi Phone As A Key, sehingga konsumen dapat membuka kunci pintu mobil hanya dengan mendekat sembari membawa ponselnya.

Lalu kapan mobil ini dijadwalkan mengaspal? Paling cepat akhir 2020, dengan banderol mulai $43.895 untuk konfigurasi terendahnya. Harganya termasuk terjangkau apabila dibandingkan dengan SUV elektrik lain, semisal Audi e-tron, akan tetapi kelasnya memang sudah berbeda jauh.

Sumber: Ford.

Porsche Taycan Usung Kabin Bernuansa Modern yang Dibanjiri Layar

4 September nanti, Porsche bakal secara resmi menyingkap mobil elektrik perdananya, Taycan. Namun sebelum publik dapat menjumpainya, pabrikan asal Jerman itu rupanya sudah tak sabar memamerkan sejumlah keunggulannya.

Salah satunya adalah interior minimalis yang dibanjiri oleh layar, jauh lebih modern ketimbang mayoritas mobil-mobil bikinan Porsche saat ini yang banyak mengombinasikan layar sentuh dan panel kontrol sentuh.

Porsche Taycan interior

Semua varian Taycan bakal mengemas dua layar sentuh sebagai opsi standar. Yang pertama terletak di balik lingkar kemudi, dengan ukuran 16,8 inci dan wujud yang melengkung agar mudah diintip oleh pengemudi. Layar sentuh yang kedua berada di sebelahnya, dengan ukuran 10,9 inci dan fungsi utama untuk mengakses sistem infotainment.

Di sebelahnya lagi, tepatnya di hadapan penumpang depan, ada satu layar sentuh yang bisa didapat sebagai opsi tambahan. Di samping mengakses sistem infotainment, penumpang depan juga dapat mengakses sistem navigasi melalui layar ini.

Porsche Taycan interior

Lanjut ke console tengah yang memisahkan antara pengemudi dan penumpang depan, terdapat sebuah panel kontrol sentuh berukuran 8,4 inci yang mengandalkan haptic feedback. Di ujung belakang console tengahnya, konsumen Taycan juga dapat menambahkan panel sentuh 5,9 inci guna memberikan akses ke fungsi-fungsi seperti climate control pada penumpang belakang.

Secara keseluruhan, Porsche Taycan mengemas lebih sedikit tombol dan kenop fisik pada dashboard-nya ketimbang model-model Porsche tradisional. Ia bahkan dilengkapi fitur voice control yang dapat diaktifkan dengan mengucapkan mantra “Hey Porsche”. Konsep modern rupanya tak hanya berlaku di balik dapur pacunya saja, tapi juga secara menyeluruh sampai ke kabin.

Sumber: Top Gear.

Drako GTE Adalah Supercar Elektrik yang Menyamar Sebagai Sedan Sport Empat Pintu

Tesla Roadster 2 bukanlah satu-satunya supercar bermesin listrik yang dijadwalkan mengaspal tahun depan. Secara diam-diam dan tanpa terekspos ke publik, sebuah pabrikan asal Silicon Valley bernama Drako Motors rupanya telah sibuk mengembangkan supercar elektriknya sendiri.

Duo pendiri Drako Motors, Dean Drako dan Shiv Sikand, mengaku telah mengerjakan supercar bernama Drako GTE ini selama satu dekade. Yang mereka pamerkan ke hadapan publik baru-baru ini bukanlah sebatas prototipe, melainkan unit produksi versi final yang sudah sempat merasakan aspal sirkuit.

Drako GTE

Sirkuit? Ya, mobil ini sama sekali tidak main-main spesifikasinya. Empat motor elektrik yang diusungnya mampu menghasilkan output daya total sebesar 1.200 hp dan torsi 8.800 Nm. Torsi sebesar ini disalurkan ke masing-masing rodanya secara presisi via gearbox tipe direct-drive, dan top speed-nya sendiri disebut mencapai 331 km/jam.

Angka-angka ini sangatlah mengesankan, apalagi jika melihat tampang Drako GTE yang lebih mirip sports car ketimbang supercar. Ya, mobil ini merupakan sedan empat pintu yang siap menampung empat penumpang, kebetulan saja performanya sekelas supercar berharga jutaan dolar.

Drako GTE

Wujudnya sepintas juga mirip seperti Fisker Karma (kini bernama Karma Revero), dan ini dikarenakan struktur sasisnya memang meminjam milik Fisker, sebelum akhirnya dikawinkan dengan rancangan Lowie Vermeersch, desainer yang bertanggung jawab atas sejumlah mobil keluaran Ferrari dan Maserati.

Untuk baterai, Drako GTE disebut mengemas baterai berkapasitas 90 kWh. Sejauh ini belum ada informasi mengenai efisiensinya, namun yang pasti baterai ini turut dilengkapi on-board charger 15 kW, serta mendukung DC fast charging 150 kW.

Drako GTE

Meski sama-sama akan mengaspal mulai tahun 2020, ada perbedaan mencolok antara Tesla Roadster 2 dan Drako GTE: Drako GTE hanya akan diproduksi sebanyak 25 unit saja, dan harganya dimulai di angka $1,25 juta. Bandingkan dengan Tesla Roadster 2 yang dibanderol mulai $200.000 ‘saja’.

Sumber: Electrek.

Bukan Sembarang Mobil Elektrik, Human Horizons HiPhi 1 Unggulkan Kapabilitas AI dan Konektivitas 5G

Tiongkok merupakan pasar mobil elektrik yang paling menjanjikan saat ini. South China Morning Post melaporkan bahwa berdasarkan estimasi tahun lalu, dari 1,8 juta unit mobil elektrik yang terjual secara global, 1 juta unitnya dibeli oleh konsumen Tiongkok.

Di sisi lain, Financial Times juga mengestimasikan bahwa dari sekitar 3 juta unit mobil elektrik yang tersebar di dunia, dua pertiganya dibuat dan dipakai di Tiongkok. Ada sejumlah alasan mengapa prospek mobil elektrik di Tiongkok begitu cerah, salah satunya adalah subsidi bagi konsumen mobil elektrik yang diberikan oleh pemerintah, yang dikabarkan bisa mencapai 110.000 yuan (± Rp 220 juta) per unitnya.

Human Horizons HiPhi 1

Dampak dari cerahnya prospek pasar mobil elektrik di Tiongkok ini adalah munculnya berbagai startup lokal yang berniat memproduksi mobil elektriknya sendiri, terinspirasi oleh kiprah NIO yang sampai berhasil masuk ke bursa saham Amerika Serikat. Salah satu startup yang dimaksud adalah Human Horizons, yang baru saja menyingkap mobil elektrik perdananya, HiPhi 1.

Salah satu hal menarik dari HiPhi 1 adalah fokus Human Horizons dalam pengaplikasian artificial intelligence (AI). Pada dasarnya, berbekal daya komputasi yang amat perkasa, HiPhi 1 dapat memanfaatkan AI untuk mempelajari berbagai keinginan konsumen, sebelum akhirnya menyesuaikan sederet sistem di dalamnya.

Human Horizons HiPhi 1

Guna mewujudkannya, HiPhi 1 sengaja dibuat agar menjadi mobil produksi pertama yang mengemas konektivitas 5G. Total ada sekitar 562 sensor yang tersemat di mobil ini, yang secara teori bisa merealisasikan kapabilitas self-driving Level 4 (nyaris otomatis sepenuhnya). Meski demikian, yang akan tersedia saat peluncuran HiPhi 1 nanti barulah Level 3 (self-driving kondisional).

Di sektor performa, HiPhi 1 juga terdengar sangat kapabel. Berbekal sepasang motor elektrik dengan output daya total sebesar 268 tenaga kuda, akselerasi dari 0 – 100 km/jam bisa ia lahap dalam waktu 3,9 detik saja. Pada varian termahalnya, baterai berkapasitas 96 kWh yang diusung sanggup membawa mobil menempuh jarak 640 km dalam satu kali charge.

Human Horizons HiPhi 1

Kalau Anda menilai eksteriornya sudah amat futuristis, tunggu sampai Anda berada di dalam kabinnya. Interiornya mengemas sembilan panel layar yang berbeda, menyuguhkan secara total display seluas 50 inci.

Rencananya, HiPhi 1 baru akan diproduksi mulai tahun 2021 mendatang. Saat ini Human Horizons masih sibuk merenovasi dan melengkapi fasilitas pada pabrik yang mereka beli dari joint venture Kia di pasar Tiongkok. Meski belum ada keterangan yang spesifik terkait rencana pemasaran HiPhi 1 di luar Tiongkok, setidaknya Human Horizons sudah mengungkapkan niatnya untuk bermain di pasar global.

Sumber: Electrek dan Top Gear.

Fresco Reverie Adalah Calon Penjegal Tesla Model S dari Norwegia

Statistik tahun 2017 menunjukkan bahwa tiga negara dengan jumlah pemilik mobil Tesla terbanyak adalah Amerika Serikat, Tiongkok, dan Norwegia. Ya, Norwegia. Negara Skandinavia dengan populasi sekitar 5 juta jiwa itu rupanya begitu antusias menghadapi tren mobil elektrik.

Saking antusiasnya, berdasarkan data bulan Maret lalu, 60% dari semua mobil yang dijual di Norwegia merupakan mobil elektrik. Dari segi infrastruktur, Norwegia juga sudah sangat mendukung penggunaan mobil elektrik. Tercatat ada lebih dari 10.000 titik charging yang tersebar dan siap diakses oleh publik.

Yang masih belum ada adalah mobil elektrik bikinan negara asal-usul mitos mengenai Thor tersebut. Hingga akhirnya sebuah startup bernama Fresco Motors memberanikan diri untuk buka suara di depan publik. Mereka baru saja mengumumkan bahwa mereka tengah mengerjakan sebuah sedan elektrik bernama Reverie.

Fresco Reverie

Berdasarkan klaim Fresco, Reverie punya spesifikasi yang mengesankan: sanggup berakselerasi dari 0 – 100 km/jam dalam waktu 2 detik, dengan kecepatan maksimum di angka 300 km/jam. Terkait efisiensi, Fresco tidak menyebutkan angkanya, melainkan sebatas mengklaim konsumen Reverie nantinya tak perlu khawatir bakal kehabisan daya di tengah jalan.

Wajar apabila Fresco belum menyingkap angkanya, mengingat mobil ini bahkan masih belum ada prototipenya. Gambar di atas merupakan gambar hasil render komputer, namun seandainya bisa terealisasi, wujudnya cukup pantas dipandang sebagai salah satu penjegal Tesla Model S. Pada dasarnya, semua detail teknis ini bisa saja berubah ketika Fresco sudah punya prototipe Reverie dan mulai menjalankan sejumlah pengujian.

Terlepas dari itu, Fresco Reverie tidak lupa menjanjikan sejumlah fitur unik meski belum eksis. Salah satu yang menarik adalah fitur baterai portable untuk Reverie, dengan mobil konvensional yang dibekali jerigen bensin sebagai inspirasinya. Fresco juga bilang bahwa Reverie nantinya juga akan dilengkapi dengan wireless charging pad.

Tanpa adanya prototipe yang bisa dipamerkan, sulit rasanya Fresco Reverie bisa memikat minat konsumen. Kendati demikian, jika melihat antusiasme Norwegia terhadap tren mobil elektrik, Fresco Motors semestinya bisa mewujudkan ambisinya, meski mungkin hasil akhirnya tidak sefenomenal yang mereka bayangkan saat ini.

Sumber: Electrek.

NIO Luncurkan Mobil Elektrik Bertema Razer, Lengkap Sampai ke Sistem Pencahayaan Chroma-nya

Di titik ini saya yakin tidak ada lagi yang berani beranggapan bahwa perkembangan industri esport tidak begitu pesat. Dampaknya bahkan sampai terasa ke bidang lain, semisal bidang otomotif. Salah satu buktinya, pabrikan mobil elektrik asal Tiongkok, NIO, baru saja meluncurkan mobil hasil kolaborasinya bersama Razer.

Ya, Razer merek periferal gaming itu maksudnya. Kerja sama mereka melahirkan NIO ES6 Night Explorer Limited Edition, edisi terbatas dari SUV elektrik unggulannya, NIO ES6 Performance. Kalau melihat gambarnya, siapa yang menyangka kalau perpaduan warna hitam doff dan aksen warna hijau khas Razer bisa terlihat memikat di bodi sebuah mobil listrik?

NIO ES6 Night Explorer Limited Edition

Namun NIO rupanya tidak sekadar meminjam palet warna khas Razer saja. Mereka turut menyematkan integrasi sistem pencahayaan Razer Chroma dan Philips Hue pada mobil ini, mengawinkannya dengan sound system yang mendukung teknologi THX Spatial Audio. Jadi bisa Anda bayangkan sendiri betapa meriahnya suasana kabin dalam mobil edisi khusus ini.

Mengeksplorasi potensi sinergi dari Razer Chroma, Philips Hue, dan THX Spatial Audio dengan teknologi otomotif yang sudah tersedia sekarang sejatinya merupakan tujuan utama dari kemitraan NIO dan Razer ini. Kebetulan saja hasil perdana dari kolaborasinya melahirkan sebuah mobil elektrik yang begitu menggoda bagi para gamer berkantong tebal, sekaligus sangat cocok dijadikan sebagai bahan promosi.

NIO ES6 Night Explorer Limited Edition

Secara teknis, NIO ES6 sendiri merupakan sebuah mobil elektrik yang amat kapabel. Sepasang motor elektriknya mampu menghasilkan output daya total sebesar 544 tenaga kuda, dan akselerasi 0 – 100 km/jam bisa dicatatkannya dalam waktu 4,7 detik saja. Dalam satu kali pengisian, baterainya juga sanggup membawa mobil menempuh jarak sekitar 500 km.

NIO ES6 Night Explorer Limited Edition

NIO hanya akan memproduksi ES6 edisi Razer ini sebanyak 88 unit saja. Harga awalnya dipatok mulai 467.800 yuan, atau setara ± Rp 950 juta.

Sumber: NIO.