VW Pamerkan Mobil Konsep Tanpa Setir, Tanpa Pedal Gas dan Rem

Berawal dari sebuah mobil konsep bernama I.D. yang diumumkan di tahun 2016, Volkswagen terus mengeksplorasi gagasan-gagasannya terkait mobil masa depan. Dari situ konsep-konsep lainnya pun bermunculan: ada I.D. Crozz yang bertipe SUV, dan I.D. Buzz yang merupakan reinkarnasi modern VW Kombi.

Baru-baru ini, VW mengumumkan anggota keempat dari keluarga I.D. Dinamai I.D. Vizzion (entah mengapa VW tampaknya suka sekali dengan huruf “z”), dari sketsa konsepnya tampak bahwa mobil ini berjenis sedan, dengan bodi sepanjang 5,11 meter. Nama Vizzion sejatinya mengindikasikan visi jangka panjang yang hendak dikejar VW, yakni mobil elektrik dengan sistem kemudi otomatis secara penuh.

VW I.D. Vizzion

Hal ini dimantapkan oleh interior minus setir seperti yang tampak pada sketsa konsepnya. Pedal gas dan rem pun juga absen, demikian pula dengan tuas persneling. Mobil ini pada dasarnya merupakan manifestasi visi VW akan mobil masa depan, di mana istilah “pengemudi” tidak lagi digunakan dan sepenuhnya digantikan oleh “penumpang”.

Selagi berkendara, penumpang akan dijamu oleh pelayan virtual. Interaksinya mengandalkan perintah suara maupun gesture, dan VW bilang bahwa sistemnya bisa memahami preferensi pribadi setiap penumpang, sehingga ekosistem digital yang disuguhkan bisa beradaptasi dengan masing-masing individu.

VW I.D. Vizzion

Ketika setir dan pedal gas beserta rem sudah tidak lagi eksis, spesifikasi mobil sepertinya jadi terdengar kurang berarti, tapi bagaimanapun juga ini tetap merupakan parameter utama di industri otomotif. I.D. Vizzion sendiri ditenagai oleh sepasang motor elektrik dengan sistem penggerak empat roda yang sanggup menghasilkan output daya sebesar 225 kW (± 300 hp).

VW tak lupa mengerahkan baterai berkapasitas 111 kWh, yang diyakini sanggup membawa Vizzion menempuh jarak hingga sejauh 665 kilometer dalam satu kali charge. Kecepatan maksimumnya dibatasi di angka 180 km/jam, tapi toh tidak artinya mengingat Anda tak mungkin bisa kebut-kebutan dengannya.

Rencananya mobil konsep ini bakal dipamerkan pada ajang Geneva International Motor Show pada bulan Maret mendatang. Kalau melihat fokusnya yang benar-benar mengedepankan kendali otomatis, mobil ini sepertinya bakal menjadi yang terakhir direalisasikan setelah I.D., I.D. Crozz dan I.D. Buzz.

Sumber: Volkswagen.

Rinspeed Snap Adalah Mobil Konsep Modular dari Masa Depan

Rinspeed bukanlah nama asing dalam bidang pengembangan mobil konsep. Dari tahun ke tahun, pakar modifikasi asal Swiss itu dikenal berani menggagaskan berbagai imajinasi liarnya, mulai dari mobil berjiwa kapal selam sampai mobil hybrid berteknologi autopilot yang dilengkapi drone sebagai asistennya.

Konsep terbarunya tidak kalah ‘gila’. Dijuluki Rinspeed Snap, mobil ini sejatinya ingin menunjukkan kira-kira seperti apa mobilitas urban di generasi mendatang, tepatnya ketika teknologi kemudi otomatis sudah benar-benar matang dan mobil tak lagi membutuhkan setir maupun pedal rem dan gas.

Rinspeed Snap

Secara mendasar, Snap merupakan mobil modular yang terbagi menjadi dua komponen, yang bisa dilepas-pasang demi menyesuaikan kebutuhan penumpang. Kabin milik Snap sejatinya duduk di atas skateboard elektrik raksasa yang mengemas sistem kemudi otomatis.

Ketika skateboard-nya ini sudah mulai berumur, konsumen tinggal membeli yang baru dan memasangnya kembali. Jadi teorinya, konsumen bisa memperpanjang siklus hidup Snap tanpa harus membeli satu unit baru secara utuh.

Di saat yang sama, bagian kabinnya juga bisa diganti sesuai keperluan, entah untuk mengangkut penumpang atau barang, atau ketika konsumen sekadar bosan dengan desain interiornya yang sudah mulai termakan usia – meski untuk sekarang penampakan kabinnya serasa berasal dari film-film sci-fi.

Rinspeed Snap

Rinspeed juga membayangkan skenario di mana konsumen hanya perlu memiliki bagian kabinnya. Lalu saat hendak pergi, mereka tinggal memesan bagian skateboard-nya melalui layanan macam Uber. Sekali lagi secara teori dapat menghemat pengeluaran konsumen karena tidak diharuskan membeli unit mobil secara utuh.

Semua ini memang terkesan sangat jauh dari kemungkinan untuk merealisasikannya dalam waktu dekat. Namun setidaknya Rinspeed berencana memamerkan Snap pada ajang CES 2018 bulan depan, dan untuk sekarang mereka sudah punya video yang menjelaskan ide gilanya yang satu ini.

Sumber: Engadget dan Rinspeed.

Bermesin Elektrik, Navya Autonom Cab Adalah Taksi Tanpa Sopir dengan Layanan Mirip Uber

Ada sebuah minivan unik yang lalu-lalang di jalanan kota Paris pada tanggal 7 November kemarin. Unik karena minivan tersebut hanya diisi oleh penumpang saja. Jangankan sopir, kokpit berisikan lingkar kemudi serta pedal gas dan rem pun sama sekali tidak kelihatan di minivan tersebut.

Minivan yang dimaksud adalah Autonom Cab hasil karya spesialis teknologi kemudi otomatis asal Perancis bernama Navya. Mereka melihat kendaraan bermesin elektrik murni ini sebagai solusi atas berbagai tantangan yang muncul terkait mobilitas urban di era modern.

Navya Autonom Cab

Kabinnya sanggup mengakomodasi hingga enam penumpang yang duduk saling berhadapan, dan seperti yang saya bilang, Navya tidak menyisakan ruang di depan untuk ditempati oleh pengemudi. Deretan sensor – 10 Lidar, 6 kamera, 4 radar, 2 antena GNSS dan 1 inertial measurement unit (IMU) – memungkinkan Autonom Cab untuk bernavigasi di kawasan urban dengan sendirinya.

Navya memutuskan untuk mengembangkan sistem pemetaannya sendiri yang komprehensif sekaligus presisi untuk digunakan pada Autonom Cab. Kecepatan maksimumnya diklaim mampu mencapai angka nyaris 90 km/jam, namun kecepatan rata-ratanya hanya berkisar 50 km/jam ketika berada di kawasan padat penduduk.

Navya Autonom Cab

Label “Cab” pada namanya sendiri mengindikasikan penggunaannya sebagai transportasi umum, atau lebih tepatnya taksi. Di sini Navya memilih cara kerja yang serupa dengan Uber maupun transportasi online lainnya: pengguna tinggal membuka aplikasi dan memesan Autonom Cab, hanya saja di sini tidak akan ada seorang sopir yang menyambut pengguna layanan.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Navya Autonom Cab beserta layanan on-demand-nya bakal mulai beroperasi pada kuartal kedua tahun 2018. Tentu saja keberadaannya juga sangat bergantung pada lampu hijau regulasi setempat.

Sumber: Business Wire.

Jaguar Ungkap Konsep Setir Mobil Pintar Bertenaga AI

Fokus industri otomotif pada pengembangan mobil tanpa sopir membuat kita berasumsi bahwa mobil di masa yang akan datang tak akan dilengkapi setir karena sudah bisa mengemudikan dirinya sendiri. Namun Jaguar Land Rover berpendapat berbeda. Pabrikan asal Inggris itu malah mengimajinasikan skenario masa depan dimana setir adalah satu-satunya bagian mobil yang dimiliki konsumen.

Visi yang agak nyeleneh itu coba mereka wujudkan lewat sebuah konsep lingkar kemudi bernama Sayer. JLR mendeskripsikan Sayer sebagai sebuah “setir bertenaga artificial intelligence (AI) yang dapat mengerjakan ratusan tugas,” dan kegunaannya tidak lepas dari tren ride sharing di masa mendatang.

Anggap saja Sayer ini seperti smart speaker, tapi tanpa menitikberatkan pada elemen speaker-nya. Anda tinggal bilang pada Sayer dari dalam rumah bahwa Anda hendak bertemu seseorang besok pukul 8 pagi di lokasi yang terletak sekitar dua jam dari kediaman, maka Sayer akan mengerjakan sisanya.

Keesokan harinya, sebuah mobil akan meluncur dengan sendirinya ke kediaman Anda, siap untuk dijadikan tunggangan menuju lokasi. Seperti yang sudah bisa ditebak, Sayer-lah yang bertanggung jawab memesan mobil kemudi otomatis yang merupakan bagian dari sebuah layanan ride sharing ini.

JLR bilang kalau Sayer akan menjadi bagian penting dari mobil konsep Jaguar ke depannya, tapi realisasinya mungkin masih harus menunggu sampai setidaknya tahun 2040.

Sumber: Jaguar Land Rover.

Usai Akuisisi Mobileye, Intel Bersiap Menguji 100 Mobil Kemudi Otomatis

Dana sebesar $15,3 miliar telah Intel kerahkan untuk mengakuisisi Mobileye. Proses akuisisinya sudah terselesaikan belum lama ini, dan sekarang kita bisa melihat rencana ke depan Intel di industri otomotif, lebih tepatnya di bidang mobil kemudi otomatis.

Tidak tanggung-tanggung, Mobileye yang bertanggung jawab atas iterasi awal Tesla Autopilot itu berencana untuk mengerjakan teknologi kemudi otomatis Level 4 – bisa mengatasi berbagai situasi tanpa campur tangan manusia – untuk diuji di lebih dari 100 unit mobil di Amerika Serikat, Eropa dan Israel yang merupakan kampung halaman Mobileye.

Pengujian ini dinilai penting karena Mobileye berniat untuk mengembangkan teknologi yang bisa diterapkan di mana saja dan diadaptasikan dengan kebutuhan konsumen yang beragam. Sistemnya sendiri memadukan teknologi computer vision, computer sensing maupun pemetaan digital garapan Mobileye dengan teknologi komunikasi berbasis jaringan 5G yang Intel kembangkan.

Tidak kalah penting adalah armada mobil yang mencakup berbagai tipe dan merek mobil. Di sini Mobileye sejatinya ingin menekankan bahwa teknologi rancangannya tidak harus bergantung atau terbatas pada platform tertentu. Langkah ini bisa dibilang cukup mirip dengan yang diambil Baidu.

Di samping itu, Intel baru-baru ini juga mengumumkan kemitraan dengan Toyota dan sejumlah perusahaan lain dalam membentuk Automotive Edge Computing Consortium, yang sejatinya bertujuan untuk mengembangkan ekosistem mobil pintar. Contoh kegiatan yang akan mereka lakukan adalah berbagi data mobil kemudi otomatis, yang bisa dimanfaatkan untuk menyempurnakan sistem pemetaan dan driver assistance.

Ini bukan pertama kalinya sebuah pabrikan otomotif menggandeng perusahaan yang benar-benar mendedikasikan waktunya ke pengembangan teknologi kemudi otomatis. Sebelumnya, Waymo sudah lebih dulu menguji armada mobil tanpa sopir bersama Chrysler (General Motors).

Sumber: Intel dan Engadget.

Selain Mengemudi Sendiri, Truk Ini Juga Dapat Dikendalikan dari Jauh

Pernah melihat sebuah truk yang tak memiliki sedikitpun ruang untuk dijadikan kabin penumpang dan pengemudi? Selamat datang di tahun 2017, dimana jendela saja sudah jadi bagian yang tidak penting dari sebuah truk, sehingga hampir semua bagian bodinya bisa dimanfaatkan untuk mengangkut kargo.

Kalau tidak ada kabin penumpang, bagaimana caranya truk itu bisa berjalan? Di situlah sistem kemudi otomatis berperan. Benar saja, truk buatan perusahaan asal Swedia, Einride, ini memang dirancang untuk bergerak dengan sendirinya, sehingga semua bodinya hanya berupa bak kargo.

Dijuluki T-pod, prototipenya tampak futuristis. Panjangnya berkisar 7 meter, dan sanggup mengangkut hingga 15 palet standar, dengan bobot total mencapai 20 ton. Oh ya, truk ini juga tak butuh bensin; dalam satu kali charge, baterainya bisa menenagai truk untuk menempuh jarak sampai 200 kilometer.

Einride T-pod

Juga unik dari T-pod adalah penerapan sistem kemudi otomatis bersifat hybrid. Saat berada di jalan tol, truk akan bergerak dengan sendirinya. Lalu ketika memasuki kawasan padat penduduk, truk dapat dikendalikan oleh seseorang dari kejauhan ibarat sebuah mobil remote control raksasa.

Prototipe yang ada sekarang memang belum dibekali kemampuan untuk dikendalikan secara remote, akan tetapi Einride berharap mereka bisa mulai memasarkan versi yang fungsional mulai musim semi mendatang. Einride turut memasang target armada T-pod sebanyak 200 unit yang beroperasi di Swedia pada tahun 2020.

Sumber: VentureBeat.

Baidu Gandeng Nvidia Maksimalkan Peran AI untuk Mobil Tanpa Sopir dan Cloud Computing

Nvidia yang kita kenal sekarang bukan lagi sekadar produsen kartu grafis. Perusahaan yang bermarkas di Santa Clara tersebut juga serius mengembangkan artificial intelligence (AI), yang salah satu implementasinya berupa sistem kemudi otomatis Drive PX. Dua tahun sejak Drive PX pertama diumumkan, rupanya sudah ada pihak yang tertarik dengan potensinya.

Tidak main-main, yang tertarik dengan teknologi Nvidia ini adalah raksasa internet asal Tiongkok, Baidu. Kedua perusahaan baru-baru ini mengumumkan rencana mereka untuk bekerja sama dalam memaksimalkan peran AI pada ranah mobil tanpa sopir, cloud computing serta home assistant.

Salah satu bentuk kerja samanya adalah penggunaan Drive PX 2 pada platform mobil tanpa sopir Baidu, Apollo, plus rencana untuk mengembangkan mobil kemudi otomatis bersama sejumlah pabrikan otomotif besar di Tiongkok. Baidu sendiri sangat serius dalam hal pengembangan sistem kemudi otomatis sampai-sampai co-founder-nya, Robin Li, memberanikan diri untuk datang ke sebuah event dengan menunggangi mobil tanpa sopir meskipun hal ini melanggar hukum setempat.

Di ranah cloud computing, platform Baidu Cloud nantinya akan ditenagai oleh GPU Nvidia Volta, yang memang dirancang secara spesifik untuk implementasi AI. Selain itu, Volta juga akan membantu optimalisasi PaddlePaddle, framework deep learning besutan Baidu yang open-source, sehingga akses untuk para akademisi dan peneliti pun bisa diperluas lagi.

Terakhir, kolaborasi ini juga akan membuahkan integrasi asisten virtual DuerOS kepunyaan Baidu pada perangkat Nvidia Shield TV untuk pasar Tiongkok, mengubahnya menjadi semacam home assistant ala Amazon Echo, atau yang baru saja diluncurkan untuk pasar Tiongkok oleh Alibaba, Tmall Genie.

Sumber: Engadget dan Nvidia.

Waymo Kerahkan 600 Armada Mobil Tanpa Sopir untuk Melayani Warga di Kota Phoenix

Anak perusahaan Google yang bergerak di bidang pengembangan teknologi kemudi otomatis, Waymo, kembali membuat gebrakan setelah mengungkap mobil tanpa sopir hasil kolaborasinya dengan Chrysler. Baru-baru ini, Waymo meluncurkan program early rider untuk warga di kota Phoenix, Arizona di Amerika Serikat.

Program ini sejatinya akan menempatkan ratusan armada minivan Chrysler Pacifica Hybrid di jalanan kota tersebut, menjemput dan mengantarkan penumpang sepanjang hari tanpa batas waktu. Jumlah armadanya bukan lagi 100, melainkan akan bertambah menjadi 600 dalam beberapa bulan ke depan.

Waymo membuka pendaftaran untuk ratusan orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Mereka beserta anggota keluarganya bebas menikmati perjalanan bersama mobil tanpa sopir Waymo secara cuma-cuma dan sesering yang mereka mau. ‘Ongkos’ yang diminta hanyalah sekadar umpan balik terkait pengalaman mereka.

Lewat program ini, Waymo sejatinya ingin mencari tahu ke mana saja orang-orang ingin pergi saat mengendarai mobil tanpa sopir, bagaimana mereka berkomunikasi dengan sistem milik mobil, dan fitur-fitur apa saja yang mereka inginkan ke depannya.

Cukup satu orang yang mendaftar, maka semua anggota keluarganya juga bisa menikmati layanan antar-jemput gratis dari Waymo / Waymo
Cukup satu orang yang mendaftar, maka semua anggota keluarganya juga bisa menikmati layanan antar-jemput gratis dari Waymo / Waymo

Lalu mengapa cuma di Phoenix? Karena negara bagian Arizona memang tidak memiliki regulasi seketat di tempat lain terkait pengujian mobil tanpa sopir. Pun begitu, semua armada Waymo ini masih akan tetap dibarengi oleh seorang sopir di balik lingkar kemudi, meski campur tangannya sebisa mungkin akan diminimalkan.

Program Waymo ini sejatinya bisa menjadi momok baru buat Uber yang juga sedang menguji armada mobil kemudi otomatisnya di kawasan Arizona. Lebih gawat lagi, salah satu mobilnya mengalami kecelakaan sekitar sebulan lalu.

Di mata Waymo, momentum ini bisa mereka manfaatkan untuk menunjukkan bahwa teknologi yang mereka ciptakan memang lebih superior ketimbang milik Uber, apalagi mengingat Waymo sempat menuntut Uber dengan tudingan bahwa Uber mencuri teknologi LIDAR rancangan mereka.

Sumber: 1, 2, 3.

Sasar Segmen Otomotif, Intel Akuisisi Mobileye Senilai $15,3 Miliar

Perkembangan teknologi kemudi otomatis memunculkan nama-nama yang tidak biasa di industri otomotif. Nama seperti Nvidia dan Qualcomm saat ini memegang peranan besar dalam perkembangan teknologi ini, dan Intel sebagai salah satu produsen prosesor terbesar tampaknya juga tidak ingin ketinggalan.

Mereka saat ini sedang dalam proses mengakuisisi Mobileye, perusahaan asal Israel yang bergerak di bidang pengembangan hardware dan software untuk teknologi driver assistance sekaligus kemudi otomatis. Didirikan pada tahun 1999, Mobileye saat ini memegang sekitar 70 persen pangsa pasar global untuk sistem driver assistance dan anti-collision.

Kalau itu masih belum bisa meyakinkan Anda akan reputasi Mobileye, perusahaan ini juga yang bertanggung jawab atas sistem Tesla Autopilot, meskipun pada akhirnya kontraknya diputus oleh Tesla akibat suatu insiden yang menewaskan seorang Tesla Model S.

Terlepas dari itu, Intel rela mengucurkan dana sebesar 15,3 miliar dolar untuk meminang Mobileye. Investasi besar-besaran ini pada dasarnya merupakan modal Intel untuk bersaing menghadapi Nvidia dan Qualcomm di ranah teknologi kemudi otomatis.

Kendati demikian, Mobileye masih akan beroperasi secara mandiri di markasnya di Israel. Sebaliknya, Intel malah akan ‘menyumbangkan’ divisi otomotif mereka ke Mobileye. Menurut CEO Intel, Brian Krzanich, akuisisi ini ibarat menggabungkan mata mobil tanpa sopir dengan otak yang mengendalikannya.

Kolaborasi kedua perusahaan sebenarnya sudah berjalan sejak BMW mengajak mereka dalam proyek pengujian 40 mobil tanpa sopir, yang rencananya akan dimulai pada babak kedua tahun ini. Mobileye juga dipastikan akan memakai chip buatan Intel untuk mobil kemudi otomatis penuhnya yang rencananya bakal dirilis di tahun 2021.

Sumber: Reuters dan Intel.

Airbus Pop.Up Adalah Konsep Mobil Terbang Bersifat Modular

Berkat pengaruh film-film Hollywood, kita dapat mengimajinasikan kota utopia di masa depan yang lalu lintasnya diisi oleh mobil terbang. Khayalan kita ini tidak cuma didasari oleh faktor keren saja, tetapi mobil terbang pada prinsipnya juga bisa menjadi salah satu solusi kemacetan.

Berangkat dari pola pemikiran semacam itu, produsen pesawat Airbus mengungkap konsep mobil terbang hasil kolaborasinya dengan Italdesign. Dijuluki Pop.Up, ia merupakan kendaraan bermotor elektrik yang modular, alias bisa digunakan di darat maupun di udara.

Komponen dasar Airbus Pop.Up bersama modul darat dan modul udaranya / Italdesign
Komponen dasar Airbus Pop.Up bersama modul darat dan modul udaranya / Italdesign

Komponen dasar Pop.Up sendiri adalah bodi monocoque berbentuk seperti kapsul yang terbuat dari bahan serat karbon. Dengan panjang 2,6 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 1,4 meter, Pop.Up dapat mengakomodasi dua penumpang dewasa tanpa kesulitan. Dari situ penumpangnya tinggal memilih ingin menggunakan modul darat atau udara.

Modul daratnya pada dasarnya merupakan sasis beroda empat yang ditenagai oleh baterai. Modul udaranya di sisi lain terlihat seperti drone raksasa, dengan total 8 baling-baling yang diposisikan sepasang demi sepasang di keempat lengannya.

Tidak hanya itu, aspek modular Pop.Up juga membuka potensi penggunaan yang lain, misalnya dengan modul kereta di atas rel. Italdesign bahkan telah merancang Pop.Up supaya bisa diintegrasikan dengan sistem Hyperloop.

Airbus Pop.Up diproyeksikan sebagai salah satu solusi kemacetan lalu lintas di masa depan / Italdesign
Airbus Pop.Up diproyeksikan sebagai salah satu solusi kemacetan lalu lintas di masa depan / Italdesign

Sebagai kendaraan masa depan, tentu saja sistem kemudi otomatis berbasis AI menjadi salah satu senjata andalan. Tidak cuma memahami beragam rute beserta alternatifnya, platform AI ini juga mampu mengenali penumpang beserta keinginannya masing-masing, dengan interaksi yang mengandalkan dialog dalam lingkungan virtual.

Tentu saja Anda tidak boleh berharap Airbus Pop.Up bisa jadi kenyataan dalam waktu dekat. Ini semua baru sebatas konsep, namun sekali lagi setidaknya bisa menjadi gambaran akan masa depan dunia otomotif.

Sumber: TechCrunch dan Italdesign.